The Effect of Salinity on Production and Pathology of Common Carp (Cyprinus carpio).

PENGARUH SALINITAS TERHADAP PRODUKSI DAN
GAMBARAN PATOLOGI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

NURJANAH AGUS MARNI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengaruh Salinitas Terhadap
Produksi dan Gambaran Patologi Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah karya saya sendiri
dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor,


Juli 2011

Nurjanah Agus Marni
B053040111

ABSTRACT
NURJANAH AGUS MARNI. The Effect of Salinity on Production and
Pathology of Common Carp (Cyprinus carpio). Under direction of BAMBANG
PONTJO PRIOSOERYANTO and DANIEL DJOKOSETIYANTO.
The common carp has been introduced in salinity water. This situation
faced some problem with time of production and slow growth. The effect of
salinity on production and pathology of common carp were studied for 56 days.
Fish were exposed to 0, 2, 4, 6, 8, 10, and 12 ppt of salinity.
The experiment showed that salinity significantly effected to decreasing
growth rate and food consumption biside the mortality of fish is increasing.
Clinical sign and pathology anatomy of common carp at 2 ppt and 4 ppt have
good response as control. The opposite with concentration 6 ppt until 12 ppt
showed osmoregulator organ (gill, kidney and intestine) of common carp with
swollen, watery, and pale color. Result of Histopathological showed that salinity

at 2 ppt until 12 ppt effected to injury of osmoregulator organ which showed
hyperplasia, edema, congestion, degeneration and necrotic cell.

There was

significantly difference (p 0,05) sedangkan pada konsentrasi 12 ppt
memberikan pengaruh berbeda nyata (p < 0,05) terhadap mortalitas ikan mas.
Secara umum gejala klinis dan patologi anatomi ikan mas yang teramati
pada salinitas 2 ppt hingga 4 ppt menunjukkan respon yang tidak berbeda dengan
kontrol.

Pada salinitas 6 ppt hingga 12 ppt menunjukkan bahwa ikan mas

mengalami penurunan respon serta memperlihatkan lesio yang ditemukan di
insang, ginjal dan usus dengan derajat kerusakan bervariasi berupa pucat,
bengkak, berlendir dan berair. Pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa
salinitas mempengaruhi kerusakan organ osmoregulator (insang, ginjal dan usus)
dimana semakin tinggi konsentrasi salinitas maka semakin tinggi pula derajat
keparahan organ. Gambaran histopatologi pada organ insang meliputi hiperplasia,
pembendungan, peradangan hingga nekrotik. Histopatologi ginjal menunjukkan

adanya pembendungan, peradangan, degenerasi hingga nekrotik.

Sedangkan

histopatologi usus menunjukkan adanya hiperplasia dan pembendungan.

Kata Kunci : salinitas, produksi, patologi, ikan mas.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah,
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk
apapun tanpa ijin IPB


PENGARUH SALINITAS TERHADAP PRODUKSI DAN
GAMBARAN PATOLOGI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

NURJANAH AGUS MARNI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh
gelar Magister Sains pada
Program Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Tatag Budiarti, M.Si

Judul Tesis

:


Nama
NRP

:
:

Pengaruh Salinitas Terhadap Produksi dan Gambaran Patologi Ikan
Mas (Cyprinus carpio)
Nurjanah Agus Marni
B053040111

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof.Dr.drh.Bambang P. Priosoeryanto, M.S
Ketua

Prof. Dr. Ir. H. D.Djokosetiyanto, DEA
Anggota


Diketahui
Ketua Program Studi
Sains Veteriner

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.drh.Bambang P. Priosoeryanto, M.S

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Pengaruh Salinitas Terhadap Produksi dan Gambaran Patologi Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. drh. Bambang P.

Priosoerjanto, M.S., Ph.D, APVet. dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. D. Djokosetiyanto, DEA
selaku dosen pembimbing, atas arahan, masukan dan dukungan yang diberikan dalam
penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Tatag
Budiarti, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Heny Budi Utari, M.Si dan Dr. Yuri beserta
staf Aquatic Health Center PT. Central Proteina Prima Jakarta, Laboratorium Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, FKH-IPB serta Laboratorium Kesehatan Ikan,
Teknologi Manajemen Perikanan Budidaya, FPIK-IPB, yang telah memberikan kesempatan
dan bantuan selama penelitian dan pengumpulan data. Ungkapan tak terhingga juga penulis
sampaikan kepada orang tua, adik, suami (Carlim Spt) dan anak-anakku tercinta (Dzaky dan
Adzka) atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayangnya.
Terakhir penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2011
Nurjanah Agus Marni

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Agustus 1979 dari ayah Drs. H. Inggu
Hasanudin, M.M. dan ibu Hj. Encum Sumarni. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara.

Tahun 1996 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bekasi dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan kuliah di IPB mengambil jurusan Budidaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama perkuliahan penulis menjadi asisten untuk mata kuliah
Parasitologi Ikan, Penyakit Ikan, Biologi Perikanan dan Dasar-Dasar Mikrobiologi akuatik
tahun ajaran 2000/2001.
Pada Bulan Juli 2001 penulis lulus dari IPB dan pada tahun yang sama penulis bekerja
sebagai supervisor laboratorium patologi dan kualitas air di Aquatic Health Center, PT.
Central Proteina Prima Jakarta. Tahun 2004 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan
pascasarjana pada Program Studi Sains Veteriner (SVT) Institut Pertanian Bogor.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 1

Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
Hipotesis ........................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio) .................................................. 3
Salinitas dan Osmoregulasi ................................................................ 4
Patologi pada Ikan Mas ..................................................................... 7
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 12
Bahan dan Alat .................................................................................. 12
Metode Penelitian .............................................................................. 12
Perlakuan Hewan Uji .................................................................. 12
Pembuatan Media Uji .................................................................. 13
Pemeriksaan Patologi Anatomi ................................................... 14
Pembuatan Sediaan Histotologi ................................................... 14
Parameter yang Diukur ................................................................ 15
Analisa Data ..................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................. 18
Kualitas Air ................................................................................ 18

Tingkat Konsumsi Pakan ............................................................. 18
Pertumbuhan Mutlak ................................................................... 19
Laju Pertumbuhan Harian ........................................................... 21

xiv

Halaman
Gejala Klinis ............................................................................. 23
Mortalitas .................................................................................. 24
Perubahan Makroskopis (Patologi Anatomi) .............................. 25
Perubahan Mikroskopis (Histopatologis) ................................... 25
Pembahasan ....................................................................................... 35
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ........................................................................................... 47
Saran ................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48
LAMPIRAN .............................................................................................. 53

xv


DAFTAR TABEL

Halaman
1

Nilai skor lesio histopatologi organ ...................................................... 17

2

Parameter kualitas air yang terukur pada media
penelitian selama 56 hari .................................................................... 18

3

Rata – rata tingkat konsumsi pakan ikan mas (g) yang
dipelihara di media salinitas 2 ppt hingga 12 ppt
pada awal dan akhir penelitian .......................................................... 18

4

Rata – rata pertumbuhan mutlak ikan mas (g) yang
dipelihara di media salinitas 2 ppt hingga 12 ppt
pada awal dan akhir penelitian .......................................................... 20

5

Rata – rata laju pertumbuhan harian ikan mas (%) yang
dipelihara di media salinitas 2 ppt hingga 12 ppt
pada awal dan akhir penelitian .......................................................... 21

6

Gejala klinis ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 2 ppt hingga 12 ppt selama 56 hari ............................... 23

7

Rata – rata mortalitas ikan mas (%) yang dipelihara di media
salinitas 2 ppt hingga 12 ppt pada awal, tengah dan akhir penelitian .. 24

8

Perubahan makroskopis (patologi anatomi) ikan mas
yang dipelihara pada salinitas 2 ppt hingga 12 ppt selama 56 hari ..... 25

9

Perubahan mikroskopis (histopatologi) ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 2 ppt hingga 12 ppt selama 56 hari ............................... 26

10

Hasil skoring rata – rata perubahan mikroskopis (histopatologi)
insang ikan mas yang dipelihara pada salinitas 2 ppt hingga 12 ppt
selama 56 hari ..................................................................................... 26

11

Hasil skoring rata – rata perubahan mikroskopis (histopatologi)
ginjal ikan mas yang dipelihara pada salinitas 2 ppt hingga 12 ppt
selama 56 hari ..................................................................................... 29

12

Hasil skoring rata – rata perubahan mikroskopis (histopatologi)
usus ikan mas yang dipelihara pada salinitas 2 ppt hingga 12 ppt
selama 56 hari ..................................................................................... 30

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Kurva respon tingkat konsumsi pakan ikan mas (g)
terhadap tingkat salinitas ................................................................... 19

2

Kurva respon pertumbuhan mutlak ikan mas (g)
terhadap tingkat salinitas ................................................................... 21

3

Kurva respon laju pertumbuhan harian ikan mas (g)
terhadap tingkat salinitas ................................................................... 22

4

Gambaran histologi insang normal ikan mas kontrol
dengan lamela sekunder (LS) dan lamela primer (LP)........................... 27

5

Gambaran histopatologi insang ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 2 ppt di hari ke-56 pengamatan menunjukkan
perubahan hiperplasia (H), deskuamasi (D). ....................................... 27

6

Gambaran histopatologi insang ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 2 ppt di hari ke-56 pengamatan menunjukkan
perubahan kongesti (K). ....................................................................... 28

7

Gambaran histopatologi insang ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 12 ppt di hari ke-35 pengamatan
menunjukkan perubahan nekrotik (N)................................................... 28

8

Gambaran histologi ginjal normal ikan mas kontrol terdiri dari
struktur glomerulus (G), tubulus (T) serta jaringan interenal
ang terdiri dari sel – sel hematopoiesis.................................................. 30

9

Gambaran histopatologi ginjal ikan mas yang dipelihara pada
salinitas 12 ppt hari ke-7 pengamatan menunjukkan
perubahan edema (E)............................................................................ 30

10

Gambaran histopatologi ginjal ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 12 ppt hari ke-7 pengamatan menunjukkan
perubahan kongesti (K). ....................................................................... 31

11

Gambaran histopatologi ginjal ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 12 ppt hari ke-7 pengamatan menunjukkan
perubahan vakuolisasi tubulus (V)........................................................ 31

12

Gambaran histopatologi ginjal ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 12 ppt hari ke-14 pengamatan menunjukkan
perubahan nekrotik tubulus (N). ........................................................... 32

xvii

Halaman
13

Gambaran histopatologi usus ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 6 ppt hari ke-7 pengamatan menunjukkan
perubahan hiperplasia sel mukus (H). ................................................... 33

14

Gambaran histologi usus normal ikan mas kontrol terdiri dari
lapisan lamina propia (LP), lapisan mukosa (MC),
lapisan submucularis (SM) dan villi (V). .............................................. 34

15

Gambaran histopatologi usus ikan mas yang dipelihara
pada salinitas 12 ppt hari ke-21 pengamatan
menunjukkan perubahan kongesti (K) dan edema (E). .......................... 34

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Tingkat konsumsi pakan ikan mas (g) yang dipelihara di
salinitas 2 ppt hingga 12 ppt pada awal dan akhir penelitian ................ 53

2

Data mortalitas, berat rata – rata dan pertumbuhan ikan mas
yang dipelihara di salinitas 2 ppt hingga 12 ppt pada awal,
tengah dan akhir penelitian ................................................................... 54

3

Hasil analisa Kruskal Wallis pengaruh konsentrasi salinitas
terhadap organ insang ikan mas ........................................................... 55

4

Hasil analisa Kruskal Wallis pengaruh konsentrasi salinitas
terhadap organ ginjal ikan mas ............................................................ 57

5

Hasil analisa Kruskal Wallis pengaruh konsentrasi salinitas
terhadap organ usus ikan mas ............................................................... 59

6

Hasil skoring perubahan mikroskopis (histopatologi)
organ insang ikan mas setiap ulangan dan perlakuan
selama 56 hari penelitian ..................................................................... 61

7

Hasil skoring perubahan mikroskopis (histopatologi)
organ ginjal ikan mas setiap ulangan dan perlakuan
selama 56 hari penelitian ..................................................................... 62

8

Hasil skoring perubahan mikroskopis (histopatologi)
organ usus ikan mas setiap ulangan dan perlakuan
selama 56 hari penelitian ..................................................................... 63

9

Hasil analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan terhadap
parameter tingkat konsumsi pakan ikan mas yang dipelihara di
salinitas 2 ppt hingga 12 ppt selama 56 hari ......................................... 64

10 Hasil analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan terhadap
parameter pertumbuhan mutlak ikan mas yang dipelihara di
salinitas 2 ppt hingga 12 ppt selama 56 hari ......................................... 65
11 Hasil analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan terhadap
parameter laju pertumbuhan harian ikan mas yang dipelihara di
salinitas 2 ppt hingga 12 ppt selama 56 hari ......................................... 66
12 Hasil analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan terhadap
parameter mortalitas ikan mas yang dipelihara di salinitas 2 ppt
hingga 2 ppt selama 56 hari ................................................................ 67

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai salah satu ikan yang dibudidayakan
mempunyai potensi besar untuk mensuplai kebutuhan konsumsi. Saat ini ikan
mas banyak dibudidayakan di kolam air tenang, kolam air deras dan karamba
jaring apung.
Untuk mempertahankan tingkat produksi ikan maka dilakukan budidaya
secara intensif. Hal ini terlihat pada produksi ikan mas di beberapa waduk yang
ada di Jawa Barat seperti Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang meningkat dari
19000 ton pada tahun 1995 menjadi 25000 ton pada tahun 1997 (Kartamiharja
1997).

Intensifikasi budidaya ini seringkali diikuti dengan menurunnya daya

dukung lingkungan pada media budidaya yang menurut Husain (1993) ditandai
dengan adanya kejadian LODOS (Low Dissolved Oxygen Syndrom) dan proses
sedimentasi dari buangan sisa pakan dan kotoran ikan yang berlebihan (Umar et
al. 2001). Adanya proses sedimentasi ini berpengaruh negatif terhadap kualitas
air terutama pada saat terjadi proses pembalikan (up welling) dimana lapisan
dasar yang banyak mengandung racun terangkat ke atas permukaan dan
mengakibat kematian pada ikan. Pada akhir tahun 2006 kejadian up welling
menyebabkan kematian ikan mas hingga 7200 ton dan kerugian materil yang
teramat besar (Trobos 2007). Kejadian ini mendorong para petani ikan untuk
mencari alternatif lahan yang lebih baik selain di waduk.
Beberapa petani ikan mencoba melakukan budidaya ikan mas di daerah
Indramayu dengan memanfaatkan kolam yang dulunya merupakan tambak udang
yang sudah tidak produktif lagi. Kolam ini mempunyai kadar salinitas antara
0 – 12 ppt. Pemeliharaan di kolam bersalinitas ini menemui beberapa kendala
yaitu pertumbuhan yang lambat dan masa budidaya yang lama. Munculnya
masalah tersebut diduga karena tidak optimalnya kondisi lingkungan (salinitas)
untuk mendukung kehidupan ikan mas.
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan organisme akuatik yang bersifat
stenohaline (mampu beradaptasi terhadap kisaran salinitas yang pendek). Ikan
mas yang dipelihara di kolam bersalinitas menggunakan energi yang cukup tinggi

2

untuk proses osmoregulasi. Hal ini disebabkan karena salinitas sangat
berhubungan dengan tekanan osmotik didalam maupun diluar sel dimana
pengaturannya diatur oleh mekanisme osmoregulasi (Affandi dan Tang 2002).
Proses osmoregulasi ini dimaksudkan untuk membuat kondisi didalam sel hampir
sama dengan kondisi diluar sel.
Masalah yang dihadapi oleh ikan mas sebagai organisme akuatik air tawar
adalah upaya untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh agar tidak
berbeda jauh dengan tekanan osmotik medianya.

Jika

tingkat energi yang

dibutuhkan untuk mempertahankan tekanan osmotik semakin tinggi maka organ
yang berperan dalam proses osmoregulasi yaitu insang, usus, dan ginjal harus
bekerja keras untuk proses tersebut. Kerusakan jaringan dari organ osmoregulator
merupakan respon dari kegagalan ikan melakukan proses osmoregulasi. Pada
kondisi demikian proses-proses fisiologis tubuh lainnya akan ikut terganggu dan
hal ini akan berdampak pada konsumsi pakan dan pertumbuhan ikan.
Adanya masalah-masalah yang disebutkan diatas dan tidak adanya
informasi mengenai hal tersebut mengindikasikan diperlukan informasi mengenai
pengaruh salinitas terhadap produksi dan gambaran patologi ikan mas terutama
pada organ yang berperan dalam proses osmoregulasi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengevaluasi efek salinitas terhadap produksi ikan mas.
2. Mengevaluasi efek salinitas terhadap gambaran patologi (gejala klinis,
perubahan makroskopis dan mikroskopis) ikan mas.
Hipotesis
Hipotesis yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Salinitas mempengaruhi produksi ikan mas.
2. Salinitas mempengaruhi gambaran patologi ikan mas.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek
salinitas terhadap produksi dan gambaran patologi ikan mas sehingga bisa
dijadikan sebagai acuan untuk budidaya ikan di kolam yang bersalinitas.

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Di Indonesia ikan mas memiliki nama sebutan lain yakni kancera, tikeu,
tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.
Adapun sistematika ikan mas ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Class

: Actinopterygii

Ordo

: Cypriniformes

Family

: Cyprinidae

Genus

: Cyprinus

Spesies

: carpio (Linnaeus, 1978)

Secara marfologis ikan mas mempunyai bentuk tubuh yang agak
memanjang dan memipih tegak (fusiform). Mulut terletak di ujung tengah dan
dapat disembulkan. Pada bagian anterior terdapat dua sungut berukuran pendek.
Secara umum hampir seluruh permukaan tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya
sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas cenderung
berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau,
biru, merah, kuning, keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai
dengan rasnya. Kebanyakan ikan mas mempunyai beberapa sirip yaitu sirip
pectoral, sirip pelvic, sirip dorsal, sirip anal dan sirip caudal. (Hoole et al. 2001)
Ikan mas secara umum termasuk kedalam golongan omnivora. Di alam,
ikan mas memakan larva molusca, cacing dan tanaman yang ada di sedimen tanah
(Hoole et al. 2001). Ikan mas juga mampu menerima makanan beragam mulai
dari pakan alami hingga pakan buatan. Umumnya komposisi pakan buatan yang
diberikan terdiri dari 25 – 40 % protein dan 3 – 6 % lemak. Tingkat pemberian
pakan optimum bagi ikan mas sangat tergantung dari umur, ukuran ikan, suhu air,
ketersediaan pakan alami dan kualitas pakan yang akan diberikan

(Stickney

1993).
Musim panas merupakan musim dimana secara alami ikan mas memijah.
Ikan mas mudah berkembang biak dalam lingkungan budidaya dengan suhu

4

optimum memijah pada temperatur perairan mencapai 18 – 24 0C. Ikan mas akan
menempelkan telurnya di permukaan tanaman atau bebatuan (Stickney 1993)
Kondisi kualitas air yang dibutuhkan ikan mas agar bisa tumbuh menurut
Huet (1994) terjadi pada suhu 20 0C – 28 0C, kadar oksigen > 4 mg/L, total
ammonia nitrogen < 0,2 mg/L, nitrit < 0,03 mg/L dan pH air berkisar antara 6,5 –
8,0.
Ikan mas dapat dibudidayakan secara polikultur (budidaya dengan jenis ikan
lain) maupun monokultur baik dilakukan pada kolam tanah, kolam air deras
maupun karamba jaring apung. Secara umum di karamba jaring apung ikan mas
ukuran 10 – 25 gr/ekor dapat dipelihara dengan kepadatan 400-500 ekor/m3
(Jangkaru 2002). Namun saat ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, ikan yang
ditebar bisa lebih padat lagi.

Hal inilah yang memicu penurunan dari daya

dukung lingkungan perairan umum yang biasa digunakan untuk kegiatan
budidaya.
Salinitas dan Osmoregulasi
Salinitas adalah suatu ukuran dari jumlah garam dalam satu kilogram air
laut jika semua karbonat telah diubah menjadi oksida, semua bromide dan iodide
diganti dengan khlorida dan bahan-bahan organiknya telah dioksidasi (Robert
1978). Salinitas juga dinyatakan dalam gram per kilogram air laut atau part per
thousand (ppt) (Boyd 1984).
Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air baik air sebagai
media internal maupun eksternal.

Perubahan salinitas akan menyebabkan

perubahan pada tekanan osmotik air. Menurut Anggoro (1992) sifat osmotik dari
air berasal dari seluruh ion yang terlarut tersebut. Semakin besar jumlah ion yang
terkonsentrasi di dalam air maka tingkat salinitas dan kepekatan osmolar larutan
semakin tinggi sehingga tekanan osmotik media makin besar.
Ikan-ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik cairan internal (dalam
tubuh) lebih besar dari tekanan osmotik eksternal (lingkungan) sehingga garamgaram cenderung keluar sedangkan air cenderung masuk ke dalam tubuh. Hal
sebaliknya terjadi pada ikan-ikan laut, oleh sebab itu dibutuhkan proses
pengaturan tekanan osmotik untuk mengontrol keseimbangan osmotik antara

5

cairan didalam tubuh dengan air sebagai media hidupnya. Pengaturan osmotik ini
dilakukan dengan mekanisme osmoregulasi (Affandi dan Tang 2002).
Menurut

Marshall

dan

Grosell

(2006)

berdasarkan

mekanisme

osmoregulasinya organisme akuatik terbagi atas tiga golongan :
1. Osmoconformer : adalah organisme akuatik yang tidak mempunyai
kemampuan mengatur garam serta osmolaritas cairan internalnya
dimana osmolaritas cairan tubuh selalu berubah mengikuti kondisi
osmolaritas medianya.
2. Hypo-Osmoregulator : adalah organisme akuatik yang mempunyai
kemampuan mengatur keseimbangan osmotik antara cairan intrasel yang
lebih rendah daripada cairan ekstraselnya. Hypo-Osmoregulator umum
terjadi pada ikan teleostei air laut.
3. Hyper-Osmoregulator : adalah organisme akuatik yang mempunyai
kemampuan mengatur keseimbangan osmotik antara cairan intrasel yang
lebih tinggi daripada cairan ekstraselnya. Hyper-Osmoregulator umum
terjadi pada ikan teleostei air tawar
Menurut Shepherd dan Bromage (1992) ikan teleost air tawar mempunyai
konsentrasi osmotik cairan tubuh sekitar 300-400 mOsm/kg atau setara dengan
salinitas 11 ppt.

Konsentrasi ini lebih tinggi dari lingkungan eksternal yang

umumnya kurang lebih mempunyai konsentrasi sekitar 5 mOsm/kg. Pada kondisi
tresebut ion-ion cenderung keluar dari dalam tubuh secara difusi dan cairan
internal akan kekurangan ion karena proses eksresi. Air dari media/lingkungan
hidup mempunyai kecenderungan untuk menembus masuk ke dalam bagian tubuh
ikan yang mempunyai dinding tipis seperti permukaan insang, usus dan kulit.
Kelebihan air ini akan diekresikan melalui ginjal sebagai urin yang sangat encer.
Pengaturan ionik dan osmotik pada ikan teleost air tawar diatur oleh organ insang,
ginjal dan usus (Alvarellos et al. 2003).
Menurut Morgan dan Imawa (1991) ikan yang dipelihara pada media yang
mempunyai salinitas yang hampir sama dengan konsentrasi plasma atau cairan
tubuhnya, maka energi yang dibutuhkan untuk proses osmoregulasi akan cukup
kecil dan akan lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan. Secara umum
menurut Brett

(1979) kebanyakan ikan air tawar mengalami penurunan

6

pertumbuhan pada salinitas 15 ppt tetapi pada beberapa jenis ikan air tawar
lainnya pada salinitas 15 ppt dapat menyebabkan kematian.
Salinitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan (Kinne dalam

Holliday 1969).

Pengaruh langsung salinitas adalah efek osmotiknya terhadap osmoregulasi,
kemampuan digesti dan absorpsi nutrien.
Berdasarkan penelitian beberapa spesies ikan air tawar mempunyai toleransi
yang sangat tinggi terhadap salinitas dan dapat dibudidayakan di air tawar, payau
bahkan di air laut. Menurut Pirzan dan Tahe (1995) ikan nila (Oreochromis
niloticus) bertahan hidup hingga salinitas 30 ppt namun pertumbuhan ikan nila
terbaik tercatat pada salinitas 20 ppt. Bahkan ikan nila juga terbukti bertahan
hidup hingga 40 ppt selama 55 hari dalam kondisi kronik dan dalam kondisi akut
hanya bertahan 7 hari dengan salinitas 20 ppt (Schofield et al. 2007). Ikan nila
dikategorikan ke dalam organisme akuatik eurihaline yaitu mampu bertahan pada
perubahan konsentrasi salinitas yang tinggi (Mege 1993).
Ikan mas mampu bertahan hidup hingga salinitas 10 – 11 ppt namun
pertumbuhan optimum dicapai pada salinitas 5 ppt (Huet 1994). Hal serupa juga
terjadi pada African Catfish (Clarias gariepinus). Ikan ini mempunyai toleransi
terhadap salinitas hingga 15 ppt. Pada salinitas 0 - 2 ppt merupakan salinitas
optimum bagi perkembangan telur dan larva African catfish.

Peningkatan

salinitas akan menghambat penetasan dan perkembangan telur dan larva yang
ditandai dengan meningkatnya kelainan bentuk pada larva.

Kenyataan ini

menunjukkan bahwa ikan mas dan African Catfish adalah organisme akuatik
stenohaline (Borode et al. 2002). Organisme stenohaline hanya mampu bertahan
hidup pada lingkungan air tawar hingga salinitas media mencapai sepertiga air
laut atau setara dengan 0.625 Osm/kg (Marshall dan Grosell 2006).
Dengan demikian jika ikan stenohaline dipelihara pada media dengan
salinitas di luar kisaran toleransinya maka ikan tersebut akan membutuhkan energi
yang lebih besar untuk melakukan kerja osmotik. Jika energi yang dibutuhkan
untuk

mempertahankan

tekanan

osmotik

semakin

tinggi

maka

organ

osmoregulator harus bekerja keras untuk proses tersebut. Kegagalan dalam

7

mempertahankan tekanan osmotik akan berdampak pada kerusakan jaringan,
konsumsi pakan, pertumbuhan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Patologi Ikan Mas
Salinitas air sangat menentukan keseimbangan pengaturan tekanan osmotik
cairan tubuh dan mempengaruhi

penurunan pada metabolisme, tingkah laku,

pertumbuhan dan kemampuan bereproduksi. Menurut Hoole et al. (2001)
gangguan terhadap proses osmoregulasi dapat mengakibatkan dropsy (akumulasi
cairan didalam abdomen) yang disebabkan karena akumulasi cairan dalam otot
yang terbendung.
Perubahan pada komposisi cairan tubuh bisa juga disebabkan karena
pengaruh lingkungan seperti perubahan salinitas, temperatur, kandungan oksigen
dan karbondioksida dalam air serta keberadaan dari polutan. Salinitas juga dapat
mengakibatkan stress pada ikan mas sehingga dalam kondisi tersebut sekresi
mukus akan meningkat (Eddy dan Penrice 1998).
Stress didefenisikan sebagai suatu tahapan perubahan fisiologi yang
disebabkan karena lingkungan atau faktor lainnya yang melebihi batas normal
sehingga mempengaruhi proses adaptasi dan fungsi normalnya (Robert 1978).
Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai tanggapan (reaksi) terhadap stress
lingkungan

(General Adaptation Syndrom

= GAS) meliputi : (1) Reaksi

permulaan (alarm reaction), (2) Masa bertahan (stage of resistance) dimana
hewan berusaha menyesuaikan diri untuk tetap mempertahankan keseimbangan
fisiologis (homeostasis) didalam keadaan lingkungan yang berubah-ubah, (3)
Masa kehabisan daya (exhaustion) dimana usaha-usaha adaptasi terhenti dan
homeostasis tidak tercapai.
Respon ikan dalam kondisi stress secara umum menurut Iwama et al. (2006)
terbagi atas tiga tahapan yaitu (1) Respon primer berupa gelisah dan perubahan
hormonal antara lain berupa peningkatan kortikosteroid dan katekholamin (2)
Respon sekunder antara lain perubahan metabolik, gangguan osmoregulasi,
perubahan gambaran darah dan fungsi imun (3) Respon tersier yang terlihat pada
kematian individu dan dan berkurangnya populasi.
Dalam kondisi stress yang parah, ikan akan mengalami penurunan cadangan
energi, dan terganggunya keseimbangan asam basa. Jika hal ini terjadi dalam

8

jangka waktu yang lama akan mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan
immunosupresi (Bonga dan Lock 1992). Hal yang paling mudah terlihat adalah
menurunnya nafsu makan dan konsumsi pakan. Menurut Liebert dan Schrect
(2006) dalam percobaannya pada juvenile ikan Steelhead Trout (Onchorhynchus
mykiss) yang dipindahkan dari lingkungan air tawar ke lingkungan air laut
menunjukkan bahwa stress tidak secara signifikan menurunkan nafsu makan. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh stadia ikan dan waktu yang diperlukan untuk proses
homeostasis.
Pada organisme akuatik seperti ikan, terdapat beberapa organ yang berperan
dalam proses osmoregulasi yaitu insang, ginjal, dan usus (Alvarellos et al. 2003).
Sedangkan menurut Affandi dan Tang (2002) selain organ insang, ginjal dan usus,
organ kulit juga berperan dalam proses tersebut.
Pada hewan darat sebagai pengganti paru-paru, ikan dilengkapi dengan
organ insang.

Luas permukaan dari insang dapat menyerupai luas dari total

permukaan kulit bahkan pada sebagian besar spesies ikan mempunyai luas
permukaan epitel yang jauh melebihi kulit sehingga insang merupakan organ
penting yang berperan dalam menjaga homeostasi (Nabib dan Pasaribu 1989).
Menurut Evans (1987) insang merupakan tempat utama dalam proses
pertukaran gas (respirasi), pengaturan ionik (ion transport), pengaturan
keseimbangan asam basa dan pengeluaran produk buangan seperti ammonia.
Sebagai tambahan, insang juga merupakan tempat pengambilan, biotransformasi
dan ekresi dari bahan-bahan toksik.
Pada insang terdapat sel klorida yang melakukan transpor aktif kelebihan
anion monovalen Na+ dan Cl- melawan gradien konsentrasi kembali ke
media/lingkungan. Sumber utama energi untuk transpor aktif disediakan oleh
mitokondria yang berhubungan dengan Na+ - K+ ATP yang terletak disepanjang
basolateral dan pada sistem mikrotubular sel klorid yang secara ektensif dan aktif
melakukan transpor Na+ keluar sel untuk bertukar dengan K+ ke dalam sel (Moyle
dan Cech 2004)
Insang merupakan organ yang secara marfologi dan fisiologi paling sensitif
terhadap pengaruh perubahan lingkungan, diantaranya perubahan fisika kimia air,
mikroorganisme dan bahan toksik. Lamela insang merupakan target yang paling

9

lemah. Adanya faktor penekan (stressor) akan secara langsung mempengaruhi
homeostasis ion yang juga berpengaruh terhadap proses osmoregulasi.

Jika

stressor ini bersifat kronik, akan memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan
dan reproduksi (Eddy 1981 dalam Bonga dan Lock 1992). Munculnya kelainan
atau kerusakan pada insang secara makroskopis ataupun mikroskopis bisa
digunakan sebagai biomarker ataupun tanda peringatan terhadap tingkat kesehatan
ikan (Camargo dan Martinez 2007).
Beberapa informasi tentang perubahan patologi (histopatologi) telah banyak
dilakukan dan salah satunya adalah kajian tentang perubahan patologi karena
stress lingkungan. Menurut Bonga dan Lock (1992) perubahan struktur pada
insang yang disebabkan karena stress lingkungan diantaranya : terangkatnya sel
epitel (epithelium lifting), nekrosis pada sel penyangga dan sel klorid, epitel yang
menggembung (epithelial swelling) yang disebabkan karena meningkatnya jarak
interseluler, luruhnya sel epitel (epithelium rupture), dan lamela yang bergabung
(lamella fusion). Kerusakan ini biasanya disertai juga dengan adanya hiperplasia,
hipertropi serta infiltrasi sel leukosit pada branchial epitelium.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Heat (1987) bahwa beberapa bahan
toksik dapat mengakibatkan perubahan pada struktur insang termasuk bahanbahan kimiawi yang bersifat stressor. Lesio yang biasa ditemukan diantaranya
adalah nekrosis, hiperplasia, inflamasi, terangkatnya sel epitel (epithelial lifting),
sel yang menggembung (cell swelling) dan hipersekresi mukus.
Menurut Thophon et al. (2003) salah satu organ target yang juga mengalami
perubahan karena stressor lingkungan adalah ginjal.

Ginjal ikan merupakan

organ yang sangat vital dan berperan dalam mempertahankan homeostasi. Fungsi
ginjal tidak hanya sebagai erythophoieses, tempat ekresi tetapi juga berfungsi
dalam proses penyaringan yang membantu dalam menyeimbangan volume dan
pH darah dengan cairan tubuh (Mohamed 2009).
Anatomi ginjal ikan bervariasi tergantung spesiesnya namun secara umum
anatomi ginjal ikan teleost terbagi atas dua yaitu pronephoros (head kidney) dan
mesonephoros (body kidney). Head kidney terdiri atas jaringan lymphoid yang
berperan dalam hematopoieses. Sedangkan bagian body kidney lebih banyak
berperan dalam proses ekresi dan filtrasi. Mesonephoros mempunyai unit-unit

10

yang disebut dengan nephron yang terdiri dari badan malphigi dan tubuli ginjal
(Takashima dan Hibiya 1995).
Badan malpigi terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman yang keduanya
berfungsi untuk menyaring buangan metabolik dalam darah. Cairan eksretori ini
akan masuk ke dalam tubuli ginjal sedangkan beberapa mineral, glukosa dan
cairan lainnya akan diserap kembali. Jumlah glomerulus ginjal ikan air tawar
lebih banyak dan diameternya lebih besar daripada ikan air laut. Hal ini terkait
dengan fungsinya untuk lebih dapat menahan garam tubuh agar tidak keluar serta
mengeluarkan/memompa air keluar dengan mengeluarkan air seni yang encer
sebanyak-banyaknya (Affandi dan Tang 2002).
Perubahan patologi organ ginjal pada ikan yang terpapar oleh stressor
lingkungan diantaranya adalah adanya degenerasi di daerah tubul (cloudy swelling
dan hyaline droplet) serta perubahan didaerah corpuscle seperti dilatasi kapiler di
glomerulus dan atropi kapsul bowman (Camargo dan Martinez 2007). Perubahan
degeneratif yang parah menuju nekrotik juga di temukan di renal tubul,
pendarahan diantara renal tubul, edema di kapsul bowman, dan atropi glomerulus.
Menurut Camargo dan Martinez (2007) perubahan histopatologi yang terjadi di
ginjal sama seperti di insang tidak bisa di khususkan terhadap bahan stressor
tertentu namun perubahan yang terjadi adalah perubahan yang umum ditemukan
untuk semua kasus stress lingkungan.
Perubahan lingkungan juga memicu terjadinya perubahan patologi di organ
usus dan insang (Mohamed 2009). Usus ikan adalah organ yang dimulai dari
stomach hingga ke anus yang terdiri atas bagian duodenum, anterior, posterior dan
rektum. Panjang usus bervariasi tergantung dari spesies dan kebiasaan makan.
Namun secara umum usus ikan mempunyai bentuk yang sederhana berbentuk
sigmoid atau coiled dan mengikuti bentuk dari rongga perut (Robert 1978).
Lapisan terdalam dari segmen usus adalah lapisan mukosa yang mempunyai
tonjolan-tonjolan (villi) dan tersusun oleh selapis sel epitel. Bentuk sel yang
umum ditemukan pada epitel usus adalah enterosit yang mempunyai mikrovilli
yang berperan dalam penyerapan makanan (Affandi dan Tang 2002).
Usus ikan selain berfungsi sebagai organ pencernaan juga berperan dalam
proses osmoregulasi (Marshall dan Grosell 2006). Organ usus pada ikan air tawar

11

merupakan salah satu organ tempat masuknya air dari media eksternal karena
bagian tubuh tersebut cenderung tipis sehingga menungkinkan air keluar masuk
untuk mempertahankan keseimbangan cairan (Holliday 1969).
Pada ikan teleost air laut, karena media (lingkungannya) bersifat hipertonik
maka tubuh ikan akan kekurangan air. Oleh karena itu ikan akan teleost air laut
akan meminum air laut. Pada waktu meminum air laut ini ion – ion Na+ dan Clakan diserap darah. Air yang diminum (ditelan) dan masuk ke dalam usus telah
mengalami penawaran sehingga mudah diserap usus.

Pada ikan yang

diadaptasikan ke air laut terdapat peranan aktivitas Na+ - K+ ATP untuk transpor
natrium ke dalam melalui lumen lebih besar daropada pada ikan yang
diadaptasikan ke air tawar (Affandi dan Tang 2002).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yang dilakukan pada periode yang
berbeda. Tahap pertama telah dilakukan pada bulan Mei sampai September 2008
yang meliputi kegiatan persiapan hewan uji dan pemeliharaan hewan uji. Tahap
ini dilakukan di Laboratorium Basah Aquatic Health Center, PT. Central Proteina
Prima Jakarta. Tahap kedua dimulai dari bulan Agustus 2009 hingga April 2010
yang meliputi kegiatan pembuatan preparat histopatologi yang dilakukan di
Laboratorium Histologi Aquatic Health Center, PT Central Proteina Prima
Jakarta. Pengamatan hasil histopatologi dilakukan di Laboratorium Kesehatan
Ikan, Teknologi Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan serta di Laboratorium Patologi, Departemen Klinik Reproduksi dan
Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mas (Cyprinus
carpio) strain rajadanu berukuran + 17 gram sebanyak 500 ekor yang diperoleh
dari daerah Pabuaran Subang, Jawa Barat. Sebagai media penelitian digunakan
air laut dan air tawar yang keduanya dicampur untuk mendapatkan salinitas yang
diinginkan. Alat yang digunakan meliputi : akuarium berukuran 60 x 30 x 40 cm
beserta peralatannya (Filter, Aerator dan Heater), alat pembuatan preparat
histopatologi (Tissue Processor Citadel 2000 , Parafin Embedding Console
Sandon Histocentre 3, Sliding Mikrotome dan Inkubator), mikroskop, Hand
Refraktometer, Water Quality Test Kit Merck (Ammonia dan Nitrit), serta DO
(Dissolved Oxygen) Meter.
Metode Penelitian
Perlakuan Hewan Uji
Ikan mas setelah tiba di lokasi penelitian sebelum diberikan perlakuan
dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara diaklimatisasi selama seminggu dalam
akuarium berukuran 60 x 50 x 60 cm. Selama masa aklimatisasi ikan mas diberi

13

pakan jenis 888-2 produksi PT. Central Pangan Pertiwi dengan kadar protein 28
– 30 % .
Ikan uji yang telah diaklimatisasi kemudian dimasukkan kedalam wadah
penelitian (akuarium berukuran 60 x 30 x 40 cm) sesuai perlakuan dengan
kepadatan 20 ekor setiap wadah. Sebelum dimasukkan kedalam wadah tersebut
dilakukan penimbangan biomassa ikan.
Kisaran salinitas yang diujikan adalah sebagai berikut :
1. Salinitas 0 ppt (sebagai kontrol)
2. Salinitas 2 ppt
3. Salinitas 4 ppt
4. Salinitas 6 ppt
5. Salinitas 8 ppt
6. Salinitas 10 ppt
7. Salinitas 12 ppt
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan menggunakan 7 perlakuan dan 3 ulangan.
Pemeliharaan Ikan mas pada penelitian ini berlangsung selama 56 hari dan
selama pemeliharaan ikan diberi pakan jenis yang sama dengan masa aklimatisasi.
Pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pukul 08 : 00 pagi dan pukul 16 : 00
sore secara ad libitum (sampai kenyang). Pembersihan kotoran (siphon) dan
ganti air dilakukan satu kali sehari setiap pukul 08 : 00 pagi.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap kualitas air, tingkat
konsumsi pakan, bobot tubuh ikan, dan mortalitas. Kemudian dilakukan juga
pengamatan terhadap gejala klinis serta pengambilan sampel untuk analisa
patologi (patologi anatomi dan histopatologi) yang diambil pada hari ke-1, ke-3,
ke-7, ke-14, ke-21, ke-35 dan hari ke-56 penelitian.
Pembuatan Media Uji
Media pengujian dibuat dengan cara mencampurkan air laut dan air tawar
untuk mendapatkan konsentrasi salinitas yang diinginkan dengan metode
pengenceran. Konsentrasi salinitas dibuat sesuai dengan tingkatan perlakuan dan
kemudian dimasukkan kedalam wadah uji yang telah ditempatkan secara acak.
Adapun bagan alir dari pengujian adalah sebagai berikut :

14

Ikan uji sebanyak
20 ekor/akuarium

Perlakuan :
0 ppt, 2 ppt, 4 ppt, 6 ppt, 8 ppt, 10 ppt dan 12 ppt
Ulangan 3 kali, Dipelihara selama 56 hari

Kualitas Air :
 Suhu
 pH
 O2
 TAN
 Nitrit

Paremeter Produksi :
 Konsumsi Pakan
 Pertumbuhan Mutlak
 Laju Pertumbuhan
Harian
 Mortalitas

Pengamatan
Patologi :
 Gejala Klinis
 Makroskopis (PA)
 Mikroskopis (HP)

Pemeriksaan Patologi Anatomi
Sampel untuk patologi anatomi diperoleh dengan cara ikan dinekropsi
dengan membuat sayatan dari bagian anal hingga bagian posterior insang. Pada
saat nekropsi semua kelainan diamati dan dicatat. Pemeriksaan patologi anatomi
dilakukan secara makroskopis dengan menentukan derajat kerusakannya.
Kemudian sebagian dari organ insang, ginjal, dan usus dimasukan kedalam
larutan Normal Buffer Formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi (Noga
1996).
Pembuatan Sediaan Histologi
Proses pembuatan Blok Parafin dan Pemotongan Preparat
Jaringan insang, ginjal , dan usus dimasukkan ke dalam tissue cassette
untuk proses dehidrasi. Sampel jaringan direndam secara berurutan di dalam
larutan alkohol 70%, dan 90% masing-masing selama 1 jam pada suhu kamar,
diikuti dengan perendaman dalam larutan alkohol 96% (1, 2) , larutan etanol reins
(1,2) dan alkohol 100% (1, 2), masing-masing selama 1 jam. Proses penjernihan
(clearing) dilakukan dengan larutan silol (1, 2) masing-masing selama 30 menit.

15

Selanjutnya dilakukan proses infiltrasi larutan paraffin dengan dua kali
pemindahan masing-masing selama 90 menit pada suhu 67 0C. Proses selanjutnya
adalah pembuatan blok paraffin (embedding) dengan cara merendam jaringan ke
dalam paraffin cair dan didinginkan dalam suhu kamar.
Blok paraffin insang, ginjal dan usus dipotong dengan menggunakan sliding
microtome dengan ketebalan 4 µm. Sayatan jaringan yang diperoleh diletakkan
pada gelas objek yang sebelumnya telah dilapisi dengan larutan Egg Meyer,
kemudian diletakkan di atas hot-plate dengan suhu 37 0C. Setelah kering, gelas
objek diinkubasi pada suhu 37 0C selama satu malam.
Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)
Sayatan jaringan insang, ginjal, dan usus pada gelas objek selanjutnya
dideparafinisasi dan rehidrasi. Setelah kedua tahap tersebut, dilakukan proses
pewarnaan dengan pewarna Hematoksilin dan Eosin (HE) (Humason 1972).
Preparat yang telah diwarnai diamati di bawah mikroskop cahaya. Metode
pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring lesio perubahan
jaringan pada insang, ginjal, dan usus.
Parameter Yang Di Ukur
A. Parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, total
ammonia nitrogen dan nitrit.
B. Parameter produksi yang meliputi :
1. Tingkat konsumsi pakan
Tingkat konsumsi pakan ikan mas dapat diketahui dengan cara
menghitung (menimbang) jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji
setiap hari selama penelitian (Syakirin 1999)
2. Pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan biomassa mutlak dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (Wheterley 1972 dalam Syakirin 1999) :
B = Wt - W0
Dengan : B = Pertumbuhan bobot bimassa mutlak (g)
Wt = Biomassa ikan uji pada waktu t (g)
Wo = Biomassa ikan uji pada awal percobaan (g)

16

3. Laju pertumbuhan harian
Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (NRC 1977 dalam Syakirin 1999) :
α = ( t√¯ Wt _ 1) x 100%
¯ Wo
Dengan : α

= Laju pertumbuhan harian (%)

¯ Wt = Rata – rata biomassa ikan pada waktu t (g)
¯ Wo = Rata – rata biomassa ikan pada awal percobaan (g)
4. Persentase tingkat mortalitas yang dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (Effendie 1979) :
M = No - Nt x 100%
No
Dengan M : Mortalitas (%)
Nt : Jumlah ikan pada waktu t (ekor)
No: Jumlah ikan pada awal percobaan (ekor)
C. Parameter patologi yang meliputi :
1. Pengamatan gejala klinis yang meliputi aktifitas makan, gerakan operkulum
dan gerakan berenang
2. Gambaran patologi anatomi yang meliputi perubahan makroskopis organ
insang, ginjal dan usus ikan m