Analisis Sosial HASIL PENELITIAN

Selanjutnya, dalam analisis sosial ada banyak faktor yang menyebabkan keberadaan wacana tersebut. Peneliti merangkum 2 point penting dalam pidato Anies Rasyid Baswedan sehubungan dengan wacana keindonesiaannya. 1. Praktik kekuasaan Dalam menyusun wacana ke-indonesiaan, menurut peneliti, sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan, komunikator yang telah terjun langsung dalam dunia pendidikan percaya bahwa pendidikan adalah satu-satunya cara untuk dapat mencapai kemajuan bangsa. Komunikator yang juga rektor merasa ia merasakan langsung bagaimana manajemen pendidikan di lapangan dan kiat-kiat untuk mensukseskan jalannya proses pembentukan karakter peserta didik. Komunikator percaya bahwa ia mampu mengembalikan semangat tercerdaskan dan tercerahkannya bangsa Indonesia. Dia lain sisi, sebagai Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, ia bersinggungan dengan kasus-kasus korupsi yang menurutnya sudah mengkhawatirkan. Peneliti berpendapat pengetahuan dan pengalaman komunikator dalam bidang edukasi, instansi pemerintahan, dan berbagai aktifitas sosial lainnya yang berpengaruh pada terciptanya pidato “Indonesia kita semua”. Komunikator meyakini ia mampu membawa Indonesia pada kualitas terutama individu sebagaimana yang dijanjikan. Dalam sebuah buku karya Syafiq Basri 15 , komunikator mengiri surat kepada sejumlah relawan Program Idonesia Mengajar dan lainnya terkait alasannya menerima pinangan dari Partai Demokrat untuk maju dan membuahkan pidato resmi Konvensi. 2. Akses mempengaruhi wacana Jika ditinjau dari segi latar belakang komunikator terkait praktik kekuasaan dalam kerangka analisis sosial, dua point di atas sudah cukup mewakili akses yang dapat mengkonstruk wacana yang dikembangkan oleh komunikator. Jawaban komunikator saat diwawancara adalah bukan karena komunikator adalah seorang pendidik dan juga ketua Komite Etik KPK yang menjadi jawabannya. Komunikator secara jujur mengakui bahwa pidato dalam Konvensi Partai Demokrat yang memuat wacana ke-Indonesiaannya terjadi karena diantaranya adalah komunikator didukung dan didorong orang dilingkungannya untuk turut serta dalam Konvensi tersebut. Selanjutnya, komunikator merasa menjawab undangan untuk turut menjadi peserta Konvensi adalah bentuk dari rasa tanggungjawabnya dan pengabdiannya bagi bangsa. Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara: “... Kalau saya tidak diundang, maka saya tidak kena hukum. Tapi saya diundang dan hukumnya berubah, mau ikut bertanggungjawab atau tidak mau ikut tanggungjawab? Lain hal kalau saya daftar, kalau saya daftar, berarti saya yang ingin jadi calon presiden, tapi saya diundang. Nah ketika 15 Lihat surat Anies pada buku karya Syafiq Basri, Melampaui Mimpi Anies Baswedan twitterland, Bandung: PT. Mizan Pustaka, h. 217-221 diundang, kalau saya bilang tidak, bagi saya berarti bukan saya tidak ingin jadi calon presiden, tapi saya tidak ingin mengurusi republik ini ... ” Tanggungjawab adalah sebuah kewajiban yang mesti komunikator tunaikan. Bukan karena pengalaman dan pengetahuannya akan kunci kemajuan bangsa, namun komunikator mengakui hal ini karena rasa tanggungjawabnya. Lebih jauh, keyakinan komunikator tumbuh karena ia merasa didukung oleh orang sekitarnya. Berikut konsep pemimpin menurut komunikator: ” ... Ada begitu banyak orang yang dalam posisi “Anies kami berharap anda mewakili kita ... ” 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Deskripsi teks yang dibangun Anies Rasyid Baswedan terkait visi misinya. Diantaranya adalah ia fokus untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Anies menuturkan bahwa pendidikan merupakan kunci dari kemajuan. Manusia merupakan titik sentral perubahan. Formasi teks yang disampaikan Anies rasyid Baswedan lebih banyak menggunakan analogi, sampel dan contoh fenomena. Misi Anies Rasyid Baswedan sebagaimana tertuang dalam teks pidatonya adalah mengadirkan tiga pilar penting yakni pilar ekonomi, pilar demokrasi serta pilar dan rule of law. Anies Baswedan menyadari bahwa terutama pilar ketiga sedang goyah, karennya menurutnya perlu menghadirkan kepemimpinan bangsa yang mampu menggerakkan. Menggerakkan untuk memajukan dan menggerakkan untuk kebenaran serta keadilan. Anies Rasyid Baswedan mewacanakan bahwa Indonesia sangat perlu untuk memprioritaskan peningkatan pendidikan. Nuansa pendidikan baik argumentasi, analogi dan story begitu kental dipaparkan dalam pidato politiknya. Pendidikan harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Keterlibatan dari seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong dan mendukung proses terwujudnya generasi terdidik, ekonomi yang baik serta keadilan dan kepastian hukum secara implisit menurut Anies Rasyid Baswedan adalah jawaban dari visi misinya. Sebagai orang yang memiliki background pendidikan yang kuat, Anies menyadari betul bahwa pintu kesuksesan dan kemajuan ada pada pengetahuan atau knowledge. Dengan sistem demokrasi yang sudah tumbuh dan terbangun di Indonesia, pendidikan, ekonomi dan hukum adalah beberapa aspek yang masih harus terus dibenahi melalui kepemimpinan yang menggerakkan. Wacana pendidikan yang dibangun dan dikembangkan Anies Rasyid Baswedan ini diyakini mampu menuntaskan berbagai problematika bangsa. Pembenahan pendidikan ini juga merupakan misi jangka panjang yang ia tekadkan untuk dikembangkan. Terlepas dari komitmen Anies rasyid Baswedan sebagai peserta konvensi Partai Demokrat, jika ditinjau dari track record-nya dibidang pendidikan, Anies memang konsen dan mengembangkan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi semua. Gerakan Indonesia mengajar misalnya adalah buah nyata dari wacana idealnya tentang pendidikan. Kepemimpinan menggerakkan dan mempengaruhi berbagai elemen masyarakat terutama melalui pendidikan dan kolektifitas ini menurut peneliti yang menjadi agenda besar Anies Rasyid baswedan. Karenanya Anies menggiring wacana publik untuk memprioritaskan dunia pendidikan. B. Saran Setelah menelaah pidato Anies Rasyid Baswedan yang berjudul “Indonesia Kita Semua” peneliti berpandangan bahwa retorika yang digunakan komunikator sudah bagus, namun demikian, hal tersebut disatu sisi mengurangi pengungkapan visi dan misi yang jelas. Komunikator cenderung menyoroti persoalan pendidikan saja. Point-point penting yang harusnya diungkapkan untuk menegaskan posisi komunikator sebagai bakal calon presiden menjadi sedikit kabur. Meski begitu Anies mampu menghilangkan sekat pemisah antara komunikator dan komunikan. Hal ini terlihat dari pidatonya yang lebih banyak menggunakan istilah „kami‟ atau „kita‟ daripada „saya‟. Dengan demikian, dilihat dari konteks pidato Anies Baswedan, peneliti berpandangan seharusnya pidato Anies Rasyid Baswedan memang memberikan gambaran utuh terkait visi dan misinya jika mendapat kesempatan memimpin bangsa.