Program Pohon Asuh dan Pohon Adop sebagai Solusi Permasalahan Global Warming

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM POHON ASUH DAN POHON ADOP
SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN GLOBAL WARMING

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT

Diusulkan oleh:
Ketua : I Putu Arimbawa P
Anggota : Syampadzi Nurroh
R. Rodlyan Ghufrona

E14070015
E44050515
E44052421

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010


Angkatan 2007
Angkatan 2005
Angkatan 2005

HALAMAN PENGESAHAN
USUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan

: Program Pohon Asuh Dan Pohon Adop Sebagai Solusi
Permasalahan Global Warming.

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: I Putu Arimbawa Pande
b. NIM
: E14070015
c. Jurusan/Mayor
: Manajemen Hutan
d. Perguruan Tinggi

: Institut Pertanian Bogor
e. Alamat Rumah
: Jalan Raya Babakan Raya Gg. Bara 4 No.107
Kel. Bubulak, Kec. Bogor Barat, Bogor 16115
f. No. Telp / HP
: (0251) 8410290 / 08561916796
g. Email
: rrg_ghina@yahoo.co.id
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap
b. NIP
a. Alamat Rumah
c. No. Telp / HP

: 2 orang

: Handian Purwawangsa, S.Hut., M.Si.
: 132 324 395
: Perumahan Alam Sinar Sari Jl. Anggrek No. 27

Dramaga, Bogor.
: 081310570318
Bogor, 24 Maret 2010

Menyetujui
Wakil Dekan Fakultas Kehutanan

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS)
NIP. 19630209 198903 1 002

(I Putu Arimbawa P)
NIM. E14070015

Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan

Dosen Pendamping


(Prof. Dr. Ir. H. Yonny Koesmaryono, MS) (Handian Purwawangsa,SHut,.MSi)
NIP. 19581228 198503 1 003
NIP. 19790110 200501 1 033

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini.
Karya tulis dengan judul “Program Pohon Asuh Dan Pohon Adop Sebagai
Solusi Permasalahan Global Warming” ini diangkat sebagai bentuk keniscayaan
terhadap hutan tropis Indonesia yang menjadi salah satu faktor yang dapat
menurunkan kosentrasi dan penyerapan emisi CO2. Karya tulis ini menjelaskan
Karya tulis ini memiliki tujuan untuk membuat konsep pelestarian dan perbaikan
kualitas hutan tropis dengan program pohon asuh dan pohon adop. Mengenai
potensi hutan tropis dalam mencegah peningkatan pencairan es di dunia, serta
kandungan karbon yang dimiliki oleh Indonesia yang terbesar di dunia dalam
pencegahan peningkatan konsentrasi emisi CO2 yang menjadi penyebab
pemanasan global. Program penanaman menjadi solusi dalam penyerapan emisi

CO2. Salah satu program penanaman membuat monumen tanaman dengan konsep
pohon adop dan pohon asuh yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar hutan.
Dengan demikian, akan terwujud fungsi ekologis, ekonomi dan sosial dalam
masyarakat dan berkontribusi dalam penyerapan karbon dunia. Penulis juga
mencoba memberikan alternatif solusi untuk permasalahan tersebut.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan usulan penelitian ini. Saran dan kritik yang bersifat membangun
dan memperbaiki sangat penulis harapkan.

Bogor, Maret 2010
Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………

i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………

ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

iii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..

iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

v

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

vi


RINGKASAN ………………………………………………………………

vii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………...
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….
1.2 Tujuan dan Manfaat ………………………………………….

1
1
2

BAB II TELAAH PUSTAKA ……………………………………………..
2.1 Hutan tropis sebagai cadangan karbon dunia…………………
2.2 Global Warming (Pemanasan Global) ……………………….
2.3 Gas Rumah Kaca ……………………………………………..
2.4 Karbondioksida ………………………………………………
2.5 Upaya-upaya yang Telah Dilakukan dalam Mengatasi Gas
Rumah Kaca ………………………………………………….
2.6 Pohon asuh dan pohon adop berbasis pemberdayaan

masyarakat .. ………………………………………................
2.7 Kecepatan pencairan es di berbagai benua………..…………..

3
3
3
4
5

BAB III METODE PENULISAN ...………………………………………...
3.1 Pengumpulan Data dan Informasi …………………………….
3.2 Pengolahan Data dan Informasi ………………………………
3.3 Analisis dan Sintesis ………………………………………….

9
9
9
9

BAB IV ANALIS DAN SINTESIS ………………………………………...

4.1 Analisis pengaruh peningkatan emisi CO2 di udara di dunia
terhadap peningkatan pencairan es di berbagai benua………...
4.2 Analisis pengaruh hutan tropis dalam menurunkan emisi CO2..
4.3 Program penanaman pohon adop berbasis pemberdayaan…..
Masyarakat ……………………………………………….….
4.4 Program penanaman pohon asuh berbasis pemberdayaan
masyarakat…………………………………………………….
4.5 Program Penanaman Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Sebagai Monumen Tanaman dalam Bentuk Pohon Adop
dan Pohon Asuh ………………………………………………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………...
5.1 Kesimpulan …………………………………………………...

10

5
7
7

10

11
11
12

13
15
15

iii

5.2 Saran ………………………………………………………….

15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….

16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………...


17

LAMPIRAN ………………………………………………………………...

21

DAFTAR TABEL
No.

Halaman

1. Persentasi cadangan karbon di hutan tropika di dunia………………

3

2. Strategi pengurangan efek dari emisi CO2 di atmosfer atau strategi
untuk membantu pencegahan perubahan iklim ………………...........

6

3. Data kecepatan pencairan es di benua Amerika………………..……..

7

4. Emisi CO2 yang dihasilkan oleh beberapa jenis bahan bakar ……….

11

5. Daya serap vegetasi terhadap gas CO2 ................................................

13

iv

DAFTAR GAMBAR

No.

Halaman

1. Pengaruh gas rumah kaca terhadap total radiasi atmosfer ………….

4

2. Pergeseran bentuk interaksi hutan dengan manusia…………………

14

v

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1. Sifat gas rumah kaca ……………………………………………....

22

2. Data kecepatan pencairan es di benua Amerika ….....……………....

23

3. Data kecepatan pencairan es di benua Oceania….....………………..

23

4. Data kecepatan pencairan es di benua Asia….....……………………

23

5. Data kecepatan pencairan es di benua Eropa….....…………………..

24

6. Sebaran lahan kritis di Indonesia…………………………………….

25

vi

RINGKASAN
PROGRAM POHON ASUH DAN POHON ADOP
SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN GLOBAL WARMING
I Putu Arimbawa P , R Rodlyan Ghufrona, dan Syampadzi Nurroh
Pemanasan global diakibatkan oleh aktifitas manusia dalam berbagai aspek
kehidupan, Banyaknya emisi CO2 yang dihasilkan oleh negara maju maupun
negara berkembang dapat mengakibatkan pemanasan global. Gas CO2
mempunyai presentase yang terbesar dalam kontribusi pemanasan global yaitu
sebesar 55% dan selebihnya 6% (NO2), 15% (CH4) dan 24% (CFCs) (Murdiyarso
et al. 1994). Konsentrasi CO2 telah diukur secara kontinyu sejak tahun 1950-an.
Pada tahun 1960, rata-rata konsentrasi CO2 di atmosfer adalah 316 ppm dan
memasuki tahun 1990, nilai tersebut mencapai sekitar 600 ppm (Koesmaryono
1999). Indonesia sebagai negara terbesar yang memiliki potensi untuk mencegah
laju percepatan pemanasan global dengan adanya hutan tropis, karena Indonesia
memiliki cadangan karbon terbesar di dunia sebesar 53,1 persen yang terdapat
pada hutan tropika.
Karya tulis ini memiliki tujuan untuk untuk membuat konsep pelestarian
dan perbaikan kualitas hutan tropis dengan program pohon asuh dan pohon adop.
Menganalisis menganalisis potensi hutan tropis Indonesia sebagai program
penanaman berbasis pemberdayaan masyarakat berupa pohon asuh dan pohon
adop dalam mencegah dan menurunkan resiko/akibat dari pemanasan global di
dunia. Program ini secara langsung atau tidak langsung akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan pengelolaan hutan tropis secara lestari baik
dalam segi ekonomi, ekologis maupun sosial.
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet, yang kemudian diolah dengan menggunakan
suatu metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder lalu dituangkan dalam
bentuk analisis dan sintesis.

vii

Peningkatan Emisi CO2 yang menyebabkan pemanasan global secara fakta
telah terjadi dengan peningkatan suhu udara menyebabkan kecepatan pencairan es
di belahan dunia meningkat. Data pencairan es di berbagai benua di dunia terdapat
pada lampiran. Data tersebut menjadi indikator bahwa pemanasan global dengan
meningkatnya Emisi CO2 di dunia, data terbesar pencairan es di Antartic penisula
mencair seluas 8000 km2 hingga tahun 2000 dan Sub-antartic sebesar 65% daerah
tersebut sampai tahun 1990. Kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer yaitu dari
285±5 ppmv menjadi 366 ppmv atau sekitar 28 persen. Hal ini membawa masalah
pada pemanasan global dan dapat mempengaruhi ekosistem, kenaikan permukaan
laut, percepatan pencairan es di kutub, perubahan sistem iklim global dan
sebagainya (Boer 2000).
Hutan memiliki tegakan pohon, Jumlah karbon yang diserap oleh sebuah
pohon yang sedang tumbuh tergantung dari spesies, iklim, dan tanah serta umur
pohon, hutan yang sedang tumbuh membentuk sekitar 10 ton karbon per hektar
per tahun (Foley 1993). Dalam melangsungkan hidupnya, pohon melakukan
proses fotosintesis di siang hari untuk memperoleh cadangan makanan.
Melalui proses tersebut, pohon menyerap CO2 di udara sehingga jumlah
CO2 di udara berkurang dan berubah menjadi penambahan O2 (oksigen).
Penyerapan CO2 dalam proses fotosintesis menyebabkan pengurangan emisi CO2
sebagai gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Daya serap vegetasi
terhadap gas CO2 antara pohon dengan semak belukar dan padang rumput berbeda
jauh pohon dapat menyerap 1.599 (kg/ha.hari) sedangkan semak belukar 150
(kg/ha.hari) dan padang rumput sebesar 32,88 (kg/ha.hari).
Meningkatnya laju pencairan es di dunia menjadi nilai penting bagi negara
di dunia, indikasi dari periode kehidupan manusia memerlukan hutan yang akan
masuk ke dalam periode manusia mendambakan hutan. Kondisi alam menjadi
tidak mendukung dalam kehidupan manusia sehingga menjaga kelestarian hutan
tropis dan meningkatkan penanaman pohon di daerah tropis.
Jasa lingkungan menjadi strategi sisi penawaran dalam menanggulangi
global warming, Perkembangan saat ini dalam mengelola alam atau hutan di

viii

dunia sudah pada tahap manusia memerlukan hutan, bukan lagi hutan
membutuhkan manusia untuk dikelola manfaat hutannya (Suhendang 2002).
Komitmen untuk mengurangi emisi gas pada Rio Earth Summit dan
Protokol Kyoto, kedua komitmen itu gagal dipenuhi. Protokol Kyoto, sebagai
perluasan kesepakatan Earth Summit 1992 di Rio de Janeiro, mencatat komitmen
negara-negara industri, untuk sampai tahun 2012 mengurangi emisi gas kaca
sedikitnya 5% di bawah emisi pada tahun 1990 (Koesoemawiria 2009). Menurut
Tim Flanner 2010 dalam Koesoemawiria 2010 Konferensi iklim di Copenhagen
adalah upaya diplomasi selama bertahun-tahun menentukan masa depan dunia.
Program pengembangan pembangunan hutan berbasis pemberdayaan
masyarakat dengan pola pohon asuh dan pohon adop. Perbedaan pohon asuh dan
pohon adop terletak pada pohon yang akan ditanam dan pohon yang telah tumbuh
menjadi kepemilikan bersama selama periode tertentu, penawaran kerjasama
bersama masyarakat sekitar hutan akan pemeliharaan dan kelestarian hutan dan
pengembangan pembangunan hutan memiliki strategi sisi penawaran (suplly side)
dalam pengembangan suatu jasa lingkungan yang diupayakan melalui investasi
modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar (Saefulhakim et
all 2009). Hal ini menjadi nilai penting untuk penawaran kepada negara maju di
dunia dalam konfrensi iklim dunia, karena keunggulan program ini melibatkan
masyarakat secara langsung sehingga mendapatkan perkembangan pohon yang
terpelihara baik secara kualitas maupun kuantitas pohonnya.
Program ini melibatkan berbagai pihak dalam mewujudkannya. Negara
maju yang mengeluarkan emisi CO2 tinggi berperan sebagai donator (jasa
lingkungan), masyarakat desa hutan dalam kelembagaan LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) sebagai inisiator/pelaksana dan pemerintah menjadi
fasilitator. Pengembangan program ini memberikan kontribusi secara ekologi,
ekonomi, dan sosial untuk semua pihak. Kontribusi dalam penyerapan karbon
dunia sebagai fungsi ekologi yang mempengaruhi iklim global dengan data
jumlah pohon yang akurat bagi pihak yang mendanai yaitu negara maju,
sedangkan fungsi sosial dan ekonomi meningkatkan penyerapan tenaga kerja bagi
masyarakat sekitar dan pendapatan masyarakat.

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis
terbesar di dunia. Hutan tropis menjadi sebuah masalah politik atas berbagai
alasan. Hutan ini dapat memuat 50-90% keanekaragaman spesies, hutan yang
menjadi hunian berjuta-juta penduduk asli, suku, dan penduduk tradisional yang
menggantungkan nafkah pada hutan serta sumber keanekaragaman kebudayaan.
Perubahan iklim global dapat ditanggulangi dengan menyimpan karbon sebesarbesarnya tetapi hutan tropis rusak jauh lebih cepat dengan hutan di wilayah iklim
sedang (Riyanto 2004)
Pemanasan global diakibatkan oleh aktifitas manusia dalam berbagai
aspek kehidupan. Banyaknya emisi CO2 yang dihasilkan oleh negara maju
maupun negara berkembang dapat mengakibatkan pemanasan global. Gas CO2
mempunyai presentase yang terbesar dalam kontribusi pemanasan global yaitu
sebesar 55% dan selebihnya 6% (NO2), 15% (CH4) dan 24% (CFCs) (Murdiyarso
et al. 1994). Konsentrasi CO2 telah diukur secara kontinyu sejak tahun 1950-an.
Pada tahun 1960, rata-rata konsentrasi CO2 di atmosfer adalah 316 ppm dan
memasuki tahun 1990, nilai tersebut mencapai sekitar 600 ppm (Koesmaryono
1999).
Negara maju maupun negara berkembang yang mengeluarkan emisi
memiliki tanggung jawab atas banyaknya emisi CO2 di atmosfer yang menjadi gas
rumah kaca penyebab pemanasan global (global warming) karena aktifitas aspek
kehidupan seperti bidang industri, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya yang
menghasilkan CO2 yang bila tidak terpakai dalam proses fotosintesis akan
menjadi gas rumah kaca. Akibatnya suhu udara meningkat berimplikasi terhadap
pencairan es di berbagai benua, data pencairan es tersebut sudah terbukti dengan
meningkatnya konsentrasi emisi CO2, sehingga hutan tropis di Indonesia menjadi
penting bagi dunia.

2

Selain menjaga kelestarian hutan tropis perlu dilakukan program
penanaman yang melibatkan negara-negara dalam kerjasama dalam penanaman
dan pemeliharaan pohon diberbagai wilayah di dunia. Karena perannya yang
universal, untuk menjaga dan melestarikan hutan tropis tidak hanya menjadi
tanggung jawab negara yang mempunyai hutan, tetapi menjadi tanggungjawab
universal.
Salah satu Program yang dapat di lakukan dalam rangka menjaga dan
memperbaiki kualitas paru-paru dunia (hutan tropis) adalah melakukan
penanaman pohon dengan konsep pohon adop dan pohon asuh, dengan
melibatkan masyarakat sekitar hutan. Dengan demikian, akan terwujud kolaborasi
dalam menjaga dan memperbaiki kualitas hutan tropis.
Pohon asuh adalah konsep menanam pohon, dimana orang tua asuh
memberikan donasi dengan jumlah uang tertentu untuk biaya menanam dan
memelihara pohon tersebut sampai jangka waktu tertentu. Sedangkan pohon adop
adalah seorang donatur pohon asuh menyumbangkan sejumlah dana untuk
memelihara pohon yang sudah ada, dimana pohon tersebut akan dijaga dan tidak
akan ditebang dalam jangka waktu tertentu. Pihak yang akan menjaga pohon milik
donatur adalah masyarakat sekitar hutan, sehingga bisa mendapatkan manfaat
ekonomi dari pohon/hutan, tanpa harus merusaknya.
Dengan program pohon asuh dan pohon adop tersebut, di harapkan dapat
tertanam pohon baru dan pohon yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik.
Donatur untuk kedua program tersebut, bisa melibatkan masyarakat dari negara
maju yang merupakan penyumbang emisi terbesar dan cenderung memiliki
tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Dengan demikian terjadi kerjasama yang
saling menguntungkan antara negara maju dan negara berkembang.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Karya tulis ini memiliki tujuan untuk membuat konsep pelestarian dan
perbaikan kualitas hutan tropis dengan program pohon asuh dan pohon adop.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Hutan Tropis Sebagai Cadangan Karbon
Hutan tropis menjadi sebuah masalah politik atas berbagai alasan. Hutan ini
dapat memuat 50-90% keanekaragaman spesies, hutan yang menjadi hunian
berjuta-juta penduduk asli, suku, dan penduduk tradisional yang menggantungkan
nafkah pada hutan serta sumber keanekaragaman kebudayaan. Perubahan iklim
global dapat ditanggulangi dengan menyimpan karbon sebesar-besarnya tetapi
hutan tropis rusak jauh lebih cepat dengan hutan di wilayah iklim sedang (Riyanto
2004). Gerald Foley (1993) menyatakan bahwa tidak satu pun dari proses
pembalakan kayu yang menyarankan bahwa hilangnya hutan-hutan tropik bukan
merupakan tragedi dunia, baik dalam hal hilangnya kekayaan biologi maupun
salah satu penyerap depresi primer bagi karbon.
Indonesia memiliki potensi untuk mengurangi laju tersebut karena memiliki
hutan tropis terbesar di dunia. Sumberdaya alam ini menjadi potensial untuk
meningkatkan daya saing bangsa. Berikut ini (tabel 1) Persentasi Cadangan
Karbon di Hutan Tropika yang tersebar di dunia.
Tabel.1 Persentasi Cadangan Karbon di Hutan Tropika Di Dunia
No

Tropical area

Percent area

Zink Carbon (Gigatriliun)

1

Indonesia

53.1

44.5

2

South East Asia

16.2

13.8

3

Other area

30.7

25.7

Total Tropical area

100

83.8

Sumber : Maria Stracked (2004)
2.2 Global Warming (Pemanasan Global)
Pemanasan global diakibatkan efek rumah kaca. Menurut Dahlan (1992),
penyebab langsung pemanasan global yaitu meningkatnya jumlah dan ragam
kegiatan penghasil kalor seperti mobil, motor, kapal laut, pesawat udara, industri,

4

air conditioner (AC), heater (pemanas ruangan), dan populasi manusia yang terus
bertambah. Penyebab tidak langsung yang mengakibatkan pemanasan global yaitu
meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO2 (40%), CFC
(25%), CH4 (20%), O3 (10%), dan N2O (5%).
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya
flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya.
Dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat yaitu gangguan terhadap fungsi
kawasan pesisir dan kota pantai; gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana
seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara; gangguan terhadap permukiman
penduduk; pengurangan produktivitas lahan pertanian; peningkatan resiko kanker
dan wabah penyakit, dan sebagainya.

2.3 Gas Rumah Kaca
Efek rumah kaca (green house effect) merupakan suatu fenomena yang
timbul akibat aktifitas berbagai gas yang terdapat dalam atmosfer. Gas-gas yang
ada di atmosfer berfungsi sebagai media untuk meneruskan radiasi dan irradiasi
sinar matahari ke luar atmosfer. Gas rumah kaca terdiri dari CO2, CH4, CFCs, dan
N2O. Peningkatan jumlah gas-gas rumah kaca diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Pengaruh tekanan terhadap radiasi atmosfer dari gas-gas rumah kaca dapat dilihat
pada Gambar 1 (Murdiyarso et al. 1994).

Gambar 1 Pengaruh gas rumah kaca terhadap total radiasi atmosfer.

5

Tanpa adanya gas rumah kaca di atmosfer, maka suhu udara di bumi pada
malam hari dapat jatuh hingga -1840C. Oleh karena itu, gas rumah kaca sangat
penting bagi kelangsungan hidup. Konsentrasi dari gas rumah kaca, terutama CO2
meningkat sangat tajam pada era industri. Selama periode 1985-1998 terjadi
kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer yaitu dari 285±5 ppmv menjadi 366 ppmv
atau sekitar 28%. Hal ini membawa masalah pada pemanasan global dan dapat
mempengaruhi ekosistem, kenaikan permukaan laut, perubahan sistem iklim
global dan sebagainya (Boer 2000).
Perubahan iklim yang meliputi kenaikan suhu udara dan curah hujan akan
terjadi akibat menguatnya efek rumah kaca karena makin bertambahnya CO2 di
atmosfer. Dengan kecenderungan penggunaan energi tersebut maka diduga pada
tahun 2005 kadar CO2 udara akan mencapai 315 ppm atau dua kali lipat dari tahun
1992 (Rozari et al. 1992).
Perubahan penggunaan lahan adalah salah satu penyebab perubahan iklim
global yang sangat penting. Pengurangan jumlah tanaman berpengaruh terhadap
bumi dalam penyerapan dan pemantulan radiasi matahari dan kemampuan
ekosistem lingkungan dalam mereaksikan karbon di atmosfer. Perubahan iklim
secara global pada akhirnya berpengaruh terhadap ekosistem di permukaan bumi.
Pengaruh tersebut yaitu perubahan suhu dan ketersediaan air, peningkatan jumlah
karbon yang disebabkan oleh kenaikan konsentrasi CO2, produksi karbon dalam
tanah atau respirasi (Murdiyarso et al. 1994).

2.4 Karbondioksida (CO2)
Tekanan radiasi yang besar disebabkan oleh aktivitas manusia dan alam.
Peningkatan CO2 dimulai sejak era industrialisasi, dimana CO2 meningkat dari
280 ppmv sampai 356 ppmv. Peningkatan CO2 merupakan salah satu sebab
penambahan gas rumah kaca dengan kekuatan radiasi yang disumbangkan sebesar
1.56 Wm-2. Pada dekade 1980-1989 peningkatan CO2 di atmosfer sekitar 1.5
ppmv atau 3.2 milyar ton karbon per tahun sebagai hasil dari aktivitas manusia
atau sebanding dengan 50% dari seluruh emisi yang disumbangkan manusia
dalam periode yang sama (Yulianti 2004).

6

2.5 Upaya-upaya yang telah Dilakukan dalam Mengatasi Gas Rumah Kaca
Upaya-upaya yang telah diprogramkan baik oleh pemerintah, perusahaan,
dan masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, dalam mengatasi gas rumah kaca
penyebab pemanasan global antara lain:
1. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
2. Perdagangan karbon, seperti pada Protokol Kyoto dan Melalui Protokol
Kyoto,

negara-negara

maju

dimungkinkan

untuk

memenuhi

target

pengurangan emisi gas rumah kaca melalui tiga mekanisme fleksibel yang
ditetapkan yaitu:


Clean Development Mechanism (CDM) yaitu mekanisme penurunan emisi
gas rumah kaca dapat dilakukan melalui kerja sama negara maju dengan
negara berkembang



Emission Trading (ET) yaitu mekanisme penurunan emisi gas umah kaca
yang dilakukan melalui kerjasama diantara sesama negara maju dengan
menjual penurunan emisinya, hal ini berlaku untuk negara-negara dalam
transisi ekonomi
Beberapa strategi untuk pencegahan pemanasan global yang dapat

dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2 Strategi pengurangan efek dari emisi CO2 di atmosfer atau strategi untuk
membantu pencegahan perubahan iklim
Strategi
Peningkatan untuk
Reduksi emisi CO2
Peningkatan pilihan
pemulihan
Melindungi lahan subur Sumber energi terbarui
Memantau lingkungan
dan panas
Manajemen peningkatan Penghutanan kembali
Memperbaiki data
kualitas air
peningkatan iklim dan
aplikasinya
Menerapkan
Konservasi energi
Informasi dan
agroteknologi
pendidikan umum
Kebijakan penggunaan
Belum ada
Alih teknologi
lahan pesisir
Sumber: Kellog dan Robert (1982)

7

2.6 Pohon Asuh dan Pohon Adop Berbasis pemberdayaan Masyarakat
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat adalah sistem pengelolaan
sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi dengan masyarakat
desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai
keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan
peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) yang bersifat fleksibel,
partisipatif dan akomodatif (Cifor 2007).
Pohon asuh adalah konsep menanam pohon, dimana orang tua asuh
memberikan donasi dengan jumlah uang tertentu untuk biaya menanam dan
memelihara pohon tersebut sampai jangka waktu tertentu. Sedangkan pohon adop
adalah seorang donatur pohon asuh menyumbangkan sejumlah dana untuk
memelihara pohon yang sudah ada, dimana pohon tersebut akan dijaga dan tidak
akan ditebang dalam jangka waktu tertentu. Pihak yang akan menjaga pohon milik
donatur adalah masyarakat sekitar hutan, sehingga bisa mendapatkan manfaat
ekonomi dari pohon/hutan, tanpa harus merusaknya.
PHBM dilaksanakan dengan prinsip diantaranya perencanaan partisipatif
dan fleksibel sesuai dengan karakteristik wilayah; Keterbukaan, kebersamaan,
saling memahami dan pembelajaran bersama; Bersinergi dan terintegrasi dengan
program–program pemerintah daerah; Pendekatan dan kerjasama kelembagaan
dengan hak dan kewajiban yang jelas; Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa
hutan; Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara berkesinambungan;
2.7 Kecepatan Pencairan Es Di Berbagai Benua
Point View Global Warming adalah meningkatnya kecepatan pencairan es
di berbagai benua di dunia, pencairan es ini menjadi implikasi dari pemanasan
global. Indikasi dari pencairan es merupakan adanya peningkatan suhu udara,
sehingga pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim. Data
kecepatan pencairan es di berbagai benua di dunia terdapat di lampiran, berikut ini

8

(tabel 4) akibat pemanasan global terhadap percepatan pencairan es pada benua
Amerika .
Tabel 3 Data Kecepatan Pencairan Es Di Benua Amerika
No
Nama
Lokasi
Kecepatan pencairan
Telah menciut 6 %sejak 1978, dan 40%
1 Artic sea ice
Artic ocean
dalam waktu kurang dari 30 tahun
Greenland ice
2
Greenland
Menipis lebih dari per tahun sejak 1993
sheet
Telah berkurang 13 kilometer sejak
Alaska,
1982. Pada 1999 percepatan meningkat
3 Columbia glacier
united states dari 25 meter/hari menjadi 35
meter/hari
Berkurang 3 km antara 1990-1996,
dibandingkan dengan hanya 0.5 Km
4 Portage Glacier
Alaska
pada abad 19. Percepatan pencairan
meningkat 10 kali lipat.
5 Wolverine Gl
Alaska
Berkurang 7 meter antara 1989-1995
6 Gulkana Glc
Alaska
Berkurang 5 meter antara 1989-1995
Area depan hilang 130 km2 sejak 1990.
Berkurang hingga 180 meter selama 50
7 Bering Glacier
Alaska
tahun terakhir dan menipis 20-25% di
seluruh area
Shuthem
Es sebelah barat berkurang 20% antara
8 Anatartic Sea Ice
Ocean
1973-1993, dan terus berkurang.
Bagian dasar mencair 1,2 km. per tahun
Pine Islane
West
antara 1992-1996. Es menipis dengan
9
Glacier
Antartica
kecepatan 3,5 m per tahun.
Marr Ice
Antartic
Es mencair 6 m per tahun sejak 196010
Piedmont Glacer Peninsula
an.
Secara keseluruhan, sudah mencair
Antartic Ice
Antartic
11
seluas 8000 km2 hingga tahun 2000 (
Shelver
Peninsula
sama dengan luas bagian Delaware).
Antartic
Mencair 1,3 km2 antara 1966-1989.
13 Wordie Ice Shelf
Peninsula
Mencair seluruhnya pada 1991.
Es cair dan retak 200 km2 awal 1998,
Larsen B Ice
Antartic
1714 km2 pada tahun 1998-1999, dan
14
Shelf
Peninsula
300 km2 selama 1999-2000.
Mencair 1100 km2 pada awal Maret
Antartic
1999. Batas es mundur 35 km dari jarak
15 Wilkins Ice Shelf
Peninsula
sebelumnya.
Berkurang sebanyak 65% antara 1947
16 Heard Island
Sub-antartic dan 1990.
Sumber: Joshua (2005)

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Emisi CO2 di Dunia terhadap
Peningkatan Pencairan Es di Berbagai Benua
Peningkatan Emisi CO2 yang menyebabkan pemanasan global secara fakta
telah terjadi dengan peningkatan suhu udara menyebabkan kecepatan pencairan es
di belahan dunia meningkat. Data pencairan es di berbagai benua di dunia terdapat
pada lampiran. Data tersebut menjadi indikator bahwa pemanasan global dengan
meningkatnya Emisi CO2 di dunia, data terbesar pencairan es di Antartic penisula
mencair seluas 8000 km2 hingga tahun 2000 dan Sub-antartic sebesar 65% daerah
tersebut sampai tahun 1990. Kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer yaitu dari
285±5 ppmv menjadi 366 ppmv atau sekitar 28%. Hal ini membawa masalah pada
pemanasan global dan dapat mempengaruhi ekosistem, kenaikan permukaan laut,
percepatan pencairan es di kutub, perubahan sistem iklim global dan sebagainya
(Boer 2000). Meningkatnya karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas
manusia berupa penggunaan bahan bakar pada kendaraan, industri dan
sebagainya. Karbondioksida yang dihasilkan pembakaran sesuai tipe bahan bakar
menurut Departement of Environment, Food and Rural Affairs dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4 Emisi CO2 yang dihasilkan oleh beberapa jenis bahan bakar
No
Jenis Bahan Bakar
Emisi CO2
Satuan
1 Bensin
2,33
kg/Liter
2 Solar
2,64
kg/Liter
3 Batu Bara
2,96
kg/Liter
4 Gas (LPG)
2,06
kg/m3
Sumber : DEFRA (2001)
Sebagian besar kendaraan bermotor yang digunakan di seluruh dunia
berbahan bakar bensin, lalu berikutnya berbahan bahan bakar solar. Bensin
menghasilkan emisi CO2 yaitu 2,33 kg per liternya, sedangkan solar menghasilkan
emisi CO2 yang lebih besar yaitu 2,64 kg per liter.

11

4.2 Analisis Pengaruh Hutan Tropis dalam Menurunkan Emisi CO2
Perubahan iklim global dapat ditanggulangi dengan menyimpan karbon
sebesar-besarnya tetapi hutan tropis rusak jauh lebih cepat dengan hutan di
wilayah iklim sedang (Riyanto 2004). Indonesia memiliki potensi untuk
mengurangi laju tersebut karena memiliki hutan tropis terbesar di dunia dan
kelestarian hutan tropis harus terjaga. Sumberdaya alam ini menjadi potensial
untuk meningkatkan daya saing bangsa. Maria (2004) menyatakan presentasi
cadangan karbon yang tersebar di hutan tropis sebesar 53,1% ada di Indonesia.
Hutan memiliki tegakan pohon, jumlah karbon yang diserap oleh sebuah pohon
yang sedang tumbuh tergantung dari spesies, iklim, dan tanah serta umur pohon,
hutan yang sedang tumbuh membentuk sekitar 10 ton karbon per hektar per tahun
(Foley 1993). Dalam melangsungkan hidupnya, pohon melakukan proses
fotosintesis di siang hari untuk memperoleh cadangan makanan.
Melalui proses tersebut, pohon menyerap CO2 di udara sehingga jumlah
CO2 di udara berkurang dan berubah menjadi penambahan O2 (oksigen).
Penyerapan CO2 dalam proses fotosintesis menyebabkan pengurangan emisi CO2
sebagai gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Daya serap vegetasi
terhadap gas CO2 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Daya serap vegetasi terhadap gas CO2
No
Tipe Penutupan
Daya serap
(kg/ha.hari)
1 Pohon
1.559,10
2 Semak belukar
150,68
3 Padang Rumput
32,88
4 Sawah
32,88
Sumber: Permana (2006)

Daya serap
(kg/ha.jam)
129,92
12,56
2,74
2,74

4.3 Program Penanaman Pohon Adop Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Meningkatnya laju pencairan es di dunia menjadi ancaman bagi negara di
dunia, indikasi dari kondisi alam menjadi tidak mendukung dalam kehidupan
manusia sehingga menjaga kelestarian hutan tropis dan meningkatkan penanaman
pohon di daerah tropis. Kondisi tersebut disebabkan dari laju penurunan luas
hutan di dunia meningkat pesat, khususnya hutan tropis di Indonesia. Laju

12

kerusakan

akan

semakin

meningkat

akibat

aktivitas

penebangan

liar,

penyelundupan kayu, konversi hutan tanpa izin dan kebakaran hutan.
Dalam menjaga kelestarian hutan tropis perlu meningkatkan partisipasi
masyarakat di sekitar hutan dalam mengelola hutan. Program penanaman pohon
adop berbasis pemberdayaan masyarakat salah satu bentuk partisipasi masyarakat
dalam mengelola hutan. Konsep pohon adop terletak pada tegakan pohon yang
sudah tumbuh baik pada tingkat pancang, tiang maupun pohon.
Program penanaman pohon adop dapat dilakukan pada lahan milik
maupun lahan negara. Pada prinsipnya bahwa program pembangunan hutan dalam
bentuk pohon adop yang menjadi pemilikan bersama dalam periode tertentu yang
berdasarkan asas manfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi. Masyarakat sekitar
hutan mendapatkan kompensasi berupa finansial selama periode tertentu dalam
pemeliharaan dan pengawasan pohon tersebut.
4.4 Program Penanaman Pohon Asuh Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Program reboisasi, penghijauan, dan gerakan rehabilitasi lahan dan hutan
(GRLK). Upaya ini telah dilakukantapi masih belum memuaskan. Kegiatan ini
disambut baik akan tetapi kegiatan program tersebut berdifat top down dan
pendanaan terlambat (Wirakartakusumah 2005).

Pengembangan

program

penanaman pohon asuh merupakan salah satu bentuk tindak lanjut dari Program
tersebut yang secara langsung melibatkan masyarakat sekitar hutan dalam
memelihara dan mengelola pengembangan penanaman pohon asuh.
Konsep pohon asuh terletak pada pohon yang akan ditanam melibatkan
masyarakat sekitar hutan dalam memelihara pohon tersebut sebagai pohon
kepemilikan bersama sampai masa periode tertentu berdasarkan asas manfaat
secara ekologi, sosial dan ekonomi. Dengan demikian perkembangan pohon yang
terpelihara baik secara kualitas maupun kuantitas pohonnya, disamping
masyarakat sekitar hutan mendapatkan kompensasi finasial secara langsung ketika
tanaman telah di tanam selama masa periode tertentu. Prioritas pengembangan
penanaman pohon asuh pada lahan kritis karena jumlah lahan kritis di Indonesia
yang cukup besar. Hampir seluruh propinsi di Indonesia memiliki luasan lahan

13

kritis yang besar, data luasan seluruh provinsi terdapat di lampiran. Luas lahan
yang tegolong agak kritis di Indonesia yaitu 47.610.080,86 ha, luas lahan yang
tergolong kritis yaitu 23.306.233,01 ha, dan luas lahan yang tergolong sangat
kritis yaitu 6.890.566,91 ha, sehingga luasan total lahan kritis seluruh Indonesia
ialah 77.806.880,78 ha.
Dalam pengembangannya dilakukan pemilihan jenis pohon yang berfungsi
sebagai perbaikan hidroorologi antara lain: Trembesi (Samanea saman) yang
direkomendasikan oleh Presiden Indonesia sebanyak satu juta bibit di seluruh
Indonesia, puspa (Schima noranhae), sono kembang (Pterocarpus indicus), Balsa
(Ochroma bicolor), Beringin (Ficus benyamina), Mindi (Melia azedarach) serta
Kesambi (Schleichera oleosa). Sedangkan yang berfungsi sebagai kayu bakar
antara

lain:

Lamtorogung

(Leucaena

leucocephala),

Akasia

(Acacia

auriculiformis), Kaliandra (Caliandra calothyrus), Gamal (Gliricidea maculate),
Jabon (Anthocephalus cadamba), Johar (Cassia siamea) serta yang berfungsi
sebagai penghasil buah-buahan antara lain: Duwet (Eugenia cuminia), Durian
(Durio

Zibenthinus),

Nangka

(Arthocarpus

integra),

Kemiri

(Aleurites

moluccana), Jambu air (Eugenia aquatic), bamboo (Giganthochloa sp), Kapuk
rindu (Ceiba pentandra), Melinjo (Gnetum gnemon).
Penanaman di lahan kritis akan mengatasi berbagai masalah sekaligus
yaitu masalah penyerapan emisi CO2 dan masalah perbaikan lahan kritis sehingga
mengurangi jumlah lahan kritis yang ada.

4.5 Program Pohon Asuh dan Pohon Adop sebagai Solusi Dari Konferensi
Iklim Dunia dalam Permasalahan Global Warming
Saat ini telah terjadi pergeseran bentuk interaksi manusia dengan hutan
yang bersifat melingkar. Pergesaran interaksi tersebut saat ini telah pada periode
kehidupan manusia memerlukan hutan yang akan memasuki periode kehidupan
manusia mendambakan hutan (Suhendang 2002). Meningkatnya laju pencairan es
dan peningkatan suhu global 2o C di dunia menjadi nilai penting bagi negara di
dunia. Peristiwa tersebut menjadi indikasi dari periode kehidupan manusia
memerlukan hutan yang akan masuk ke dalam periode manusia mendambakan

14

hutan. Sehingga jasa lingkungan menjadi strategi sisi penawaran dalam
menanggulangi global warming.
Komitmen untuk mengurangi emisi gas pada Rio Earth Summit dan
Protokol Kyoto, kedua komitmen itu gagal dipenuhi. Protokol Kyoto, sebagai
perluasan kesepakatan Earth Summit 1992 di Rio de Janeiro, mencatat komitmen
negara-negara industri, untuk sampai tahun 2012 mengurangi emisi gas kaca
sedikitnya 5% di bawah emisi pada tahun 1990 (Koesoemawiria 2009). Menurut
Tim Flanner 2010 dalam Koesoemawiria 2010 Konferensi iklim di Copenhagen
adalah upaya diplomasi selama bertahun-tahun menentukan masa depan dunia.
Program pengembangan pembangunan hutan berbasis pemberdayaan
masyarakat dengan pola pohon asuh dan pohon adop. Perbedaan pohon asuh dan
pohon adop terletak pada pohon yang akan ditanam dan pohon yang telah tumbuh
menjadi kepemilikan bersama selama periode tertentu, penawaran kerjasama
bersama masyarakat sekitar hutan akan pemeliharaan dan kelestarian hutan dan
pengembangan pembangunan hutan memiliki strategi sisi penawaran (suplly side)
dalam pengembangan suatu jasa lingkungan yang diupayakan melalui investasi
modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar (Saefulhakim et
all 2009). Hal ini menjadi nilai penting untuk penawaran kepada negara maju di
dunia dalam konfrensi iklim dunia, karena keunggulan program ini melibatkan
masyarakat secara langsung sehingga mendapatkan perkembangan pohon yang
terpelihara baik secara kualitas maupun kuantitas pohonnya.
Program ini melibatkan berbagai pihak dalam mewujudkannya. Negara
maju yang mengeluarkan emisi CO2 tinggi berperan sebagai donator (jasa
lingkungan), masyarakat desa hutan dalam kelembagaan LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) sebagai inisiator/pelaksana dan pemerintah menjadi
fasilitator. Pengembangan program ini memberikan kontribusi secara ekologi,
ekonomi, dan sosial untuk semua pihak. Kontribusi dalam penyerapan karbon
dunia sebagai fungsi ekologi yang mempengaruhi iklim global dengan data
jumlah pohon yang akurat bagi pihak yang mendanai yaitu negara maju,
sedangkan fungsi sosial meningkatkan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat
sekitar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan sintesis yang dipaparkan dalam karya tulis ini, maka
dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Peningkatan kecepatan pencairan es di berbagai benua di dunia menjadi
indikasi bahwa kosentrasi emisi CO2 semakin meningkat. Pemanasan global
akan terus meningkat jika salah satu penyokong hutan tropis di dunia yang
berfungsi sebagai pengendalian iklim dunia melalui penyerapan dan
penyimpanan karbon.
2. Indonesia memiliki strategi sisi penawaran (suplly side) dengan sumber daya
alam berupa hutan tropis, strategi ini dalam pengembangan suatu jasa
lingkungan.
3. Jasa lingkungan menjadi strategi sisi penawaran dalam menanggulangi global
warming,

program

pengembangan

pembangunan

hutan

berbasis

pemberdayaan masyarakat dengan pola pohon asuh dan pohon adop menjadi
konsep pelestarian dan perbaikan kualitas hutan tropis yang berkontribusi
dalam penyerapan karbon dunia sebagai fungsi ekologi yang mempengaruhi
iklim global dengan data jumlah sebaran pohon yang akurat bagi negara maju,
sedangkan fungsi sosial dan ekonomi meningkatkan penyerapan tenaga kerja
bagi masyarakat sekitar dan pendapatan masyarakat.
5.2 Saran
Seiring dengan tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap
permasalahan pemanasan global, maka nilai jual Indonesia akan semakin
meningkat jika hutan tropis terjaga kelestariannya. Untuk mensukseskan program
ini, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak seperti, Departemen Kehutanan,
Departemen Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan Daerah, dan pemerintah.
Adanya peraturan hukum yang mengikat juga diperlukan agar pelaksanaan
program ini dapat berjalan dengan baik.

16

DAFTAR PUSTAKA

[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2007. Pengelolaan hutan
bersama masyarakat. http://www. Cifor.cgiar.org/lpf/docs/lpf_flayer. Pdf
Boer R. 2000. Indonesian Greenhouse Gas Inventory in LULUCF Sector. Round
Table Discussion GHG Inventory in LULUCF Sector, 25 May 2000. Biotrop.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Perkotaan. Jakarta: APHI.
[DEFRA] Department of Environment, Food and Rurals Affairs. 2001.
Convertion. http://www.natenergy.org.uk/convert.htm [25 Maret 2009].
Foley, G. 1993. Pemanasan Global (Siapakah yang Merasa Panas?). Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Joshua, R.W. 2005. Agenda New World Order. Jakarta: Aethera.
Kellog WW and Robert SR. 1982. Climate Change and Society. Colorado, USA:
Westview Press.
Koesmaryono Y. 1999. Tanggap fotosintesis terhadap lingkungan. Pedoman
Penelitian Dosen-dosen Perguruan Tinggi Negeri Bagian Barat dalam Bidang
Agroklimatologi. Bogor: Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian
Bogor.
Koesoemawiria.
Kopenhagen.
Maret 2010]

2009. Menjajaki kesepakatan baru Konferensi Iklim
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,4972084,00.html [10

Mudiyarso D, Hairian K, Noordwijk MV. 1994. Modelling and measuring soil
organic maker dynamics and greenhouse gas emissions after forest
conversions. ASB-Indonesia Report number 1. Bogor.
Permana H. 2006. Penentuan luasan optimal jalur hijau sebagai penyerap gas CO2
(Studi kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi-TMII) [Skripsi]. Bogor:
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Riyanto, B. 2004. Hukum Kehutanan Dan Sumber Daya Alam. Bogor: LPH KL
Saefulhakim, S., Rustiadi, E, dan Panuju, D. R. 2009. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia .
Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan
Stracked, M. 2004. Peatlands and climate change internasional peat society 223pp
and wetland internasional indonesia proggramme. Indonesia: WIIP
Yuliani F. 2004. Emisi CO2 dari bidang industri dan transportasi di Kabupaten
Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT HIDUP KETUA PELAKSANA
Nama lengkap
Tempat, tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama
Alamat

:
:
:
:
:

Telp/HP
Fakultas/Departemen
Mayor/Minor
NIM

:
:
:
:

I Putu Arimbawa P
Pempatan, 21 Mei 1988
Laki - Laki
Hindu
Jalan Ceres No 4 RT/RW 4 Blok O Komplek IPB
II Sindang Barang
081805343728
Kehutanan / Manajemen Hutan
Manajemen Hutan / Supporting Course
E14070015

Riwayat Pendidikan
1995 – 2001
2001 – 2004
2004 – 2007
2007 – sekarang

SD Negeri 8 Pempatan
SLTP Negeri 2 Rendang
SMA Negeri 1 Semarapura
Mayor Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan
2000 – 2001
2002 – 2003
2003 – 2004
2005 – 2006
2010 – sekarang

Peringkat I Kelas di SLTP Negeri 2 Rendang
Ketua OSIS SLTP Negeri 2 Rendang
Lomba – Lomba di Tingkat SLTP
Peserta Olimpiade Biologi di SMA
Anggota Pengurus Divisi Informasi dan Komunikasi
Forest Management Student Club
(Himpunan Profesi Manajemen Hutan)

Prestasi dalam Bidang Karya Ilmiah
-----

18

RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA I
Nama lengkap
Tempat, tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Telp/HP
Fakultas / Departemen
Mayor / Minor
NIM

: Syampadzi Nurroh
: Bandung, 17 November 1986
: Laki-laki
: Islam
: Jalan Soewandana No. 43 Dramaga Pasar
Kecamatan Dramaga, Bogor 16680
: 085723512796
: Kehutanan / Manajemen Hutan
: Manajemen Hutan / Agronomi dan Holtikultura
: E14050515

Riwayat Pendidikan
1992 – 1993
1993 – 1999
1999 – 2002
2002 – 2005
2005 – sekarang

TK Dharma Kartini Cimahi Bandung
SD Negeri 3 Cimindi Bandung
SLTPK BPK Penabur Cimahi Bandung
SMA Negeri 1 Cibeber Cianjur
Mayor Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan
2002 – 2003
2003 – 2004
2005 – 2006
2007 – sekarang
2007 – 2008

2009 - 2010

Anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1
Cibeber Cianjur
Ketua Umum Botanical Garden SMA Negeri 1 Cibeber
Staf Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) TPB - IPB
Pengurus International Forestry Student Association
(IFSA) LC IPB
Ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia
Forest Management Student Club
(Himpunan Profesi Manajemen Hutan)
Staf Infokom Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Kehutanan

Prestasi dalam Bidang Karya Ilmiah





Finalis Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial di
tingkat IPB (2008).
Finalis Musabaqah Karya Tulis Al-Quran di Tingkat IPB (2009)
Penerima Penghargaan PKMAI (Artikel Ilmiah) DIKTI 2009
Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XII Universitas
Brawijaya 2009

19

RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA II
Nama lengkap
Tempat, tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama
Alamat

:
:
:
:
:

Telp/HP
Fakultas/Departemen
Mayor/Minor
NIM

:
:
:
:

R. Rodlyan Ghufrona
Bogor, 13 Mei 1987
Perempuan
Islam
Jalan Raya Cifor M500 Bubulak Rt 02 Rw 07,
Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat,
Bogor 16115
(0251) 8410290 / 08561916796
Kehutanan / Silvikultur
Silvikultur / Supporting Course
E44052421

Riwayat Pendidikan
1991 – 1992
1992 – 1993
1993 – 1999
1999 – 2002
2002 – 2005
2005 – sekarang

TK Alita Bogor
Okazaki Yochien Kyoto Japan
SD Negeri Panaragan Kidul 2 Bogor
SLTP Negeri 4 Bogor
SMA Negeri 1 Bogor
Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan
1999 – 2001
2000 – 2001
2000 – 2001
2002 – 2003
2002 – 2003
2003 – 2004
2006 – 2008
2007 – 2008
2008 – 2009

Bendahara Umum Bina Ksatria Cita (BKC) Dojo Bushido
Pengurus OSIS Seksi Bidang IV SLTP Negeri 4 Bogor
Pengurus Karya Ilmiah Remaja (KIR) SLTPN 4 Bogor
Anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Bogor
Tim Perencana Dana Usaha DKM SMA Negeri 1 Bogor
Tim Pelaksana Dana Usaha DKM SMA Negeri 1 Bogor
Anggota Sopran Paduan Suara Fakultas Kehutanan IPB
Ketua Divisi Paduan Suara Komunitas Seni Budaya
Masyarakat Roempoet (KSBMR) Fakultas Kehutanan IPB
Pelatih Divisi Degung Komunitas Seni Budaya
Masyarakat Roempoet (KSBMR) Fakultas Kehutanan IPB

Prestasi dalam Bidang Karya Ilmiah



Sepuluh Besar Finalis Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat IPB (2008)
Penerima Pendanaan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Bidang
Penelitian (PKMP) Tahun 2009 oleh DIKTI dengan judul “Pemanfaatan
Limbah Kol sebagai Bahan Aktif Pembuatan Kompos dalam Upaya
Penanggulangan Sampah Organik”

21

LAMPIRAN

22

Lampiran 1 Sifat gas rumah kaca

Jenis gas

Jumlah
saat ini
353 ppm
1,7 ppm
0,3 ppm
100 ppm
0,3 ppm
0,5 ppm
-

xCO2

CO2
1
CH4
60
N2 O
270
2000
O3
CFC-11**
4500/17500
CFC-12***
HCFC-22*
4100
Sumber: Dahlan (2009)

Peningkatan
(%)
0,5
0,9
0,2
1
4
4
-

Persistensi
(tahun)
50-200
10
150
0,1
65
130
15

Lampiran 2 Data kecepatan pencairan es di benua Amerika
No

Nama

Lokasi

1

Artic sea ice

Artic ocean

2

Greenland ice
sheet

Greenland

3

Columbia glacier

Alaska,
united states

4

Portage Glacier

Alaska

5
6

Wolverine Gl
Gulkana Glc

Alaska
Alaska

7

Bering Glacier

Alaska

8

Anatartic Sea Ice

Shuthem
Ocean

9

Pine Islane
Glacier

West
Antartica

10

Marr Ice
Piedmont Glacer

Antartic
Peninsula

11

Antartic Ice
Shelver

Antartic
Peninsula

12

Larsen A and
Prince Gustav

Antartic
Peninsula

Kecepatan pencairan
Telah menciut 6 %sejak 1978, dan 40%
dalam waktu kurang dari 30 tahun
Menipis lebih dari per tahun sejak 1993
Telah berkurang 13 kilometer sejak
1982. Pada 1999 percepatan meningkat
dari 25 meter/hari menjadi 35
meter/hari
Berkurang 3 km antara 1990-1996,
dibandingkan dengan hanya 0.5 Km
pada abad 19. Percepatan pencairan
meningkat 10 kali lipat.
Berkurang 7 meter anatara 1989-1995
Berkurang 5 meter antara 1989-1995
Area depan hilang 130 km2 sejak 1990.
Berkurang hingga 180 meter selama 50
tahun terakhir dan menipis 20-25% di
seluruh area
Es sebelah barat berkurang 20% antara
1973-1993, dan terus berkurang.
Bagian dasar mencair 1,2 km. per tahun
anrata 1992-1996. Es menipis dengan
kecepatan 3,5m per tahun.
Es mencair 6 m per tahun sejak 1960an.
Secara keseluruhan, sudah mencair
seluas 8000 km2 hingga tahun 2000 (
sama dengan luas bagian Delaware).
Sudah mencair seluruhnya tahun 1995.

23

Ice Shalver
13

Wordie Ice Shelf

Antartic
Peninsula

14

Larsen B Ice
Shelf

Antartic
Peninsula

15

Wilkins Ice Shelf

Antartic
Peninsula

16

Heard Island

Sub-antartic

17

Upsala Glacier

Argentina

Mencair 1,3 km2 antara 1966-1989.
Mencair seluruhnya pada 1991.
Es cair dan retak 200 km2 awal 1998,
1714 km2 pada tahun 1998-1999, dan
300 km2 selama 1999-2000.
Mencair 1100 km2 pada awal Maret
1999. Batas es mundur 35 km dari jarak
sebelumnya.
Berkurang sebanyak 65% antara 1947
dan 1990.
Mundur 60 meter per tahun selama 60
tahun terakhir, dengan percepatan yang
meningkat

Sumber: Joshua (2005)
Lampiran 3 Data Kecepatan Pencairan Es Di Benua Oceania
No

Nama

Lokasi

1

New Zealand
Glaciers

New
Zealand

2

Tasman Glacier

New
Zealand

Kecepatan pencairan
Survey 1996 menemukan batas es
mundur 38% dan es mencair 25% sejak
pertengahan sejak pertengahan abad 19.
Mencair 3 km sejak 1971, batas depan
mundur 1,5 km sejak tahun 1982.
Menipis rata 200 m 1971-1982.
Gunung-gunung es mulai runtuh sejak
tahun 1991.

Sumber: Joshua (2005)
Lampiran 4 Data Kecepatan Pencairan Es Di Asia
No

Nama

Lokasi

19

Meren, Carstenz,
Iran Jaya,
and Nortwall Firn
Indonesia
Glacier

20

Eastern
Himalayan
Glacier

Asia

21

Dokriani Bamak
Glacier

Himalayas,
India

Kecepatan pencairan
Mencair 45 km per tahun pada 1995,
meningkat dari 30 m per tahun pada
1936. Area salju berkurang 84% antara
1936-1995. Meren Glacier hamper
mencair seluruhnya.
Sikitar seperlima dari 10000 area
glacier telah mencair sepanjang abad
20 lalu.
Mundur
20
m
padaa
1998,
dibandingkan 16,5 m pada 5 tahun
sebelumnya.

24

22

Gangotri Glacier

Himalayas,
India

23

Pindari Glacier

Himalayas,
India

24

Himalayan
Glaciers

Nepal

25

Duosuogang Peak

Ulan Ula
Mtns.,China

Central Asian
Glaciers
Tien Shan
27
Mountains
Sumber: Joshua (2005)
26

Central Asia
Central Asia

Rata-rata kemunduran batas es 30 m
per tahun, disbanding 18 m per tahun
pada 1935-1990, dan hanya 7 m per
tahun pada 1842-1935.
Batas es mundur rata-rata 135 m per
tahun.
Batas es mundur 100 m selama periode
15 tahun terahir.
Glacier sudah mencair sekitar 60%
sejak awal 1970-an.
Antara 1950-1980-an, 73% mencair,
15% ber