Setiap agama punya rumah ibadat karena agama adalah norma dan pandangan hidup yang bertujuan untuk memperkuat persatuan umat yang
bersangkutan. Yahudi punya synagog, Kristen punya gereja, Islam punya masjid, Buddha punya vihara, Hindu punya pura. Pandangan masyarakat
umum masih menganggap rumah ibadat adalah rumah suci dan hanya dipakai untuk beribadat atau untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan Agus,
2003:117-118. Berdasarkan dari peryataan tersebut, maka pihak-pihak yang bersangkutan dalam rumah ibadat tersebut haruslah mampu melakukan
sesuatu agar rumah ibadat tersebut terasa nyaman dan dapat memenuhi keinginan para jemaat.
4.4. MOTIVASI JEMAAT BERIBADAH DI GEREJA KARISMATIK GBI MEDAN PLAZA
Manusia membutuhkan bermacam-macam hal. Mulai dari kebutuhan fisik seperti makanan dan pakaian, istirahat dan pergaulan seksual, sampai
dengan keperluan psikis seperti keamanan dan ketenteraman, persahabatan, penghargaan dan cinta kasih. Maka ia terdorong untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginannya itu. Bila tidak berhasil memenuhi kebutuhannya, ia akan merasa kecewa. Ia tidak senang Dister, 1988:74. Manusia melakukan
perbuatannya karena terdorong dan karena tertarik. Dorongan itulah yang disebut juga dengan motivasi.
Setiap kelakukan manusia, termasuk kelakuan beragama, merupakan buah hasil dari hubungan dinamika timbal-balik antara tiga faktor. Ketiga-
Universitas Sumatera Utara
tiganya memainkan peranan dalam melahirkan tindakan insani, walaupun dalam tindakan yang satu, faktor yang satu lebih besar peranannya dan dalam
tindakan yang lain faktor yang lain lebih berperan. Ketiga faktor yang dimaksudkan ialah: a sebuah gerak atau dorongan yang secara spontan dan
alamiah terjadi pada manusia; b ke-aku-an manusia sebagai inti pusat kepribadiannya; c situasi manusia atau lingkungan hidupnya Dister,
1988:72. Menurut AM. Hardjana 1993:14-21, ada beberapa faktor yang
mendorong manusia untuk beragama, yaitu: 1.
Mendapat keamanan. 2.
Mencari perlindungan dalam hidup. 3.
Menemukan segi penjelasan atas dunia dan hidup serta segala yang termaktub di dalamnya.
4. Memperoleh pembenaran atas praktik-praktik hidup yang ada.
5. Meneguhkan tata nilai yang sudah mengakar dalam masyarakat.
6. Memuaskan kerinduan hidup sebab manusia tidak pernah puas.
Sama halnya dengan para jemaat yang datang untuk beribadah di Gereja Karismatik GBI Medan Plaza ini, tentunya mereka memiliki motivasi
sehingga mereka mau datang beribadah ke gereja ini. Mereka rela bersempit- sempit, berdesakkan berdiri menunggu antrian masuk ke gereja karena jumlah
jemaatnya yang banyak. Berdasarkan hasil wawancara Penulis, bahwa motivasi mereka datang beribadah ke gereja ini, yaitu:
1. Mereka ingin mencari sukacita dalam beribadah karena diiringi oleh
alat musik yang lengkap, seperti yang dikatakan oleh Lisma Nainggolan di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
“Yang memotivasi aku gereja di sini, ya karena suasananya yang rame karena alat-alat musiknya lebih lengkap dibanding
gereja yang ga karismatik, jadi saya bisa lebih bersukacita”.
Hasil wawancara, Juni 2007
Gambar 3. Alat-alat Musik dan sound system
2. Pujian dan penyembahan yang merupakan ciri khas gereja karismatik
membuat para jemaat lebih leluasa dalam mencurahkan perasaannya tanpa rasa malu dan segan, seperti pengakuan Ibu N. Ginting di bawah
ini:. “Tidak ada rasa segan ataupun malu ketika menyembah Tuhan
sambil menangis, karena hampir setiap jemaat melakukan hal itu. Ibadah dalam gereja non-karismatik memiliki tata cara yang
sudah ada dan disusun, sehingga tidak memberikan banyak keleluasaan bagi para jemaat untuk mencurahkan emosi dalam
menyembah dan mengucapkan syukur kepada Tuhan. Liturgi pemujaan, doa dan nyanyian pada gereja non-karismtik
seringkali menjadi semacam hafalan dan tidak lagi menyentuh hati para jemaat.”
Hasil wawancara, Juni 2007
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Jemaat yang sedang menyembah Tuhan sambil mengangkat tangan dan
menangis
3. Kesempatan untuk berdoa secara pribadi, spontan dan sambil menangis
yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi terbatas karena ibadah gereja non-karismatik yang bersifat liturgis tersusun
dan tidak dapat dirubah lagi, seperti pengakuan dari Endang R. Sipahutar di bawah ini:
“Aku merasa bebas menangis di gereja ini karena masalah- masalah yang aku alamin, ga ada rasa malu karena yang lain
juga nangis kok, karena kalo di rumah aku malah malu diliat sama keluargaku, dengan alunan musiknya dan kata-kata yang
menyentuh dari pembicaranya aku bisa merasa lebih damai”.
Hasil wawancara, Juni 2007
Kehidupan manusia yang penuh dengan konflik atau masalah hidup membuat manusia membutuhkan suatu wadah untuk melampiaskan emosi
mereka. Mengadu ataupun mengeluh dan bercerita kepada sesama terkadang tidak dapat memuaskan hati, sehingga manusia mencari-cari tempat lain
untuk mengadu dan menangis. Tempat beribadah adalah tempat yang paling aman, karena di tempat beribadah kita akan dituntun ke jalan yang benar
Universitas Sumatera Utara
sehingga kita tidak melakukan hal-hal diluar kendali kita, seperti bunuh diri, mabuk, mengkonsumsi obat-obat terlarang dan lain-lain yang bersifat
menyimpang. Kita dapat mengadu dan menangis dalam doa kita kepada Tuhan diiringi dengan kata-kata yang membangun dari pendeta yang sedang
memimpin ibadah. 4.
Menyembah dan memuji Tuhan dengan bernyanyi sambil bertepuk tangan, doa dan keluhan, menangis dan berbagai macam ekspresi jiwa
yang lainnya yang secara spontan keluar dari diri manusia itu sendiri dapat mereka lakukan di gereja karismatik ini tanpa merasa itu adalah
suatu keanehan, seperti pengakuan Josephine I. R di bawah ini: “Setiap orang punya tata cara tersendiri dalam menyembah dan
memuji Tuhan, yang Tuhan liat adalah hati kita bukan cara kita”.
Hasil wawancara, Juni 2007.
Gambar 5. Jemaat yang sedang beribadah sambil bertepuk tangan
Universitas Sumatera Utara
Mereka merasa mendapat kepuasan setelah melakukan penyembahan tersebut. Para jemaat telah percaya dan merasakan karya “Roh Kudus” dalam
diri para jemaat dan dalam ibadah tersebut. Pada setiap orang terdapat kecenderungan yang bersifat spontan,
artinya dorongan-dorongan ini timbul dengan sendirinya dan tidak ditimbulkan manusia dengan sengaja. Dorongan semacam itu bersifat alamiah
dan bekerja otomatis. Tidak dikerjakan manusia sendiri dengan “tahu dan mau”. Contohnya: dorongan seksual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur dan
lain-lain. Suatu dorongan yang secara spontan “terjadi” pada diri manusia, dapat ia jadikan miliknya sendiri, yaitu kalau ia menanggapi dorongan itu
secara positif. Ia mengiya-i, menyetujui dorongan itu Dister, 1988:72. 5.
Pelayanan Kemasyarakatan juga menjadi salah satu faktor yang membuat para jemaat ingin datang ke gereja ini, seperti yang dikatakan
oleh Herani V. Manalu di bawah ini: “Aku kagum melihat orang-orang yang mau turut dalam
pelayanan masyarakat, karena kebanyakan orang-orang yang dilayani itu adalah orang-orang yang kekurangan, tentunya ga
dapat imbalan donk dari mereka”.
Hasil wawancara, Juni 2007. Para jemaat menjadi tertarik pada gereja ini karena melihat bahwa
gereja ini tidak hanya membantu dalam kebutuhan rohani saja, tetapi juga kebutuhan jasmani para jemaat, sehingga menjadi seimbang.
Di perkotaan tampaknya orang mulai merasakan kehampaan kehidupan yang glamour, berpacu dengan waktu berebut kesempatan, konflik dan stress
makin tinggi. Tampaknya tidak ada alternative lain selain dari agama.
Universitas Sumatera Utara
Percaya kepada perhatian Allah, kasih sayangNya, pertolonganNya dan dekat denganNya telah dirasakan dapat meringankan beban psikologis tersebut.
Kecenderungan kepada sufisme ini bukan hanya fenomena Indonesia. Gay Hendriks dan Kale Ludeman 2002 mengungkap gejala ini juga ditemukan di
kalangan usahawan di kota-kota metropolitan dunia dewasa ini dan dirasakan ikut berpengaruh positif dalam usaha mereka Agus, 2003:204.
Gereja karismatik di mana tidak adanya batasan-batasan dalam beribadah, membuat para jemaat merasa leluasa untuk mengekspresikan
emosi mereka, konflik dan stress yang mereka alami seakan-akan seperti mengikat ataupun menekan mereka, karena itu mereka ingin melepaskan
ikatan ataupun tekanan tersebut. Pada zaman modern sekarang ini, banyak hal yang harus diperbaharui
mengikuti perkembangan zaman. Tentunya perubahan tersebut suatu perubahan yang mempunyai nilai positif. Mengikuti perkembangan zaman
adalah juga merupakan suatu hal yang dapat menaikkan status sosial agar tidak dianggap ketinggalan zaman atau ”kuno”. Gereja Karismatik dapat
disebut suatu gereja yang modern karena dilihat secara fisik gereja ini menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, memiliki alat-alat
musik yang lengkap sehingga terdengar lebih meriah dan semangat, menggunakan pendingin ruangan Ac dan secara rohani, gereja ini lebih
mendalami seluruh isi Kitab Suci atau Alkitab dan bukan hanya didalami tetapi juga berusaha untuk melakukannya. Oleh karena itu orang-orang
Universitas Sumatera Utara
tertarik untuk bergabung dalam gereja ini, dimana mereka mengharapkan perubahan yang mengikuti perkembangan zaman.
Untuk memahami gerakan karismatik ini akan dipergunakan pendekatan tentang Strukturalisme Pertukaran. Inti dari Teori Blau adalah
“seseorang masuk dalam asosiasi karena mereka mengharapkan ganjaran, baik yang intrinsik maupun ekstrinsik”. Ganjaran intrinsik dapat berwujud
kasih sayang, kehormatan atau kecantikan dan ganjaran ekstrinsik dapat berwujud uang, barang atau jasa-jasa Poloma, 1987:83.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gereja merupakan agen agama yang paling konkrit di dunia, sebuah lembaga yang memiliki norma, nilai dan seperangkat peraturan-peraturan
yang mengatur hidup jemaat secara khusus. Gereja adalah wujud nyata dari keberadaan Tuhan dalam agama Kristen. Dalam dogma Kristen, gereja
dianggap perpanjangan tangan Tuhan untuk menyalurkan berkat dan kasih- Nya. Gereja ada oleh sebab Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya,
jadi wujud gereja adalah persekutuan dengan Kristus. Gereja GBI Medan Plaza adalah sebuah gereja karismatik yang tidak
hanya memiliki norma, nilai dan seperangkat peraturan-peraturan yang mengatur hidup jemaatnya. Gereja ini juga memiliki cara-cara untuk membuat
para jemaat merasa lebih nyaman, lebih bersukacita, lebih bebas menyalurkan emosi, mencurahkan isi hati dan lebih merasakan kasih Tuhan dan sesama.
Cara-cara tersebut yaitu dengan memiliki alat-alat musik yang lengkap sehingga suasananya lebih hidup dengan lagu-lagu yang mengikuti
perkembangan zaman sehingga lebih ramai dan sukacita. Gereja karismatik yang terkenal akan pujian dan penyembahannya membuat para jemaat dapat
lebih bebas menyalurkan emosi keagamaannya dan dapat lebih leluasa mencurahkan isi hatinya. Para jemaat tidak perlu merasa malu bila ingin
menangis, karena hampir semua orang melakukannya di gereja karismatik.
Universitas Sumatera Utara