Penatalaksanaan bronkitis kronik Faktor genetik

Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah pemeriksaan faal paru dengan pengukuran Volume Residu VR, Kapasiti Residu Fungsional KRF, Kapasiti Paru Total KPT, VRKRF dan lain-lain. Lalu lainnya adalah uji latih kardiopulmoner, uji provokasi bronkus, uji coba kortikosteroid, analisis gas darah, sinar Computerized Tomography CT Scan resolusi tinggi, elektrokardiografi, ekokardiografi, bakteriologi dan kadar alfa-1 antitripsin PDPI 2003.

2.1.6. Penatalaksanaan bronkitis kronik

Sebelum melakukan penatalaksanaan terhadap bronkitis kronik, seorang dokter harus dapat membedakan keadaan pasien sama ada apakah pasien tersebut mengalami serangan eksaserbasi atau dalam keadaan stabil. Hal ini dikarenakan penatalaksanaan dari kedua jenis ini berbeda. Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil adalah untuk mempertahankan fungsi paru, meningkatkan kualitas hidup dan mencegah eksaserbasi. Penatalaksanaan bronkitis kronik stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala atau dirumah untuk mempertahankan bronkitis kronik yang stabil dan mencegah eksaserbasi. PDPI, 2003 Penatalaksanaan bronkitis kronik stabil meliputi pemberian obat-obatan, edukasi, nutrisi, rehabilitasi dan rujukan ke spesialis paru rumah sakit. Dalam penatalaksanaan bronkitis kronik yang stabil termasuk adalah melanjutkan pengobatan pemeliharaan dari rumah sakit atau dokter spesialis paru, baik setelah mengalami serangan berat atau evaluasi spesialistik lainnya, seperti pemeriksaan fungsi paru dan analisis gas darah. Obat-obatan diberikan dengan tujuan untuk mengurangi laju beratnya penyakit dan mempertahankan keadaan stabil yang telah tercapai dengan mempertahankan bronkodilatasi dan penekanan inflamasi. Tujuan utama pengobatan adalah untuk meredakan gejala, mencegah progresifitas penyakit, meningkatkan toleransi pada aktiviti seharian, memperbaiki status kesehatan, mengobati komplikasi, dan mencegah eksaserbasi berikut. Obat-obatan yang digunakan adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Bronkodilator Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi golongan beta 2 agonis dengan golongan antikolinergik. Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuatkan efek bronkodilatasi karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Masing-masing dalam dosis suboptimal, sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit sebagai dosis pemeliharaan. Contohnya aminofilinteofilin 100-150 mg kombinasi dengan salbutamol 1 mg atau terbutalin 1 mg. 2. Kortikosteroid Antiinflamasi Diberikan golongan metilprednisolon atau prednison, dalam bentuk oral atau injeksi intravena, setiap hari atau selang sehari dengan dosis minimal 250mg. 3. Antibiotik Diberikan untuk mencegah dan mengobati eksaserbasi serta infeksi. Antibiotik juga diberikan sekiranya ada peningkatan jumlah sputum, sputum berubah menjadi purulen dan peningkatan sesak. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jenis antibiotik yang bisa diberikan adalah makrolid, sefalosporin generasi II, generasi III, kuinolon dan flurokuinolon. 4. Ekspektoran Diberikan obat batuk hitam OBH 5. Mukolitik Diberikan pada eksaserbasi kerana akan mempercepatkan perbaikan eksaserbasi dengan mengencerkan dahak. Gliseril guayakolat dapat diberikan bila sputum mukoid tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin. Universitas Sumatera Utara 6. Antitusif Kodein hanya diberikan bila batuk kering dan sangat mengganggu. Manfaatkan obat antitusif yang tersedia sesuai dengan perkiraan patogenesis yang terjadi pada keluhan klinis. Perhatikan dosis dan waktu pemberian untuk menghindari efek samping obat. 7. Antioksidan Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, diberikan N- asetilsistein. Tabel 2.1 : Terapi berdasarkan stase dari bronkitis kronik Sumber: Global initiative for chronic obstructive lung disease GOLD Universitas Sumatera Utara Hal lain yang harus diberikan adalah pendidikan atau edukasi, karena keterbatasan obat- obatan yang tersedia dan masalah sosiokultural lainnya, seperti keterbatasan tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk, keterbatasan ekonomi dan sarana kesehatan, edukasi di puskesmas ditujukan untuk mencegah bertambah beratnya penyakit dengan cara menggunakan obat yang tersedia dengan tepat, menyesuaikan keterbatasan aktivitas serta mencegah eksaserbasi. Keseimbangan nutrisi antara protein lemak dan karbohidrat juga harus dijaga. Asupan nutrisi diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Kekurangan kalori dapat menyebabkan meningkatnya derajat sesak semasa beraktiviti. Pemberian karbohidrat yang tinggi pula menghasilkan karbon diosikda yang berlebihan. Dan yang terakhir adalah tahap rehabilitasi dimana pasien harus diberikan latihan pernapasan dengan pursed-lips, latihan ekspektorasi dan latihan otot pernapasan dan ekstremitas PDPI, 2003. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif kronik PPOK merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia WHO melaporkan bahwa pada tahun 2002 PPOK menempati urutan kelima sebagai penyebab utama kematian di dunia dan diperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi penyebab kematian ketiga di seluruh dunia. Menurut perkiraan WHO, terdapat 80 juta orang menderita PPOK derajat sedang-berat. Lebih dari 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005, sekitar 5 dari jumlah semua kematian secara global WHO,2002 Bronkitis kronik merupakan satu penyakit yang tergolong dalam PPOK selain emfisema yang secara klinis merupakan peradangan saluran tuba bronkial. Apabila terjadi inflamasi atau infeksi di tuba bronkial, hanya sedikit udara mampu masuk dan keluar melalui tuba bronkial ke paru- paru. Inflamasi pada tuba bronkial menyebabakan batuk kronik dan produksi sputum yang berlebihan ekspektorasi. Gejala batuk kronik ini dialami sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. American Lung Association, 2008 Menurut American Lung Association pada tahun 2006 lebih kurang 9.5 juta orang telah didiagnosis menderita bronkitis kronik di Amerika. Sebanyak 3.2 juta penderita berumur 18 hingga 44 tahun, 4.1 juta orang berumur 45 hingga 64 dan 2.2 juta orang berumur 65 tahun ke atas. Menurut Survei Kesehatan Australia 2001, sebanyak 3.5 populasi rakyat didiagnosis menderita bronkitis kronik. Manakala di Inggris pada tahun 2003 seramai 229,725 orang iaitu 1.8 dari populasi rakyatnya menderita bronkitis kronik. GOLD, 2011. Universitas Sumatera Utara