Characterization of Land Biophysical for Building Land Suitabilty for Cashew (Anacardium Occidentale L)

KARAKTERISASI SIFAT FISIK LAHAN
UNTUK PEMBANGUNAN KRITERIA KESESUAIAN BIOFISIK
LAHAN
UNTUK JAMBU METE (Anacardium occidentale L.)

MUHAMMAD HIKMAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis “Karakterisasi Sifat
Fisik Lahan Untuk Pembangunan Kriteria Kesesuaian Biofisik Lahan
Untuk Jambu Mete (Anacardium occidentale L)” adalah karya saya
sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2010

Muhammad Hikmat

ABSTRACT
MUHAMMAD HIKMAT. Characterization of Land Biophysical for Building
Land Suitabilty for Cashew (Anacardium Occidentale L.) Supervised by
WIDIATMAKA as Chairman, ATANG SUTANDI and DJUANEDI ABDUL
RACHIM as Members
Cashew is one of the prospective comodities. The agribusiness of it
contributes to absorb labors, rehabilitate critical land and increase total export of
agriculture commodities. However, there are many problems in developing this
commodity. The main problem is its low productivity. One of the reasons is the use
of unsuitable land for their growth. The available land suitability criteria for this
comodity is still common criteria that based on data compilation and emphirical
experiences. The objectives of the research were to reveal the most important land
characteristic determining cashew growth and productivity, to build interaction
model between biophysical charactheristic and productivity, and to propose the new

land suitability criteria for cashew based on their productivity. The data of
biophysical characteristics and productivity parameters were collected from four
provinces and eleven districts. Boundary line method was used to develop the
correlation model between cashew productivity and biophysical parameters. The
equation models correlating biophysical charactheristic and productivity were
developed using multivariate analyses. The results showed that there were six index
factors affecting cashew growth and productivity significantly. They were built by
elevent important land characteristics. The index factors consisted of soil particles,
organic matter, water availability, terrain condition, soil alkalinity and nutrient
retention. Based on their productivity values, the new land suitability criteria was
developed. It was developed from 6 land qualities and 15 land characteristics.
According to the productivity, the limit of cashew product between highly suitable
(S1) and moderately suitable (S2) was 72,19 kg tree-1 year-1, the limit between S2
and marginally suitable (S3) was 54,15 kg tree-1 year-1, and the limit between S3 and
not suitable (N) was 21,30 kg tree-1 year-1. The validity test of the new criteria
showed that 80% of land evaluation results had close corelation with the expected
productivity.
Keyword: land suitability criteria, cashew, boundary line method, land characteristic

RINGKASAN


MUHAMMAD HIKMAT. Karakterisasi Sifat Fisik Lahan untuk Pembangunan
Kriteria Kesesuaian Biofisik Lahan untuk Jambu Mete (Anacardium Occidentale
L.). Dibimbing oleh WIDIATMAKA sebagai Ketua, ATANG SUTANDI dan
DJUANEDI ABDUL RACHIM sebagai Anggota.

Jambu mete adalah salah satu komoditas perkebunan yang cukup prospektif.
Komoditas ini berkontribusi penting dalam penyerapan tenaga kerja, rehabilitasi
lahan-lahan kritis dan peningkatan total ekspor dari komoditas petanian. Di sisi lain
terdapat beberapa permasalahan dalam pengembangan komoditas ini. Salah satu di
antaranya adalah tingkat produksi yang masih rendah. Pemanfaatan lahan yang tidak
sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman diduga menjadi salah satu penyebab
rendahnya produktifitas mete.
Pengembangan jambu mete memerlukan evaluasi kesesuaian lahan terlebih
dahulu untuk memperoleh kepastian kondisi biofisik lahannya sesuai dengan
persyaratan tumbuh tanamannya agar para pengembang terhindar dari resiko
kegagalan akibat ketidakcocokan lahannya. Hal ini sangat penting mengingat jambu
mete adalah jenis tanaman tahunan yang membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk dapat memberikan hasil.
Kriteria kesesuaian lahan untuk pengembangan jambu mete yang sudah ada

pada umumnya disusun berdasarkan hasil kompilasi data serta pengalaman empiris
dan belum dikaitkan dengan perkiraan produksi tanaman yang mendalam. Agar
dapat menduga potensi hasil pengembangan mete di suatu wilayah, maka dirasakan
perlu adanya kriteria kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan pendekatan
produktifitasnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat karakteristik lahan
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman jambu
mete,

mengetahui

model

interaksi

antara

sifat

biofisik


lahan

dengan

produktifitasnya, serta membangun kriteria kesesuaian lahan jambu mete yang baru
berdasarkan produktifitasnya. Untuk mencapai tujuan tersebut dikumpulkan data
dari empat wilayah yang berbeda, melalui pengumpulan data sekunder dan survey

lapangan. Untuk itu dilakukan eksplorasi data terhadap data-data dari empat provinsi
yang mempunyai kondisi fisik lahan dan lingkungan yang berbeda-beda, yaitu Jawa
Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan D.I. Yogyakarta. Data-data
tersebut berupa data sekunder hasil penelitian terdahulu dan data primer yang
diperoleh melalui survey lapangan.
Model interaksi sifat biofisik lahan dengan pertumbuhan dan produktifitas
tanaman serta faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman dicari dengan menggunakan analisis PCA (Principal Components
Analysis), analisis faktor dan analisis regresi berganda. Sedangkan dalam
membangun kriteria kesesuaian lahan, metode boundary line digunakan sebagai
pendekatan dalam melihat hubungan antara parameter sifat fisik lahan dengan

produksinya. Kelas kesesuaian lahan dibagi ke dalam 4 kelas, yaitu sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Kriteria kelas
kesesuaian lahan merupakan modifikasi dari kriteria FAO, yaitu tingkat produksi
lahan kelas S1 adalah 80% - 100% dari produksi maksimum, lahan kelas S2
mempunyai tingkat 60 – 80%, lahan kelas S3 mempunyai tingkat produksi antara
60% sampai nilai ambang batas ekonomis pengusahaan, yaitu 23,6%.
Sedangkan lahan kelas N mempunyai tingkat produksi