Berdasarkan tabel 4.29 rekapitulasi hasil kuesioner penilaian produk alat peraga papan perkalian oleh siswa diperoleh bahwa 100 siswa menyatakan
bahwa alat peraga menarik perhatian dan minat, melibatkan lebih dari satu indera, dan dapat digunakan untuk materi yang berkaitan pada tingkat kelas
selanjutnya. Selain itu 100 siswa juga menyatakan bahwa siswa dapat menggunakan alat peraga papan perkalian sesuai dengan konsep berhitung
perkalian secara mandiri, bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga papan perkalian mudah didapatkan di lingkungan sekitar dan tidak mudah
melukai penggunanya. Seluruh siswa juga menyatakan bahwa alat peraga papan perkalian tidak mudah pecah, tidak mudah rusak, dan dapat diproduksi oleh
masyarakat sekitar. Namun ada 20 siswa yang menyatakan bahwa mereka masih merasa kesulitan dalam membetulkan kesalahannya sendiri dalam
menggunakan alat peraga tanpa bantuan dari guru atau teman.
B. Pembahasan
Penelitian ini didasarkan dari hasil identifikasi masalah melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo masih sangat terbatas sebagai pendukung kegiatan
pembelajaran. Keterbatasan waktu guru untuk membuat alat peraga menjadi salah satu kendala. Dampak dari kondisi tersebut salah satunya yaitu siswa
mengalami kesulitan dalam belajar Matematika. Permasalahan tersebut dialami terutama pada materi perkalian Komunikasi dengan siswa Rabu, 22 Februari
2017 – Jumat, 3 Maret 2017. Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa
100 guru merasa terbantu dengan adanya alat peraga, terutama dalam membantu siswa memahami materi Matematika. Hal tersebut juga didukung
oleh 100 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang lebih menyukai belajar Matematika menggunakan alat peraga. Seluruh pernyataan tersebut menjadi
bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan mengenai alat peraga Matematika.
Pengembangan yang dilakukan menggunakan metode Montessori dengan 5 karakteristiknya, yaitu menarik, bergradasi, auto correction, auto education,
dan kontekstual. Karakteristik tersebut menjadi pedoman bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kelima
karakteristik tersebut kemudian dikembangkan menjadi 10 pertanyaan dalam kuesioner analisis kebutuhan siswa dan 14 pertanyaan dalam kuesioner analisis
kebutuhan guru. Kuesioner yang digunakan peneliti untuk siswa merupakan kuesioner tertutup yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan. Namun peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa jika ingin menambahkan pendapat mereka mengenai jawaban dari
kuesioner tersebut. Sedangkan kuesioner yang digunakan peneliti untuk guru merupakan kuesioner terbuka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
bagi guru untuk menyampaikan pendapat maupun jawaban secara bebas. Hasil dari kuesioner analisis kebutuhan tersebut menjadi landasan dalam mengetahui
kebutuhan alat peraga bagi siswa dan guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh bahwa siswa lebih menyukai belajar Matematika menggunakan alat peraga. Selain itu siswa juga lebih
berkonsentrasi, bersemangat, aktif, antusias apabila menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika. Sehingga peneliti memutuskan untuk
mengembangkan alat peraga dengan ciri auto education, di mana diharapkan siswa mampu belajar secara mandiri terutama dalam penggunaan alat peraga.
Dalam pembuatan alat peraga, peneliti juga menerapkan karakteristik kontekstual, yaitu memanfaatkan potensi lokal dalam membantu siswa
memahami materi pelajaran. Salah satunya memanfaatkan kayu jati sebagai bahan utama pembuatan alat peraga berbasis Montessori. Selain aman, kayu jati
juga mudah ditemukan karena banyaknya hutan kayu jati terutama di daerah Jawa Tengah. Selain itu siswa juga merasa senang menggunakan alat peraga
yang berwarna terang dalam pembelajaran Matematika. Karena warna terang pada alat peraga dapat membuat lebih menarik. Sehingga pemilihan warna
menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti. Selain itu warna yang digunakan dalam Montessori merupakan hal yang penting supaya anak tidak bingung ketika
menggunakan alat peraga. Sehingga warna yang dipilih yaitu merah, biru, hijau, dan coklat sebagai kategori warna cerah. Guru dan siswa juga menginginkan alat
peraga yang ringan, dapat digunakan secara individu maupun berkelompok, dan memiliki harga yang terjangkau. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan
peneliti untuk membuat alat peraga yang dapat digunakan secara individu maupun berkelompok. Selain itu peneliti juga merekomendasikan alat peraga
dengan berat 1,5 kg dan dengan kisaran harga Rp100.000-Rp300.000,00. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu alat peraga papan perkalian ini tidak hanya digunakan untuk kelas II, tetapi juga bisa digunakan untuk tingkatan kelas selanjutnya yaitu kelas III. Ciri
auto correction juga menjadi salah satu ciri yang dikembangkan dalam alat peraga. Ciri tersebut terlihat dari adanya pengendali kesalahan atas aktivitas
siswa dalam menggunakan alat peraga. Pengendali kesalahan terdapat pada bagian belalang kartu soal. Di mana telah dituliskan jawaban dari soal perkalian
yang terdapat pada sisi depan. Jawaban tersebut dicetak berwarna hijau dan biru dengan tujuan untuk mencocokkan kesesuaian dengan jumlah manik-manik
pada alat peraga yang menunjukkan hasil perkalian. Hal ini dikarenakan guru menginginkan alat peraga yang dapat membantu siswa mengetahui
kesalahannya sendiri. Siswa pun juga menginginkan alat peraga yang dapat membantu menemukan kesalahannya dan menemukan jawaban yang benar
dengan menggunakan alat peraga. Selanjutnya alat peraga yang telah dikembangkan, divalidasi oleh
beberapa ahli yang meliputi ahli Montessori, guru senior, dan guru kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Hasil validasi tersebut menjadi bahan evaluasi peneliti
dalam pengembangan 5 ciri alat peraga berbasis Montessori tersebut. Berdasarkan tabel 4.27 terlihat bahwa seluruh item dari 5 indikator mendapatkan
nilai rata-rata 3,79. Dengan kata lain pengembangan alat peraga tersebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan ciri-ciri alat peraga berbasis Montessori. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa alat peraga papan perkalian sesuai dengan ciri- ciri yang dikembangkan.
Selanjutnya alat peraga papan perkalian diuji cobakan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Setelah melakukan uji coba secara terbatas,
peneliti meminta siswa untuk memberikan penilaian terkait dengan papan perkalian yang telah digunakan. Hasil dari penilaian tersebut menjadi bahan
evaluasi pengembangan yang telah dilakukan oleh peneliti. Kedua data yang diperoleh dari hasil uji validasi produk oleh siswa
maupun oleh ahli, dapat terlihat seluruh item mendapatkan nilai pada kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga
papan perkalian sesuai dengan 5 ciri alat peraga berbasis Montessori. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian.
Keterbatasan penelitian berisikan tentang terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh peneliti. Saran berisikan mengenai beberapa saran bagi para peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti hal yang serupa. Berikut merupakan uraian mengenai hal-hal tersebut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang dikembangkan memiliki ciri-ciri 1 menarik, hal ini terlihat dari kelengkapan soal yang
terdiri dari soal simbolik dan soal cerita, bentuk dan warna alat peraga papan perkalian beserta manik-maniknya yang termasuk dalam kategori
warna terang; 2 bergradasi, hal ini terlihat dalam penggunaan alat peraga papan perkalian melibatkan lebih dari satu indra, selain itu alat peraga ini
juga dapat digunakan bagi siswa di jenjang kelas selanjutnya yaitu kelas 3; 3 auto correction, hal ini terlihat dari adanya jawaban pada bagian
belakang kartu soal yang dicetak dengan warna hijau dan biru sesuai dengan jumlah manik-manik pada hasil perkalian sebagai pengendali
kesalahan; 4 auto education, hal ini terlihat anak dapat menggunakan alat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI