Hasil Uji 2 kelompok berpasangan T-Berpasangan

20

4.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam

Tabel 4.4. Hasil uji normalitas kelompok Sebelum Bekam Shapiro-Wilk n Sig. Level Nyeri Sebelum Bekam 16 0.085 Pada tabel 4.4, dapat dilihat dari hasil test normalitas Shapiro-Wilk sampel 50 yang sudah dilakukan diperoleh hasil nilai untuk kelompok sebelum bekam adalah 0.05, yaitu 0.085. Dari hasil data tersebut menunjukan bahwa hasil uji normalitas pada kelompok sebelum bekam adalah normal.

4.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam

Tabel 4.5. Hasil uji normalitas kelompok sesudah bekam Shapiro-Wilk n Sig. Level Nyeri Sebelum Bekam 16 0.079 Hasil tes yang tercantum pada tabel 4.5 di dapatkan bahwa, hasil uji menggunakan Test Normalitas Shapiro-Wilk sampel 50 yang dilakukan oleh peneliti pada kelompok sesudah bekam adalah normal, dimana hasilnya adalah 0.05, yaitu 0.079.

4.6 Hasil Uji 2 kelompok berpasangan T-Berpasangan

Tabel 4.6 Hasil Uji T Berpasangan Hubungan antara Bekam dengan Perubahan Level Nyeri IK 95 Lower Upper T df Sig. 2- tailed Level Nyeri Sebelum Bekam- Level Nyeri Sesudah Bekam 1.368 2.257 8.691 15 0.000 21 Hasil uji 2 kelompok berpasangan, yaitu sebelum bekam dan sesudah bekam tabel 4.6, di peroleh nilai pada kolom Sig 2-tailed adalah 0.000 p 0.05. Hal ini menandakan adanya perbedaan hasil yang signifikan dari level nyeri sebelum bekam dan sesudah bekam dimana hasilnya adalah terjadi penurunan level nyeri sesudah dibekam. Hasil yang signifikan ini disebabkan karena bekam dapat memicu pengeluaran opiat endogen. Bekam dilakukan dengan cara membuat luka ditubuh yang merupakan salah satu stress fisik. Stress fisik ini memicu pengeluaran CRF dari hipotalamus dan memicu pengeluaran ACTH dari hipofisis anterior. Gambar 4.1. Pengeluaran ACTH Ketika ACTH disintesis, maka akan ada pengeluaran zat lain yg berasal dari prekursor yang sama, yakni POMC proopiomelanokortin. Salah satu zat tersebut adalah beta-endorfin yang merupakan salah satu opioid endogen. Opioid endogen tersebut akan berikatan dengan resptor opiat yang menyebabkan efek analgesia pada pasien secara bertahap. 22 Gambar 4.2. Pembentukan proopiomelanokortin, prekursor endorfin Serabut aferen nyeri masuk ke medulla spinalis di radix posterior nervus spinalis dan berakhir di lapisan superfisial kornu dorsalis medula spinalis. Substansi P adalah neuropeptida yang dilepaskan oleh serabut C pada serabut aferen nyeri tersebut. Substansi P tersebut dilepaskan secara lambat dan menyebar luas di kornu dorsalis serta dapat mempengaruhi banyak neuron. Beta endorfin yang dihasilkan dari efek bekam bertindak sebagai zat neurotransmiter pada sistem analgesik dan dapat menghambat substansi P dengan cara berikatan dengan reseptor opiat di kornu dorsalis medula spinalis. Efek inilah yang memungkinkan terjadinya penurunan level nyeri pada pasien setelah dibekam. Nyeri kepala yg dirasakan pasien ditekan oleh adanya pengeluaran beta endorfin yang merupakan salah satu opioid endogen. 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN