PENDAHULUAN PENDAHULUAN Komunikasi Interpersonal Kepala Sma Negeri 1 Geyer Grobogan.

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan education adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual kegamaan religious spiritual, pengendalian diri self contron, kepribadian personality, kecerdasan intelligence, akhlak mulia serta ketrampilan noble character and skills yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, dan moral peserta didik. Pendidikan adalah suatu sistem yang menyeluruh dan terpadu yang meliputi, masukan input, proses, dan keluaran output. Proses dalam pendidikan dimulai dari kegiatan perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pelaksanaan actuating, pemantauan controlling, dan penilaian evaluating. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut merupakan fungsi-fungsi dari manajemen pendidikan. Menurut Samino 2010: 48 manajemen pendidikan adalah ilmu dan seni dalam mengelola sumber daya pendidikan dan sumber daya terkait lainnya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau penggerakan, dan pengendalian atau pengawasan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto 2010: 4 yang mengatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien. Jadi dalam manajemen pendidikan ada proses kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang didirikan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang handal melalui serangkaian proses pendidikan yang diatur dalam delapan standar nasional pendidikan yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah adalah faktor penentu keberhasilan sekolah. Menurut Daryanto 2010: 80 kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah, mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah sebagai unsur vital bagi efektivitas dalam lembaga pendidikan menentukan tinggi rendahnya kwalitas lembaga tersebut, kepala sekolah diibaratkan sebagai panglima pendidikan yang melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan didalamnya, oleh kerana itu suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi yang dibebankan diatas pundaknya, kepribadian, dan kemampuannya dalam bergaul dengan unsur- unsur yang ada didalamnya. Kepala sekolah merupakan manajer sekolah. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah atau Madrasah dijelaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah manajerial. Keterampilan manajerial kepala sekolah mencakup tiga sub keterampilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahjosumidjo 2010: 100 menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai manajer sangat membutuhkan tiga macam keterampilan manajerial yaitu keterampilan konsep, keterampilan teknik, dan keterampilan hubungan manusia. Keterampilan manajerial tersebut dibutuhkan manajer dalam jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kedudukan manajer kecuali keterampilan hubungan manusia. Keterampilan hubungan manusia dibutuhkan oleh manajer dalam jumlah proporsi yang sama untuk semua tingkatan manajer baik manajer tingkat bawah, tingkat atas, maupun tingkat menengah. Keterampilan hubungan manusia mencakup banyak komponen, komponen yang tidak kalah penting adalah kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi. Menurut Usman 2013: 470 komunikasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa non verbal. Orang yang melakukan komunikasi disebut komunikator sedangkan orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Muhamamd 2011: 1 menyatakan komunikasi yang efektif penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Informasi yang dikomunikasikan itu dapat mempunyai arti yang bermacam-macam. Kepala sekolah dituntut untuk membangun komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait dalam mensukseskan kepemimpinanya di sekolah. Komunikasi kepala sekolah secara organisasi dapat terjadi beberapa arah yaitu 1 komunikasi ke atasvertical yaitu dengan atasanya Kepala Dinas Pendidikan, 2 komunikasi secara mendatarhorizontal yaitu dengan rekan sejawat kepala sekolah dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah MKKS dan 3 komunikasi ke bawah yaitu dengan guru dan Staf Tata usaha TU. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah Wahjosumidjo, 2010: 81. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus memperhatikan gaya kepemimpinan yang diterapkan di sekolah dalam rangka mensukseskan kepemimpinannya. Menurut Blake dan Mouton Thoha, 2012: 53 ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan berada di tengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya pada Grid 9.9 merupakan gaya kepemimpinan yang paling efektif untuk diterapkan dalam menjalankan kepemimpinan. Pada Grid 9.9 manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Menurut Adrianan 2012: 42 untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka diperlukan kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan guru. Salah satunya dengan proses komunikasi yang baik. Komunikasi yang terjadi di sekolah terutama antara kepala sekolah dan guru, jika dilakukan secara baik dan intensif, maka akan mempengaruhi sikap guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari yang berujung pada peningkatan kinerjanya di sekolah. Sebaliknya, apabila proses komunikasi yang terjadi di sekolah kurang baik, maka dapat menimbulkan sikap yang otoriter. Terutama ketika terjadi perbedaan pendapat yang berkepanjangan antara kepala sekolah dan guru. Jika hal itu terjadi, maka dapat berdampak pada kinerja guru yang kurang maksimal. Proses komunikasi diperlukan adanya keterbukaan dan kerjasama yang harmonis antara kepala sekolah dan guru, agar tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut dapat tercapai. Kenyataan di lapangan menunjukan banyak kepala sekolah yang tidak mempunyai komunikasi yang baik dengan guru di sekolah. Kepala sekolah menunjukan sebagai seorang pemimpin otoriter. SMA Negeri 1 Geyer adalah salah satu SMA negeri di kabupaten Grobogan yang terletak di perbatasan kabupaten Sragen dan Grobogan. Sekolah ini berdiri tahun 2003 dan telah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 5 kali. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu guru Ibu Nuning Endah, S.Pd pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2016 disimpulkan bahwa kepala sekolah periode tahun 2014 sampai 2016 mempunyai kerja yang paling baik dibandingkan dengan kerja kepala sekolah sebelum-sebelumnya, terlihat adanya peningkatan kualitas sekolah baik fisik maupun non fisik. Peningkatan kualitas fisik sekolah ditunjukkan pembangunan ruang kelas berlantai dua, penambahan tiga ruang kelas baru, pembangunan dua ruang perpustakaan, pembangunan ruang loby, renovasi ruang guru dan rehabilitasi semua ruang kelas. Peningkatan kualitas non fisik ditunjukkan peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa dan guru, antara lain : juara 1 OOSN cabang karate Tingkat Nasional tahun 2015, juara 1 OSG guru tingkat kabupaten Tahun 2015, juara 1 lomba lintas alam tingkat Kabupaten tahun 2016 dan selama dua tahun terakhir siswa lulus 100. Hal ini menunjukan bahwa kepala SMA Negeri 1 Geyer periode tahun 2014 sampai 2016 adalah seorang kepala sekolah yang berhasil dalam memimpin sekolah. Keberhasilan kepala sekolah ini tidak lepas dari kemampuan komunikasi interpersonal yang dimilikinya dalam berkomunikasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam meningkatkan kualitas sekolah termasuk membangun komunikasi interpersonal yang efektif dengan guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru Bapak Drs. Joko Wiranto pada hari senin 22 Agustus 2016 disimpulkan bahwa kepala sekolah mampu membangun komunikasi baik dengan seluruh guru dan siswa, baik secara tatap muka langsung maupun dengan media sosial Facebook, BBM, WA. Bahkan dalam WA group sekolah, kepala sekolah termasuk anggota yang aktif dalam berkomunikasi. Kepala sekolah mempunyai hubungan personal yang baik dengan semua warga sekolah. Informasi terakhir diperoleh bahwa kepala sekolah adalah peringkat 1 satu nilai uji kompetensi guru UKG Tahun 2015 mata pelajaran geografi se-Kabupaten Grobogan dan menjadi seorang Instruktur Nasional dan Mentor untuk Guru Pembelajar. Berdasarkan uraian di atas penting dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan komunikasi interpersonal kepala SMA Negeri 1 Geyer dalam usaha untuk tetap eksis meningkatkan mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang dilakukan di SMA Negeri 1 Geyer Grobogan, secara umum memang terlihat tidak begitu terpublikasi tetapi sebagai seorang pemimpin, kepala SMA Negeri 1 Geyer memang terbilang sudah jauh lebih baik, terlihat dari perkembangan peningkatan kualitas sekolah baik fisik maupun non fisik. Setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan kualitas dan prestasi. SMA Negeri 1 Geyer yang terletak di daerah pinggiran dan perbatasan telah menjadi sebuah sekolah pilihan masyarakat Grobogan sendiri maupun masyarakat Sragen. Maka dari itu kemampuan komunikasi interpersonal kepala SMA Negeri 1 Geyer akan menjadi sebuah contoh bagi kepala sekolah lain dalam meningkatkan kompetensinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka focus penelitian ini bagaimana komunikasi interpersonal kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan? Fokus penelitian ini dijabarkan dalam tiga sub fokus. 1. Bagaimanakah komunikasi interpersonal ke atas dari kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan? 2. Bagaimanakah komunikasi interpersonal secara mendatar dari kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan? 3. Bagaimanakah komunikasi interpersonal ke bawah dari kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tiga tujuan. 1. Mendeskripsikan komunikasi interpersonal ke atas dari kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan. 2. Mendeskripsikan komunikasi interpersonal secara mendatar dari kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan. 3. Mendeskripsikan komunikasi interpersonal ke bawah dari kepala SMA Negeri 1 Geyer Grobogan. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan, dapat meningkatkan peran serta pemerintah dalam mendorong sekolah mewujudkan sekolah berkualitas. b. Bagi kepala sekolah, dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan komunikasi interpersonal yang dilakukannya dalam menunjang kemajuan sekolah. c. Bagi guru, dapat meningkatkan kinerja guru melalui pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah.