Kinerja Perusahaan Landasan Teori
Kinerja mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya maka kinerja menjadi hal yang sangat penting yang
harus dicapai setiap perusahaan. Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan
dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas Jumingan 2006. Kinerja perusahaan merupakan
hasil dari banyak keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan secara terus menerus untuk mencapai satu tujuan secara efektif dan efisien. Penelitian ini
menggunakan lima indikator dalam menilai kinerja perusahaan, untuk meninjau dari berbagai aspek rasio yang dibutuhkan dalam menghitung kinerja perusahaan,
diantaranya: 1. Total Asset Turnover TATO
Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang bersifat jangka pendek inventory and account receivable maupun jangka
panjang property, plan, and equipment. Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan sales dengan aset yang dibutuhkan
untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaanbaik untuk
kegiatan operasi maupun jangka panjang. Rasio aktivitas memungkinkan para analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan aset
yang dibutuhkan
untuk mempertahankan
tingkat pertumbuhannya.Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva Kasmir, 2010.
Total Assets Turn Over mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena
penjualan penting bagi laba. Total Assets Turn Over merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama
periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva
berputar dalam periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan suatu trend yang cenderung meningkat,
memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat Sawir 2001.
Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang bersifat jangka pendek inventory and account receivable maupun jangka
panjang property, plan, and equipment. Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan sales dengan aset yang dibutuhkan
untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan baik untuk
kegiatan operasi maupun jangka panjang. Misalnya untuk meningkatkan penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio aktivitas memungkinkan para
analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
aset yang
dibutuhkan untuk
mempertahankan tingkat
pertumbuhannya. Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan
menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dalam kaitannya untuk mendapatkan laba. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang besar
diharapkan mendapatkan laba yang besar pula. Nilai Total Assets Turn Over yang
semakin besar menunjukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh laba juga semakin besar pula.
2. Earning Per Share EPS Earning Per Share merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen
dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham Kasmir, 2010. Menurut Darmadji dan Fakhruddin 2001 Earning Per Share merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan return yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin tinggi nilai Earning Per Share tentu saja
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.
Earning Per Share sebagai salah satu rasio yang biasa digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham yang
merupakan laba bersih dikurangi dividen laba tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar akan
menghasilkan laba per saham. Sehingga Earning Per Share merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang
beredar. Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share. Angka yang ditunjukkan dari Earning Per Share inilah yang sering
dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat luas go public karena investor maupun calon investor berpandangan
bahwa Earning Per Share mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham
dikemudian hari, serta Earning Per Share juga relevan untukk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen.
Menurut Tandelilin 2001, “Earning Per Share atau laba per lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang dihasilkan return dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi Earning Per Share merupakan
informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.”
Menurut Darmadji 2001, semakin tinggi nilai Earning Per Share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan
untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, begitu juga sebaliknya, hal itu juga akan diikuti perubahan
Return sahamnya. Menurut Prastowo 2005, laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh
karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka Earning Per Share yang dilaporkan perusahaan.
Tujuan perhitungan Earning Per Share menurut Machfoesdz 2000 adalah untuk melihat progres dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Selanjutnya, Syamsudin 2004 mengatakan bahwa pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan
Earning Per Share EPS yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Menurut Syamsuddin 2
004, yaitu: “Laba per saham Earning Per Share adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah
lembar saham yang beredar.” Menurut Baridwan 2003 menjelaskan mengenai laba per lembar saham
Earning Per Share yakni : “Pendapatan per lembar saham adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang
beredar.” Menurut Harahap 2007, Earning Per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik
perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan dengan memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh.
Rasio tinggi berarti perusahaan sudah mapan. Dengan demikian, Earning Per Share adalah Rasio yang menunjukkan
seberapa besar keuntungan return yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah
saham biasa yang beredar. Earning Per Share dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Earning Per Share juga merupakan salah satu cara untuk
mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan.
3. Debt Equity Ratio DER Debt Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang Kasmir, 2010. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang, Debt to Equity Ratio merupakan
perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya.
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang mengukur sejauhmana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri Darmadji dan Fakhruddin, 2001. Rasio ini
menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt To Equity Ratio menunjukkan
komposisi total utang jangka pendek dan jangka panjang semakin besar
dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar kreditur Ang, 1997. Debt To Equity Ratio
mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan semua utang.
Menurut Brigham 2006 perusahaan dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian yang kecil ketika keadaan ekonomi mengalami
kemerosotan, namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan dalam memperoleh laba juga rendah. Sebaliknya, perusahaan ini menanggung risiko
kerugian yang besar pula ketika perekonomian sedang merosot, tetapi dalam keadaan baik, perusahaan ini memiliki kesempatan memperoleh laba besar.
Perusahaan dengan laba yang lebih tinggi akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi, sehingga berkaitan dengan laba perlembar saham yang akan naik
karena tingkat utang yang lebih tinggi, maka leverage akan dapat menaikkan harga saham Brigham dan Houston, 2006.
Menurut Wild 2005, dua motivasi menmperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah karena bunga sebagian besar utang jumlahnya tetap dan, jika bunga
lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Yang kedua,
bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak. Beban bunga yang ditimbulkan dari utang dapat mengurangi pajak yang dapat
digunakan untuk meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan meningkat maka
hal ini dapat menarik perhatian investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut, sehingga hal ini berakibat pada naiknya harga saham dan kemudian
berdampak pada meningkatnya return saham.
4. Return On Asset ROA Return On Assets ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan return bagi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar Return On Assets menunjukkan kinerja yang
semakin baik Ang, 1997. Return On Assets adalah salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti,
karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. Return On Assets mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan
keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan,
yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan
menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang
digunakan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Return On Asset ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang penting
digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba Tandelilin, 2001. Return On Assets
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya karena merupakan
rasio antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin besar Return On Assets menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik. Investor percaya bahwa
manajemen perusahaan telah menggunakan aktiva perusahaan secara efektif untuk menghasilkan laba bagi para pemiliknya. Keadaan ini akan direspon positif
oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan meningkat dan dapat menaikkan harga saham sehingga akan berdampak pada Return yang meningkat
pula Husnan, 1998.
Menurut Mardiyanto 2009 Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal
dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya 2003 rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh laba secara keseluruhan.
Semakin besar Return On Assets, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan asset. Return On Assets ROA dalam penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi beban bunga
dan pajak Earning After Taxes yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva assets yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas
perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam persentase. Return On Assets dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik
akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan
keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. Nilai
Return On Assets yang semakin tinggi menunjukkan suatu perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai
perusahaan meningkat Brigham, 2001. Jadi semakin tinggi nilai Return On Assets menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin baik dan tentu sajakan
mempengaruhi return saham perusahaan. 5. Current Ratio CR
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya Utomo, 2004. Untuk mengukur
likuiditas perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio Current Ratio
CR. Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya
dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya.
Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon
kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Menurut Sartono 1997, Current Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan
likuiditas solvabilitas jangka pendek yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Current Ratio yang semakin
tinggi maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit. Karena rassio lancar yang tinggi menunjukan addanya kelebihan aktiva lancar yang tidak
baik terhadap profitabilitas perusahaankarena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap Mamduh dan Halim, 2003.
Nilai Current Ratio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya.