Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perilaku konsumtif petani kopi di Desa Garahan Kecamatann Silo Kabupaten Jember sangat berkaitan erat dengan dinamika perkembangan pertanian kopi, terutama karena meningkatnya pendapatan petani kopi. Semakin meningkatnya harga kopi dalam beberapa waktu terakhir, membuat pendapatan para petani kopi juga semakin meningkat. Banyak petani yang semakin memperluas tanaman kopi mereka, dengan cara menanam di lahan perhutani dan membeli milik petani lain yang ingin dijual. Perilaku konsumtif petani kopi di Desa Garahan dibagi menjadi pola konsumsi dan gaya hidup. Pola konsumsi barang secara berlebihan sudah masuk dalam kategori konsumtif, begitu juga memiliki beberapa komoditas dengan nilai guna yang sama. Ditambah dengan pengaruh dari simbol budaya dari suatu komoditas tertentu, seperti sepeda motor keluaran terbaru. Petani kopi di Desa Garahan juga memiliki gaya hidup seperti mengikuti komunitas trail. Mereka berupaya menunjukkan eksistensinya. Akar sosial perilaku konsumtif petani kopi merupakan tindakan sosial. Menurut Weber dalam Ritzer, 2013:38 tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Pertama sebagai pembentukan identitas sosial yang dilakukan melalui mengkonsumsi komoditas tertentu, yaitu yang dianggap memilki nilai prestise dan dapat mengangkat status sosial di masyarakat, seperti memiliki kendaraan bermotor, dan pergi haji. Kedua, perilaku konsumtif petani kopi ini dianggap sebagai bentuk meningkatnya taraf hidup para petani kopi. Apabila mereka tidak mengkonsumsi barang-barang tersebut, maka akan merasa taraf hidup mereka tidak meningkat dan sama saja dengan sebelum-sebelumnya, padahal pendapatan mereka dari sektor usaha pertanian kopi semakin bertambah. Meningkatnya taraf hidup para petani kopi ini lebih dekat dengan gaya hidup yang cenderung konsumtif. Ketiga, prilaku konsumtif petani ini juga berkaitan dengan sifat naluriah. Semakin meningkatnya pendapatan petani kopi, maka kebutuhan mereka juga akan semakin meningkat. Makna kebutuhan itu semakin kabur, karena petani juga melihat nilai prestise yang terkandung dalam komoditas tertentu, selain ada unsur hasrat yang meliputinya. Keempat, adalah pemanfaatan momentum, karena musim panen kopi hanya sekali selama setahun, maka pada musim itulah muncul banyak keinginan dari para petani yang sudah ditahan selama belum masa panen kopi. Pada saat musim panen raya tiba banyak petani yang berbondong-bondong membelanjakan pendapatan mereka, ini menjadi cara pandangan yang umum dari petani kopi di Desa Garahan.

5.2 Saran