Operator produksi secara kuantitas memiliki andil yang cukup besar di PT X. Per 17 September 2011, jumlah operator PT X adalah 56 orang dan dari
jumlah ini, 25 orang adalah operator pemagang dari Lembaga Pelatihan Kerja F. Untuk menunjang program pemagangan yang juga disebut sebagai OJT
On Job Training, dilaksanakan training penunjang OJT yang diampu oleh LPK F. Sebelum menjalankan training yang dimaksud, perlu diketahui kebutuhan
training dengan tujuan agar pelatihan yang akan diberikan nantinya lebih efektif dan efisien.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan sumberdaya manusia yang baik, sumberdaya yang lain dalam perusahaan akan dapat dimanfaatkan dengan baik pula Rivai, 2006. Secanggih
apapun teknologi yang digunakan, apabila kualitas sumberdaya manusia yang ada tidak memadai, maka teknologi pun tidak bisa efektif digunakan. Begitu pula
sebaliknya. Dengan latar belakang inilah kemudian diperlukannya manajemen sumberdaya manusia.
Pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah contoh konkret usaha manajemen sumberdaya manusia. Disadari ataupun tidak, penempatan
karyawan dalam suatu bidang kerja tidak dapat menjamin bahwa mereka akan otomatis sukses dalam pekerjaannya. Karyawan baru sering tidak tahu pasti apa
peranan dan tanggung jawab mereka. Begitu pula dengan karyawan lama, perkembangan informasi dan teknologi memaksa diri mereka untuk meningkatkan
kompetensi sesuai dengan perkembangan yang berlaku. Sebagai perusahaan yang menggunakan program pemagangan dalam
rangka memenuhi kebutuhan tenaga operator, PT X bekerja sama dengan LPK F sebagai penyedia tenaga operator sekaligus sebagai pelaksana pelatihan peserta
magang. Dalam rangka menjamin bahwa kompetensi tenaga operator yang akan dimagangkan sesuai dengan harapan PT X, LPK F telah melaksanakan pelatihan
Pra OJT. Untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan informasi, serta menjaga kompetensi peserta magang, diperlukan pelatihan kembali. Dengan
pelatihan ini diharapkan kesenjangan antara kemampuan kerja yang diharapkan perusahaan dan kompetensi kerja yang dimiliki peserta magang dapat dikurangi,
bahkan dihilangkan.
Dapat dipastikan bahwa anggaran yang harus disediakan untuk membiayai kegiatan pelatihan adalah beban bagi organisasi. Oleh karena itu, agar
penganggaran biaya dapat dibenarkan, perlu dipastikan bahwa kegiatan pelatihan dan pengembangan tersebut benar dibutuhkan. Dengan dasar inilah diperlukan
sebuah penentuan kebutuhan pelatihan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yang
diteliti, yaitu: 1.
Bagaimana kondisi sumberdaya manusia perusahaan khususnya peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi, dilihat dari Kemampuan
Kerja Jabatan KKJ dan Kemampuan Kerja Pribadi KKP? 2.
Bagaimana kebutuhan pelatihan bagi peserta magang yang bertugas sebagai operator produksi serta jenis pelatihan yang perlu dilakukan berdasarkan
analisis KKJ dan KKP?
1.3 Tujuan Penelitian