Doa Buatan Sendiri dll

Doa Buatan Sendiri dll
BERDOA DENGAN DOA BUATAN SENDIRI DALAM SHALAT,
ROH ANAK YANG DIKORBANKAN UNTUK PESUGIHAN,
HUKUM SHALAT DHUHA SECARA BERJAMAAH,
DAN LAFADZ TAKBIR HARI RAYA
Penanya:
Wakidjo Az./ Agen SM No. 025, NBM. 494 220, Lampung
(disidangkan pada hari Jum'at, 7 Rabiul Akhir 1427 H / 5 Mei 2006 M)
Pertanyaan:
Pertanyaan saudara yang panjang dapat kami ringkas sebagai berikut:
1. Bolehkah kita berdoa dengan doa buatan sendiri di dalam shalat?
2. Kemanakah roh anak yang mati akibat dijadikan sebagai syarat mencari pesugihan?
3. Bolehkah shalat dhuha dilaksanakan dengan berjamaah? Kalau boleh, bagaimanakah
caranya? Dan apakah fadhilah shalat dhuha?
4. Bagaimanakah lafaz takbir Hari Raya?
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan kepada kami,
berikut ini jawabannya:
1. Berdoa untuk mendapatkan kebaikan dunia-akhirat bisa dilakukan sebelum dan
sesudah shalat sunat maupun fardhu. Adapun berdoa dengan doa-doa yang diajarkan
Nabi saw. di dalam shalat itu adalah sunat. Bagaimana pula jika kita berdoa dengan

doa redaksi sendiri di dalam shalat? Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat seperti
berikut:
a. Madzhab Hanafi: Tidak boleh berdoa di dalam shalat kecuali dengan doa-doa yang ada
di dalam al-Qur’an atau seperti yang ada dalam al-Qur’an. (lihat al-Mabsut karangan asSarakhsi: 1/202-204).
Dalilnya:

‫ي‬
‫ي‬
ّ ‫ إي ّن َه يذ ي ال‬:‫صلّى اهُ َعلَْي يه َو َسلّ َم‬
ّ ‫قَ ْو ُل ال ي‬
ْ َ‫صاََة اَ ي‬
َ ِّ
ْ ِ ٌ‫صلُ ُح فْي َها َش ْي‬
‫ّاس إيَّا هو التّسبييح والتّ ْكبيي ر وقيراءةُ الْ ُقر ي‬
‫َكاَي‬
‫ي‬
.]‫آن [أخرجه ِسلم‬
‫ال‬
‫م‬
ُ

ْ
ْ
ْ َََ ُ َُ ْ َ
Sabda Nabi saw.: “Sesungguhnya shalat ini tidak boleh ada di dalamnya sesuatu dari
perkataan manusia. Sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan al-Qur’an.”
[Ditakhrijkan oleh Muslim].
b. Madzhab Maliki (lihat Syarh az-Zarqani 2/60), madzhab Syafi’i (lihat Fathul Bari: 2/230,

2/321) dan madzhab Hambali (lihat al-Mughni karangan Ibn Qudamah 1/320-322):
Boleh berdoa dengan doa buatan sendiri yang disukainya.
Dalilnya:

ٍ
‫قَو ُل ال يِّ صلّى اه علَي يه وسلّم يِ ح يدي ي‬
ُُّ :‫ّش ّه يد‬
َ ‫ث ابْ ي َِ ْسعُ ْود يِ الت‬
ْ َ َ ََ َْ ُ َ ّ
ْ
‫ي‬
‫ي‬

‫ ُُّ لييَتَ َخيّ ْر‬:‫ َولي ُم ْسلي ٍم‬،]‫ [ِتفق عليه‬.‫ّع ياء أ َْع َجبَهُ إيلَْي يه‬
َ ‫ليَتَ َخيّ ْر ِ َ الد‬
‫ب ع ُد يِ اْمسأَلَي‬
‫ ويِ ح يدي ي‬.‫ب‬
‫ إي َذا‬:‫ث أيَِ ُهَريْ َرَة‬
‫َح‬
‫أ‬
‫ا‬
ِ
‫َو‬
‫أ‬
‫اء‬
‫ش‬
‫ا‬
ِ
‫ة‬
ّ
َ
ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َْ
.ُ‫بدأَ لَه‬

َ ‫َح ُد ُك ْم فَ ْليَتَ َع ّو ْذ يِ ْ أ َْربَ ٍع ُُّ يَ ْدعُو ليَ ْف يس يه َِا‬
َ ‫تَ َش ّه َد أ‬
Sabda Nabi saw. dalam hadis Ibn Mas’ud dalam masalah tasyahhud: “Kemudian
hendaklah ia memilih doa yang paling ia kagumi.” [Muttafaq Alaih]. Dan dalam hadits
riwayat Muslim: “Kemudian hendaklah ia memilih --setelah tasyahhud-- permohonan
yang dikehendakinya atau disukainya.” Dan dalam hadis Abu Hurairah: “Jika salah
seorang di antara kamu telah tasyahhud maka hendaklah ia berlindung (kepada Allah)
dari empat perkara kemudian berdoa untuk dirinya apa yang tampak (baik) baginya.”

ٍ ‫س ب ي ِالي‬
ٍ
ّ
‫ي‬
ُ
َ
‫صلّى اهُ َعلَْي يه‬
ِّ
‫ال‬
‫ي‬
‫ل‬

‫ع‬
‫ت‬
‫د‬
‫غ‬
‫م‬
‫ي‬
‫ل‬
‫س‬
‫م‬
‫أ‬
‫ن‬
‫أ‬
‫ك‬
َ
َ
ّ
َ
َ
ْ
َ

ّ
ُْ
َ
َ ْ ‫ي َع ي أَنَ ي‬
َ ‫َوُريو‬
ٍ ‫ علّم يِ َكليم‬:‫وسلّم فَ َقالَت‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫اه‬
‫ي‬
:
‫ال‬
‫ق‬
‫ف‬
ِ
‫ا‬
‫ص‬
ِ
ُ

‫و‬
‫َق‬
‫أ‬
‫ات‬
ّ
‫ك‬
َ
ّ
ّ
َ
َ
ُ
َ
َ
ُْ
َ
َ
َْ ْ
َ
َ ََ

‫اْ يدي يه ع ْشرا ُ ي‬
‫ع ْشرا وسبّ ي‬
‫ي ي‬
.]‫ُّ سلي ِا شْئت [روا الرِذي‬
‫و‬
‫ا‬
‫ر‬
‫ش‬
‫ع‬
‫اه‬
‫ي‬
‫ح‬
ْ
ْ
َ
َ
َ
َ َ ً ْ َ ً َ
ََ ً َ
Diriwayatkan dari Anas, bahwa Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw. lalu berkata:

Ajarkan kepadaku perkataan (doa) yang aku panjatkan dalam shalatku. Maka beliau
bersabda: “Bertakbirlah sepuluh kali, bertasbihlah sepuluh kali dan bertahmidlah
sepuluh kali, kemudian mintalah apa yang engkau kehendaki.” [HR. Tirmidzi].

‫ي ييي‬
‫ي‬
‫ّع ياء‬
َ ‫صلّى اهُ َعلَْيه َو َسلّ َم أَِّا ال ّس ُج ْو ُد فَأَ ْكث ُرْوا فْيه ِ َ الد‬
ّ ‫قَ ْو ُل ال ي‬
َ ِّ
.]‫[روا اب خزمة‬
Sabda Nabi saw.: “Adapun sujud, maka perbanyaklah doa di dalamnya.” [HR. Ibn
Khuzaimah]
Menurut para Ulama pendukung madzhab ini, hadis-hadis di atas dengan jelas
membenarkan doa buatan sendiri di dalam shalat, karena Nabi saw. tidak menentukan
doa tertentu. Oleh karena itu, tidak heranlah jika para shahabat seringkali berdoa

dengan doa yang tidak mereka terima dari Nabi saw., dan beliaupun tidak
mengingkarinya. Tambahan pula hadis-hadis di atas rnentakhsis (mengkhususkan)
keumuman dalil madzhab Hanafi itu, apalagi pengharaman berbicara di dalam shalat itu

terjadi ketika di Makkah, sedang hadis-hadis mcngenai doa di dalam shalat itu
diucapkan di Madinah. (lihat Nailul Authar: 2/365).
Dengan demikian, kami cenderung kepada pendapat ini karena dalilnya lebih rajih
(kuat). Namun berdoa di dalam shalat dengan redaksi buatan sendiri itu hendaknya
dalam bahasa Arab, bukan dengan bahasa-bahasa lainnya untuk menjaga kesakralan
shalat dan karena yang dicontohkam oleh para shahabat adalah dengan bahasa Arab.
Wallahu a’lam bish-shawab.
2. Sebelum menjawab pertanyaan saudara mengenai roh anak yang mati akibat dijadikan
syarat mencari pesugihan, perlu kami tegaskan di sini bahwa mencari
pesugihan/kekayaan dengan cara meminta tolong kepada dukun dan atau jin itu adalah
syirik. Hal itu perlu dijauhi karena dosa besar.
Kemudian, menurut pendapat kami anak yang mati karena dikorbankan untuk mencari
pesugihan itu memang sudah sampai ajal yang telah ditentukan oleh Allah dan tidak
berpindah ke alam jin atau setan, dan tidak pula bisa hidup selama-lamanya
sebagaimana kepercayaan sebagian orang. Ini karena jika seseorang itu telah
meninggal, maka berarti ajalnya telah tiba. Dan Allah SWT menegaskan bahwa setiap
jiwa itu akan merasakan kematian. Firman-Nya:

ِ ‫س َذائَِقةُ اْلمو‬
ٍ ‫ُك ّل نَ ْف‬

‫ت‬
َْ

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” [QS. Ali Imran (3): 185].
Adapun ruh anak yang sudah mati itu, meskipun dibunuh untuk mencari pesugihan,
tetap kembali kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

ِ ‫إِنا لِل ِه وإِنآ إِلَْي ِه ر‬
‫اجعُ ْو َن‬
َ
َ

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”
[QS. Al-Baqarah (2): 156]. Wallahu a’lam bish-shawab.
3. Shalat dhuha boleh dikerjakan dengan berjamaah. Ada hadis yang menyatakan bahwa
Nabi saw. shalat pada waktu dhuha berjamaah, namun para ulama memperselisihkan
apakah yang dikerjakan oleh Nabi saw. dan para shahabat itu shalat dhuha atau bukan.
Hadisnya sebagai berikut:

‫ان ب ي ِالي‬
‫ك وهو ي‬
‫ي ي‬
ٍ
‫ي‬
‫ي‬
‫صلّى اهُ َعلَْي يه َو َس لّ َم يّّ ْ َش َه َد‬
ِّ
‫ال‬
‫اب‬
‫ح‬
‫َص‬
‫أ‬
ِ
َ ّ
َ ْ ْ َ ُ َ َ ْ َ‫َع ْ عْتب‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ يَا َر ُس ْوَل‬:‫ص لّى اهُ َعلَْي يه َو َس لّ َم فَ َق َال‬
َ ‫ص ا ير أَنّهُ أَتَى َر ُس ْوَل اه‬
َ ْ‫بَ ْد ًرا ِ َ اْصَن‬

‫ي‬
‫اه إي ّّ قَ ْد أَنْ َك رت بص يري وأَنَ ا أُص لّى ليَق ويِي وإي َذا َكانَ ي‬
‫ت اْص َِْ َ ُار َس َال‬
ُ
َ
َ
َ ْ
َ ْ
َ
‫ي‬
‫ي‬
‫اْل و ياد ب ي يِ وب ي َ هم وََ أ ي‬
‫ت‬
ُ ‫ص لّي َُُ ْم َوَود ْد‬
ُ ‫َس تَ ْع أَ ْن أَتَ ى َِ ْس ج َد ُه ْم فَأ‬
ْ ْ َ ْ ُ َْ َ َْ َ
َ ‫ًد‬
‫ّي‬
‫ي‬
‫ص لًى قَ َال فَ َق َال َر ُس ْو ُل‬
َ ّ‫أَن‬
َ ُِ ُ ‫ص لّى فَأَل ُذ‬
َ ُِ ِ‫ص لّي ي‬
َ ُ‫ك يَ ا َر ُس ْوَل اه تَ أْيِ فَت‬
‫ فَغَ َدا رس و ُل ي‬:‫ قَ َال يعْتب ا ُن‬.‫ س أَفْ عل إي ْن َش ءء اه‬:‫اه صلّى اه علَي يه وسلّم‬
‫ي‬
‫اه‬
َ
ْ
َ
َ
َ
ُ
ُ
ُ
َ
َ
ْ َ
َ
َ َ
ُ
‫ص لّى اه علَي يه وس لّم وأَب و ب ْك ٍر ال ّ ي‬
‫اس تَأْ َذ َن َر ُس ْو ُل‬
َ ْ ‫ص دّيْ ُق ح‬
ْ َ‫ّه ُار ف‬
َ ‫ع ْارتَ َف َع ال‬
َ
َ َُ َ ََ َْ ُ
‫اه ص لّى اه علَي يه وس لّم فَأ يَذنْ ت لَ ه فَلَ م َ لي‬
‫ي‬
:‫ت ُُّ قَ َال‬
َ
ْ
َ ‫س َح ّ َد َخ َل الْبيْي‬
ُ
ْ
ُ
َ
ُ
َ
َ َ
ْ ْ
‫ي‬
‫احي ٍة يِ الْب ي ي‬
‫ت فَ َق َام َر ُس ْو ُل‬
ّ ُ‫أَيْ َ ُي‬
َ ‫ فَأ‬:‫ قَ َال‬.‫ك‬
َ ‫صلّي يِ ْ بَْيتي‬
ُ ‫َشْر‬
ْ َ َ َ َ‫ت إي ََ ن‬
َ ُ‫ب أَنْت‬
‫ي‬
‫صلّى رْك َعتَ ْ ي‬
ّ‫صلّى اهُ َعلَْي يه َو َسل‬
ُ
‫ف‬
.]‫ [ِتفق عليه‬.‫ُّ سلّم‬
‫ع‬
‫اء‬
‫ر‬
‫و‬
‫ا‬
‫م‬
‫ق‬
‫ف‬
‫ر‬
‫ب‬
‫ك‬
‫ف‬
‫م‬
‫اه‬
َ
ّ
َ
َ
َ
ُ
َ
ُ
َ
َ
ْ
َ
َ
َ
َ
َ
َ َ
َ
Artinya: “Diriwayatkan dari Itban bin Malik ---dia adalah salah seorang shahabat Nabi
yang ikut perang Badar dari kalangan Ansar--- bahwa dia mendatangi Rasulullah saw.
lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya kepada mataku
(maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam kaumku. Jika musim hujan
datang maka mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka,
sehingga aku tidak bisa mendatangi masjid untuk mengimami mereka, dan aku suka
jika engkau wahai Rasulullah datang ke rumahku lalu shalat di suatu tempat shalat
sehingga bisa kujadikannya sebagai tempat shalatku. Ia meneruskan: Maka Rasulullah
saw. Bersabda: “Akan kulakukan insya Allah”. Itban berkata lagi: Lalu keesokan harinya
Rasulullah saw. dan Abu Bakar ash-Shiddiq datang ketika matahari mulai naik, lalu
beliau meminta izin masuk, maka aku izinkan beliau. Beliau tidak duduk sehingga
masuk rumah, lalu beliau bersabda: “Mana tempat yang kamu sukai aku shalat dari
rumahmu? Ia berkata: Maka aku tunjukkan suatu ruangan rumah”. Maka Rasulullah
saw. berdiri lalu bertakbir, lalu kami pun berdiri (shalat) di belakang beliau. Beliau shalat
dua rakaat kemudian mcngucapkan salam”. [Muttafaq Alaih].
Bagi mereka yang berpendapat bahwa itu adalah shalat dhuha, karena dilakukan ketika
matahari mulai naik, maka mereka mengatakan bahwa shalat dhuha boleh dilakukan
secara berjamaah. Caranya adalah dengan bacaan sirr (perlahan-perlahan, tidak
jahr/terang).
Adapun fadhilah shalat dhuha adalah banyak, antara lain sebagaimana dinyatakan
sendiri oleh Nabi saw. dengan sabdanya:

‫ي‬
‫ي‬
‫ص بَ ُح َعلَ ى ُك ّل‬
ّ ‫َع ْ َذ ّر َرض َي اهُ َعْ هُ َع ي الّي‬
ْ َ‫ ي‬:‫ص لّى اهُ َعلَْي ه َو َس لّ َم قَ َال‬
َ ِ
‫س اَيِي يِ أ ي‬
ٍ ‫ي‬
ٍ
‫ص َدقَة َوُك ّل‬
ْ َ‫ص َدقَة فَ ُك ّل ت‬
َ ‫ص َدقَة َوُك ّل َُْمْي َدة‬
َ ‫ص بيْي َحة‬
َ ‫َح د ُك ْم‬
َ ْ
ُ
‫تَهليي لَ ٍة ص َدقَة وُك ّل تَ ْكبيي رٍة ص َدقَة وأَِ ر بي اْمعرو ي‬
‫ص َدقَة َونَ ْه ي َع ي اْمْ َك ير‬
ٌ
َ
ْ ُ َْ ْ َ َ َ ْ
َ َ ْْ
ُ
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
.]‫ [روا ِسلم‬.‫ضحى‬
ُ ‫ص َدقَة َوُْ يز‬
َ ‫ئ يِ ْ َذال‬
َ
َ ّ ‫ك َرْك َعتَان يَْرَكعُ ُه َما ِ َ ال‬
Diriwayatkan dari Abu Dzar ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Setiap pagi hari,
setiap ruas tulang dari seseorang di antara kamu itu ada (keharusan) sedekah. Setiap
sekali tasbih adalah sedekah, setiap sekali tahmid adalah sedekah, setiap sekali tahlil
adalah sedekah, setiap sekali takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf
(baik) adalah sedekah dan melarang dari yang mungkar adalah sedekah. Dan yang
sedemikian itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dilakukan oleh seseorang dari
shalat dhuha.” [HR. Muslim].
4. Mengenai lafadz takbir hari raya, sebagaimana diputuskan dalam Muktamar Tarjih XX,
yang berlangsung tanggal 18 s.d. 23 Rabi’ul Akhir 1396 H, bertepatan dengan tanggal
18 s.d. 23 April 1976 di Kota Garut Jawa Barat, yang selanjutnya telah ditanfidzkan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan surat Nomor: C/1-0/75/77 tertanggal 5 Shafar
1397 H bertepatan dengan tanggal 26 Januari 1977, adalah:

Keputusan ini berdasarkan dalil:

‫اَهُ أً ْكبَ ُر اَهُ أَ ْكبَ ُر اَ إيلهَ إياّ اهُ َواهُ أَ ْكبَ ُر‬

‫ َو َج اءَ َع ْ عُ َم َر َوابْ ي‬،‫ اَهُ أً ْكبَ ُر اَهُ أَ ْكبَ ُر َكبيْي ًرا‬،‫ َكبّ ُرْوا‬:‫َع ْ َس ْل َما َن قَ َال‬
.‫ اَهُ أً ْكبَ ُر اَهُ أَ ْكبَ ُر اَ إيلهَ إياّ اهُ َواهُ أَ ْكبَ ُر اَهُ أَ ْكبَ ُر َوليلّ يه اْحَ ْم ُد‬:‫َِ ْسعُ ْوٍد‬
Artinya: “Dari Salman (diriwayatkan bahwa) ia berkata: bertakbirlah dengan Allaahu
akbar, Allaahu akbar kabiiraa. Dan diriwayatkan dari Umar dan Ibnu Mas’ud: Allaahu
akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahilhamd.” [HR. Abdul Razzaaq, dengan sanad shahih].
Wallahu a‘lam bish-shawab. *mi)
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: [email protected] dan [email protected]
http://www.fatwatarjih.com