BAHASA INDONESIA DARIYA, IMA, LINA, MAYA
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
DARIYA NAWAR .S
KHARISMA AYU
LINA DEWI JULIANA
MUTIARA MAYA .S
(01)
(10)
(11)
(31)
TUGAS 1 HALAMAN 60-63
1.
a. Informasi dalam orientasi tahap 1:
Di Hollywood terdapat sebuah tradisi dimana mereka mengembangkan tradisi film musikal sejak
tahun 1930 - 1960 an. berpaku pada hal oposisi biner, dan hal ini ada dalam film Rumah Tanpa
Jendela.
b. Informasi dalam orientasi tahap 2:
Dalam film tersebut, terdapat tokoh Aldo yang terinspirasi dari model biner dalam dongen yang
berjudul " The prince and The pauper " Karya Mark Twain. Disini Aldo mewakili tokoh yang kaya
namun memiliki kekurangan dan si Rara adalah tokoh yang miskin dan memiliki impian yang
kemudian hari harus ia bayar mahal.
c. Informasi dalam tafsiran isi tahapan 1 :
Sesuai dengan tradisi opposite attracks , dalam cerita tersebut terdapat Aldo dan Rara yang memiliki
status sosial ekonomi yang jauh berbeda. Dimulai karena suatu kecelakaan kecil dan kemudian
mereka menjadi bersahabat. Namun karena kehadiran Rara membuat keluarga dari pihak Aldo
terganggu sedangkan dari pihak teman - teman Rara justru membuat mereka semakin terobsesi
untuk memiliki rumah berjendela karena melihat rumah Aldo yang memiliki jendela.
d. Informasi dalam tafsiran isi tahap 2 :
Kesulitan dalam sebuah film musikal adalah penyampaiannya pada penonton, tertama film musikal
anak-anak. Namun dalam film ini tampak jelas dari dua pihak narasi yaitu Aldo dan Rara yang di
wakilkan dengan gambaran yang jelas bahwa Aldo adalah tokoh yang kaya dan Rara adalah tokoh
yang miskin dengan apa yang mereka miliki dan kenakan.Dan dalam film ini pun tersampaikan
dengan jelas pesan moralnya yaitu saling menghargai meski kita berbeda status sosial ekonomi atau
fisik.
e. Informasi dalam tafsiran isi tahap 3 :
Pada film Rumah Tanpa Jendela ini terdapat pesan moral yang disampaikan adalah bersyukur,
Seperti yang tampak pada tokoh Rara yang menginginkan rumah yang berjendela atau kemewahan
dan kemudian Aldo memberikan akses untuk semua itu, namun di sisi lain Rara di anggap tidak
bersyukur atas takdirnya sehingga ia harus membayar mahal dengan orang tuanya yang meninggal ,
neneknya masuk rumah sakit dan rumahnya yang kebakaran.
d. Informasi dalam tafsiran isi tahap 4 :
Namun disisi lain dari film ini si kaya pun mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga juga bahwa
mereka ( keluarga Aldo ) patutnya bersyukur karena mereka masih memiliki keluarga yang utuh dan
harta yang berlimpah. Oleh karena itu mereka membalas budi dengan memberikan tempat tinggal
bagi Rara dan mboknya di vila mereka yang jauh dari Jakarta dan membayar semua biaya rumah
sakit , jadi mereka dapat membalas budi serta tidak terganggu kenyaman mereka dirumah.
e. Informasi dalam tafsiran isi tahap 5 :
Dalam film ini menggambarkan sebuah kemiskinan adalah bagian dari takdir manusia.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
f. Informasi dalam tafsiran isi tahap 6 :
Jendela dalam film ini merupakan metafora yang mengena dimana jendela merupakan sebuah alat
untuk mengakses baik dari luar atau dalam dan juga melihat. Jadi intinya baik miskin atau kaya
diminta untuk sama-sama bersyukur atas apa yang telah mereka miliki.
g. Informasi dalam tafsiran isi tahap 7 :
Dalam kondisi yang di sajikan oleh film Rumah Tanpa Jendela ini lebih di tujukan pada anak-anak
kelas menengah keatas yang memungkinkan mereka mengakses bioskop, jadi oleh karena itu
diharapkan kelak mereka akan menjadi pribadi yang baik saat dewasa dan bila mereka kaya mereka
akan semakin meperkaya diri tanpa perlu mempertanyakan mengapa ada kemiskinan dan yang
miskin tidak terlalu kentara.
h. Informasi dalam tafsiran evaluasi tahap 1 :
Dalam film ini disayangkan hanya banyak penekanan adegan dramatis saja dibanding dengan lagulagu atau tarian yang merupakan karakteristik dari film musikal.
i. Informasi dalam tafsiran evaluasi tahap 2 :
Bila di perhatikan lebih , maka penggambaran dalam film ini tidak berlebihan.
j. Informasi dalam tafsiran rangkuman:
Dari paparan mengenai film tersebut , dapat disimpulkan bahwa film Rumah Tanpa Jendela itu
menginginkan kita untuk belajar bersyukur dan bagaimana kita merespon keadaan sosial ekonomi
yang ada di Indonesia ini.
2.
1. Pujian :
Jendela dalam film ' Rumah Tanpa Jendela ' merupakan sebuah metafora yang mengena.
1. Kritikan :
Sayang , sebagai sebuah film musikal tidak banyak yang di sumbangkan oleh lagu-lagu yang
dinyanyikan dan di tarikan dalam film ini , kecuali penekanan dramatis belaka.
2. Pujian :
Penggambaran dalam film tersebut tidak berlebihan.
2. Kritikan :
Dalam hal ini , film musikal mengamini konsep " film yang menghimbur " sebagai utopia itu
sendiri . Namun , pertanyaanya adalah utopia menurut siapa?
3. Pujian :
Film ini mengambarkan dengan jelas bagaimana kondisi mayarakat Indonesia yang
terfragmentasi dalam kelas-kelas sosial - ekonomi atau gaya hidup yang di bayangkan oleh
kelas menengah keatas
3. Kritikan :
film musikal ini lebih menitik beratkan untuk lebih menawarkan utopia dalam bentuk hiburan ,
namun sayang pembawaan lagu-lagu atau nyanyian serta tarian dalam film ini kurang.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
TUGAS 2 HALAMAN 64-76
Mengidentifikasi Kaidah Kebahasaan Teks "Dongeng Utopia
Masyarakat Borjuis"
1. Kosa Kata
No. Kosakata
Arti Kosakata
1.
Adaptasi
Penyesuaian terhadap lingkungan
2.
Akses
Jalan masuk
3.
Bioskop
Tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar.
4.
Borjuis
Kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas
5.
Destruktif
Bersifat merusak
6.
Eksploitasi
Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
7.
Fragmentasi
Pencuplikan (cerita dsb)
8.
Gender
Suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan
antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial
budaya.
9.
Harmonis
Bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni; kondisi seiya sekata diantara
anggota keluarga
10. Inspirasi
Ilham
11. Klasik
Mempunyai
nilai
atau
mutu
yang
diakui
dan
menjadi
tolok
ukur
kesempurnaan yang abadi; tertinggi
12. Kolektif
Secara bersama; secara gabungan
13. Koma
Keadaan tidak sadar sama sekali dan tidak mampu memberi reaksi terhadap
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
suatu rangsangan (karena keracunan, sakit parah, dsb)
14. Kompensasi
Ganti rugi
15. Kutub
Ujung poros atau sumbu bumi
16. Logika
Jalan pikiran yang masuk akal
17. Metafora
Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan
18. Model
Pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan
19. Obsesi
Gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat
sukar dihilangkan
20. Oposisi biner
Berpaku pada hal-hal yang berlawanan
21. Paradoks
Pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat
umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran
22. Protektif
Sifat orang untuk menjaga dan melindungi sesuatu yang disayanginya
secara berlebihan
23. Ras
Golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik; rumpun bangsa:
24. Realita sosial
Suatu peristiwa yang memang benar terjadi di tengah - tengah masyarakat.
25. Sindrom
Himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama)
dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal (seperti emosi atau
tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat
diidentifikasi
26. Sekolah singgah Tempat belajar yang hanya menumpang
27. Temperamen
Gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
28. Tradisi
Adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan
di masyarakat; Sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama
29. Utopia
Sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada di bayangan (khayalan)
dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan di kenyataan
30. Villa
Rumah mungil di luar kota atau di pegunungan; rumah peristirahatan
(digunakan hanya pada waktu liburan)
2. Kata Asing
No. Kata Asing
Arti
1.
Leisure activity
Aktivitas yang menyenangkan,dilakukan pada waktu senggang
2.
Opposite attracks
Tertarik pada suatu hal yang berlawanan
3.
Privilege
Hak istimewa yang tidak bisa didapat oleh setiap orang.
4.
Self-reference
Referensi untuk pribadi
5.
Scene
Adegan
5.
Taken-for-granted
Tidak menganggap atau tidak menghargai nilai dari suatu hal karena
sudah sangat biasa terjadi.
3. Verba/Kata Kerja
No. Kata Dasar
Verba
Nomina
1.
Ulas
Mengulas
Ulasan
2.
Nilai
Menilai
Penilaian
3.
Evaluasi
Mengevaluasi
Pengevaluasi
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
4.
Kritik
Mengkritik
Kritikan
5.
Ukur
Mengukur
Ukuran
6.
Komentar
Mengomentari
Pengomentar
7.
Tafsir
Menafsirkan
Tafsiran
8.
Kupas
Mengupas
Kupasan
3. Antonim (lawan kata)
Kata
Keterbatasan
Ketidakadilan
Pertemanan
Ketakutan
Penolakan
Pertemuan
Kemewahan
Perusak
Ketenangan
Pemenuhan
Perbedaan
Si- kaya
Penyederhanaan
Kenyamanan
Antonim
Kelebihan
Keadilan
Permusuhan
Keberanian
Penerimaan
Perpisahan
Kesederhanaan
Perbaikan
Kegaduhan
Pengosongan
Persamaan
Si-Miskin
Penjabaran
Kegelisahan
5. Verba Aktif dan Pasif
No. Kata Dasar
Verba Aktif
Verba Pasif
1.
Kembang
mengembang, mengembangkan
Dikembangkan
2.
Acu
Mengacu
Diacu
3.
Paku
Memaku
Dipaku
4.
Lawan
Melawan
Dilawan
5.
Utama
Mengutamakan
Diutamakan, Terutama
6.
Kaitan
Mengaitkan
Dikaitkan, Terkait
7.
Adaptasi
Mengadaptasi
Diadaptasi
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
8.
Inspirasi
Menginspirasikan
Diinspirasikan, Terinspirasi
9.
Alami
Mengalamikan
Dialamikan
10. Jendela
Menjendelakan
Dijendelakan
11. Belajar
Mengajar
Diajar
12. Mukim
Memukimkan
Dimukimkan
13. Obsesi
Mengobsesikan
Diobsesikan, Terobsesi
14. Gambar
Menggambarkan
Digambarkan, Tergambar
15. Rusak
Merusak
Dirusak
16. Tenang
Menenangkan
Ditenangkan
17. Mewah
Memewahkan
Dimewahkan
6. Nomina
No. Nomina Umum
Nomina Khusus
1.
film
Sanggar
2.
rumah
Hollywood
3.
impian
Aldo
4.
keluarga
Rara
5.
majalah
si Mbok
6.
buku
Komunitas
7.
jendela
Mobil
8.
negara
Krayon
9.
polisi
Kolam renang
10. vila
Kamera
11. jakarta
Bioskop
7. nomina turunan
Nomina Turunan
pe-+N
peng+N+-an
N+-an
per-+-an
ke-+N+-an
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
Penanda
Penghidupan
Impian
Permukiman
Kecenderungan
Perusak
Penggambaran
Rangkaia
n
Pertemuan
Kebutuhan
Pembuat
Pemenuhan
Kalangan Persahabatan
Ketenangan
Pembantu Penyederhanaa
n
Hiburan
Permasalaha
n
Kemewahan
Penonton
Pemaknaan
Paparan
Perbedaan
Ketakutan
-
Penawaran
Khayalan
-
Kemiskinan
8. Pronomina
Beberapa contoh pronomina dalam “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis” antara
lain sebagai berikut.
Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
Namun,
permasalahan
dari
film
musikal
anak-anak
adalah
bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa
dipahami oleh anak-anak.
3.
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah ia yang
berpunya dan ia yang tak-berpunya.
4.
Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan
ketika ia“dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar.
5.
Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kayaraya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari
komunitasnya(anggota keluarga).
6.
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan
fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
7.
Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya.
8.
Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya:
rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
9.
Rara menginginkan hal yang tak mungkin menjadi miliknya, yaitu
kemewahan berupa rumah berjendela.
10.
Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam
kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan
rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal
dunia.
11.
Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat
kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu
yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
12.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini,
keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah
sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
13.
Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang
alami dengan lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih
mempertanyakan penyebabnya.
1.
2.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
14.
Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam
atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
15.
Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar
bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan
harmonis akan tercipta.
16.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, agar
mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis dewasa yang
diharapkan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.
17.
Satu-satunya yang terwakili oleh scene-scene musikal dan gerak kamera
serta editing yang kadang hiperaktif adalah energi dan semangat kanak-kanak.
9. Adjektiva
No. Adjektiva
Frasa Adjektiva
1.
kumuh
permukiman kumuh
2.
kering
jiwanya kering
3.
dramatis
penekanan dramatis
4.
cilik
gadis cilik
5.
dramatis
penekanan dramatis
6.
utuh
keluarga yang utuh
7.
berlebihan
fisiknya berlebihan
8.
baik
keadaanya baik
9.
dilemana
mengakibatkan dilema personal
6. Konjungsi
No. Konjungsi
1.
Koordinatif:
• dan
• atau
• tetapi
Kalimat
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan
kebutuhan
fisiknya
berlebihan,
tetapi
jiwanya
kering danmengakibatkan dilema personal.
Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat
dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan
permukiman kumuh.
Rumah
itu
ditempati
Rara
bersama
nenek
(Si
Mbok) dan ayahnya.
Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu
secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-
teman Rara, antara si miskin dan si kaya.
Persahabatan Aldo dan Rara tidak berjalan mulus.
Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman
baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya
terwakili oleh narasi sosialekonomi Aldo dan Rara.
Aldo, si kaya, memiliki berbagai privilege (mobil mewah,
rumah mewah, supir, pembantu, dan sekolah khusus).
Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan
materialnya:
rumah
tanpa
jendela,
sekolah
seadanya, dan kerja sampingan.
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini
adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
Aldo memungkinkan Rara mengakses ini dan bahkan yang
lebih lagi: kolam renang, mobil, buku, dan krayon.
Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut
dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo)
pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok
tergeletak komadan ayahnya meninggal dunia.
Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai
pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka
harus bersyukur atas semua yang mereka punyai
(harta dankeluarga yang utuh), sementara ada orang-orang
yang tidak berpunya seperti Rara.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka
dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya
dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan
penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
Hal ini paling tampak dalam posisi biner permasalahan
Aldo danRara.
Dengan
si
miskin
berlapang
dada
menerima
kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si
miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan harmonis akan
tercipta.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi
borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusiamanusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan
masyarakat,
yang
kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu
dipertanyakan.
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan
ada danbisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka;
dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di
depan mata.
Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang
disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan
dalam film ini, kecuali penekanan dramatis belaka.
Satu-satunya
yang
terwakili
oleh
scene-scene
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
musikal dan gerak kamera serta editing yang kadang
hiperaktif adalah energi dansemangat kanak-kanak.
Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu
“karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual
ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi
interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas
(konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
Film
tersebut
menggambarkan
keluarga
baikbaik dan protektif untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara
terbebas dari eksploitasi maupun perilaku destruktif yang
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di
belahan dunia manapun.
Tradisi film musikal yang dikembangkan di Hollywood
mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun
1930-1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi
biner), terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar
belakang, atautemperamen.
Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas budi
tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi
kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film
tersebut,
anak-anak
menjadi
“penanda”
dari
kelahiran atau takdir manusia.
Jendela dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah
metafora yang mengena. Jendela memungkinkan seseorang
untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa
meninggalkan tempatnya.
Jendela adalah rasa syukur atau konsep penerimaan atas
suatu kondisi.
Film ini menawarkan model utopia dalam merespons kondisi
masyarakat Indonesia yang terfragmentasi dalam kelas-kelas
sosial-ekonomi, yaitu utopia atau kondisi hidup ideal yang
dibayangkan oleh kelas menengah atas.
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan
kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan
mengakibatkan dilema personal.
2.
Subordinatif:
• sesudah
• sebelum
• sementara
• jika
• agar
• supaya
• meskipun
• alih-alih
Lebih
jauh
lagi,
kemalangan
Rara
tersebut
digunakan sebagaipelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga
Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka
punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orangorang yang tidak berpunya seperti Rara.
Jendela
memungkinkan
orang
melihat,
bukan
terlibat jikadibandingkan dengan pintu yang menyediakan
akses untuk masuk/ keluar.
Namun, permasalahan dari film musikal anakanak adalah
bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh
pembuat film agarbisa dipahami oleh anak-anak.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi
borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusia-
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
• sebagai
• sebab
• karena
• maka
3.
Korelatif:
• Baik …
maupun …,
•tidakhanya…,
tetapi….
manusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu
dipertanyakan.
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik
yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis
tempat Aldo belajar.
Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman
baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang
berlebihan ketika ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus
ia bayar.
Keinginan
Rara
untuk
memiliki
sesuatu,
alih-alih
dimaknai sebagaihasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki
semua
orang,
justru
dianggap sebagai sesuatu
yang
menyalahi/mengingkari takdirnyasebagai orang yang tidak
berpunya.
Permasalahan
yang
dimiliki
anak-anak
ini
diperlihatkan sebagaisesuatu yang alami dengan lebih
menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih
mempertanyakan penyebabnya.
Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa
Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu
anak-anak kelas menengah atas yang mampu mengakses
bioskop sebagaibagian dari leisure activity.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi
borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusiamanusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu
dipertanyakan.
Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang
disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan
dalam film ini, kecuali penekanan dramatis belaka.
Dalam hal ini, film musikal mengamini konsep “film yang
menghibur” sebagai utopia
itu
sendiri.
Namun,
pertanyaannya adalah utopia menurut siapa?
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan
ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka;
dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di
depan mata.
Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah Bobo, film
“Rumah Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran moral pada
anak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat
yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur
sosial-ekonomimaupun kondisi fisik/mental.
Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu
“karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual
ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
• demikian…
sehingga …
interkomunitas
(konflik
keluarga
Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo
dan komunitas Rara).
• entah…entah
• jangankan…
pun …
4.
Antarkalimat:
• sungguhpun
demikian
• sekalipun
demikian
• meskipun
demikian
• selanjutnya
• sesudah itu
• setelah itu
• di samping itu
• sebaliknya
• akan tetapi
Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas
budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi
kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik
yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis
tempat Aldo belajar.
Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak
jendela menularkan obsesi untuk memiliki rumah berjendela di
kalangan teman-teman Rara.
Sementara itu, Rara mewakili narasi kemiskinan dalam
segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela,
sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film
ini adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka
dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya
dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan
penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
7. Kata Depan
Berikut merupakan contoh kata depan atau preposisi.
Beberapa preposisi yang terdapat di dalam bahasa Indonesia, seperti di, ke, pada,
dari, secara, dan bagi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan
fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja
sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari seng,
tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan permukiman kumuh.
Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman baru Aldo sebagai
perusak ketenangan di rumah mereka.
Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan
obsesi untuk memiliki rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini,
keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya
rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anakanak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
7.
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa
melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan
ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
8.
Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk
meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi maupun perilaku
destruktif yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di belahan
dunia manapun.
9.
Film tersebut diadaptasi dari cerpen “Jendela Rara” karya Asma Nadia.
10.
Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng
moral berjudul The Prince and The Pauper karya Mark Twain.
11.
Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kayarayadengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari
komunitasnya (anggota keluarga).
12.
Namun, permasalahan dari film musikal anakanak adalah bahwa ia
menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa dipahami
oleh anak-anak.
13.
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anakanak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
14.
Kekurangan pada diri
Aldo
yang
mewakili
aspek
natural
takdir
disandingkan dengan
kemiskinan
Rara
sehingga
membuat
kemiskinan
ternaturalisasikan
lewat
logika
pemahaman
yang
sama,
alih-alih
hasil dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung negara, film ini
menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia.
15.
Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam
atau dariluar) tanpa meninggalkan tempatnya.
16.
Dongeng
semacam
inilah
yang
ditawarkan
“Rumah
Tanpa
Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak kelas
menengah atas yang mampu mengakses bioskop sebagai bagian dari leisure
activity.
17.
Dari paparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa Jendela”
memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas sosial-ekonomi lewat
model film musikal klasik ala Hollywood
18.
Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang
bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang
mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang
tidak berpunya seperti Rara.
19.
Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas budi tanpa perlu
mengorbankan
kenyamanan dengan berbagi
kepemilikan
ataupun
terlibat secaradekat.
20.
Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa
Jendela” menyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk menghadapi realita
sosial
dalam
masyarakat
yang
terfragmentasi
dalam
perbedaan,
baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental.
21.
Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara tidak
sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
22.
Tradisi
film
musikal
yang
dikembangkan
di
Hollywood
mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960-an,
berpaku pada hal-hal
yang
berlawanan
(oposisi
biner),
terutama
berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau temperamen.
23.
Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara
si miskin dan si kaya.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film
musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas
sosial, baik relasi interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas
(konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
25.
Lagipula, memakai perspektif realisme sosial dalam menilai film musikal
adalah sia-sia, mengingat film musikal sendiri menawarkan utopia dalam bentuk
hiburandengan mengacu pada diri sendiri (self-reference)
24.
8. Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Artikel yang
terdapat di dalam model teks ulasan adalah sang dan si. Artikel sang merupakan
salah satu artikel yang mengacu ke makna tunggal, selain sri, hang, dan dang.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kayaraya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari
komunitasnya (anggota keluarga).
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali
bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara,
antara si miskin dan si kaya
Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh
narasi sosial-ekonomi Aldo dan Rara
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah ia yang
berpunya dan ia yang tak-berpunya
Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam
kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan
rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini,
keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah
sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar
bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan
harmonis akan tercipta
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa
melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada
dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
9. Kalimat Simpleks dan Kompleks
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
DARIYA NAWAR .S
KHARISMA AYU
LINA DEWI JULIANA
MUTIARA MAYA .S
(01)
(10)
(11)
(31)
TUGAS 1 HALAMAN 60-63
1.
a. Informasi dalam orientasi tahap 1:
Di Hollywood terdapat sebuah tradisi dimana mereka mengembangkan tradisi film musikal sejak
tahun 1930 - 1960 an. berpaku pada hal oposisi biner, dan hal ini ada dalam film Rumah Tanpa
Jendela.
b. Informasi dalam orientasi tahap 2:
Dalam film tersebut, terdapat tokoh Aldo yang terinspirasi dari model biner dalam dongen yang
berjudul " The prince and The pauper " Karya Mark Twain. Disini Aldo mewakili tokoh yang kaya
namun memiliki kekurangan dan si Rara adalah tokoh yang miskin dan memiliki impian yang
kemudian hari harus ia bayar mahal.
c. Informasi dalam tafsiran isi tahapan 1 :
Sesuai dengan tradisi opposite attracks , dalam cerita tersebut terdapat Aldo dan Rara yang memiliki
status sosial ekonomi yang jauh berbeda. Dimulai karena suatu kecelakaan kecil dan kemudian
mereka menjadi bersahabat. Namun karena kehadiran Rara membuat keluarga dari pihak Aldo
terganggu sedangkan dari pihak teman - teman Rara justru membuat mereka semakin terobsesi
untuk memiliki rumah berjendela karena melihat rumah Aldo yang memiliki jendela.
d. Informasi dalam tafsiran isi tahap 2 :
Kesulitan dalam sebuah film musikal adalah penyampaiannya pada penonton, tertama film musikal
anak-anak. Namun dalam film ini tampak jelas dari dua pihak narasi yaitu Aldo dan Rara yang di
wakilkan dengan gambaran yang jelas bahwa Aldo adalah tokoh yang kaya dan Rara adalah tokoh
yang miskin dengan apa yang mereka miliki dan kenakan.Dan dalam film ini pun tersampaikan
dengan jelas pesan moralnya yaitu saling menghargai meski kita berbeda status sosial ekonomi atau
fisik.
e. Informasi dalam tafsiran isi tahap 3 :
Pada film Rumah Tanpa Jendela ini terdapat pesan moral yang disampaikan adalah bersyukur,
Seperti yang tampak pada tokoh Rara yang menginginkan rumah yang berjendela atau kemewahan
dan kemudian Aldo memberikan akses untuk semua itu, namun di sisi lain Rara di anggap tidak
bersyukur atas takdirnya sehingga ia harus membayar mahal dengan orang tuanya yang meninggal ,
neneknya masuk rumah sakit dan rumahnya yang kebakaran.
d. Informasi dalam tafsiran isi tahap 4 :
Namun disisi lain dari film ini si kaya pun mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga juga bahwa
mereka ( keluarga Aldo ) patutnya bersyukur karena mereka masih memiliki keluarga yang utuh dan
harta yang berlimpah. Oleh karena itu mereka membalas budi dengan memberikan tempat tinggal
bagi Rara dan mboknya di vila mereka yang jauh dari Jakarta dan membayar semua biaya rumah
sakit , jadi mereka dapat membalas budi serta tidak terganggu kenyaman mereka dirumah.
e. Informasi dalam tafsiran isi tahap 5 :
Dalam film ini menggambarkan sebuah kemiskinan adalah bagian dari takdir manusia.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
f. Informasi dalam tafsiran isi tahap 6 :
Jendela dalam film ini merupakan metafora yang mengena dimana jendela merupakan sebuah alat
untuk mengakses baik dari luar atau dalam dan juga melihat. Jadi intinya baik miskin atau kaya
diminta untuk sama-sama bersyukur atas apa yang telah mereka miliki.
g. Informasi dalam tafsiran isi tahap 7 :
Dalam kondisi yang di sajikan oleh film Rumah Tanpa Jendela ini lebih di tujukan pada anak-anak
kelas menengah keatas yang memungkinkan mereka mengakses bioskop, jadi oleh karena itu
diharapkan kelak mereka akan menjadi pribadi yang baik saat dewasa dan bila mereka kaya mereka
akan semakin meperkaya diri tanpa perlu mempertanyakan mengapa ada kemiskinan dan yang
miskin tidak terlalu kentara.
h. Informasi dalam tafsiran evaluasi tahap 1 :
Dalam film ini disayangkan hanya banyak penekanan adegan dramatis saja dibanding dengan lagulagu atau tarian yang merupakan karakteristik dari film musikal.
i. Informasi dalam tafsiran evaluasi tahap 2 :
Bila di perhatikan lebih , maka penggambaran dalam film ini tidak berlebihan.
j. Informasi dalam tafsiran rangkuman:
Dari paparan mengenai film tersebut , dapat disimpulkan bahwa film Rumah Tanpa Jendela itu
menginginkan kita untuk belajar bersyukur dan bagaimana kita merespon keadaan sosial ekonomi
yang ada di Indonesia ini.
2.
1. Pujian :
Jendela dalam film ' Rumah Tanpa Jendela ' merupakan sebuah metafora yang mengena.
1. Kritikan :
Sayang , sebagai sebuah film musikal tidak banyak yang di sumbangkan oleh lagu-lagu yang
dinyanyikan dan di tarikan dalam film ini , kecuali penekanan dramatis belaka.
2. Pujian :
Penggambaran dalam film tersebut tidak berlebihan.
2. Kritikan :
Dalam hal ini , film musikal mengamini konsep " film yang menghimbur " sebagai utopia itu
sendiri . Namun , pertanyaanya adalah utopia menurut siapa?
3. Pujian :
Film ini mengambarkan dengan jelas bagaimana kondisi mayarakat Indonesia yang
terfragmentasi dalam kelas-kelas sosial - ekonomi atau gaya hidup yang di bayangkan oleh
kelas menengah keatas
3. Kritikan :
film musikal ini lebih menitik beratkan untuk lebih menawarkan utopia dalam bentuk hiburan ,
namun sayang pembawaan lagu-lagu atau nyanyian serta tarian dalam film ini kurang.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
TUGAS 2 HALAMAN 64-76
Mengidentifikasi Kaidah Kebahasaan Teks "Dongeng Utopia
Masyarakat Borjuis"
1. Kosa Kata
No. Kosakata
Arti Kosakata
1.
Adaptasi
Penyesuaian terhadap lingkungan
2.
Akses
Jalan masuk
3.
Bioskop
Tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar.
4.
Borjuis
Kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas
5.
Destruktif
Bersifat merusak
6.
Eksploitasi
Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
7.
Fragmentasi
Pencuplikan (cerita dsb)
8.
Gender
Suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan
antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial
budaya.
9.
Harmonis
Bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni; kondisi seiya sekata diantara
anggota keluarga
10. Inspirasi
Ilham
11. Klasik
Mempunyai
nilai
atau
mutu
yang
diakui
dan
menjadi
tolok
ukur
kesempurnaan yang abadi; tertinggi
12. Kolektif
Secara bersama; secara gabungan
13. Koma
Keadaan tidak sadar sama sekali dan tidak mampu memberi reaksi terhadap
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
suatu rangsangan (karena keracunan, sakit parah, dsb)
14. Kompensasi
Ganti rugi
15. Kutub
Ujung poros atau sumbu bumi
16. Logika
Jalan pikiran yang masuk akal
17. Metafora
Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan
18. Model
Pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan
19. Obsesi
Gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat
sukar dihilangkan
20. Oposisi biner
Berpaku pada hal-hal yang berlawanan
21. Paradoks
Pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat
umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran
22. Protektif
Sifat orang untuk menjaga dan melindungi sesuatu yang disayanginya
secara berlebihan
23. Ras
Golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik; rumpun bangsa:
24. Realita sosial
Suatu peristiwa yang memang benar terjadi di tengah - tengah masyarakat.
25. Sindrom
Himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama)
dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal (seperti emosi atau
tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat
diidentifikasi
26. Sekolah singgah Tempat belajar yang hanya menumpang
27. Temperamen
Gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
28. Tradisi
Adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan
di masyarakat; Sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama
29. Utopia
Sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada di bayangan (khayalan)
dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan di kenyataan
30. Villa
Rumah mungil di luar kota atau di pegunungan; rumah peristirahatan
(digunakan hanya pada waktu liburan)
2. Kata Asing
No. Kata Asing
Arti
1.
Leisure activity
Aktivitas yang menyenangkan,dilakukan pada waktu senggang
2.
Opposite attracks
Tertarik pada suatu hal yang berlawanan
3.
Privilege
Hak istimewa yang tidak bisa didapat oleh setiap orang.
4.
Self-reference
Referensi untuk pribadi
5.
Scene
Adegan
5.
Taken-for-granted
Tidak menganggap atau tidak menghargai nilai dari suatu hal karena
sudah sangat biasa terjadi.
3. Verba/Kata Kerja
No. Kata Dasar
Verba
Nomina
1.
Ulas
Mengulas
Ulasan
2.
Nilai
Menilai
Penilaian
3.
Evaluasi
Mengevaluasi
Pengevaluasi
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
4.
Kritik
Mengkritik
Kritikan
5.
Ukur
Mengukur
Ukuran
6.
Komentar
Mengomentari
Pengomentar
7.
Tafsir
Menafsirkan
Tafsiran
8.
Kupas
Mengupas
Kupasan
3. Antonim (lawan kata)
Kata
Keterbatasan
Ketidakadilan
Pertemanan
Ketakutan
Penolakan
Pertemuan
Kemewahan
Perusak
Ketenangan
Pemenuhan
Perbedaan
Si- kaya
Penyederhanaan
Kenyamanan
Antonim
Kelebihan
Keadilan
Permusuhan
Keberanian
Penerimaan
Perpisahan
Kesederhanaan
Perbaikan
Kegaduhan
Pengosongan
Persamaan
Si-Miskin
Penjabaran
Kegelisahan
5. Verba Aktif dan Pasif
No. Kata Dasar
Verba Aktif
Verba Pasif
1.
Kembang
mengembang, mengembangkan
Dikembangkan
2.
Acu
Mengacu
Diacu
3.
Paku
Memaku
Dipaku
4.
Lawan
Melawan
Dilawan
5.
Utama
Mengutamakan
Diutamakan, Terutama
6.
Kaitan
Mengaitkan
Dikaitkan, Terkait
7.
Adaptasi
Mengadaptasi
Diadaptasi
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
8.
Inspirasi
Menginspirasikan
Diinspirasikan, Terinspirasi
9.
Alami
Mengalamikan
Dialamikan
10. Jendela
Menjendelakan
Dijendelakan
11. Belajar
Mengajar
Diajar
12. Mukim
Memukimkan
Dimukimkan
13. Obsesi
Mengobsesikan
Diobsesikan, Terobsesi
14. Gambar
Menggambarkan
Digambarkan, Tergambar
15. Rusak
Merusak
Dirusak
16. Tenang
Menenangkan
Ditenangkan
17. Mewah
Memewahkan
Dimewahkan
6. Nomina
No. Nomina Umum
Nomina Khusus
1.
film
Sanggar
2.
rumah
Hollywood
3.
impian
Aldo
4.
keluarga
Rara
5.
majalah
si Mbok
6.
buku
Komunitas
7.
jendela
Mobil
8.
negara
Krayon
9.
polisi
Kolam renang
10. vila
Kamera
11. jakarta
Bioskop
7. nomina turunan
Nomina Turunan
pe-+N
peng+N+-an
N+-an
per-+-an
ke-+N+-an
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
Penanda
Penghidupan
Impian
Permukiman
Kecenderungan
Perusak
Penggambaran
Rangkaia
n
Pertemuan
Kebutuhan
Pembuat
Pemenuhan
Kalangan Persahabatan
Ketenangan
Pembantu Penyederhanaa
n
Hiburan
Permasalaha
n
Kemewahan
Penonton
Pemaknaan
Paparan
Perbedaan
Ketakutan
-
Penawaran
Khayalan
-
Kemiskinan
8. Pronomina
Beberapa contoh pronomina dalam “Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis” antara
lain sebagai berikut.
Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di kemudian hari.
Namun,
permasalahan
dari
film
musikal
anak-anak
adalah
bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa
dipahami oleh anak-anak.
3.
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah ia yang
berpunya dan ia yang tak-berpunya.
4.
Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang berlebihan
ketika ia“dihukum” dengan kompensasi yang harus ia bayar.
5.
Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kayaraya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari
komunitasnya(anggota keluarga).
6.
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan
fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
7.
Rumah itu ditempati Rara bersama nenek (Si Mbok) dan ayahnya.
8.
Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan materialnya:
rumah tanpa jendela, sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
9.
Rara menginginkan hal yang tak mungkin menjadi miliknya, yaitu
kemewahan berupa rumah berjendela.
10.
Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam
kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan
rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal
dunia.
11.
Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih dimaknai sebagai hasrat
kepemilikan yang lumrah dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu
yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang yang tidak berpunya.
12.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini,
keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah
sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
13.
Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan sebagai sesuatu yang
alami dengan lebih menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih
mempertanyakan penyebabnya.
1.
2.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
14.
Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam
atau dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
15.
Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar
bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan
harmonis akan tercipta.
16.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi borjuis, agar
mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia borjuis dewasa yang
diharapkan bisa meneruskan tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.
17.
Satu-satunya yang terwakili oleh scene-scene musikal dan gerak kamera
serta editing yang kadang hiperaktif adalah energi dan semangat kanak-kanak.
9. Adjektiva
No. Adjektiva
Frasa Adjektiva
1.
kumuh
permukiman kumuh
2.
kering
jiwanya kering
3.
dramatis
penekanan dramatis
4.
cilik
gadis cilik
5.
dramatis
penekanan dramatis
6.
utuh
keluarga yang utuh
7.
berlebihan
fisiknya berlebihan
8.
baik
keadaanya baik
9.
dilemana
mengakibatkan dilema personal
6. Konjungsi
No. Konjungsi
1.
Koordinatif:
• dan
• atau
• tetapi
Kalimat
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan
kebutuhan
fisiknya
berlebihan,
tetapi
jiwanya
kering danmengakibatkan dilema personal.
Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat
dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan
permukiman kumuh.
Rumah
itu
ditempati
Rara
bersama
nenek
(Si
Mbok) dan ayahnya.
Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu
secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-
teman Rara, antara si miskin dan si kaya.
Persahabatan Aldo dan Rara tidak berjalan mulus.
Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman
baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya
terwakili oleh narasi sosialekonomi Aldo dan Rara.
Aldo, si kaya, memiliki berbagai privilege (mobil mewah,
rumah mewah, supir, pembantu, dan sekolah khusus).
Rara mewakili narasi kemiskinan dalam segala keterbatasan
materialnya:
rumah
tanpa
jendela,
sekolah
seadanya, dan kerja sampingan.
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini
adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
Aldo memungkinkan Rara mengakses ini dan bahkan yang
lebih lagi: kolam renang, mobil, buku, dan krayon.
Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut
dalam kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo)
pulang untuk menemukan rumahnya habis terbakar, Si Mbok
tergeletak komadan ayahnya meninggal dunia.
Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai
pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka
harus bersyukur atas semua yang mereka punyai
(harta dankeluarga yang utuh), sementara ada orang-orang
yang tidak berpunya seperti Rara.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka
dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya
dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan
penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
Hal ini paling tampak dalam posisi biner permasalahan
Aldo danRara.
Dengan
si
miskin
berlapang
dada
menerima
kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari kemalangan si
miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan harmonis akan
tercipta.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi
borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusiamanusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan
masyarakat,
yang
kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu
dipertanyakan.
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan
ada danbisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka;
dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di
depan mata.
Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang
disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan
dalam film ini, kecuali penekanan dramatis belaka.
Satu-satunya
yang
terwakili
oleh
scene-scene
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
musikal dan gerak kamera serta editing yang kadang
hiperaktif adalah energi dansemangat kanak-kanak.
Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu
“karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual
ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi
interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas
(konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
Film
tersebut
menggambarkan
keluarga
baikbaik dan protektif untuk meyakinkan bahwa pergaulan Rara
terbebas dari eksploitasi maupun perilaku destruktif yang
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di
belahan dunia manapun.
Tradisi film musikal yang dikembangkan di Hollywood
mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun
1930-1960-an, berpaku pada hal-hal yang berlawanan (oposisi
biner), terutama berkaitan dengan gender, ras, agama, latar
belakang, atautemperamen.
Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas budi
tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi
kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film
tersebut,
anak-anak
menjadi
“penanda”
dari
kelahiran atau takdir manusia.
Jendela dalam film “Rumah Tanpa Jendela” merupakan sebuah
metafora yang mengena. Jendela memungkinkan seseorang
untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau dari luar) tanpa
meninggalkan tempatnya.
Jendela adalah rasa syukur atau konsep penerimaan atas
suatu kondisi.
Film ini menawarkan model utopia dalam merespons kondisi
masyarakat Indonesia yang terfragmentasi dalam kelas-kelas
sosial-ekonomi, yaitu utopia atau kondisi hidup ideal yang
dibayangkan oleh kelas menengah atas.
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan
kebutuhan fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan
mengakibatkan dilema personal.
2.
Subordinatif:
• sesudah
• sebelum
• sementara
• jika
• agar
• supaya
• meskipun
• alih-alih
Lebih
jauh
lagi,
kemalangan
Rara
tersebut
digunakan sebagaipelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga
Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka
punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orangorang yang tidak berpunya seperti Rara.
Jendela
memungkinkan
orang
melihat,
bukan
terlibat jikadibandingkan dengan pintu yang menyediakan
akses untuk masuk/ keluar.
Namun, permasalahan dari film musikal anakanak adalah
bahwa ia menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh
pembuat film agarbisa dipahami oleh anak-anak.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi
borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusia-
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
• sebagai
• sebab
• karena
• maka
3.
Korelatif:
• Baik …
maupun …,
•tidakhanya…,
tetapi….
manusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu
dipertanyakan.
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik
yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis
tempat Aldo belajar.
Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman
baru Aldo sebagai perusak ketenangan di rumah mereka.
Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan yang
berlebihan ketika ia “dihukum” dengan kompensasi yang harus
ia bayar.
Keinginan
Rara
untuk
memiliki
sesuatu,
alih-alih
dimaknai sebagaihasrat kepemilikan yang lumrah dimiliki
semua
orang,
justru
dianggap sebagai sesuatu
yang
menyalahi/mengingkari takdirnyasebagai orang yang tidak
berpunya.
Permasalahan
yang
dimiliki
anak-anak
ini
diperlihatkan sebagaisesuatu yang alami dengan lebih
menekankan cara menghadapi permasalahan alih-alih
mempertanyakan penyebabnya.
Dongeng semacam inilah yang ditawarkan “Rumah Tanpa
Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu
anak-anak kelas menengah atas yang mampu mengakses
bioskop sebagaibagian dari leisure activity.
Sebuah dongeng untuk membuai mereka dalam mimpi-mimpi
borjuis, agar mereka nanti terbangun sebagai manusiamanusia borjuis dewasa yang diharapkan bisa meneruskan
tatanan masyarakat, yang kemiskinan dan kekayaan
ternaturalisasi sebagai takdir dan karenanya tidak perlu
dipertanyakan.
Sayang, sebagai sebuah film musikal, tidak banyak yang
disumbangkan oleh lagu-lagu yang dinyanyikan dan ditarikan
dalam film ini, kecuali penekanan dramatis belaka.
Dalam hal ini, film musikal mengamini konsep “film yang
menghibur” sebagai utopia
itu
sendiri.
Namun,
pertanyaannya adalah utopia menurut siapa?
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan
ada dan bisa melanjutkan upaya memperkaya diri mereka;
dengan membiarkan kemiskinan ada dan ‘tidak tampak’ di
depan mata.
Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah Bobo, film
“Rumah Tanpa Jendela” menyampaikan ajaran moral pada
anak-anak untuk menghadapi realita sosial dalam masyarakat
yang terfragmentasi dalam perbedaan, baik secara struktur
sosial-ekonomimaupun kondisi fisik/mental.
Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu
“karateristik” film musikal klasik Hollywood yang ingin menjual
ideide soal komunitas dan stabilitas sosial, baik relasi
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
• demikian…
sehingga …
interkomunitas
(konflik
keluarga
Aldo) maupun antarkomunitas (konflik antara keluarga Aldo
dan komunitas Rara).
• entah…entah
• jangankan…
pun …
4.
Antarkalimat:
• sungguhpun
demikian
• sekalipun
demikian
• meskipun
demikian
• selanjutnya
• sesudah itu
• setelah itu
• di samping itu
• sebaliknya
• akan tetapi
Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas
budi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan dengan berbagi
kepemilikan ataupun terlibat secara dekat.
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik
yang sesekali bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis
tempat Aldo belajar.
Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak
jendela menularkan obsesi untuk memiliki rumah berjendela di
kalangan teman-teman Rara.
Sementara itu, Rara mewakili narasi kemiskinan dalam
segala keterbatasan materialnya: rumah tanpa jendela,
sekolah seadanya, dan kerja sampingan.
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film
ini adalah ia yang berpunya dan ia yang tak-berpunya.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka
dapat ini, keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya
dengan membayarkan biaya rumah sakit serta memberikan
penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
7. Kata Depan
Berikut merupakan contoh kata depan atau preposisi.
Beberapa preposisi yang terdapat di dalam bahasa Indonesia, seperti di, ke, pada,
dari, secara, dan bagi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis yang pemenuhan kebutuhan
fisiknya berlebihan, tetapi jiwanya kering dan mengakibatkan dilema personal.
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali bekerja
sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang terbuat dari seng,
tripleks, dan kayu bekas di salah satu kawasan permukiman kumuh.
Ibu dan kakak perempuan Aldo menganggap teman-teman baru Aldo sebagai
perusak ketenangan di rumah mereka.
Sementara itu, kemewahan rumah Aldo dengan banyak jendela menularkan
obsesi untuk memiliki rumah berjendela di kalangan teman-teman Rara.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini,
keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya
rumah sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anakanak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
7.
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa
melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan
ada dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
8.
Film tersebut menggambarkan keluarga baik-baik dan protektif untuk
meyakinkan bahwa pergaulan Rara terbebas dari eksploitasi maupun perilaku
destruktif yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat miskin di belahan
dunia manapun.
9.
Film tersebut diadaptasi dari cerpen “Jendela Rara” karya Asma Nadia.
10.
Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng
moral berjudul The Prince and The Pauper karya Mark Twain.
11.
Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kayarayadengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari
komunitasnya (anggota keluarga).
12.
Namun, permasalahan dari film musikal anakanak adalah bahwa ia
menawarkan resolusi yang dibayangkan oleh pembuat film agar bisa dipahami
oleh anak-anak.
13.
Dalam model utopia (khayalan) yang terdapat di dalam film tersebut, anakanak menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir manusia.
14.
Kekurangan pada diri
Aldo
yang
mewakili
aspek
natural
takdir
disandingkan dengan
kemiskinan
Rara
sehingga
membuat
kemiskinan
ternaturalisasikan
lewat
logika
pemahaman
yang
sama,
alih-alih
hasil dari ketidakadilan distribusi kekayaan yang didukung negara, film ini
menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari takdir manusia.
15.
Jendela memungkinkan seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam
atau dariluar) tanpa meninggalkan tempatnya.
16.
Dongeng
semacam
inilah
yang
ditawarkan
“Rumah
Tanpa
Jendela” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu anak-anak kelas
menengah atas yang mampu mengakses bioskop sebagai bagian dari leisure
activity.
17.
Dari paparan tadi, dapat disimpulkan bahwa film “Rumah Tanpa Jendela”
memungkinkan kita bicara mengenai posisi biner kelas sosial-ekonomi lewat
model film musikal klasik ala Hollywood
18.
Lebih jauh lagi, kemalangan Rara tersebut digunakan sebagai pelajaran yang
bisa dipetik bagi keluarga Aldo, bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang
mereka punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada orang-orang yang
tidak berpunya seperti Rara.
19.
Dengan begitu, mereka melakukan kewajiban membalas budi tanpa perlu
mengorbankan
kenyamanan dengan berbagi
kepemilikan
ataupun
terlibat secaradekat.
20.
Layaknya dongeng anak-anak dalam majalah Bobo, film “Rumah Tanpa
Jendela” menyampaikan ajaran moral pada anak-anak untuk menghadapi realita
sosial
dalam
masyarakat
yang
terfragmentasi
dalam
perbedaan,
baik secara struktur sosial-ekonomi maupun kondisi fisik/mental.
21.
Mengikuti tradisi opposite attracks, Aldo dan Rara bertemu secara tidak
sengaja dalam sebuah kecelakaan kecil.
22.
Tradisi
film
musikal
yang
dikembangkan
di
Hollywood
mengacu pada kecenderungan film-film musikal klasik tahun 1930-1960-an,
berpaku pada hal-hal
yang
berlawanan
(oposisi
biner),
terutama
berkaitan dengan gender, ras, agama, latar belakang, atau temperamen.
23.
Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara, antara
si miskin dan si kaya.
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4
Penekanan pada kolektivitas ini merupakan salah satu “karateristik” film
musikal klasik Hollywood yang ingin menjual ideide soal komunitas dan stabilitas
sosial, baik relasi interkomunitas (konflik keluarga Aldo) maupun antarkomunitas
(konflik antara keluarga Aldo dan komunitas Rara).
25.
Lagipula, memakai perspektif realisme sosial dalam menilai film musikal
adalah sia-sia, mengingat film musikal sendiri menawarkan utopia dalam bentuk
hiburandengan mengacu pada diri sendiri (self-reference)
24.
8. Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Artikel yang
terdapat di dalam model teks ulasan adalah sang dan si. Artikel sang merupakan
salah satu artikel yang mengacu ke makna tunggal, selain sri, hang, dan dang.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kayaraya dengan sindrom mental, yang membuatnya mengalami “penolakan” dari
komunitasnya (anggota keluarga).
Sementara itu, si miskin diwakili oleh tokoh Rara, gadis cilik yang sesekali
bekerja sebagai ojek payung di sanggar lukis tempat Aldo belajar.
Hal itu tergambar pada kondisi keluarga Aldo dan teman-teman Rara,
antara si miskin dan si kaya
Penyederhanaan posisi berlawanan si miskin dan si kaya terwakili oleh
narasi sosial-ekonomi Aldo dan Rara
Oleh sebab itu, perbedaan si miskin dan si kaya dalam film ini adalah ia yang
berpunya dan ia yang tak-berpunya
Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara yang larut dalam
kesenangan borjuis (pesta ulang tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan
rumahnya habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan ayahnya meninggal dunia.
Oleh karena itu, untuk “membayar” pelajaran yang mereka dapat ini,
keluarga Aldo menolong Rara dan Si Mboknya dengan membayarkan biaya rumah
sakit serta memberikan penghidupan di villa milik mereka di luar Jakarta.
Dengan si miskin berlapang dada menerima kondisinya dan si kaya belajar
bersyukur dari kemalangan si miskin, masyarakat borjuis yang sempurna dan
harmonis akan tercipta
Karena hanya dalam kondisi itulah, si kaya termungkinkan ada dan bisa
melanjutkan upaya memperkaya diri mereka; dengan membiarkan kemiskinan ada
dan ‘tidak tampak’ di depan mata.
9. Kalimat Simpleks dan Kompleks
TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 60-78 OLEH XI PMIIA 4