46
bongkrek dan Clostridium botulinum biasanya mengkontaminasi pada makanan kaleng.
Immunodefisiensi Immunodefisiensi atau penurunan daya tahan tubuh bisa menimbulkan diare,
misalnya pada penderita HIVAIDS. Diare yang biasa terjadi pada penderita HIVAIDS adalah diare kronik.
Sebab-sebab lain Seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan higiene
perorangan, serta kurangnya pemberian ASI. Dari 6 golongan tersebut yang sering ditemukan di lapangan adalah diare
yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan Depkes RI, 2002.
2.11.4 Tanda dan Gejala Diare
Menurut Schwartz 2004, tanda dan gejala diare pada anak antara lain: Gejala umum
Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis bahkan
gelisah. Gejala spesifik
Vibrio cholerae : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
Disentriform : tinja berlendir dan berdarah
Epidemiologi Diare
Universitas Sumatera Utara
47
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut Depkes RI, 2005: Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar mealui faecal
oral, antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4 atau 6 bulan pada kehidupan pertama, menggunakan botol susu,
menyimpan makanan masak pada suhu kamar, mengkonsumsi air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak dan tidak membuang tinja dengan benar.
Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare,
yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada
golongan balita. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yakni melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
2.11.6 Pencegahan Diare
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI 2006, adalah sebagai berikut:
Pemberian ASI
Universitas Sumatera Utara
48
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI juga memberikan perlindungan terhadap
diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI disertai dengan
susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa
mengekibatkan terjadinya gizi buruk. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat dimana bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan
masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan eningkatnya rsiko terjadinya diare ataupun penyakit lain
yang menyebabkan kematian. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal- oral. Hal tersebut dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan
atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Mencuci Tangan
Universitas Sumatera Utara
49
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak dan sebelum makan, mempunyai
pengaruh dalam kejadian diare. Menggunakan Jamban
Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Pengobatan Diare
Pengobatan pada penyakit diare dapat dilakukan dengan 2 terapi yaitu Wijoyo, 2013:
Terapi Nonfarmakologi Terapi Rehidrasi Oral
Bahaya utama diare terletak pada dehidrasi, maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila terjadi dehidrasi.
Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai seperti oral atau parental. Cairan rehidrasi yang
dipakai oleh masyarakat biasanya seperti air kelapa, air susu ibu, air teh encer, air tajin, air perasan buah dan larutan garam dan gula. Pemakaian cairan ini di titik
beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, bila terjadi dehidrasi sedang atau beart sebaiknya diberi oralit.
Universitas Sumatera Utara
50
Oralit Larutan oralit yang lama tidak dapat menghentikan diare. Hal ini disebabkan
formula oralit lama dikembangkan dari kejadian outbreak diare di Asia Selatan yang disebabkan oleh bakteri. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya lebih
banyak dijumpai belakangan ini adalah diare karena virus. Karenanya para ahli mengembangkan formula baru dengan tingkat osmoralitas yang lebih rendah.
Terapi Farmakologi Selain merupakan cara pengobatan nonfarmakologi, pengobatan diare
menggunakan obat-obatan seperti loperamida, defenoksilat, kaolin, karbon adsorben, attapulgite, dioctahedral, smectite, pemberian zink dan antimikroba
sangat diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
51
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka konsep Karakteristik Balita
- Status Imunisasi
- Status Gizi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS Ibu dan Balita
- Menggunakan air bersih
- Menggunakan jamban sehat
- Cuci tangan pakai sabun
- Pemberian ASI eksklusif
- Menimbang balita setiap
bulan -
Makan buah dan sayuran setiap hari
- Melakukan aktivitas fisik
setiap hari Kejadian Diare pada
Balita
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini terutama di negara-negara berkembang. Penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian