Air pollution management policy Pb, Dust And Co. land transportation sector (Case studies of Pb pollution, Dust And Co on hhe Highway Cawang Semanggi Jakarta)

KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENCEMARAN UDARA Pb, DEBU DAN CO DARI
SEKTOR TRANSPORTASI DARAT
(Studi kasus pencemaran Pb, debu dan CO di jalan tol Cawang-Semanggi Jakarta)

SAPUTRO SATRIYO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRACT
Saputro Satriyo. 2012. AIR POLLUTION MANAGEMENT POLICY
DUST AND CO. LAND TRANSPORTATION SECTOR (Case studies of
pollution, dust and CO on the highway Cawang-Semanggi Jakarta). Guided
Surjono H. Sutjahjo, Wonny Ahmad Ridwan and Muhammad Yani
Supervising Commission.

Pb,
Pb

By
as

Along with the fast of development in the city, then the frequency of vehicles
on the highway is also higher, which causes the level of exhaust emissions from
vehicles is also increasing. Increased levels of vehicle exhaust emissions will spread
into the surrounding area and as a result can disrupt public health. Development of
transportation policies that are less well and did not pay attention to aspects of public
health will certainly exacerbate the negative impacts. This study aims to (1) identify
the spread of Pb and dust conditions that exist today, (2) analyze the distribution of Pb,
dust and CO levels to develop environmental management on the impact of air
pollution risk in relation to local public health, and formulate management policy
directives regional environmental impact of air pollution. Methods of analysis used is
descriptive method, laboratory analysis by Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS) and gravimetric, and analysis of hierarchy process (AHP). Results showed that
air pollution from motor vehicles such as carbon monoxide (CO), nitrogen dioxide
(NO2), sulfur oxides (SO2), lead (Pb), dust, generally above the threshold exceeds the
ambient air quality standards, especially noise = 75 dBA, carbon monoxide gas =
3292,5 µg/Nm³ and dust = 218,10 g/m³ on environmental quality standards. Pollutants
is very dangerous to human life because it can cause disease. Pb in plants at 4,3 ppm,

efforts to reduce levels of Pb and dust can be a limitation of the vehicle, entry
restrictions, parking restrictions, regulating traffic zone, day without driving, cycling,
application of new technologies, and planting vegetation. Pb in hair traffic police
officers on duty during: 0,3 ppm five years, ten years of 0,6 ppm and 0,8 ppm fifteen
years. Alternative policies that can be selected in the field of environmental
management of the impact of air pollution in Jakarta is an age restriction of motor
vehicles. The most influential factor is not feasible to use the vehicle first, second and
third the existence of incentives or vegetation maintained disintive Green Open Space
(RTH). Activities must be supervised by the government, in this case the Ministry of
Health, Board of Transportation and the Environment Agency and the Police are the
most important actor role in maintaining air quality in Jakarta.
Keywords: policy, air pollution, motor vehicles, lead, dust and CO, human health.

ii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENCEMARAN UDARA Pb, debu dan CO DARI SEKTOR TRANSPORTASI
DARAT (Studi kasus pencemaran Pb, debu dan CO di jalan tol Cawang-Semanggi
Jakarta)” adalah karya saya sendiri serta atas arahan pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

Saputro Satriyo
P99523608/PSL

iii

RINGKASAN
Pencemaran udara merupakan suatu masalah besar di kebanyakan kota besar di
dunia. Jakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia disamping kota-kota besar
lainnya dengan tingkat pencemaran udara yang cukup tinggi. Seiring dengan pesatnya
laju pembangunan di kota Jakarta, maka frekuensi kendaraan di jalan raya juga
semakin tinggi, yang menyebabkan laju pencemaran udara dari sumber emisi gas
buang dari kendaraan juga semakin meningkat. Ini disebabkan terutama oleh tingginya
pemanfaatan energi fosil di dalam transportasi dan industri, meski konstribusi alam

juga menyokong melalui kejadian seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan.
Di banyak negara berkembang, konsentrasi CO (karbon monoksida), SO2 (sulfur
dioksida), timbal (Pb), debu dan bahan pencemar lainnya meningkat sebagai suatu
konsekuensi terhadap meningkatnya pembakaran bahan bakar fosil. Meningkatnya laju
emisi gas buang kendaraan akan menyebar ke wilayah di sekitarnya dan sebagai
akibatnya dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Kebijakan pembangunan
transportasi yang kurang baik serta tidak memperhatikan aspek kesehatan masyarakat
tentu akan memperburuk dampak negatif yang ditimbulkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kebijakan manajemen lingkungan
wilayah dampak pencemaran udara dalam kaitan dengan kesehatan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan umum tersebut, maka beberapa kajian yang perlu dilakukan sebagai
tujuan khusus antara lain :
1. Mengidentifikasi kondisi kimiawi tingkat penyebaran Pb, debu dan CO yang
ada pada saat ini.
2. Menganalisis tingkat penyebaran Pb, debu dan CO untuk menyusun
manajemen lingkungan pada dampak resiko pencemaran udara dalam kaitan
dengan kesehatan masyarakat setempat.
3. Merumuskan arahan kebijakan manajemen lingkungan wilayah dampak
pencemaran udara.
Penelitian dilaksanakan di Propinsi DKI Jakarta khususnya di jalan Cawang

sampai Semanggi yang dimulai bulan Januari 2004 sampai Agustus 2008, tanggal 2
dan 4 November 2011 dan 5 Desember 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pencemar udara yang berasal dari
hasil aktivitas kendaraan bermotor seperti, nitrogen dioksida (NO2), sulfur oksida
(SO2), rata-rata masih berada di bawah batas ambang baku mutu udara ambient,
kecuali gas karbon monoksida yang telah mencapai 3592,5 μg/Nm3 di lokasi
pengamatan jembatan Semanggi, debu yang telah mencapai 218,10 g/m3 di lokasi
pengamatan gedung Kor Lalulintas, Pb mencapai 4,3 ppm pada tanaman percobaan
dan kebisingan sebesar 75 dBA. Sedangkan pada petugas polisi lalulintas jumlah Pb
yang terjerab pada rambutnya sesuai dengan kurun waktu: lima tahun = 0,3 ppm,
sepuluh tahun = 0,6 ppm dan limabelas tahun = 0,8 ppm. Keadaan ini menunjukkan
tingkat kesehatan anggota polisi lalulintas itu perlu segera ditangani mengingat
kandungan Pb pada udara ambient tahun 2011 sebesar 0,28 ppm.

iv

Akumulasi Pb pada tiga tanaman sampel di enam lokasi pengamatan
menunjukan kandungan Pb rata-rata berada di atas ambang baku mutu lingkungan.
Demikian pula dalam rambut manusia rata-rata berada di atas batas baku mutu
lingkungan, namun kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan yang terakumulasi

dalam tanaman. Kebanyakan menurunkan kadar pencemaran udara terutama Pb yang
berasal dari kendaraan bermotor diperlukan sistem pengelolaan lingkungan yang baik
dengan melibatkan semua pihak melalui beberapa upaya seperti pembatasan usia pakai
kendaraan, larangan masuk, larangan parkir, mengatur zona lalu lintas, hari tanpa
mengemudi, bersepeda, penerapan teknologi baru, dan penanaman vegetasi.
Alternatif kebijakan yang dapat dipilih dalam pengelolaan lingkungan wilayah
dampak pencemar udara di Jakarta adalah pembatasan usia pakai kendaraan sebagai
penyebab polutan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah keberadaan vegetasi
sebagai penyerab Pb, debu dan CO sehingga perlu dipertahankan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dimana pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Kepolisian R.I
merupakan aktor yang paling berperan penting dalam menjaga kualitas udara di Kota
Jakarta.

v

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012.
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

vi

KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENCEMARAN UDARA Pb, DEBU DAN CO DARI
SEKTOR TRANSPORTASI DARAT
(Studi kasus pencemaran Pb, debu dan CO di jalan tol Cawang-Semanggi Jakarta)

SAPUTRO SATRIYO

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
vii

Penguji luar Ujian Tertutup:
1. Dr. Ir. Etty Riani, MS
2. Dr. Ir. Sobri Effendi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka :
1. Dr. M. Nurdin : Sekretaris Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)
2. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto : Dosen pada Departement Teknik Spil dan
Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB

viii

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas


rahmat

dan

hidayah-Nyalah

disertasi

dengan

judul

KEBIJAKAN

PENGELOLAAN PENCEMARAN UDARA Pb, debu dan CO DARI SEKTOR
TRANSPORTASI DARAT (Studi kasus pencemaran Pb, debu dan CO) di jalan tol
Cawang-Semanggi Jakarta) dapat terselesaikan. Disertasi ini bertujuan menghasilkan
model kebijakan pengelolaan pencemaran Udara dan debu yang dapat digunakan oleh
pengambil keputusan dalam upaya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan disertasi ini banyak pihak yang telah
membantu dan memberikan dorongan.
Oleh karena itu dengan rasa tulus dan segala kerendahan hati dihaturkan
penghargaan dan terimakasih kepada:
1.

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. sebagai ketua Komisi Pembimbing, Bapak
Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE. MM dan Bapak Dr. Ir. Mohammad Yani, M.Eng
selaku anggota Komisi Pembimbing serta Bapak Dr. Nuraedi selaku Asisten
komisi pembimbing yang telah bersedia memberikan perhatian, jasa dan budi
baiknya yang sangat besar melalui bimbingan, dorongan dan nasehat kepada
penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.

2. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir.
Cecep Kusmana, MS sebagai Ketua Program Studi PSL yang banyak memotivasi
penulis dan memberikan dukungan moril, nasehat serta pelayanan akademik
selama masa studi.
3.

Jenderal Pol.(Purn). Tan Sri Prof. Drs. Da’i Bachtiar. S.H. AO beserta staf yang

telah memberi izin bagi peneliti untuk mengumpulkan data penelitian di Jakarta.

4.

Rektor Institut Pertanian Bogor dan Dekan Sekolah Pasca sarjana IPB yang telah
memberi kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendididkan di IPB.
Demikian pula Dosen dan Staf Akademik yang telah memberikan bantuan
akademik dan non akademik bagi penulis dalam menempuh program strata tiga
ini.
x

5.

Irjen Pol. Dr. H.Untung Sugianto Radjab.Drs.SH., Kapolda Metro Jaya berkenan
ijin memberikan penelitian di Asrama Polri Polantas Jakarta.

6.

Ketua Yayasan Brata Bhakti Polri lebih khusus Bapak Rektor Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya dan Warek dua yang telah memberi ijin bagi penulis
untuk mengikuti program Strata 3 di IPB.

7.

Para Narasumber dari Akademisi, LSM dan Tokohmasyarakat yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk berdiskusi dengan penulis dan ikut serta
dalam pelaksanaan Forum Groub Discusion (FGD) serta sebagai pakar dalam
analisis data kebijakan.

8.

Rekan rekan mahasiswa Psl yang telah ikut serta memberikan saran atas
kesempuranan metodologi penelitian dan penulisan disertasi.

9.

Mertuaku, istri, anak-anak, menantu dan cucu-cucuku, serta keluarga yang tak
pernah putus dengan kasihnya membantu do’a, memberi dukungan dan semangat
sampai hari ini. Tidak lupa pula kepada sahabat dan kerabat yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak berkorban dalam suka dan duka, selalu
memberikan dorongan dan selalu mendampingi penulis dengan sabar dan tawakal,
sehingga penulis tetap bersemangat menyelesaikan disertasi yang belum sempurna
ini sehingga masih diperlukan kritik saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan buku ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semuanya, semoga Allah SWT selalu

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Bogor, Januari 2012
Penulis

Saputro Satriyo

xi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang 15 Nopember 1947, bernama Drs. Saputro
Satriyo, SH.MSi beragama Islam, merupakan putra ketiga dari sembilan bersaudara
Almarhum Bapak RM. Satriyo Reksoatmodjo dan Almarhumah Ibu Rr. Siti Khodijah.
Beristri Hj. Hariyati Saputro binti H. Mursjid berputra tiga, dua putra, satu putri dan
telah memiliki cucu lima orang. Adapun nama-putra-putrinya adalah :
1. Johny Harius Putranto, SE., ST., MT.
2.

Mayor Infantri Didit Hari Prasetio Putro

3. Fika Wiguna Saridewi, SE., S.Ak.
Pendidikan/sekolah yang pernah ditempuh adalah: SMA Paspal lulus tahun
1968, AKABRI Kepolisian (1972), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK-1982),
Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (1987), Sekolah Sospol ABRI - II (1989 dan 1994),
Sarjana Hukum di Denpasar Bali (1989), S2 di UNPAD tahun 1996. Beralamat di
Perumahan Polri Pengadegan Blok Q/4E Pancoran, Jakarta Selatan. Selama
menempuh studi Doktor, penulis pernah berdinas di Lembaga Kepolisian sampai
memasuki purna bhakti pada tahun 2003.
Aktivitas saat ini adalah mengabdi pada Lembaga Swadaya Masyarakat LCKI
(Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia), Kepala Biro Hukum Polda Metrojaya dan
Kepala Biro Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) bertugas selaku dosen
Fakultas Ekonomi di Universitas Bhayangkara Jakarta dan Bekasi serta dosen pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian/Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta.

xii

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................

i

DAFTAR TABEL .........................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

vii

PENDAHULUAN ........................................................................................

1

Latar Belakang ....................................................................................

1

Kerangka Pemikiran ...........................................................................

4

Perumusan Masalah .............................................................................

6

Tujuan Penelitian .................................................................................

10

Manfaat Penelitian ..............................................................................

10

Hipotesis ..............................................................................................

10

Pembatasan Studi .................................................................................

11

Novelty (Kebaruan) .............................................................................

12

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

13

Komposisi Atmosfer ............................................................................

13

Pencemaran Udara ...............................................................................

14

Sumber Pencemaran Udara .................................................................

16

Partikel ................................................................................................

27

Logam Berat Timbal (Pb) ...................................................................

27

Sumber Timbal (Pb) dan Pencemaran di Udara ..................................

29

Dampak Pencemaran Udara ................................................................

31

Pengaruh Pb terhadap Kesehatan Manusia ..........................................

36

Komposisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.......................................

41

Kondisi Udara ......................................................................................

49 

METODE PENELITIAN ..............................................................................

50

Lokasi Penelitian ................................................................................

50

Rancangan Penelitian .........................................................................

51

xiii

Jenis dan Sumber Data ............................................................

52

Metode Pengumpulan Data .....................................................

52

Metode Analisis Data ..............................................................

53

Metode Penelitian AHP ..........................................................

56

Model Kebijakan Pengelolaan Pencemaran Udara .............................

62

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .........................................

63

Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan................................................

63

Sarana dan Prasarana ..........................................................................

65

Sarana Transportasi ............................................................................

66

Kualitas Udara di DKI Jakarta.............................................................

69

Suhu udara rata – rata ..........................................................................

70

Kualitas Udara di Bern (Swiss) dan Den Hagg (Belanda) ..................

71

Penyakit Yang Disebabkan Oleh Pencemaran Udara..........................

72

STUDI PENYEBARAN Pb, DEBU DAN KEBISINGAN DI KOTA
JAKARTA ..................................................................................................

74

Pendahuluan ........................................................................................

74

Metode Penelitian ...............................................................................

75

Hasil dan Pembahasan .........................................................................

76

Sumber dan Jenis Bahan Pencemar Udara ..............................

76

Gas Pencemar Udara di Kota Jakarta ......................................

78

Pencemar Udara Pb, Debu dan Kebisingan di Kota Jakarta ...

81

Terjadinya Kebisingan Akibat Kemacetan di Ras Jalan
MT. Haryono /BNN ............................................................................

83

Kesimpulan .........................................................................................

86

STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN DAN DEBU DENGAN KESEHATAN
MASYARAKAT .......................................................................................

87

Pendahuluan ........................................................................................

87

Metode Penelitian ................................................................................

88

Hasil dan Pembahasan .........................................................................

90

xiv

Kandungan Pb pada Tanaman ...............................................

91

Kandungan Pb pada Rambut Polisi Yang bertugas
Di Lokasi Penelitian ................................................................

94

Kesimpulan ..........................................................................................

102

KEBIJAKAN MANAJEMEN LINGKUNGAN WILAYAH DAMPAK
PENCEMARAN UDARA...............................................................................

103

Pendahuluan ......................................................................................

103

Metode Penelitian

105

.............................................................................

Analisis Herarki Proses Dapat Menyusun Kebijakan Pengelolaan
Pencemaran Udara................................................................................

119

Patokan Dengan Kota Kembar (Sister City)........................................

120

Pencapaian Target Agar Sesuai Dengan Kadar Udara Di Sister
City Yaitu Kota Beern dan Den Haag Adalah Cukup Panjang ...........

124

Kesimpulan ..........................................................................................

129

Simpulan dan Saran.......................................................................................

131

Simpulan .............................................................................................

131

Saran ....................................................................................................

131

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

133

xv

DAFTAR TABEL
Halaman
14

1.

Susunan Gas di Atmosfer pada Suhu dan Tekanan Udara Baku ..................

2.

Kandungan sulfur dalam bahan bakar minyak .....................................

18

3.

Jenis industri dan bahan pencemar udara yang diemisikan .......................

19

4.

Komposisi gas buang kendaraan bermotor berdasarkan % volume
(a) dan rata-rata emisi gas dalam g/km (b) menurut jenis bahan
bakar yang digunakan .............................................................. ..

5.

Konsumsi bahan bakar (premium) dan emisi gas buang kendaraan
Dinas di kota Yogyakarta...............................................................

6.

23

Kandungan gas SO 2 dan NO 2 di empat lokasi pengukuran
di Kota Padang .....................................................................................

7.

21

25

Hasil pemantuan kualitas udara harian di Senayan dan
Pondok Indah DKl Jakarta pada bulan Januari Februari, Juli
dan Agustus 2010 ........................................................................

8.

26

Beberapa jenis pencemar udara dan pengaruhnya terhadap manusia
Jenis Pencemaran udara ......................................................................

33

9.

Beberapa jenis pencemar udara dan pengaruhnya terhadap manusia ..

48

10.

Metoda sampling dan analisis pencemar udara ....................................

52

11.

Intensitas radiasi matahari ....................................................................

53

12. Jenis dan sumber data ..........................................................................

56

Skala komparasi berdasarkan skala Saaty ............................................

59

14. Luas Wilayah Kotamadya DKI Jakarta Tahun 2009 ...........................

63

15.

64

13.

Pemanfaatan Lahan di Wilayah DKI Jakarta tahun 2010 ....................

16, Luas hijau jalan, hijau kota dan taman di wilayah Propinsi DKI
Jakarta tahun 2010 ...............................................................................

65

17.

Fungsi Jalan, Panjang Jalan, Luas dan Status jalan tahun 2010...........

65

18.

Jumlah Sepeda Motor, Mobil Penumpang, Mobil Beban, dan Bus
Tahun 2005–2010 ................................................................................

xvi

66

19.

Jumlah Kendaraan Angkutan Jenis IV .................................................

20.

Rata – rata jumlah penumpang, jumlah bis yang ada dan

67

yang Beroperasi Tahun 2005 – 2010 ..................................................

67

21.

Panjang Jalan DKI Jakarta tahun 2010 ................................................

68

22.

Luas Jalan DKI Jakarta tahun 2010 .....................................................

68

23. Komponen Pb (ppm) di dalam asap mobil...........................................

70

24. Suhu maksimum dan minimum tahun 2005 – 2010 ............................

70

25.

Tingkat polusi di DKI Jakarta Berrn, Den Haag, Singapura dan
Kuala Lumpur ......................................................................................

72

26.

Metode analisis kualitas udara dan kebisingan ...................................

76

27.

Data hasil pemantauan kuantitatif kendaraan bermotor
di Jakarta tahun 2008/2009 .................................................................

77

28.

Hasil pengukuran SO2 .........................................................................

79

29.

Hasil pengukuran NO2 .........................................................................

80

30.

Hasil pengukuran CO ..........................................................................

81

31.

Hasil pengukuran kandungan Pb pada lima lokasi penelitian..............

82

32.

Hasil pengukuran kandungan Debu pada lima lokasi penelitian .........

83

33.

Hasil pengukuran kandungan kebisingan pada lima lokasi
penelitian ..............................................................................................

34.

84

Jumlah kendaran yang melintas di Kuningan dan Pancoran tanggal
13 Februari 2008 dan tanggal 11 November 2011 ...............................

85

35.

Data Kesehatan Anggota Kor Lalulintas Metro Jaya...........................

90

36.

Korban CO dan Tempat Kejadian Perkara .........................................

91

37. Hasil pengukuran kandungan Pb di setiap jenis tanaman penghijauan
tepi jalan tol Cawang – Semanggi (Februari 2008) .............................
38.

Penjerapan kandungan Pb pada sampel tanaman contoh di lokasi penelitian
selama musim kemarau dan musim hujan tahun 2008.........................

39.

92

93

Hasil analisis kandungan Pb pada rambut pekerja sepanjang jalan
Cawang-Semanggi ...............................................................................

xvii

94

40.

Kasus penyakit ISPA akibat peningkatan jumlah kendaraan di
beberapa lokasi pengamatan di DKI Jakarta ........................................

41.

99

Hubungan antara jumlah kendaraan bermotor dengan gangguan
pendengaran masyarakat pada beberapa lokasi penelitian ...................

xviii

101

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Hubungan kegiatan manusia (rumah tangga dan perusahaan) dengan
Sumberdaya Alam Dan Lingkungan ..................................................

2.

2

Kerangka berpikir analisis tingkat penyebaran konsentrasi Pb, debu
dan kebisingan untuk manajemen lingkungan pada dampak resiko
pencemaran udara menuju Ecocity ......................................................

3.

6

Hubungan antara kecepatan kendaran dan emisi N0 2 dan CO
tanpa peralatan anti pencemaran pada kendaraan ..............................

22

4.

Akumulasi peredaran Pb pada manusia ..............................................

37

5.

Jalur masuk Pb pada manusia ............................................................

38

6.

Peta lokasi penelitian .........................................................................

50

7.

Tahapan Pelaksanaan Penelitian ..........................................................

51

8.

Rising Supply and Demands ...............................................................

54

9.

Kebijakan pengelolaan pencemaran udara Pb, debu dan CO dari sektor
transportasi darat.....................................................................................

55

10. Konsentrasi Pb, debu dan NOx di Jakarta tahun 2008 .........................

69

11.

Perbandingan tingkat polusi DKI Jakarta dengan Sister Citynya ........

72

12.

Kendaraan yang melintas di Bundaran Semanggi Juli 2010................

84

13.

Kendaraan yang Melintas di Kuningan dan Pancoran Juli 2010 .........

85

14.

Kandungan Pb pada rambut pekerja sepanjang jalan
Cawang-Semanggi ..............................................................................

15.

95

Perbandingan tingkat konsentrasi Pb pada rambut di lima lokasi
pengamatan ..........................................................................................

96

16. Hasil pengamatan Pb, pada tanggal 13 Februari 2008,
11 November 2011 dan 5 Desember 2011 ...........................................
17.

97

Hasil pengamatan debu, pada tanggal 13 Februari 2008,
11 November 2011 dan 5 Desember 2011 ...........................................

98

18. Hasil pengamatan CO , pada tanggal 13 Februari 2008,
11 November 2011 dan 5 Desember 2011 ...........................................
xix

98

19. Hasil pengamatan bising (dBA), pada tanggal 13 Februari 2008,
11 November 2011 dan 5 Desember 2011 ...........................................

99

20. Regresi dan Korelasi antara jumlah kendaraan terhadap peningkatan
berlalulintas pada gangguan pendengaran masyarakat di DKI Jakarta

100

21. Regresi dan Korelasi antara jumlah kendaraan terhadap peningkatan
berlalulintas pada gangguan pendengaran masyarakat di DKI Jakarta
22.

101

Hirarkhi AHP kebijakan pengelolaan pencemaran udara Pb, debu dan
CO dari sektor transportasi darat …………………………………….

105

23. Hirarkhi AHP Kebijakan Pengelolaan Pencemaran Udara Pb, debu
dan CO Dari Sektor Transportasi Darat di Jakart ...............................

106

Model pengelolaan pencemaran udara ................................................

124

25. Model Powersim ..................................................................................

125

24.

26.

Rencana pencapaian tingkat pencemaran Pb pada 5 tahun
kedepan seperti di Kota Kuala Lumpur ...............................................

27.

Rencana pencapaian tingkat pencemaran CO pada 5
tahun kedepan seperti di Kota Kuala Lumpur ....................................

28.

127

Rencana pencapaian tingkat pencemaran CO pada 10 tahun
kedepan seperti di Kota Singapura ......................................................

31.

127

Rencana pencapaian tingkat pencemaran Pb pada 10 tahun
kedepan seperti di Kota Singapura ......................................................

30.

126

Rencana pencapaian tingkat pencemaran debu pada 5 tahun
kedepan seperti di Kota Kuala Lumpur ..............................................

29.

126

128

Rencana pencapaian tingkat pencemaran debu pada 10 tahun
kedepan seperti di Kota Singapura ......................................................

xx

128

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan suatu proses pengolaan sumberdaya alam dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia generasi saat ini dan generasi
mendatang agar hidupnya sejahtera. Menurut Monash Singh (1993) Pembangunan
berkelanjutan berorentasi pada tiga aspek sekaligus, yaitu: ekonomi, sosial dan
lingkungan (ekologi). Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kecerdasan dan
kesejahteraan pada masyarakatnya secara terus menerus Zen (1979). Masyarakat
yang dinamis dalam kehidupan sehari hari sangat memerlukan transportasi dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Majunya pembangunan disektor transportasi menjadikan kota besar di
Indonesia acap kali terjebak dalam kemacetan berlalulintas. Jakarta sebagai salah
satu kota megapolitan sudah lebih dari satu dekade ini mengalami kemacetan.
Kemacetan hampir setiap hari ini terdapat di jalan-jalan arteri maupun jalan tol
dalam kota. Suasana kemacetan yang cukup parah sering kali terjadi pada waktu
masuk dan pulang kerja karyawan di Ibukota.
Berdasarkan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2
Tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara pasal 15 perihal
penanggulangan pencemaran udara menyatakan bahwa setiap orang atau
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan terjadinya
pencemaran udara dan/atau gangguan, wajib melakukan upaya penanggulangan
pecemaran udara. Sanksi akibat melanggar Perda Propinsi DKI Jakarta adalah
pencabutan ijin usaha, dikenakan biaya penanggulangan dan pemulihan, ganti rugi
dan retribusi sebagai bentuk sanksi administratif. Tercantum pada pasal 41 pidana
yaitu dengan dimulainya penyelidikan, penyidikan, penuntutan perkara dan
diputus oleh Pengadilan Negeri setempat.
Isi Perda tersebut sangat mengikat pada semua obyek dan Badan Hukum
di wilayah DKI Jakarta. Dampak pertumbuhan populasi penduduk dan
perkembangannya yang terus meningkat dan kepentingan ekonomi yang lebih
dominan dari pada kepentingan ekologi, mendorong kondisi sumberdaya alam dan

1

2

lingkungan menjadi menurun baik secara kualitas maupun kuantitas. Demikian
pula kondisi sumberdaya manusia yang belum memadai, instansi belum berperan
secara tepat, teknologi belum ramah lingkungan dan law enforcement yang masih
rendah serta etika ekologi yang masih dangkal telah menyebabkan kondisi
sumberdaya alam dan lingkungan semakin terpuruk.
Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan secara keseluruhan akan
berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi dalam upaya menyangga
keseimbangan, stabilitas dan produktivitasnya, aktivitas manusia atau kegiatan
pembangunan. Meningkatnya jumlah penduduk, khususnya di wilayah perkotaan
erat kaitannya dengan meningkatnya kebutuhan perumahan, transportasi dan
kegiatan industri. Di lain pihak daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan
adalah sangat terbatas, sehingga dampak dari aktivitas dan kegiatan pembangunan
sering menimbulkan pencemaran baik pada tanah, air maupun udara yang pada
akhirnya bermuara pada manusia sendiri sebagai penerima akibatnya.
Hubungan kegiatan rumah tangga atau perusahaan dengan sumberdaya
alam dan lingkungan terdapat pada Gambar 1.
Perusahaan :

Input
Lingkungan

Lingkungan Tenaga
Kerja Manajemen Mesin

Sumber daya alam
dan Lingkungan :
Udara, Satwa, Air,
Tumbuhan, Tanah,
Manusia, Sosial

Produk
Perusahaan
Output Lingkungan

Limbah dan
Sampah

Gambar 1. Hubungan kegiatan manusia (rumah tangga dan perusahaan) dengan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Modifikasi Djajadingrat 1997).
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh sarana transportasi, bersumber
dari bahan bakar minyak (BBM) dan gas. Bahan bakar minyak dan gas sebagai
sumber energi yang menggerakkan mesin atau peralatan mekanis menghasilkan

3

sisa buangan berupa gas, debu dan asap yang pada tingkat konsentrasi tertentu
berperan sebagai zat pencemar udara (Saeni 1989).
Pencemaran udara merupakan suatu masalah besar di kebanyakan kota
besar di dunia. Jakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia disamping
kota-kota besar lainnya dengan tingkat pencemaran udara yang cukup tinggi. Ini
disebabkan terutama oleh tingginya pemanfaatan energi fosil di dalam transportasi
dan industri. Di banyak negara berkembang, konsentrasi CO (karbon monoksida),
SO2 (sulfur dioksida), timbal (Pb), debu dan bahan pencemar lainnya meningkat
sebagai suatu konsekuensi terhadap meningkatnya pembakaran bahan bakar fosil.
Pencemaran udara kota-kota di seluruh Indonesia dari tahun ke tahun
semakin meningkat, bahkan beberapa parameter sudah melampaui ambang batas
baku mutu lingkungan. Kualitas udara perkotaan telah berubah kondisinya akibat
perubahan komposisinya dari komposisi udara alamiahnya menjadi kondisi udara
yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Berdasarkan
hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup melalui Air Quality Monitoring
Station (AQMS), dari sepuluh kota besar di Indonesia, enam di antaranya yaitu
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi, dan Pekanbaru hanya memiliki udara
berkategori baik selama 22 sampai 62 hari dalam setahun atau tidak lebih dari 17
persen. Di Pontianak dan Palangkaraya penduduk harus menghirup udara dengan
kategori berbahaya masing-masing selama 88 dan 22 hari (Cahyono 2008).
Zat pencemar udara, dapat berupa karbon monoksida (CO), oksida-oksida
nitrogen (NOx) dan belerang dioksida (SO2) termasuk timbal (Pb) dan debu
(suspended particulate matter) (Manahan 1994). Pencemaran Pb dan debu pada
konsentrasi tertentu, berpengaruh terhadap tingkat kesehatan manusia dan
aktivitas manusia (ekonomi) serta menurunnya kondisi lingkungan. Kondisi
perubahan konsentrasi Pb, debu dan CO, semakin meningkatnya jumlah penduduk
dan sarana transportasi dikhawatirkan akan menggangu kondisi sosial (kesehatan),
ekonomi (aktivitas atau mata pencaharian) dan lingkungan (sistem yang semakin
penuh) dalam jangka panjang. Kondisi ini dikhawatirkan akan menggangu
lingkungan, kesehatan dan keamanan aktivitas penduduk dan pada saatnya akan
menganggu aktivitas sosial, alam dan lingkungan (Riyadi 1982).

4

Dampak negatif akibat penurunan kualitas udara terhadap kesehatan
manusia yaitu peningkatan penyakit pernapasan (ISPA) dan beberapa penyakit
lainya. Selain itu, pencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi,
gangguan penglihatan, dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak
lingkungan. Untuk hal ini perlu diadakan analisis terhadap tingkat pencemaran Pb,
debu dan CO pada jalan–jalan tertentu yang padat dengan transportasi untuk
menyusun kebijakan pengelolaan pencemarn udara di kota-kota besar di
Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Menurut Gold (1980) dan Djajaningrat (1997) bahwa sumberdaya alam
dan lingkungan memiliki tiga peranan pokok yaitu sebagai penyedia materi
(lahan, air, udara), penerimaan limbah dan sampah (termasuk dalam bentuk asap
dan debu), dan penyedia estetika (keindahan khususnya kenyamanan).
Di satu pihak sebagai pemasok limbah dan sampah, lingkungan memiliki
keterbatasan yang ditentukan oleh daya dukungnya (Soemarwoto 1988) serta di
lain pihak manusia sebagai pemakai untuk memenuhi kebutuhannya harus
berkorban. Dalam hal ini dikhawatirkan, pemanfaatan yang berlebihan (over
exploitation) akan merusak dan menurunkan kondisi sumberdaya alam dan
lingkungan setempat.
Manusia akan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan, untuk
pemukiman dan perumahan, industri, perhubungan dan layanan kota dan jasa
transportasi. Aktivitas dari manusia ini (baik perumahan atau rumahtangga
maupun perusahaan dan industri) akan menghasilkan residu berupa sampah dan
limbah (termasuk hasil pembakaran) dan sarana transportasi baik kendaraan roda
dua maupun kendaraan roda empat atau lebih langsung mengeluarkan asap dan
debu yang pada konsentrasi tertentu dapat mencemari udara.
Pencemaran udara dalam penelitian ini difokuskan pada analisis tingkat
penyebaran konsentrasi Pb, debu dan CO dengan perhitungan, bahan dalam
penelitian tingkat penyebaran pencemar tersebut dikaitkan dengan eksistensi
petugas lalu lintas, pengguna jalan dan pemakai gedung di sekitarnya,

5

pengetahuan tentang pencemaran Pb masih belum memadai dan belum disusun
manajemen lingkungan pada dampak risiko pencemaran udara yang berperan
untuk mengendalikan tingkat kesehatan dan pengaturan penggunaan bahan bakar.
Berdasarkan manajemen lingkungan wilayah dapat disusun strategi pengendalian
(kebijakan, teknologi dan insentif) untuk menyusun strategi pengendalian
pencemaran udara secara terpadu dengan melibatkan pemerintah berikut dapat
menelusuri dampak risiko pencemaran udara serta badan usaha milik negara dan
swasta, dalam upaya melibatkan partisipasi masyarakat seperti halnya pengguna
jalan, pengemudi, penghuni, pemakai gedung juga pihak–pihak lain.
Dengan tetap mengedepankan kepentingan masing – masing dan adaptif
(Michel 2000) untuk menuju kondisi lingkungan udara kota DKI Jakarta yang
bersih, sehat dan nyaman secara berkelanjutan menjadi kondisi lingkungan yang
berwawasan lingkungan telah sesuai dengan program pencanangan Ecocity
(Setiawan 2003). Uraian secara rinci kerangka berpikir analisis manajemen
wilayah dampak pencemaran udara dalam kaitan dengan kesehatan masyarakat
seperti terlihat pada Gambar 2.

6

Eco City Jakarta

Kondisi kualitas LH di
Cawang - Semanggi

Kualitas Udara
Pb, debu, SO2
NO2,CO,
Kebisingan

Kesehatan Lingkungan
Masyarakat (Keslingmas)
- Pemerintah
- Masyarakat

[DINAMIS]

Sumber Pencemaran
(Indusri, transportasi,
rumah tangga)

Manajemen Lingkungan Wilayah.
Dampak pencemaran udara dalam
kaitan kesehatan masyasarakat
(pengendalian dan penanggulangan)

Gambar 2. Kerangka berpikir analisis tingkat penyebaran konsentrasi Pb, debu,
CO, dan kebisingan untuk manajemen lingkungan pada dampak resiko
pencemaran udara menuju Ecocity.

Perumusan Masalah
Masalah pencemaran di kota – kota besar di seluruh dunia sudah
menunjukkan perihal yang sangat serius (KTT Johannesburg 2000). Terlebih lagi
pencemaran udara yang disebabkan asap industri maupun asap dan gas buangan
knalpot kendaran bermotor. Jakarta sebagai kota metropolitan, udaranya tercemar
nomor 3 di dunia setelah Bangkok dan Dakka (Salim, 1999). Keadaan
pencemaran udara itu tidak dapat dibiarkan terus-menerus berkembang tanpa ada
upaya dari pemerintah atau swasta yang peduli terhadap emisi gas buang. Akibat
emisi gas buangan ini banyak penduduk Jakarta Pusat menderita Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA).

7

Kebijakan transportasi di Daerah Khusus Ibukota 40 % didominasi bus
umum, 16% kendaraan pribadi, disusul angkutan jenis pedati, gerobak, kereta
angin, delman sebesar 24 %, lain – lain 14 %, kereta api 2,5 % dan sepeda motor
2%. Kendaraan umum sebagai alat transportasi yang bebas zat pencemar udara
dalam persentase cukup kecil yaitu 2,5 % berupa kereta api rel diesel dan listrik.
(Dirlantas POLRI 2008).
Kondisi serta komposisi jenis kendaraan bermotor yang tidak seimbang ini
menunjukkan signifikansi adanya zat pencemar udara di seluruh ruas jalan arteri
dan jalan tol di DKI Jakarta. Lapisan udara yang menebal di atas permukaan tanah
sering kali disebut asap kabut atau smog. Asap kabut seringkali tampak pada
setiap hari jam – jam padat lalu lintas, terutama di jalan protokol yaitu jalan
Panglima Sudirman, jalan M. Husni Thamrin dan jalan Grogol – Cawang sampai
dengan Cikampek. Seperti diketahui asap kabut itu berasal dari kendaraan
bermotor yang melintas di jalan – jalan tersebut. Asap kabut yang berasal dari
emisi gas buang atau knalpot itu cukup berbahaya bagi kesehatan manusia, satwa
dan tumbuhan.
Asap knalpot berupa emisi gas buang terdiri berbagai partikel kecil berupa
antara lain: debu yang tersuspensi (total suspendied particulate), debu jatuh (dust
fall), partikel PM10 (partikel < 10 µm) dan partikel 2,5 (partikel < 2,5 µm), unsur
logam berat (timbal). Jenis–jenis gas antara lain : sulfur dioksida (SO2), karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx) ozon (O3), hidrokarbon (HK), seperti
diketahui lingkungan udara ambien jalan Sudirman dan jalan Jembatan Semanggi
sampai Cikampek telah membentuk asap kabut atau smog. Kabut terbentuk oleh
emisi gas buang dari knalpot kendaraan bermotor yang berlalu-lintas sepanjang
hari. Namun secara alami asap kabut itu dipengaruhi oleh arah angin, cuaca,
kerimbunan pohon di sepanjang jalan dan jumlah kendaraan itu sendiri. Faktor–
faktor angin, cuaca, kerapatan tanaman, jumlah kendaraan bermotor dan kegiatan
bermasyarakat setempat sangat berhubungan dengan dinamika dan pola
penyebaran Pb, debu dan CO dan kebisingan suara di udara.

8

Sumber pencemaran udara utamanya ternyata bukan hanya dari sektor
industri, namun justru sektor transportasi. Konstribusi nyata terhadap pencemaran
NOx mencapai 73,3%; partikel-partikel (total suspendied solid) = 35,4% dan debu
halus dibawah 10 micron. Untuk lebih jelasnya bahwa pencemaran udara dari
transportasi di Jakarta (World Bank 2006) adalah sebagai berikut :
1. Debu (total suspended particulate) sebesar = 34,205 ton / tahun
2. Debu halus < 10 micron (PM 10) sebesar = 13,331 ton / tahun
3. Nitrogen Oksida (NOx) sebesar

= 31,543 ton / tahun

Tingkat penyebaran Pb di udara ditinjau dari sosial ekonomi sangatlah
strategis. Arti strategis adalah penyebaran Pb secara nyata tidak pernah disadari
karena efek kesehatannya cukup lama dan terabsorpsi di bawah lipatan lemak
(Saeni 1989).

Pb (timbal) dapat melayang di udara selama 4-40 hari dan

penyebarannya sejauh 100-1000 km dari sumbernya (Harahap 2003). Indonesia
seperti halnya di Negara-negara berkembang dan miskin lainnya seperti halnya
Indonesia belum tampak serius mencegah maupun berupaya mengatasi
penyebaran racun timbal Pb dan debu ini.
Menurut Saeni (1989) bahan logam berat Pb yang berupa partikel sangat
halus dan sangat berbahaya. Partikel Pb dapat mempengaruhi syaraf, tersimpan
dalam lipatan lemak dan tidak bisa dikeluarkan melalui air seni, feses, maupun
keringat. Jenis penyakit yang ditimbulkan oleh akibat keracunan Pb antara lain
adalah penyakit jantung, penyakit yang berakibat daya pikirnya dibawah normal
rata-rata orang dewasa.
Upaya mengurangi atau mencegah peningkatan buangan pencemar udara
yang mengandung Pb, debu dan CO di permukaan tanah pada jalan arteri Jl.
Sudirman-Jl. M.H.Thamrin, jalan antara Semanggi–Cawang kendati dapat diatasi
dengan berbagai multi disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang perlu diterapkan pada
materi ini terlebih dahulu tentang permodelan pola dinamika penyebaran dan debu
akan memudahkan untuk menyusun sistem manejemen dan pengendalian
pencemaran udara oleh unsur Pb, debu dan CO, guna menyusun strategi yang
lebih tepat.

9

Perundang-undangan lingkungan hidup pada Undang-undang nomor 23
tahun 1997 telah menentukan sangsi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya
pencemaran udara, hal ini merupakan kebijakan Pemerintah dalam mengatur pola
pengendalian dan masalah-masalah tersebut yang pada dasarnya merupakan
akibat dari kegiatan manusia. Adapun penyebab permasalahannya, antara lain
meliputi :
1. Kebijakan pengendalian pencemaran (udara) yang di dalamnya mengandung
aturan, norma, etika, mekanisme dan prosedur, belum mampu mengendalikan,
mengawasi dan menindaklanjuti pengurangan pencemaran udara Pb, debu dan
CO.
2. Kualitas sumber daya manusia baik sebagai aparat birokrat, pemilik mobil,
industriawan, maupun masyarakat yang berada di sekitar lokasi, belum
memahami akibat pencemaran Pb, debu dan CO yang dapat mengganggu
terhadap kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan kesehatan.
3. Kondisi lingkungan di kota mengalami penurunan kualitas baik secara fisika
maupun kimia. Hal ini akibat kegiatan manusia dalam mengelola
penghidupannya serta membuang sampah dan limbah sampai merusak dan
mencemari udara khususnya oleh Pb, debu dan CO.
Berdasarkan identifikasi masalah pencemaran udara tersebut, maka
perumusan masalahnya dapat disusun sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kimiawi tingkat pencemaran udara di Tol CawangSemanggi Jakarta yang berasal dari kendaraan bermotor ?
2. Bagaimana tingkat penyebaran Pb, debu dan CO di Tol Cawang-Semanggi
Jakarta yang berasal dari kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat setempat ?
3. Bagaimana arahan kebijakan manajemen lingkungan wilayah dampak
pencemaran udara di Kota Jakarta yang berasal dari kendaraan bermotor
khususnya Pb, debu dan CO ?

10

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mendesain kebijakan manajemen
lingkungan wilayah dampak pencemaran udara dalam kaitan dengan kesehatan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, maka beberapa kajian yang
perlu dilakukan sebagai tujuan khusus antara lain :
1. Mengidentifikasi tingkat penyebaran Pb, debu dan CO yang ada pada saat ini.
2. Mengidentifikasi tingkat penyebaran Pb, debu dan CO dan dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat setempat.
3. Merumuskan kebijakan pengelolaan transportasi darat untuk mengurangi
pencemaran udara.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi kebijakan pencegahan,
penanggulangan pencemaran dan pengendalian penyebaran Pb, debu dan CO
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
2. Bagi Dunia Usaha dan Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya dalam pengelolaan kualitas udara.
Memberikan informasi dan peluang bagi dunia usaha untuk berperan serta
dalam pengendalian penyebaran Pb dan debu atas dasar saling membutuhkan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan bagi ilmu pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan, khususnya dalam menyusun system manajemen lingkungan
wilayah dampak percemaran udara dalam kaitan dengan kesehatan
masyarakati secara terintegrasi untuk mewujudkan langit biru, konservasi
Sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

11

Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesisnya disusun sebagai berikut :
1. Di duga terdapat Pb dalam tubuh manusia yang berbeda jumlahnya sejalan
dengan lama paparan
2. Jumlah Pb, debu dan CO sejalan dengan meningkatnya jumah kendaran.
3. Kelayakan pembatasan untuk kendaraan dan peralihan perubahan konsumsi
jenis BBG dapat menurunkan tingkat Pb dan CO.

Pembatasan Studi
Dalam uji rambah serta uji laboratorium (in situ, ex situ) melalui media
tertentu yaitu eceng gondok (Eichornia crassppes), kangkung (Ipomoca reptans
Poir) dan genjer (Limmochoris flava Buchanau).
Informasi pengendalian pencemaran sebagai masukan dalam menyusun
strategi pengendaliannya, pembatasan masalah dalam penelitian ini dikaitkan
dengan kriteria aspek sosial, ekonomi dan tingkat penyebaran Pb, debu dan CO
meliputi : (a) kebijakan (b) sumberdaya manusia (c) kondisi lingkungan udara.
Untuk kebijakan akan dibahas tentang kebijakan (aturan, norma); (1) tingkatan (2)
jenis (3) masa berlaku (4) instansi yang terkait (5) aktor pembuat (6) aktor
penerima (7) masalah yang diatasi (8) dampak yang timbul (9) sangsi (10) insentif
(11) intensitas sosialisasinya.
Untuk Sumberdaya Manusia (SDM) meliputi pemilik industri atau
kendaraan, sopir, masyarakat pengguna dan petugas lapangan (a) resiko yang
pernah dialami (b) untuk SDM pemilik industri atau kendaraan akan diteliti
indikator-indikator, meliputi : (1) tingkat pendidikan (2) pengalaman (3) tingkat
kemampuan (4) kreativitas dan inovasi (5) penggunaan BBM (6) adat istiadat dan
budaya (7) upaya pengurangan emisi (8) persepsi tentang pencemaran udara (9)
resiko yang pernah dialami. (c) untuk SDM masyarakat pengguna, indikatornya
meliputi : (1) tingkat pendidikan (2) pengalaman (3) tingkat kemampuan (4)
kreativitas dan inovasi (5) penggunaan BBM (6) adat isitiadat dan budaya (7)
upaya pengurangan emisi (8) persepsi tentang pencemaran udara (9) resiko yang
pernah dialami. (d) SDM masyarakat untuk kondisi udara akan dibahas dengan

12

indicator-indikator, meliputi: (1) konsentrasi zat pencemar Pb dan debu (2) jumlah
dan jenis kendaraan (3) bahan bakar yang dipakai (4) laju emisi (5) konsentrasi zat
pencemar (6) penentuan stabilitas adapter dan (7) koefisiensi distorsi (8) data
stabilitas atmosfer arah dan kecepatan angin (9) pemakaian bahan bakar.
Pengukuran kondisi udara akan dilakukan di bawah dan di atas lokasi penelitian,
sedangkan pada periode waktu tertentu akan dihitung koefisien tingkat korelasi
dan tingkat determinannya. Analisis terhadap orang yang bermukim dan bertugas
di sekitar jalan yang dilalui kendaraan bermotor, indikatornya meliputi : (1)
tingkat pendidikan (2) pengala