Bahan sidang besok

RUU Pilkada akhirnya di sahkan oleh DPR pada jumat malam kemarin (26 sep 2014). Ada
drama menarik dari pengesahan pilkada lewat DPR, yaitu Walk outnya Fraksi PD. Banyak pihak
yang menuding bahwa SBY berada dibalik 'drama' ini. SBY sendiri sudah membantah
pernyataan tersebut, namun akrobat politik fraksi PD ini mengundang reaksi luas terutama di
media sosial. Hastag #ShameOnYouSBY yang artinya "harusnya kamu malu SBY" bertengger di
trending topik dunia.
Sekarang kembali ke topik, Apa sih dampak dari UU Pilkada lewat DPRD? mari kita bahas satu
persatu, dampak ini bisa dampak positif dan negatif serta dampak langsung, dampak tidak
langsung. Namun sebelumnya, mari kita baca secara seksama fakta mengenai demokrasi
pemilihan umum dibawah ini:

Anggaran Pilkada
Dengan disahkannya UU Pilkada lewat DPRD, maka anggaran pilkada baik yang di gunakan
oleh KPU, parpol ataupun calon akan menurun drastis. efek sampingnya geliat ekonomi akan

turun karena pemesanan Kaos, stiker, baliho dan berbagai pernak perniknya tidak lagi ada. Selain
itu, industri hiburan terutama dangdut erotis juga akan hilang. Efek ekonomi ini bermakna
negatif sekaligus positif. Paling tidak, dangdut erotis bisa diminimalisir.
Efek samping lain adalah peran KPU dan bawaslu. Dimana peran mereka sekarang? Jika yang
memilih calon pemimpin dareah langsung di DPRD, tidak ada lagi daftar pemilih, penyiapan
TPS dan pengaturan jadwal kampanye. Artinya disini, akan banyak yang kehilangan

pencaharian.
Dampak positifnya, uang Anggaran pemilukada langsung yang jumlahnya 70 Triliun ini bisa
dipakai untuk membantu program JOKOWI, misalkan merealisasikan Wajib belajar 12 TAHUN.
mungkin sebagian heran...kenapa ketika UU pilkada lewat DPR... media cetak dan elektronik 
RAMAI RAMAI "MENGATASKANAMAKAN RAKYAT" menolak PILKADA lewat DPR? ini bukan 
masalah RAKYAT mas BRO...ini masalah DUIT dan PERUT..klo lewat DPR, terus ilang dong 
pekerjaan konsultan politiik, Lembaga survey dan KUE IKLAN MILYARAN yang masuk media ... 
FAKTA BRO ..FAKTA !

Keamanan dan Konflik Horisontal
Saya berani menjamin pilkada lewat pilkada akan lebih aman dan meminimalisir konflik
horisontal. Revisi UU pilkada ini sedikit banyak karena seringnya terjadi konflik horisontal. Saya
beri contoh extrem, anggaplah di Ambon atau Poso diadakan pemilukada oleh calon calon yang
berbeda agama, pasti akan terjadi konflik.
Setiap orang memang menggembargemborkan anti SARA, Namun pada kenyataannya SARA
akan selalu ada dan akan selalu ada orang yang berpikiran fanatik dan sempit dan mudah
memprovokasi agar terjadi konflik. Konflik ini dimulai dari saat kampanye, saat pemilu bahkan
saat pengajuan Gugatan ke MK pun masih terjadi konflik.
Dengan di alihkannya pemilukada lewat DPRD, maka konflik ini akan sangat minimal, minimal
yang adu mulut dan adu jotos nanti hanya di internal DPR.


Potensi Suap lebih kecil atau lebih besar?
Ketika pemilu dilakukan langsung, suap dan politik uang merajalela, Dari setoran ke Parpol
sampai 'setoran' ke calon pemilih di lakukan terang terangan. Bagi bagi duit saat kampanye atau
pemilihan umum itu sudah rahasia umum, masa sih matanya pada tidak terbuka?
Sekarang jika di lakukan ke DPRD, apakah suap itu menjadi tidak ada? Tidak menjamin, namun
saya berani menjamin bahwa seandainya ada suappun jauh lebih kecil dibanding pemilu
langsung. Selain itu, kehawatiran banyak pihak bahwa nanti suap ke anggota dewan akan
menjadi jadi juga patut dipertanyakan. Maksudnya seperti ini, para pemimpin dareah dan
anggota DPR yang menerima suap dan korupsi, sejauh ini sudah ada ratusan yang ditangkap
KPK, suap DPR masih mungkin terjadi, namun bukannya DPR punya badan pengawas, diluar
DPR masih ada kejaksaan dan KPK? bukannya sebagian besar rakyat juga percaya KPK?

maka alasan bahwa suap ke DPR menjadi lebih besar dan berpotensi politik uang itu terlalu
mengada ada, sekali lagi, buat apa ada lembaga KPK, kejaksaan, ICW, LSM dan organisasi
masyarakat? mereka pasti akan mengawasi.

Potensi korupsi akan menjadi lebih kecil.
Potensi korupsi pemimpin yang dipilih pilkada DPRD saya yakin akan lebih kecil, kenapa?
karena uang yang keluar waktu pemilukada jauh lebih sedikit, disini juga tidak lagi seperti

pemilu langsung. Kata Amin rais, siapa kaya dia yang menang. Dengan pengeluaran kecil saat
pilkada, maka potensi korupsi pemimpin daerah akan lebih kecil.

Sekarang mari kita singkat kekurangan dilakukan pemilu kada lewat DPR dibawah ini
1. Adanya kemungkinan kong kalikong anggota dewan dan suap di DPR,
2. Pemimpin terpilih tersandera DPR
3. Koalisi merah putih memonopoli kemenangan di setiap pilkada
4. mengebiri hak rakyat (katanya).
5. Adanya bagi bagi kekuasaan.
Sekaran gmari kita singkat DAMPAK POSITIF pemilukada lewat DPRD dibawah ini
1. Anggaran pemilukada menjadi lebih kecil
2. memperingan tugas KPU (jika masih diperlukan).
3. Potensi moneypolitik bisa ditekan atau diminamilisir.
4. Sistem demokrasi sesuai pancasila terutama sila ke empat :"Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN".
5. Mengurangi konflik horisontal.
6. menyederhanakan proses demokrasi dan politik.
7. Meminimalisir kampanye hitam
8. meminamilisr penggunaan fasilitas negara, terutama untuk incumben.
9. meminimalisir pemberitaan tidak imbang oleh media yang pro calon pemimpin daerah.


10. Meminimalisir potensi korupsi oleh pemimpin daerah terpilih.
Selanjutnya, mari kita berpikir secara jernih, Kedua duanya pasti punya kekurangan, namun
FAKTA ada lebih dari 300 pemimpin PILKADA hasil pemilu langsung tersandung
KORUPSI sudah CUKUP menjadi ALASAN bahwa sudah saatnya PEMILU KADA
DILAKUKAN OLEH DPRD.
Sekali lagi, gunakan akal, logika berpikir yang jernih dan jangan mudah terprofokasi oleh media
media yang tidak adil dalam pemberitaan.