Financial Development and Income Inequality: Empirical Study in European Union and ASEAN+6 countries

FINANCIAL DEVELOPMENT DAN KESENJANGAN
PENDAPATAN: KAJIAN EMPIRIS NEGARA-NEGARA DI
KAWASAN UNI EROPA DAN ASEAN+6

SISWI PUJI ASTUTI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Financial Development dan
Kesenjangan Pendapatan: Kajian Empiris Negara-negara di Kawasan Uni Eropa
dan ASEAN+6” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Siswi Puji Astuti
NIM H151114214

RINGKASAN
SISWI PUJI ASTUTI. Financial Development dan Kesenjangan Pendapatan:
Kajian Empiris Negara-negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Dibimbing
oleh NOER AZAM ACHSANI dan MUHAMMAD FIRDAUS
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk menggerakkan
perekonomian, membuka lebih banyak kesempatan kerja, serta untuk menarik
investasi. Namun hal ini tidak cukup untuk memastikan bahwa seluruh
masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan ekonomi. Beberapa negara
Asia seperti Korea Selatan, Cina, India dan Indonesia mengalami pertumbuhan
ekonomi yang tinggi namun pada saat yang bersamaan negara-negara tersebut
juga mengalami peningkatan kesenjangan pendapatan.
Peningkatan kesenjangan pendapatan terjadi di negara berkembang
maupun negara maju. Kesenjangan pendapatan yang tinggi membawa dampak
negatif diantaranya memperlambat pertumbuhan ekonomi, meningkatnya

pengangguran dan permasalahan sosial. Dengan fakta bahwa kesenjangan
pendapatan secara global meningkat serta memiliki dampak negatif bagi
perekonomian maka diperlukan strategi untuk mengurangi kesenjangan
pendapatan. Salah satu strategi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
sekaligus mengurangi kesenjangan pendapatan adalah financial development.
Fenomena globalisasi tidak hanya memberikan peluang, tapi juga
memberikan ancaman. Situasi ini mendorong negara-negara di dunia untuk
melakukan integrasi ekonomi demi memperkuat posisi mereka di dunia
internasional. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga membentuk
organisasi di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dikenal dengan
nama Association of South East Asian Nations (ASEAN). Kerjasama ini diperluas
dengan Jepang, Cina, Korea Selatan, New Zealand, Australia, dan India, yang
kemudian disebut sebagai kawasan ASEAN+6. Globalisasi maupun integrasi
ekonomi regional diharapkan mampu mendorong pembangunan ekonomi
termasuk financial development melalui peningkatan persaingan sektor perbankan
dan akses jasa keuangan.
Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara
pertumbuhan ekonomi dan financial development. Dalam kaitannya dengan
distribusi pendapatan, financial development merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesempatan ekonomi setiap individu. Namun, masih terdapat

perdebatan mengenai peran financial development dalam menurunkan
kesenjangan pendapatan. Hal ini terkait dengan siapa yang memperoleh
keuntungan terbesar dari financial development.
Adanya perdebatan mengenai hubungan antara kesenjangan pendapatan
dan financial development menimbulkan pertanyaan mendesak bagi para
pengambil kebijakan mengenai peran pemerintah untuk meningkatkan financial

development yang mendukung pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan, dengan
tetap mempertahankan stabilitas ekonomi dan keuangan. Financial development
dalam kerangka integrasi ekonomi regional juga menuntut regulasi pemerintah
yang tepat terkait dengan keterbukaan finansial. Kebijakan harus disesuaikan
dengan situasi perekonomian domestik sekaligus antisipatif terhadap kebijakan
negara lain. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika
pembangunan sektor keuangan dan kesenjangan pendapatan antara negara-negara
maju dan berkembang di kawasan yang terintegrasi secara ekonomi yaitu
ASEAN+6 dan Uni Eropa. Penelitian ini juga akan menganalisis konvergensi
kesenjangan pendapatan di negara-negara di kedua kawasan.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode
1991-2010 dari 30 negara yaitu 11 negara ASEAN+6 dan 19 negara Uni Eropa.
Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Philipina,

Thailand, Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Selandia Baru, Australia, Austria,
Belgia, Denmark, Finlandia, Jerman, Perancis, Yunani, Irlandia, Italia,
Luksemburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Swiss, Inggris, Swedia, Hungaria,
Polandia dan Rumania. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran umum mengenai financial development di ASEAN+6 dan Uni Eropa.
Sementara analisis regresi data panel digunakan untuk menguji pola hubungan
antara kesenjangan pendapatan dan financial development serta derajat
konvergensi kesenjangan pendapatan di ASEAN+6 dan Uni Eropa.
Berdasarkan hasil estimasi model regresi data panel, terbukti terjadi
konvergensi kesenjangan pendapatan di negara-negara maju dan berkembang di
kawasan ASEAN+6 dan Uni Eropa dengan konvergensi kesenjangan pendapatan
pada periode 2001-2010 lebih cepat dibandingkan pada periode 1991-2000.
Secara umum financial development memiliki pengaruh signifikan terhadap
kesenjangan pendapatan pada seluruh negara yang diteliti. Terdapat pola
hubungan yang berbeda antara financial development dan kesenjangan pendapatan
di negara-negara maju dan berkembang. Pada negara-negara maju financial
development menurunkan kesenjangan pendapatan. Sebaliknya pada negaranegara berkembang financial development meningkatkan kesenjangan
pendapatan.
Kata kunci: financial development, kesenjangan pendapatan, integrasi ekonomi


SUMMARY
SISWI PUJI ASTUTI. Financial Development and Income Inequality: Empirical
Study in European Union and ASEAN+6 countries. Under direction of NOER
AZAM ACHSANI and MUHAMMAD FIRDAUS
High economic growth is needed to drive the economy, opening up more
job opportunities and to attract investment. But economic growth alone is not
enough to ensure that all communities get benefit from economic development.
Some Asian countries such as South Korea, China, India and Indonesia
experienced high economic growth but at the same time income inequality in
these countries also rises.
Income inequality increases in both developing and developed countries.
High income inequalities bring negative impacts such as slower economic growth,
rising unemployment and social problems. With the fact that income inequality
increased globally and its negative impact on the economy, a strategy required to
reduce it. One strategy that can boost economic growth while reducing the income
inequality is financial development.
Globalization gives us opportunity as well as threat. This encourages
countries to establish economic integration in order to strengthen their position in
the world. Countries in Southeast Asia also establish an organization known as the
Association of South East Asian Nations (ASEAN). The cooperation extended

trough Japan, China, South Korea, New Zealand, Australia, and India, as ASEAN
+6. Globalization and regional economic integration is expected to promote
economic development, including financial development through increased
competition and access to the banking financial services.
Various studies have shown a strong correlation between economic growth
and financial development. In relation to the distribution of income, financial
development influence individual economic opportunity. However, there is still a
debate about the role of financial development in reducing income inequality
related to who benefits most from financial development.
Debate on the relationship between income inequality and financial
development raises urgent questions for decision-makers about the role of
government to improve the financial development that supports growth and
reduces inequality, while maintaining economic and financial stability. Financial
development in the framework of regional economic integration also requires the
right government regulations related to financial openness. Policy should be
adapted to the situation of the domestic economy as well as adaptable to other
countries' policies. Therefore this study aimed to analyze the dynamics of the
development of the financial sector and the income gap between developed
countries and developing in the region that is economically integrated ASEAN +6
and the European Union. This study will also analyze the convergence of income

inequality in the countries in the two regions.
This study used data for the period 1991-2010 from 30 countries including
11 ASEAN +6 countries and 19 EU countries. These countries are Indonesia,
Singapore, Malaysia, Philippines, Thailand, Japan, China, South Korea, India,
New Zealand, Australia, Austria, Belgium, Denmark, Finland, Germany, France,

Greece, Ireland, Italy, Luxembourg, Netherlands, Portugal, Spain, Switzerland,
the UK, Sweden, Hungary, Poland and Romania. Descriptive analysis is used to
provide an overview of financial development in the ASEAN +6 and the
European Union. While the panel data regression analysis is used to examine the
pattern of the relationship between income inequality and financial development
and the degree of convergence of income inequality in the European Union and
ASEAN +6.
The result suggest there were convergence in income inequality with the
convergence of income inequality in the period 2001-2010 faster than in the 19912000 period. In general, financial development has a significant effect on income
inequality in all countries studied. There is a different pattern of relationship
between financial development and income inequality in developed and
developing countries. In the developed countries financial development lowers the
income gap. In contrast to developing countries financial development increases
income inequality.

Keywords: financial development, income inequality, economic integration

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

FINANCIAL DEVELOPMENT DAN KESENJANGAN PENDAPATAN:
KAJIAN EMPIRIS NEGARA-NEGARA DI KAWASAN
UNI EROPA DAN ASEAN+6

SISWI PUJI ASTUTI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Penelitian

Nama
NIM
Program Studi

: Financial Development dan Kesenjangan Pendapatan:
Kajian Empiris Negara-negara di Kawasan Uni Eropa dan
ASEAN+6
: Siswi Puji Astuti
:H151114214
: Ilmu Ekonomi


Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof Dr Noer Azam Achsani
Ketua

sSP MSi

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dr Ir

Tanggal Ujian: 3 September 2013

Tanggal Lulus:

2 5 0CT 2013


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir M. Parulian Hutagaol, MS

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan tesis dengan
judul ” Financial Development dan Kesenjangan Pendapatan: Kajian Empiris
Negara-negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6”. Tesis ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah
Pascasarjana Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material
dalam penyelesaian tesis ini, terutama kepada Prof Dr Noer Azam Achsani dan
Prof Dr Muhammad Firdaus, SP, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir M. Parulian
Hutagaol, MS selaku penguji dan Lukytawati Anggraini, Ph.D selaku wakil
program studi atas saran dan kritik yang membangun dalam hal substansi materi
maupun tata cara penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada seluruh staf pengajar dan karyawan/i Program Studi Ilmu Ekonomi FEM
Sekolah Pascasarjana IPB atas ilmu dan jasa yang diberikan selama penulis
menempuh pendidikan. Di samping itu penulis juga menyampaikan penghargaan
dan terimakasih kepada segenap pimpinan Badan Pusat Statistik (BPS) RI
maupun BPS Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memberikan kesempatan bagi
menulis untuk melanjutkan pendidikan. Terimakasih juga penulis sampaikan
kepada rekan-rekan kerja di BPS Provinsi Sulawesi Selatan, rekan-rekan
seperjuangan di kelas BPS batch empat serta reguler lima dan enam yang
senantiasa saling memberikan masukan, dukungan dan semangat.
Akhirnya, semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang memerlukannya.

Bogor, September 2013

Siswi Puji Astuti

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Kesenjangan Pendapatan
Ukuran Kesenjangan Pendapatan
Financial development
Kurva Kuznets untuk financial development
Tinjauan Empiris
Kerangka Pikir
Hipotesis Penelitian
3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Analisis Data Panel Statis
Analisis Data Panel Dinamis
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesenjangan Pendapatan di ASEAN dan Uni Eropa
Financial Development di ASEAN+6 dan Uni Eropa
Pemilihan model terbaik
Konvergensi kesenjangan pendapatan di ASEAN+6 dan Uni Eropa
Hubungan antara financial development dan kesenjangan pendapatan
Pengaruh variabel-variabel kontrol terhadap kesenjangan pendapatan
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
viii
viii
ix
1
1
4
7
8
9
9
9
9
11
12
13
16
17
19
19
20
22
24
27
27
32
38
40
41
42
45
45
46
47
49

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

6

7

8
9

Rata-rata Rasio Gini berdasarkan kawasan, 1990-2000
Rata-rata Rasio Gini, PDB per Kapita dan Pertumbuhan PDB per
Kapita Negara-negara ASEAN+6 dan Uni Eropa Tahun 1991-2010
Rata-rata dan standar deviasi rasio Gini negara-negara ASEAN+6 dan
Uni Eropa, 1991-2010
Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki pinjaman
menurut sumber pinjaman, 2011
Ringkasan hasil estimasi koefisien parameter POLS,FEM, REM, FDGMM dan Sys-GMM untuk data 30 negara ASEAN+6 dan Uni Eropa,
1990-2000
Ringkasan hasil estimasi koefisien parameter POLS,FEM, REM, FDGMM dan Sys-GMM untuk data 30 negara ASEAN+6 dan Uni Eropa,
2001-2010
Ringkasan hasil estimasi parameter financial development dan
kesenjangan pendapatan untuk 30 negara ASEAN+6 dan Uni Eropa
pada setiap periode
Ringkasan hasil estimasi parameter untuk kelompok negara maju dan
berkembang pada setiap periode
Ringkasan hasil estimasi parameter variabel-variabel kontrol untuk 30
negara ASEAN+6 dan Uni Eropa pada setiap periode

5
28
32
34
39

40

41

42
43

DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan ekonomi dan rasio gini Cina, India, Indonesia dan Korea
Selatan, 2005-2010
2 Perubahan kesenjangan pendapatan di beberapa negara maju dan
berkembang, 1991-2010
3 Kurva Lorenz
4 Kurva Kuznets
5 Kerangka Pikir
6 Rasio gini dan inflasi di negara-negara maju dan sedang berkembang,
di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6, 2001-2010
7 Rasio gini dan rasio pengeluaran pemerintah terhadap PDB di negaranegara maju dan sedang berkembang di kawasan Uni Eropa dan
ASEAN+6, 2001-2010
8 Rasio gini dan kontribusi sektor pertanian dan industri terhadap PDB
di negara-negara sedang berkembang di kawasan Uni Eropa dan
ASEAN+6, 2001-2010
9 Financial deepening di negara-negara maju dan berkembang di
kawasan ASEAN+6 dan Uni Eropa, 2004-2010
10 Financial broadening di negara-negara maju dan berkembang di
kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6, 2004-2010
11 Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki rekening di
bank pada negara-negara maju dan berkembang di kawasan Uni Eropa
dan ASEAN+6, 2011

2
3
10
12
17
29
30

31

33
35
36

12 Financial Development dan rasio gini negara-negara maju dan
berkembang di kawasan ASEAN+6, 2000-2010
13 Financial Development dan rasio gini negara-negara maju dan
berkembang di kawasan Uni Eropa, 2000-2010

37
37

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Ringkasan penelitian terdahulu
Uji beda dua rata-rata
Hasil estimasi model

49
57
59

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara-negara di Asia khususnya Asia Timur mengalami berkembangan
ekonomi yang sangat pesat setelah melalui proses recovery perekonomian pasca
krisis keuangan Asia 1997-1998 dengan baik. Di tengah krisis yang melanda Uni
Eropa dan Amerika Serikat, negara-negara berkembang di Asia mampu
mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif. Dalam perkembangan
perekonomian global saat ini dominasi Amerika Serikat mulai berkurang dan
perekonomian dunia mulai bergeser ke Asia. Beberapa negara Asia seperti Korea
Selatan, Cina, India dan Indonesia bahkan muncul sebagai kekuatan ekonomi baru
dengan pengaruh yang cukup kuat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk menggerakkan
perekonomian, membuka lebih banyak kesempatan kerja serta untuk menarik
investasi, namun hal ini tidak cukup untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat
memperoleh manfaat dari pembangunan ekonomi. Cina dan India merupaka dua
negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia, bahkan berdasarkan data
Bank Dunia tahun 2012 Cina mencatatkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 10%
per tahun. Pada saat yang bersamaan, dua negara dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia ini juga mengalami peningkatan kesenjangan pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi di Cina, India, Indonesia dan Korea Selatan pada
periode 2005-2010 selalu positif meskipun mengalami penurunan pada tahun
2008-2009 akibat tekanan krisis ekonomi global (Gambar 1). Kesenjangan
pendapatan yang diukur dengan rasio gini menunjukkan kecenderungan
meningkat pada keempat negara sepanjang periode 2005-2010. Cina merupakan
negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi sekaligus memiliki kesenjangan
pendapatan yang tertinggi. Baik negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif
rendah, Korea Selatan, maupun negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat
tinggi, Cina dan India, semuanya menunjukkan kecenderungan peningkatan
kesenjangan pendapatan.
Selama periode 2005-2010, berdasarkan data Bank Dunia, rata-rata
pertumbuhan ekonomi Cina adalah 11,23% per tahun. Pada tahun 2010 rasio gini
Cina sebesar 48,10% meningkat 21,3% dibandingkan kondisi pada tahun 2005.
India dan Indonesia juga mengalami kondisi yang sama, pertumbuhan ekonomi di
kedua negara selama tahun 2005-2010 berturut-turut sebesar 8,34% dan 5,73%
per tahun. Rasio gini India pada tahun 2010 sebesar 34,48% meningkat 1,51%
dibandingkan kondisi tahun 2005. Rasio gini maupun pertumbuhannya di
Indonesia lebih tinggi dibandingkan India, di tahun yang sama rasio gini
Indonesia sebesar 37,56% meningkat 6,18% dibandingkan kondisi tahun 2005.
Kesenjangan pendapatan yang tinggi berdampak buruk bagi
perekonomian. Birdsall (2006) menjelaskan dampak kesenjangan pendapatan
diantaranya adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi. Data dari Bank Dunia
tahun 2009 menunjukkan bahwa negara dengan peningkatan kesenjangan
pendapatan yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat pada
periode yang sama. Kesenjangan pendapatan yang tinggi akan mengurangi
kesempatan untuk mengakses pendidikan dan kesehatan bagi penduduk yang

2

berada pada persentil terendah dalam distribusi pendapatan. Tingginya
kesenjangan pendapatan juga memicu permasalahan sosial, keterbatasan dalam
akses pendidikan akan menimbulkan pengangguran. Kondisi ini pada akhirnya
dapat mendorong kenaikan tingkat kejahatan. Selanjutnya, permasalahan sosial ini
dapat mempengaruhi instabilitas politik karena kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah semakin berkurang.

50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
2006

2007

2008

Pertumbuhan Ekonomi

2009

2010

34.60

10.00

34.40

8.00

33.80

2.00

33.60

0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Rasio Gini

Pertumbuhan Ekonomi

Rasio Gini

Korea Selatan
38.00
37.00
36.00
35.00
34.00
33.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010
Rasio Gini

Pertumbuhan Ekonomi (%)

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

Rasio Gini (%)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

34.00

4.00

Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi

34.20

6.00

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

31.50
31.40
31.30
31.20
31.10
31.00
30.90
30.80

Rasio Gini (%)

2005

12.00

Rasio Gini (%)

60.00

16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00

Pertumbuhan Ekonomi (%)

India

Rasio Gini (%)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Cina

2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan Ekonomi

Rasio Gini

Sumber: Bank Dunia, 2012
Gambar 1 Pertumbuhan ekonomi dan rasio gini Cina, India, Indonesia dan Korea
Selatan, 2005-2010
Peningkatan kesenjangan pendapatan tidak hanya terjadi di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Gambar 2 menunjukkan perubahan rasio
gini beberapa negara maju dan berkembang dari periode 1990-1999 dan 20002010. Negara-negara berkembang memiliki kesenjangan pendapatan yang relatif
lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju. Sebagian besar negara mengalami
peningkatan kesenjangan pendapatan, baik negara berkembang maupun negara
maju. Jerman, Perancis, Jepang dan Singapura adalah negara-negara maju yang
mengalami peningkatan kesenjangan pendapatan. Krisis keuangan di Amerika
Serikat dan Eropa diduga menjadi penyebab peningkatan kesenjangan pendapatan
di negara-negara maju. Beberapa negara berkembang yang mengalami penurunan
kesenjangan pendapatan diantaranya adalah Malaysia, Thailand dan Philipina.
Dengan fakta bahwa kesenjangan pendapatan secara global meningkat
serta memiliki dampak negatif bagi perekonomian maka diperlukan strategi untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan. Salah satu strategi yang dapat mendorong

3

pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi kesenjangan pendapatan adalah
financial development.

Negara maju

Negara berkembang

Sumber: Bank Dunia, 2012
Gambar 2 Perubahan kesenjangan pendapatan di beberapa negara maju dan
berkembang, 1991-2010
Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara
pertumbuhan ekonomi dan financial development. Hasil dari financial
development tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari mulai dari jumlah
lembaga keuangan yang semakin meningkat, fasilitas pembayaran yang
memberikan lebih banyak kemudahan sampai pada berbagai produk investasi
yang ditawarkan kepada masyarakat. Perkembangan di sektor keuangan akan
meningkatkan tabungan dan efisiensi investasi pada proyek-proyek produktif
sehingga menghasilkan pertumbuhan yang lebih kuat. Lebih lanjut, penelitian
membuktikan bahwa financial development tidak hanya memberikan porsi
pendapatan nasional yang lebih besar tetapi juga meningkatkan pemerataan
pendapatan. Pada kelompok masyarakat dengan 20% pendapatan terendah,
manfaat financial development sebesar 60% diperoleh dari peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan 40% dari pemerataan pendapatan (Beck et al. 2007).
Financial development penting bagi semua negara, berapapun tingkat
pendapatannya. Tapi bagi negara berkembang dan terutama bagi negara yang
berpenghasilan rendah financial development memberikan optimisme bagi
penurunan kemiskinan di masa mendatang. Dalam kaitannya dengan distribusi
pendapatan, financial development merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesempatan ekonomi setiap individu. Sistem keuangan akan
menentukan individu yang dapat memperoleh akses kredit dan yang tidak,
sehingga setiap individu memperoleh kesempatan ekonomi yang berbeda.

4

Financial development juga dapat mempengaruhi kesenjangan secara tidak
langsung, melalui dampaknya terhadap produksi secara agregat yang dapat
mengubah permintaan atas tenaga kerja terdidik maupun tidak terdidik.
Peningkatan permintaan atas tenaga kerja tidak terdidik sebagai dampak financial
development akan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin sehingga dapat
memperkecil kesenjangan. Sektor keuangan juga berperan bagi masyarakat
miskin dalam memfasilitasi transfer remittance dari luar maupun dalam negeri
yang menjadi sumber pendapatan penting bagi sebagian keluarga miskin di
pedesaaan. Sektor keuangan yang berkembang dapat menyediakan jasa transfer
yang lebih murah, aman dan cepat sehingga dapat memberikan manfaat yang
besar bagi penerima transfer tersebut.
Secara mikro financial development memiliki dampak yang berbeda
terhadap masing-masing pelaku ekonomi. Bagi rumah tangga, perkembangan
sektor keuangan dapat membantu dalam menjaga stabilitas konsumsi dan
investasi dalam akumulasi modal manusia. Sementara bagi perusahaan, akses
yang semakin baik terhadap sektor keuangan berhubungan dengan tingkat
pengembalian investasi dan produktifitas yang semakin tinggi. Khusus untuk
usaha kecil dan mikro, manfaat dari perkembangan sektor keuangan tidak hanya
diperoleh secara langsung melalui akses terhadap kredit tetapi juga pasar yang
lebih luas sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi.
Meskipun terdapat berbagai argumentasi mengenai manfaat financial
development, perdebatan mengenai peran financial development dalam
menurunkan kesenjangan pendapatan masih terus berlangsung terkait dengan
siapa yang memperoleh keuntungan terbesar dari financial development.
Kelompok masyarakat kaya memiliki aset dan pendapatan tinggi yang dapat
digunakan sebagai jaminan (collateral) sehingga mereka memiliki akses yang
lebih baik terhadap jasa keuangan. Dengan demikian keuntungan dari
pembangunan sektor keuangan yang mengarah kepada kelompok ini tentu lebih
besar dibandingkan pada kelompok miskin (Demirguc-Kunt dan Levine, 2009).
Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjanjikan kesejahteraan yang lebih
baik bagi perekonomian secara keseluruhan, namun berbagai penelitian empiris
menunjukkan bahwa pada awalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi umumnya
diikuti oleh peningkatan kesenjangan pendapatan. Data selama dua dekade
terakhir menunjukkan adanya peningkatan kesenjangan pendapatan di semua
kawasan (Tabel 1). Kawasan dengan kesenjangan pendapatan tertinggi pada tahun
2000 berturut-turut adalah Amerika Latin dan Karibia, Sub Sahara Afrika dan
Asia. Kawasan Asia yang mengalami pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi
dibandingkan kawasan lain ternyata mengalami kesenjangan pendapatan yang
tinggi. Hal lain yang menarik adalah peningkatan kesenjangan pendapatan di
Eropa Barat dan Amerika Utara, yang marupakan kawasan negara-negara maju,
lebih tinggi dibandingka kawasan lainnya.
Salah satu strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus
mengurangi kesenjangan pendapatan adalah dengan financial development. Pada
era globalisasi saat ini, peran sektor keuangan dalam perekonomian semakin
besar. Peningkatan arus perdagangan antar negara membutuhkan membutuhkan

5

sarana bagi kelancaran transaksi komoditi. Globalisasi juga telah memperluas
kesempatan bagi negara-negara di dunia dalam berinvestasi sehingga
meningkatkan arus modal antar negara. Arus komoditi maupun modal antar
negara mendorong perkembangan jasa dan lembaga keuangan yang diperlukan
untuk memfasilitasinya.
Tabel 1 Rata-rata Rasio gini berdasarkan kawasan, 1990-2000
Kawasan
Asia
Eropa Timur dan Asia Tengah
Amerika Latin dan Karibia
Timur Tengah dan Afrika Utara
Sub-Sahara Afrika
Eropa Barat dan Amerika Utara
Sumber: Solt (2009)

1990-an
36,4
26,7
46,9
39,2
49,1
27,4

2000-an
40,0
33,2
49,2
39,2
46,1
30,8

Pertumbuhan
9,89
24,34
4,90
0,00
-6,11
12,41

Fenomena globalisasi tidak hanya memberikan peluang, tapi juga
ancaman. Globalisasi mungkin mendatangkan keuntungan bagi negara-negara
maju namun tidak demikian halnya dengan negara-negara berkembang dimana
globalisasi justru berpotensi menimbulkan kesulitan. Situasi ini mendorong
negara-negara di dunia untuk melakukan integrasi ekonomi demi memperkuat
posisi mereka di dunia internasional. Integrasi ekonomi yang terjadi antar negaranegara di dunia diikuti dengan kerjasama atau kesepakatan dalam bidang
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Integrasi di bidang ekonomi diperkuat
dengan sejumlah perjanjian kerjasama baik perjanjian bilateral maupun regional.
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga membentuk organisasi di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dikenal dengan nama
Association of South East Asian Nations (ASEAN). Saat ini ASEAN mencoba
untuk memperluas lagi kerjasamanya dengan negara-negara lain seperti Jepang,
Cina, Korea Selatan, Selandia Baru, Australia, dan India, yang kemudian disebut
sebagai kawasan ASEAN+6.
ASEAN telah mencapai kesepakatan untuk membentuk kerjasama
ekonomi dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) yang akan
menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2015. Dengan adanya
AEC maka ASEAN akan menjadi wilayah dengan pergerakan barang dan jasa
yang lebih bebas. AEC juga mencakup integrasi sektor keuangan (financial
integration) antar negara anggota. Integrasi ekonomi ASEAN dan kerjasama
dengan 6 negara lainnya dalam ASEAN+6 diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menurunkan kesenjangan pendapatan melalui
financial development sehingga kerangka kerjasama AEC juga meliputi aliran
modal yang lebih bebas dan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
sektor keuangan. Stavarek et al (2011) berpendapat bahwa financial development
merupakan efek positif dari financial integration. Financial development
mengurangi ketidakseimbangan informasi dan biaya transaksi serta meningkatkan
kompetisi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat
dalam proses integrasi. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sektor

6

keuangan akan menentukan keberhasilan financial development di suatu negara
atau kawasan. Oleh karena itu, dalam KTT ASEAN ke 22 yang berlangsung di
Brunei Darussalam pada bulan April 2013 salah satu kesepatan yang dicapai
adalah kerjasama dalam meningkatkan financial literation masyarakat ASEAN.
Globalisasi maupun integrasi ekonomi regional diharapkan mampu
mendorong pembangunan ekonomi termasuk financial development melalui
peningkatan persaingan sektor perbankan dan akses jasa keuangan. Misalnya,
dengan membuka pasar perbankan domestik untuk tumbuhnya bank baru maupun
kesempatan bagi bank asing untuk membuka cabang. Keterbukaan finansial
membawa dampak terhadap meningkatnya kompetisi sehingga dapat
meningkatkan efisiensi operasional perbankan. Dampak dari kompetisi tersebut
diharapkan akses jasa keuangan menjadi lebih luas dan lebih murah. Agar
keterbukaan finansial dapat memberikan manfaat bagi perekonomian maka harus
didukung oleh reformasi kebijakan perbankan, diantaranya dengan kerjasama
pengaturan dan pengawasan dalam suatu kawasan.
Salah satu integrasi ekonomi regional terbesar di dunia saat ini adalah Uni
Eropa (UE). Berdasarkan pengalaman integrasi ekonomi UE, kemajuan dalam
integrasi keuangan membawa manfaat bagi anggota UE terutama anggota baru.
Integrasi keuangan memungkinkan negara-negara tersebut untuk mencapai
pertumbuhan yang lebih cepat dan mencapai konvergensi standar hidup dengan
negara-negara anggota lainnya. Hal ini didorong oleh peran arus modal masuk
dalam bentuk FDI yang menyiratkan pembagian risiko yang menguntungkan dan
alih teknologi.
De Gregorio (1999) mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif
antara tingkat integrasi keuangan dan kedalaman dari sistem keuangan domestik
(financial deepening). Meskipun demikian, tidak ditemukan bukti adanya dampak
langsung dari integrasi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
disimpulkan bahwa dampak positif dari integrasi keuangan terhadap pertumbuhan
ekonomi terjadi terutama melalui financial development di setiap negara. Masten
et al (2008) mengungkapkan adanya hubungan non-linear yang signifikan antara
financial development dan financial integration di UE. Negara-negara yang
kurang berkembang justru memperoleh manfaat lebih besar dari financial
development. Sementara manfaat financial integration internasional lebih
signifikan pada negara dengan tingkat financial development yang lebih tinggi.
Permasalahan di ASEAN yang sebagian besar anggotanya masih
merupakan negara berkembang adalah masyarakat miskin belum memiliki akses
ke institusi keuangan formal dan terpaksa bertahan dengan sektor keuangan
informal yang mahal dan memiliki resiko tinggi. Masalah akses ini muncul antara
lain akibat informasi yang tidak sempurna sehingga pemberi pinjaman tidak
mengetahui secara pasti apakah peminjam akan mengembalikan pinjaman yang
diberikan. Pada negara maju permasalahan ini diatasi dengan adanya jaminan
(collateral), namun hal yang sama tidak dapat dilakukan di negara berkembang
terutama pada masyarakat miskin karena mereka tidak memiliki aset yang dapat
digunakan sebagai jaminan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membatasi
akses masyarakat miskin terhadap sektor keuangan formal di negara berkembang
selain akibat kurangnya informasi tentang sektor keuangan itu sendiri. Sektor
informal dapat mengatasi masalah ini dengan mekanisme dan insentif yang
berbeda, misalnya dengan menggunakan social collateral dan enforcement

7

mechanism tetapi tampaknya hal ini hanya berlaku pada komunitas dalam skala
kecil (World Bank, 2001).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh financial
development terhadap kesenjangan pendapatan. Nikoloski (2011) membuktikan
adanya hubungan non linier yang membentuk kurva U terbalik antara
pembangunan sektor keuangan dan kesenjangan pendapatan. Sementara Jauch dan
Watzka (2012) pada penelitian dengan sampel yang lebih besar membuktikan
adanya hubungan positif antara pembangunan sektor keuangan dan kesenjangan
pendapatan. Adanya perdebatan mengenai hubungan antara kesenjangan
pendapatan dan financial development menimbulkan pertanyaan mendesak bagi
para pengambil kebijakan mengenai peran pemerintah untuk meningkatkan
financial development yang mendukung pertumbuhan dan mengurangi
kesenjangan, dengan stabilitas ekonomi dan keuangan yang memadai. Financial
development dalam kerangka integrasi ekonomi regional juga menuntut regulasi
pemerintah yang tepat terkait dengan keterbukaan finansial. Kebijakan harus
disesuaikan dengan situasi perekonomian domestik sekaligus antisipatif terhadap
kebijakan negara lain.
Berdasarkan uraian diatas, beberapa permasalahan yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana dinamika financial development dan kesenjangan pendapatan di
kawasan yang terintegrasi secara ekonomi yaitu ASEAN+6 dan UE?
2. Apakah terjadi konvergensi kesenjangan pendapatan di kawasan ASEAN+6
dan UE?
3. Apakah terdapat hubungan non linear antara financial development dan
kesenjangan pendapatan di kawasan ASEAN+6 dan UE?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola hubungan
antara perkembangan sektor keuangan dan kesenjangan pendapatan di ASEAN+6
dan UE dengan karakteristik ekonomi masing-masing. Secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis dinamika financial development dan kesenjangan pendapatan di
ASEAN+6 dibandingkan dengan UE.
2. Menganalisis konvergensi kesenjangan pendapatan di ASEAN+6 dan UE.
3. Menganalisis hubungan antara pembangunan sektor keuangan dan
kesenjangan pendapatan di ASEAN+6 dan UE.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
perkembangan financial development di negara-negara yang tergabung dalam
integrasi ekonomi serta bagaimana peranannya dalam mengurangi kesenjangan
pendapatan. Dengan melakukan analisis mengenai dinamika hubungan financial
development dan kesenjangan pendapatan di UE sebagai kawasan integrasi
ekonomi, diharapkan diperoleh hasil yang dapat digunakan sebagai pembelajaran
bagi integrasi ASEAN+6 di masa mendatang.

8

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai financial
development dan kesenjangan pendapatan di negara-negara yang tergabung dalam
integrasi ekonomi yaitu ASEAN+6 dan UE baik negara maju maupun
berkembang sepanjang periode 1981-2010 melalui analisis deskriptif-analitis.
Model yang dibangun dalam penelitian ini adalah model panel statis dan dinamis
untuk menguji hubungan antara financial development dan kesenjangan
pendapatan serta menganalisis adanya konvergensi kesenjangan pendapatan di
setiap kawasan.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ukuran kesenjangan pendapatan
yang digunakan hanya menggunakan pendekatan rumah tangga dengan indikator
rasio gini, tanpa mempertimbangkan adanya ukuran kesenjangan pendapatan
lainnya.

9

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Kesenjangan Pendapatan
Kesenjangan pendapatan dapat didefinisikan sebagai distribusi pendapatan
yang tidak merata antar rumah tangga. Rumah tangga dipilih sebagai unit
observasi untuk kesenjangan karena unit kehidupan induvidu adalah rumah
tangga. Kesenjangan pendapatan antar rumah tangga umumnya diukur dengan
distribusi pendapatan berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga. Semakin
kecil persentase pendapatan yang diperoleh kelompok dengan tingkat pendapatan
tertinggi dan semakin besar persentase pendapatan pada kelompok dengan tingkat
pendapatan terendah menunjukkan distribusi pendapatan yang semakin merata,
dengan kata lain tingkat kesenjangan pendapatan yang semakin rendah (Hayami,
2000).
Ray (1998) mengemukakan bahwa kesenjangan ekonomi merupakan suatu
kondisi disparitas mendasar dimana seseorang memiliki pilihan sementara
individu lain tidak memiliki pilihan yang sama. Setidaknya terdapat dua faktor
yang melandasi studi mengenai kesenjangan pendapatan, pertama adalah faktor
intrinsik yaitu mengukur tingkat kesenjangan itu sendiri. Ukuran kesenjangan
tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi dari kebijakan yang bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan. Kedua, keterkaitan antara kesenjangan
pendapatan dan variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti tingkat
pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan teori ekonomi klasik yang dikemukakan oleh David Ricardo,
pendapatan nasional dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu upah sebagai
balas jasa tenaga kerja, keuntungan sebagai balas jasa pemiliki modal dan sewa
sebagai keuntungan pemilik lahan. Ricardo menekankan pada distribusi
pendapatan nasional kepada setiap aktor ekonomi yaitu pekerja, pemilik modal
dan tuan tanah. Hasil analisis Ricardo memperkirakan bahwa kesenjangan akan
meningkat seiring proses pertumbuhan ekonomi berdasarkan akumulasi modal
dalam perekonomian modern atau industrialisasi karena porsi terbesar dari
pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh para tuan tanah yang kaya selama
supply produk pangan bersandar pada produksi domestik.
Setengah abad kemudian, Marx memperkirakan peningkatan kesenjangan
sepanjang proses pembangunan dalam perekonomian kapitalis. Perkembangan
proses industrialisasi membuat penggunaan lahan pada era Marx tidak sepenting
pada masa Ricardo, oleh karena itu Marx mengkategorikan distribusi pendapatan
nasional kedalam upah dan keuntungan yang menggambarkan pendapatan yang
diperoleh pekerja dan pemilik modal. Marx memperkirakan, jika peningkatan
keuntungan lebih besar dibandingkan kenaikan upah maka pendapatan nasional
lebih banyak dinikmati oleh pemilik modal dan meningkatkan kemiskinan pada
kelompok pekerja.
Ukuran Kesenjangan Pendapatan
Secara umum ukuran kesenjangan pendapatan ditentukan oleh distribusi
pendapatan antara pekerja dan pemilik modal serta distribusi aset antar kelompok

10

pendapatan. Marx dan Ricardo mengasumsikan bahwa lahan dan modal hanya
dimiliki oleh tuan tanah dan pemilik modal sebagai warisan keluarga. Asumsi
tersebut tidak lagi relevan untuk kondisi terkini karena para pekerja juga memiki
aset baik aset berwujud maupun tak berwujud seperti pendidikan dan keahlian
yang merupakan hasil akumulasi dari investasi human capital.
Distribusi pendapatan dalam masyarakat dapat digambarkan dalam kurva
Lorenz. Sumbu vertikal kurva Lorenz menunjukkan persentase pendapatan dan
sumbu horisontal menunjukkan persentase populasi secara kumulatif. Ide dasar
kurva ini adalah memberikan gambaran hubungan kuantitatif antara persentase
penerima pendapatan (populasi) dengan persentase total pendapatan yang diterima
selama satu periode tertentu. Bentuk kurva Lorenz menunjukkan tingkat
kesenjangan pendapatan. Garis diagonal 45o pada kurva Lorenz menunjukkan
distribusi pendapatan yang merata secara sempurna, semakin jauh jarak kurva
Lorenz dari garis diagonal 45o menunjukkan distribusi pendapatan yang semakin
tidak merata. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin merata ditunjukkan oleh
jarak kurva Lorenz yang semakin mendekati garis diagonal 45o.
C

Persentase
Pendapatan

100%

45o
B

A
Persentase Populasi

Gambar 3 Kurva Lorenz

100%

Ukuran formal kesenjangan pendapatan yang diturunkan dari kurva
Lorenz adalah rasio gini. Rasio gini merupakan ukuran kesenjangan pendapatan
yang paling banyak digunakan. Pada dasarnya rasio gini merupakan rasio luas
wilayah yang dibatasi oleh garis 45o dan kurva Lorenz dengan luas wilayah
segitiga dibawah garis 45o (segitiga ABC). Rumus matematis dari rasio gini
dinyatakan sebagai berikut


(2.1)

Dengan
menyatakan pendapatan dari individu ke-i,
adalah rata-rata
pendapatan seluruh populasi dan n menyatakan jumlah individu dalam populasi.
Rasio gini berkisar antara 0 sampai 1 dimana 0 menunjukkan kesetaraan
sempurna dan 1 menunjukkan kesenjangan sempurna. Nilai rasio gini yang
semakin mendekati 1 menunjukkan kesenjangan yang semakin parah.

11

Keuntungan dalam menggunakan rasio gini sebagai ukuran kesenjangan
antara lain karena rasio gini lebih representatif dibandingkan ukuran lain seperti
PDB per kapita dalam mengukur distribusi pendapatan. Pengukuran kesenjangan
dengan rasio gini dapat menunjukkan perubahan distribusi pendapatan sesuai
dengan perubahan karakteristik populasi. Peningkatan pendapatan per kapita tidak
selalu menunjukkan peningkatan kesejahteraan bagi setiap pelaku ekonomi karena
jika rasio gini masih tinggi berarti distribusi peningkatan pendapatan tersebut
tidak merata. Rasio gini diterima sebagai ukuran kesenjangan pendapatan yang
umum sehingga dapat digunakan untuk membandingkan distribusi pendapatan
antar negara. Selain itu rasio gini dapat digunakan untuk menunjukkan dinamika
distribusi pendapatan di suatu negara dari waktu ke waktu.
Menurut Hayami (2001) faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan
diantaranya adalah perubahan dalam factor shares, dualitas struktur ekonomi,
perbedaan pendapatan antara sektor pertanian dan non pertanian, dan redistribusi
pendapatan dan aset.
Financial development
Sektor finansial disebut berkembang jika memenuhi beberapa kondisi.
Pertama, adanya peningkatan efisiensi dalam sektor finansial sehingga semakin
kompetitif. Kedua, akses masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan semakin
luas. Ketiga, terdapat diversifikasi institusi keuangan baik bank maupun non bank.
Keempat, peran intermediasi institusi keuangan semakin meningkat. Kelima,
alokasi modal yang disalurkan oleh institusi keuangan kepada sektor swasta
sebagai respon atas sinyal pasar semakin meningkat. Keenam, peraturan dan
stabilitas sektor keuangan semakin meningkat.
Menurut Levine (1997) terdapat empat tahap dalam financial development.
Pertama, sektor keuangan mulai mengalami perkembangan, terjadi peningkatan
jumlah bank dan asset yang dikuasai oleh perbankan. Kedua, peran sektor
perbankan dalam penyaluran kredit semakin besar. Ketiga, semakin
berkembangnya institusi keuangan non bank, seperti asuransi, dana pensiun dan
lembaga pembiayaan. Keempat, bursa saham semakin berkembang.
Lynch (1996) mengemukaan terdapat beberapa indikator untuk mengukur
financial development yaitu indikator kuantitatif, indikator struktural, indikator
harga produk jasa keuangan, indikator skala produk dan indikator biaya transaksi.
Indikator kuantitatif merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat financial development suatu negara.
Financial development dapat dipandang sebagai financial deepening
maupun financial broadening. Ukuran financial deepening atau dikenal pula
dengan tingkat monetisasi suatu negara ditunjukkan oleh rasio jumlah uang
beredar terhadap PDB. Rasio ini menunjukkan semakin efisien sistem keuangan
dalam memobilisasi dana untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Semakin
tinggi rasio uang beredar terhadap PDB menunjukkan penggunaan uang dalam
perekonomian yang semakin luas dan kegiatan lembaga keuangan maupun pasar
keuangan yang semakin aktif. Indikator ini sekaligus memberikan gambaran
bagaimana peranan sektor finansial dalam memobilisasi tabungan. Tingkat
tabungan nasional yang tinggi dapat bermanfaat bagi perekonomian ketika
tabungan tersebut disalurkan untuk membiayai investasi yang produktif. Institusi
keuangan memiliki peran intermediasi dengan menyediakan jasa keuangan untuk

12

menarik tabungan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit untuk membiayai
investasi. Sektor financial yang terbangun dengan baik ditandai dengan akses
masyarakat terhadap kredit yang semakin luas. Indikator kuantitatif yang
umumnya digunakan untuk mengukur financial broadening ini adalah rasio kredit
swasta terhadap PDB.

Kesenjangan
Pendapatan

Kurva Kuznets untuk financial development
Studi empiris mengenai hubungan antara kesenjangan pendapatan dan
variabel-variabel lain seperti pendapatan pertama kali dilakukan oleh Kuznets
(1955). Ukuran pendapatan yang digunakan oleh Kuznets adalah rasio pendapatan
yang diperoleh 20% penduduk terkaya terhadap 60% penduduk termiskin.
Penelitian dilakukan pada sampel kecil negara berkembang yaitu India, Sri Lanka
dan Puerto Rico serta negara maju yang diwakili Amerika Serikat dan Inggris.
Hasil penelitian Kuznets menunjukkan tingkat kesenjangan yang lebih tinggi pada
negara berkembang dibandingkan pada negara maju. Kuznets melakukan
penelitian lanjutan pada tahun 1963 dengan sampel yang lebih besar dan
menemukan bahwa persentase pendapatan yang diperoleh kelompok terkaya di
negara maju lebih rendah dibandingkan pada negara berkembang, hal sebaliknya
berlaku untuk bagian pendapatan yang diperoleh kelompok termiskin.
Berdasarkan penelitian tersebut Kuznets merumuskan hipotesis bahwa seiring
perkembangan ekonomi, yang diukur dengan pendapatan per kapita, kesenjangan
pendapatan juga semakin tinggi. Kesenjangan akan menurun setelah keuntungan
dari pembangunan dapat diserap oleh masyarakat dengan cakupan yang lebih luas
(Gambar 4).

Pertumbuhan
Ekonomi

Gambar 4 Kurva Kuznets
Faktor yang dapat menjelaskan hubungan antara kesejangan pendapatan
dan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tabungan. Jika marginal propensity to
save (mps) meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka
peningkatan kesenjangan akan meningkatkan tabungan nasional. Sebaliknya, jika
mps menurun pada saat pendapatan meningkat maka tingkat tabungan nasional
juga akan mengalami penurunan. Tabungan merupakan sumber untuk kredit yang
dapat digunakan untuk membiayai investasi. Akses terhadap kredit membuka
kesempatan bagi masyarakat miskin untuk memulai usaha mereka sendiri. kredit

13

yang diperoleh juga dapat digunakan dalam investasi human capital misalnya
dalam bentuk pendidikan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. Investasi fisik
maupun human capital yang dilakukan oleh masyarakat miskin dengan kredit
yang diperoleh memungkinkan mereka untuk memingkatkan pendapatan yang
pada akhirnya akan memperkecil jarak kesenjangan.
Pada kondisi pasar keuangan yang sempurna, setiap individu dapat
memperoleh kredit yang dibutuhkan untuk konsumsi maupun investasi. Namun
pada kenyataannya, pasar keuangan mengandung informasi yang tidak sempurna.
Kondisi ini membuat kesempatan setiap individu untuk memperoleh kredit
berbeda, tergantung pada kemampuannya untuk mengembalikan kredit.
Permasalahan informasi yang tidak sempurna ini kemudian diatasi dengan
collateral sebagai jaminan atas kredibilitas peminjam. Distribusi pendapatan
menentukan individu-individu yang memiliki collateral dan pada akhirnya
memiliki akses terhadap kredit.
Menurut Greenwood dan Jovanovich (1990) pertumbuhan dan struktur
keuangan memiliki keterkaitan erat. Pertumbuhan ekonomi menyediakan sarana
untuk pengembangan struktur keuangan, sementara struktur keuangan pada
gilirannya akan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sebagai hasil
dari investasi yang lebih efisien. Model tersebut menghasilkan proses
pembangunan yang konsisten. Pada tahap awal pembangunan di mana fungsi
intermediasi dari institusi keuangan belum terbangun dengan baik, pertumbuhan
lambat. Seiring dengan peningkatan pendapatan, sektor keuangan mulai
terstruktur dengan baik sehingga memperluas cakupannya. Hal tersebut
mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat, namun konsekuensinya
ketimpangan pendapatan di seluruh kaya dan miskin melebar. Ketika
perekonomian telah memiliki sektor keuangan dengan struktur yang berkembang
sepenuhnya, distribusi pendapatan lebih merata dan tingkat pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi daripada masa awal pembangunan.
Tinjauan Empiris
Teori yang dikemukakan Kuznets (1955) menjadi dasar bagi penelitian
mengenai hubungan antara kesenjangan pendapatan dan variabel-variabel
ekonomi lainnya. Teori Kuznets mengenai kesenjangan pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi menyatakan bahwa terdapat hubungan U terbalik antara
kedua variabel. Artinya, pada awal proses pembangunan, kesenjangan pendapatan
akan meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan setelah
melewati titik threshold tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengurangi
kesenjangan pendapatan.
Demirguc-Kunt dan Levine (2009) mengkritisi literatur mengenai
financial development dan kesenjangan pendapatan. Kedua peneliti
mengemukakan bahwa sebagian besar penelitian men