Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah

PERUBAHAN STRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN
COLEOPTERA PADA SISTEM AGROFORESTRI KAKAO:
PENGARUH UMUR DAN TATAGUNA LAHAN DI DAERAH
LORE LINDU, SULAWESI TENGAH

RADO PUJI SANTOSO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK

RADO PUJI SANTOSO. Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera
pada Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah
Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh DAMAYANTI BUCHORI.
Konversi hutan menjadi area pertanian biasanya berhubungan dengan
hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem terkait. Namun, beberapa
sistem pertanian seperti agroforestri dapat melestarikan keanekaragaman hayati

dengan mendukung habitat yang sesuai menyerupai kondisi alam. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur komunitas Coleoptera dalam
sistem agroforestri kakao dengan menekankan pada pengaruh umur dan kondisi
habitat sekitar perkebunan kakao. Penelitian dilakukan di perkebunan kakao di
Sulawesi Tengah dengan berbagai jenis naungan yaitu sisa pohon hutan (plot B),
pohon yang ditanam dengan spesies yang beragam (plot C) dan pohon yang
ditanam dengan hanya 1 atau 2 spesies (plot D). Penelitian ini memantau
perubahan keanekaragaman Coleoptera yang telah dilakukan pada tahun 2003 dan
pada tahun 2009 dengan metode yang sama dalam plot yang sama serta waktu
pengambilan contoh yang sama. Dalam setiap jenis agroforestry, diambil empat
pohon sampel dan semua Coleoptera dikoleksi dengan menggunakan metode
fogging. Hasil penelitan menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies Coleoptera
dari tiga jenis agroforestri mengalami penurunan komposisi dan struktur pada
rentang waktu enam tahun. Pada tahun 2003 ditemukan 172 spesies sedangkan di
tahun 2009 menurun menjadi 111 spesies. Walaupun demikian, berdasarkan
analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, hasil
analisis kemiripan dengan menggunakan indeks Sorenson menunjukkan bahwa
komposisi Coleoptera berubah antara tahun 2003 dan 2009. Perubahan umur
pohon kakao berpengaruh terhadap perubahan komposisi jenis coleoptera. Selain
itu, kondisi habitat dengan hutan alam dapat mendukung keanekaragaman

Coleoptera di perkebunan kakao.
Kata Kunci: Coleoptera, Agroforesri, Keanekaragaman Hayati

ABSTRACT
RADO PUJI SANTOSO. The Change of Structure and Diversity of Coleoptera
in Cacao Agroforestry System: Effect of Age and Land-use Change in Lore Lindu
National Park, Central Sulawesi. Supervised by DAMAYANTI BUCHORI.
The conversion of forest to agricultural areas is usually associated with
loss in biodiversity and its associated ecosystem services. However, some
agricultural system such as agroforestry can conserve biodiversity through
supporting suitable habitat which are similar to natural condition. The aim of this
research is to study community structure of Coleoptera in cacao agroforestry
system with emphasize on the effect of age and habitat condition surrounding
cacao plantation. Ecological research was conducted in cacao plantation in Central
Sulawesi with different type of shade trees i.e remaining forest trees (plot B),
planted trees with diverse species (plot C) and planted trees with only 1 or 2
species (plot D). This research monitors the changes of biodiversity that had been
conducted in 2003 and resampled in 2009 with the same method in the same plots
as well as the same sampling time. In each agroforestry types, four trees were
sampled and all the Coleoptera were collected using fogging method. The result of

the research showed that the species richness of Coleoptera from three types of
agroforestry decreased in composition and structure among the two time period.
In 2003, there were 172 species compared to 111 species in 2009. However, there
are not significant different between 2003 and 2009 species composition based on
analysis of variance using Shannon index. In contrast, similarity analysis using
Sorenson index showed that the species composition changed between 2003 and
2009. Age of cacao trees have important role on changing Coleoptera species
composition. In addition, habitat condition with natural forest may support
Coleoptera diversity in cacao plantation.
Keyword: Coleoptera, Agroforestry, Biodiversity

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PERUBAHAN STRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN
COLEOPTERA PADA SISTEM AGROFORESTRI KAKAO:
PENGARUH UMUR DAN TATAGUNA LAHAN DI DAERAH
LORE LINDU, SULAWESI TENGAH

RADO PUJI SANTOSO
A34080066

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi

: Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada
Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna
Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah
Nama Mahasiswa : Rado Puji Santoso
NIM
: A34080066

Disetujui Oleh

Dr. Ir. Damayanti Buchori M.Sc
Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih M.Si
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus:


PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada
Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore
Lindu, Sulawesi Tengah”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan rasa hormat kepada Dr. Ir.
Damayanti Buchori, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak ilmu, pengetahuan, arahan, saran, dan motivasi selama penelitian sampai
penulisan skripsi; Dr. Ir. Giyanto, MSi. selaku dosen penguji tamu yang telah
memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi; Dr. Akhmad Rizali,
SP, MSi yang telah memberikan banyak bantuan, arahan, dan saran selama
penelitian; Adha Sari, SP. yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan
penelitian di laboratorium.
Terima kasih kepada Mbak Nita SP., Mbak Putri SP. yang telah banyak
membantu selama penelitian; Teman-teman dan senior di Laboratorium
Entomologi LIPI (Riska Dwi Oktaviani SP., Wahyu, Ana, Bapak Harry Sutrisno,

Ibu Wara, Mas Anto, dan Bapak Uyung); Pak Darsono, M. Yasin Farid, M.N
Huda sebagai sahabat dan teman seperjuangan penelitian di Laboratorium
Pengendalian Hayati yang telah banyak membantu dan memberikan semangat,
bantuan serta saran selama penelitian;
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat
seperjuangan Garahan SA, Aris P, Niko PS, Arif M, Zakarias WP, Busyairi,
Syaiful K, Prio S, Meirza RS yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat, serta saran selama penelitian maupun penulisan skripsi; Dan terima
kasih penulis sampaikan kepada seluruh mahasiswa Departemen Proteksi
Tanaman, khususnya angkatan 45 atas kebersamaan kesetiaan, kebersamaan yang
hangat, dan semangat yang selalu membara.
Penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang
tua Bapak Pujiyono dan Ibu Binti, serta Agung PW (adik) dan Fatimah PI (adik)
yang selalu memberi doa, cinta kasih, motivasi, dan inspirasi yang luar biasa.
Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu perlindungan tanaman.

Bogor, Maret 2013
Rado Puji Santoso


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Pengumpulan dan Pengecekan Spesimen
Identifikasi
Bahan dan Alat
Penggabungan Spesimen Kumbang
Identifikasi Sampel Kumbang
Gambaran Umum Penelitian M.Bos dan A. rizali
Plot Penelitian
Perubahan Kondisi Lingkungan dan Cara Budidaya
Pengambilan Contoh Coleoptera

Metode
Identifikasi Coleoptera
Pemasukan dan Komplikasi Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe
Agroforestri
Pengaruh Tipe Agroforestri Terhadap Keanekaragaman Coleoptera
Perubahan Komposisi dan Struktur Coleoptera Berdasarkan Peranannya
Perubahan Komposisi spesies Coleoptera pada Agroforestri Kakao
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
ix
x
1

2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
6
6
6
7
7

9
13
14

16
18
18
19
21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Parameter Perubahan Lingkungan di Tahun 2003 dan Tahun 2009
Jenis dan Kelimpahan Coleoptera pada Seluruh Tipe Habitat Agrofoestri
Kakao di Desa Toro, Kulawi,Donggala,Sulawesi Tengah
Uji Statistik Kelimpahan Jumlah Spesies dan Individu di Agroforestri
Indeks Keaekaragaman dan Dominansi Coleoptera di Setiap Tipe
Agroforestri
Uji Statistik Nilai Indeks Shannon dan Indeks Simpson di Setiap Plot
pada Tahun Berbeda
Jumlah Spesies Coleoptera di Berbagai tipe Agroforestri Berdasarkan
Perananya
Indeks Kesamaan Sorenson di Tipe Agroforestri (%)

6
9
11
12
13
15
17

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4

Titik Pengambilan Sampel Pohon di Tiap Agroforestri
Spesies Coleoptera yang Mendominasi di Setiap Tipe Agroforestri,
Monolepta (cf.) sp.15a (A), Epitrix sp.70 (B)
Jumlah Spesies Coleoptera di Masing–masing Tipe Agroforestri
Jumlah Spesies Coleoptera Berdasarkan Peranannya Tahun 2003 (A),
Tahun 2009 (B)

5
11
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jenis dan Kelimpahan Spesies pada Seluruh Tipe Habitat Agrofoestri
Kakao di Desa Toro, Kulawi,Donggala,Sulawesi Tengah
Jumlah spesies (S), individu (N), indeks keanekaragaman dan
dominansi Coleoptera di setiap pohon pada semua tipe agroforestri
Jumlah spesies Coleoptera per pohon berdasarkan perananya di tiga
tipe agroforestri kakao
Jenis dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe Agroforestri
Berdasarkan Pohon di Tahun 2003
Jenis dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe Agroforestri
Berdasarkan Pohon di Tahun 2009
Indeks Kesamaan Sorenson di Berbagai Pohon Agroforestri (%)
Kunci Identifikasi Coleoptera
Spesimen Coleoptera pada Agroforstri B, C, D

22
29
30
31
33
35
36
37

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
jenis flora dan fauna yang sangat tinggi, dan tercatat menduduki peringkat kedua
setelah Brazil sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia (Adisoemarto dan Rifai
1994). Berdasarkan proporsi kekayaan jenis tumbuhan, hewan dan mikroba yang
ada didunia, Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga, 12% hewan
mamalia, 16% reptilia dan amfibia, 17% burung, 25% ikan dan 15% serangga.
Padahal, luas daratan Indonesia hanya sekitar 1,32% dari seluruh luas daratan
yang ada di dunia (Sugandhy et al. 1994).
Pola keanekaragaman biota yang ada di Indonesia sebagian besar dapat
dijumpai pada wilayah hutan hujan tropis yang mempunyai iklim yang stabil
sepanjang tahun. Secara geografis, wilayah Indonesia banyak dipengaruhi oleh
dua pusat distribusi biota yaitu benua Asia (Jawa, Sumatera, Kalimantan) dan
benua Australia (Papua), sedangkan Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara
Timur merupakan wilayah peralihan dan pertemuan antara dua biota tersebut,
dikenal dengan sebutan Wallacea (Primack et al. 1998). Disamping itu, dengan
wilayah berupa kepulauan ditambah dengan keberadaan deretan gunung berapi
yang banyak (pengaruh vulkanik) menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman biota unik yang tinggi (Primack et al. 1998).
Diantara keanekaragaman biota yang terdapat di Indonesia, serangga
merupakan kelompok biota yang paling tinggi keanekaragamannya 2,5 juta jenis
dimana diprediksi jumlah tersebut baru sekitar 10% dari keseluruhan jenis
serangga yang ada di Indonesia (Hamonangan 2008). Serangga dapat ditemukan
pada berbagai ekosistem mulai dari ekosistem persawahan, perkebunan hingga
hutan. Kemampuan beradaptasi serangga yang tinggi dibandingkan dengan fauna
lain menyebabkan serangga mampu bertahan hidup dan berkembang biak di
ekosistem yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya. Di setiap
ekosistem tersebut, serangga memegang peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem terutama pada rantai makanan ekosistem yaitu sebagai
polinator, dekomposer, musuh alami (predator dan parasitoid) (Strong et. al.
1984).
Konversi habitat dan alih fungsi lahan yang banyak terjadi di Indonesia,
disinyalir menyebabkan berkurangnya keanekaragaman serangga. Alih fungsi
lahan hutan menjadi lahan pertanian secara monokultur dapat menimbulkan
banyak masalah seperti hilangnya musuh alami dan terjadinya dominasi serangga
hama. Hal tersebut diduga berhubungan dengan berubahnya keseimbangan antara
hama dan musuh alami (Krebs 1989).
Walaupun demikian, sistem pertanian agroforesrtri ternyata mampu menjaga
keanekaragaman serangga dan keseimbangan ekosistem yang ada di dalamnya
(Foresta 2000). Agroforestri memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap
jasa lingkungan antara lain mempertahankan fungsi hutan, mengurangi
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan yang terpenting mampu
mempertahankan keanekaragaman hayati (Noordwijk et al. 2004). Oleh
karenanya, agroforestri diyakini dapat mempertahankan hasil pertanian secara
berkelanjutan. Penelitian pada agroforestri kakao di sekitar Taman Nasional Lore

2
Lindu (TNLL) menunjukkan bahwa sistem agroforestri kakao dapat mendukung
keberadaan sekitar 50% spesies kupu-kupu (Schulze et al. 2004) dan 75 % spesies
Coleoptera koprofagus (Shahabuddin et al. 2005), dari keseluruhan spesies yang
ditemukan di hutan alami.
Perubahan pemahaman petani melalui intensifikasi agroforestri membawa
dampak negatif terhadap keanekaragaman serangga di agroforestri. Pengurangan
jumlah naungan dan aplikasi pestisida misalnya, berpengaruh negatif terhadap
keberadaan musuh alami pada agroforestri kakao (Wanger et al. 2010). Selain itu,
dalam jangka panjang agroforestri ternyata memiliki pengaruh terhadap komposisi
spesies serangga. Hasil penelitian Rizali et al. (2012) pada agroforestri kakao di
sekitar TNLL menunjukkan bahwa kekayaan spesies semut dapat meningkat dan
menurun secara signifikan dengan bertambahnya waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jangka panjang
terhadap keanekaragaman Coleoptera. Diantara kelompok serangga, Coleoptera
menempati posisi pertama untuk kelompok terbesar, karena menyusun sekitar
40% dari keseluruhan jenis serangga dan sudah lebih dari 350.000 jenis yang
diketahui spesiesnya (Borror et al. 1989). Indonesia diperkirakan memiliki sekitar
10% jenis Coleoptera dari seluruh spesies yang ada didunia (Noerdjito 2003).
Selain itu Coleoptera sangat mudah ditemui diberbagai habitat dikawasan
Indonesia, baik Coleoptera yang merugikan (hama) maupun Coleoptera yang
bersifat menguntungkan (predator). Coleoptera memiliki daya adaptasi yang
tinggi dengan lingkungan sehingga dapat hidup dan berkembang biak pada
berbagai habitat seperti di dalam kayu, kulit kayu, ranting, daun, buah atau benda
lain, dan ada beberapa dari spesies Coleoptera yang hidup di bebatuan, kotoran
hewan, kayu yang telah lapuk, bahkan dipermukaan tanah ataupun dalam tanah,
sertahidup di air (sungai, kolam, dll) sebagai habitatnya untuk melakukan
keberlangsungan hidup.
Lokasi penelitian terletak di Sulawesi merupakan salah satu pulau di
Indonesia yang memiliki luasan hutan hujan tropis yang cukup besar dan
diperkirakan mempunyai keanekaragaman Coleoptera yang mencapai 6000
spesies yaitu setelah Hammond berhasil mengoleksi 4500 jenis Coleoptera dari
hutan dataran rendah di Sulawesi Utara (Watt et al. 1997). Tetapi dengan seiring
bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia dalam memanfaatkan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus meningkat,
perubahan fungsi hutan sebagai ekosistem biota terutama komunitas Coleoptera
menjadi pemukiman, pertanian, maupun perkebunan dimungkinkan akan
mempengaruhi keanekaragaman hayati terutama perubahan struktur komunitas
Coleoptera itu sendiri. Dikhawatirkan komunitas Coleoptera akan mengalami
penyusutan karena hilangnya habitat akibat fragmentasi yang berlebih ataupun
konversi lahan hutan menjadi perkebunan kakao. Sebab Coleoptera memegang
peran penting dalam menjaga kelangsungan ekosistem dan lingkungan hidup
karena peranannya dalam rantai makanan, misalnya sebagai penyerbuk, pengurai,
bahkan predasi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur komunitas Coleoptera pada
sistem agroforestri kakao di Sulawesi Tengah dengan menekankan pada pengaruh
umur dan kondisi habitat sekitar kakao. Di tahun 2003, Merijn Bos telah

3
melakukan penelitian mengenai Coleoptera di perkebunan kakao di Sulawesi
Tengah (Bos 2006). Sedangkan pada tahun 2009, Akhmad Rizali juga melakukan
penelitian dengan metode yang sama, tapi tidak difokuskan untuk mempelajari
Coleoptera (Rizali 2011). Oleh karena itu, melalui penelitian ini, spesimen
Coleoptera yang diperoleh antara tahun 2003 dan 2009 dilakukan penggabungan
untuk dapat dilakukan analisis perubahan keanekaragaman Coleoptera antara
2003 dan 2009.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dasar tentang
pengaruh sistem agroforestri kakao terhadap keanekaragaman spesies Coleoptera
dan perubahan struktur komunitas Coleoptera akibat perubahan lahan dalam
jangka panjang

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Pengumpulan dan pengecekan spesimen
Spesimen Coleoptera yang digunakan dalam penelitian ini, adalah spesimen
Coleoptera hasil dari penelitian Merijn Bos pada tahun 2003 (Bos 2006) dan
Akhmad Rizali pada tahun 2009 (Rizali 2011). Merijn Bos dan Akhmad Rizali,
melakukan penelitian keanekaragaman serangga pada perkebunan kakao di Desa
Toro, Kecamatan Kulawi, Sulawesi Tengah dengan menggunakan metode yang
sama dan pada plot penelitian yang sama.
Identifikasi
Identifikasi dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan
di Laboratorium Entomologi Museum Zoologi LIPI, Cibinong, Kabupaten Bogor
pada tanggal 2 Februari 2012 sampai 12 juli 2012.

Bahan dan Alat
Penggabungan spesimen Coleoptera
Bahan yang digunakan yaitu kertas label, buku, sterofom, dan kotak
serangga. Sedangkan alat yang digunakan yaitu mikroskop stereo, lampu, jarum,
pensil, dan kamera.
Identifikasi sampel Coleoptera
Bahan yang akan digunakan untuk mengidentifikasi antara lain spesimen
Coleoptera hasil pengambilan contoh pada tahun 2003 dan tahun 2009 di
perkebunan kakao di Desa Toro, Sulawesi Tengah, jurnal identifikasi berdasarkan
identifikasi tahun 2003 disitus www.beetle-diversity.com (dibuat oleh Merijn M.
Bos), buku identifikasi Australian Beetles (John F. Lawrence & E. B Britton), dan
kotak serangga, Sedangkan alat yang digunakan yaitu mikroskop stereo, lampu,
laptop, kamera, dan bolpoin.

Gambaran Umum Penelitian M. Bos dan A. Rizali
Plot penelitian
Plot penelitian yang digunakan M. Bos dan A. Rizali merupakan agroforestri
kakao yang berlokasi di Desa Toro, Kecamatan Kulawi, di perbatasan barat TNLL
(Gambar 1). Plot penelitian terdiri atas tiga jenis agroforestri yang mewakili
gradient keanekaragaman pohon naungan yaitu:
a. Plot B: Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa
hutan yang sebelumnya terganggu, dan ketika mulai menipis maka di
bawah ditanami pohon kakao.
b. Plot C: Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, didominasi
oleh berbagai jenis naungan pohon yang ditanam petani. Berbagai pohon

5
buah-buahan dan kayu. Diantara pohon-pohon ini beberapa adalah pohon
lokal (termasuk beberapa endemik spesies).
c. Plot D: Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah
hanya 1-2 spesies tanaman naungan dan tidak ada spesies yang endemik.

Gambar 1 Titik pengambilan sampel pohon di tiap agroforestri
Jarak minimum antar plot adalah 300 m, sedangkan jarak maksimum sekitar 5 km.
Sedangkan jarak minimum antara pohon untuk pengambilan contoh, yaitu 10 m 15 m. Ketinggian lokasi (altitude) seluruh plot yang dipilih berkisar antara 850 m
dan 1.100 m di atas permukaan laut.
Perubahan kondisi lingkungan dan cara budidaya
Dalam jangka waktu enam tahun yaitu antara tahun 2003 dan 2009 terjadi
perubahan lingkungan di agroforestri kakao baik pada ukuran tanaman, kondisi
habitat, dan aplikasi pestisida (Tabel 1). Perubahan-perubahan tersebut meliputi
penurunan tutupan kanopi pada tahun 2009 sebesar 50%, dan terjadi peningkatan
penggunaaan insektisida dan herbisida yang mencapai dua kali lipat untuk
mengendalikan hama penyakit dan gulma pada area agroforestri kakao (Tabel 1).

6
Tabel 1 Parameter perubahan lingkungan di lokasi agroforestri kakao pada tahun
Parameter
Ukuran tanaman
- Diameter batang (cm)
- Tinggi (cm)
Kondisi habitat
- Penutupan kanopi (%)
- Perubahan lahan
(jumlah plot/plot total)
Aplikasi pestisida
- Insektisida (kali/tahun)
- Herbisida (kali/tahun)
2003 dan tahun 2009*

2003

Kulawi
2009

Anova

7.9±0.5
341.1±16.0

11.4±0.6
485.7±23.7

F1,11=48.95, P