OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
sehingga menghasilkan imbalans otonom jantung.
56
Oleh karena itu keunggulan insulin dalam beberapa hal ini tentunya tidak dimiliki oleh OHO
baik sebagai monoterapi maupun kombinasi. Dulunya dianggap denervasi otonomik kardiak hanya terjadi pada
mereka yang menderita DM tipe-1 sehubungan dengan defisiensi insulin, tetapi dari banyak penelitian ternyata menunjukkan bahwa penderita DM tipe-
2 lebih sering mengalaminya dibanding DM tipe 1.
11
Pada DM tipe-2 kejadian denervasi otonomik kardiak berkaitan dengan adanya resistensi insulin,
hiperinsulinemia dan obesitas.
57-59
Keadaan ini tentunya menjadi bahan pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya patogenesis denervasi otonomik
kardiak pada DM tipe 2, apakah oleh karena resistensi insulin atau karena disfungsi sel beta semata yang berujung juga pada hiperglikemia kronik.
2.5.2. Penatalaksanaan khusus
Secara umum tidak ada obat yang spesifik untuk DOK. Beberapa penelitian menunjukkan pengguna
an antioksidan -lipoic acid sebagai terapi
awal pada DOK dini kelihatannya dapat memperlambat progresifitas neuropati. Pemakaian beta-bloker yang kardioselektif atau lipofilik dapat
mengatur efek disfungsi otonom secara sentral atau perifer dengan cara melawan stimulus simpatik sehingga dengan demikian memperbaiki
keseimbangan parasimpatik-simpatik. Penelitian yang menggunakan ACE- Inhibitor quinapril, dengan maksud memperbaiki variabilitas denyut jantung,
secara signifikan meningkatkan aktifitas parasimpatik setelah 3 bulan terapi. Tetapi hasil ini tidak didapatkan pada pemakaian ACE-Inhibitor lain.
33
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
Pengobatan untuk hipotensi ortostatik terdiri dari dua, yakni non farmakologis dan farmakologis. Non farmakologis meliputi : meningkatkan
asupan garam dalam makanan, hindari diuresis pada malam hari, hindari pooling vena dengan menggunakan kaus kaki elastik pada siang hari. Terapi
farmakologis, misalnya dengan 9- -fluorohydrocortisone suatu mineralokortikoid sintetik, dengan dosis awal 0,1 mg tablet dan bisa
ditingkatkan 0,5 mg per hari. Obat lainnya seperti NaCl enteric coated 2 grhari, Fenilpropanolamin 12,5 mg, Yohimbin 2,5 mg atau Indometasin 25
mg.
60
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kerusakan saraf pada binatang dan manusia yang menderita DM disebabkan karena berkurangnya
mioinositol. Pemberian atau penambahan mioinositol dapat menaikkan kadarnya pada jaringan saraf, tetapi ini belum pernah dicobakan pada
manusia.
8,20,60
Aldose reductase inhibitors ARIs, suatu obat yang dapat memblok akumulasi sorbitol dikatakan dapat mencegah dan bahkan memperbaiki saraf
yang rusak, tetapi percobaan klinis menunjukkan bahwa obat ini mempunyai efek samping yang besar dan belum tersedia kemasannya.
8,20
2.6. PROGNOSIS
Pasien dengan DOK biasanya mempunyai komplikasi DM yang lain, oleh sebab itu biasanya mempunyai prognosis yang jelek. Pasien-pasien
yang mempunyai iskemia miokard tersamar, pemanjangan interval QT, berpredisposisi untuk terjadinya kematian tiba-tiba.