Latar Balakang PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMARRIED )

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Ketika pasangan saling menunjukkan sifat aslinya, seperti egois, sadis, dan otoriter manakala pernikahan memasuki usia lima tahun pertama. Tidak semua pasangan berhasil mewujudkan impian tentang mahligairumah tangga yang bahagia. Karena berbagai alasan banyak pula pasangan yang pernikahannya kandas ditengah jalan. Faktor penyebabnya adalah karena perceraian atau kematian suamiistri. Indonesia berada diperingkat tertinggi memiliki angka perceraian paling banyak dalam setiap tahunnya, dibandingkan negara Islam didunia lainnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Departemen Agama dalam acara Pembukaan Pemilihan Keluarga Sakinah dan Pemilihan Kepala KUA Teladan Tingkat Nasional, di Asrama haji, Pondok Gede, Jakarta. Setiap tahun ada 2 juta perkawinan, tetapi yang memilukan perceraian bertambah menjadi dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya bercerai, dan umumnya mereka yang baru berumah tangga Kompas , 2010,5 agustus. Data dari Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Blimbing Malang kasus perceraian di kecamatan Blimbing Malang mengalami peningkatan pada tahun 2009 sampai tahun 2010. Pada tahun 2008 angka perceraian di kecamatan pasar kliwon mencapai 7,5 dari tahun 2007 yang hanya 0 kasus perceraiannya dan meningkat pada tahun 2006 mencapai 8,8. Pada tahun 2009 kasus perceraian mencapai 6,06 dan meningkat lebih dari 100 pada tahun 2010 kasus perceraiannya mencapai 12,4. Dari banyaknya kasus perceraian tersebut 45 disebabkan karena kurangnya penyesuaian sehingga menyebabkan perselisihan yang terus-menerus, 40 yang lain disebabkan karena meninggal dunia dan 15 karena masalah-masalah rumah tangga yang lain seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, pemabuk, dan sebagainya Malang post , 2010 , 8 April. Menurut Duval Miller 1985 kebanyakan dari orang yang bercerai itu menikah lagi. Hanya 1 dari 7 orang laki-laki dan perempuan yang berpisah itu menikah lagi pada tahun pertama setelah perceraian. 4 dari 10 rang laki-laki dan perempuan yang berpisah menikah lagi pada 3 tahun setelah mereka bercerai. Dan akhirnya 5 dari 6 laki- lai yang bercerai dan 3 dari 4 perempuan yang bercerai, mereka menikah lagi. Seorang wanita yang mempunyai beberapa orang anak memliki kesempatan yang sedikit untuk menikah lagi, dibandingkan seorang wanita yang mempunyai satu atau dua orang anak. Hanya 1 dari 5 orang yang bercerai, mereka tidak menikah lagi. Tujuan perkawinan adalah mendapat kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan menjalani kehidupan perkawinan yang harmonis merupakan impian setiap manusia. Sebab, selain untuk memenuhi tugas perkembangan sebagai individu dewasa, secara umum kehidupan perkawinan juga lebih banyak memberikan keuntungan bagi individu dibandingkan hidup melajang. Perkawinan juga dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih bahagia, memberi kepuasan emosional dan seksual serta meningkatkan kesejahteraan secara finansial Olson Defrain , 2003 . Umumnya banyak pasangan yang kurang menyadari pentingnya penyesuaian dalam pernikahan. Sebagian berpikir bahwa penyesuaian dengan pasangan sudah dilakukan saat masa pacaran sebelum menikah; ada pula yang beranggapan bahwa penyesuaian hanya perlu dilakukan di masa-masa awal pernikahan saja. Akibat dari persepsi tersebut, mereka tidak siap ketika menghadapi perubahan ataupun perbedaan pada diri pasangannya. Hal tersebut akhirnya bisa memunculkan pikiran negatif terhadap pasangan yang seringkali bila tidak dikonfirmasi akan menimbulkan kesenjangan diantara suami istri Olson Defrain , 2003 . Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan sepanjang waktu, sepanjang pernikahan itu bahkan hingga salah satu dari pasangan meninggal dunia penyesuain tetap menjadi kebutuhan dan keharusan. Di awal perkenalan sebelum menikah, keduanya masih saling berkenalan luarnya saja, hanya mengenal kepribadian calon pasangannya secara umum saja. Tentu itu tidak cukup, oleh karenanya di awal pernikahan pun pasangan masih perlu penyesuaian dan pengenalan yang lebih mendalam lagi antara satu sama lain, begitu seterusnya, penyesuaian pun perlu terus dilakukan dalam pernikahan ketika istri hamil, anak pertama lahir, dst Kuntjoro,2002. Penyesuaian dengan pasangan juga butuh kesabaran dan kemauan untuk saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak semua kebiasaan dan sifat- sifat pasangan akan sejalan dan sesuai dengan diri. Oleh karenanya perlu memahami tentang kebiasaan pasangan, sifat dan karakternya, hal-hal yang ia sukai dan ia tidak sukai, dsb. Perbedaan diantara pasangan suami istri adalah suatu hal yang wajar, dan karena perbedaan itulah Allah mempertemukan dan menyatukannya agar satu sama lain bisa saling melengkapi. Suami dengan kelebihannya mampu membimbing dan menutupi kekurangan istri, begitu sebaliknya istri mampu pula dengan kelebihannya menutupi kekurangan yang ada pada diri suami. Dengan adanya saling pengertian satu sama lainnya ini, maka keharmonisan dalam rumah tangga akan selalu menghiasi Olson Defrain , 2003 . Kehilangan pasangan karena kematian bagi para janda dan duda merupakan suatu pukulan tersendiri bagi mereka, karena mereka akan merasa kesepian atas meninggalnya pasangan. Pernikahan kembali merupakan solusi bagi para janda dan duda untuk menghilangkan hal tersebut. Sebenarnya ada banyak hal yang menyebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk menikah kembali. Davidoff 2005 mengungkapkan perkawinan sering dikaitkan dengan alasan seksual , ekonomi , sosial, alasan mencari pasangan hidup dan mencari dukungan emosional. Pada umumnya duda menikah kembali juga disebabkan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Sedangkan janda biasanya lebih disebabkan untuk memenuhi kebutuhan finansialnya, dimana saat pasangan masih ada, kebutuhan mereka selalu terpenuhi. Diharapkan pasangan baru yang didapatkan setelah menikah kembali mampu mengisi kekosongan peran pasangan yang telah tiada agar para janda dan duda dapat meraih kebahagian dan kepuasaan. Dibandingkan pernikahan antara gadis dan jejaka, pernikahan dengan duda atau janda membutuhkan pertimbangan yang lebih komplek, apalagi bila sudah mempunyai anak. Perlu disadari bahwa pernikahan ini tidak hanya mempertimbangkan anak bahkan juga orang tua, mertua atau lingkungan sosial. Apalagi stereotipe orang tua tiri lebih kejam daripada orang tua kandung akan berbeda-beda dibandingkan pada anak non biologis anak tiri. Pandangan tersebut muncul karena orang tua tiri memaksakan nilai-nilai yang diyakininya terhadap anak tiri Dariyo ,2004. Selain nilai-nilai tersebut faktor umur anak juga mempengaruhi anak tiri yang sudah menginjak remaja dengan anak tiri yang masih kecil. Anak yang relatif masih kecil lebih mudah menerima orang tua tiri karena mereka belum punya pemahaman tentang aturan dan biasanya mereka memang lebih membutuhkan sosok orang tua dan ini merupakan salah satu fator pendukung bagi janda atau duda untuk menikah lagi. Sebelum menikah sebaiknya kedua pasangan membicaraan hal-hal yang mereka tidak tahu sehinga tidak terjadi kesalahpahaman misalnya faktor ekonomi, pekerjaan dan keluarga masing-masing pasangan Soenarnatalina,1995. Menjalani pernikahan untuk kedua kalinya tentunya berbeda dengan saat individu menjalani pernikahan yang pertama kali. Karena dalam pernikahan kedua segala sesuatu yang dihadapi lebih kompleks daripada apa yang dihadapi pada pernikahan yang pertama. Hurlock 1980 menyebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh empat hal, yaitu karena mereka pada umumnya sudah berusia lebih tua dibandingkan dengan perkawinan pertama. Semua bentuk penyesuaian secara teoritis akan semakin sulit sesuai dengan pertambahan usia, penyesuaian dalam pernikahan berarti menghilangkan atau mengekang sikap yang telah terpola dalam periode waktu yang sangat lama dan berusaha untuk membentuk sikap baru, serta keterlibatan dari keluarga pada perkawianan pertama yang berarti menambah masalah baru. Oleh karena itu dibutuhkan adanya suatu penyesuaian diri kembali di dalam pernikahan sehingga tidak menimbulkan suatu konflik yang berkepanjangan karena adanya ketidakpuasan. Kepuasan perkawinan adalah suatu keadaan sejahtera dan menyenangkan karena telah tercapainya tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan keinginan dalam berbagai aspek dalam perkawinan, yang hanya dapat dirasakan oleh pasangan suami-istri yang bersangkutan. Sedangkan penyesuaian dalam perkawinan adalah mengubah diri sendiri sesuai dengan keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri. Lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan dalam konteks perkawinan. Berdasarkan hasil wawancara, fenomena tersebut juga ditemui pada subjek TH dan pasanganya YA. Melalui wawancara dengan subyek TH dan YA, diketahui bahwa subyek TH dan YA pasangan menikah kembali karena perceraian dan kematian pasangannya. Menurut TH dan YA pasangannya yang sekarang berbeda dengan pasangannya yang dulu. Hal ini menyebabkan YA tidak betah di rumah. Selain TH dan YA, terdapat subyek pasangan RA dan MT yang merupakan pasangan hasil pernikahan kembali. Mereka berdua sama-sama ditinggal pasangan perceraian. Sama seperti TH dan YA, pasangan RA dan MT memiliki masalah dalam hal penyesuaian dengan pasangan. Mereka juga harus saling menerima kondisi masing-masing yang menimbulkan perasaan tidak nyaman dalam hubungan seksual. Pada pasangan yang suaminya ditinggal mati atau cerai oleh pasangannya yang pertama, biasanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan pasangan. Hal ini disebabkan karena tidak mudah menghapus kenangan dengan pasangan yang lama. Sedangkan bagi pasangan yang beda usia, hal ini akan lebih kompleks. Diantaranya adalah Riberu 2008 yang mengatakan bahwa perbedaan usia yang sangat jauh akan menciptakan banyak perbedaan dan bisa menimbulkan masalah, mulai dari pergaulan, selera, dan cara memandang sesuatu, dimana kemampuan untuk saling menyesuaikan diri dan memahami satu sama lain sangat diperlukan dalam perkawinan beda usia jauh ini. Dari paparan diatas, maka timbul persoalan yang perlu dikaji lebih dalam tentang gambaran penyesuaian perkawinan pada pasangan janda dan duda yang menikah lagi. Hal ini ditujukan agar pasangan janda dan duda mencapai kebahagian dan kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, Peneliti merasa perlu mengadakan penelitian yang berjudul : Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan yang Menikah Kembali Remmaried .

B. Rumusan Masalah