PENGARUH PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP RESPON GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

Simposium Nasional RAPI VIII 2009

ISSN : 1412-9612

PENGARUH PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)
TERHADAP RESPON GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI
Agus Supardi
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417

Abstrak
Pembangkit listrik skala kecil tersebar (Distributed Generation, DG) menjadi suatu pilihan baru
dalam penyediaan tenaga listrik. Pembangkit ini tidak hanya ekonomis tetapi keberadaannya di dekat
pelanggan juga menurunkan biaya transmisi dan distribusinya. Secara konvensional, dianggap
bahwa daya listrik pada sistem distribusi selalu mengalir dari gardu induk ke ujung penyulang.
Pengoperasian DG mengakibatkan aliran daya terbalik. Dengan demikian, kondisi sistem tenaga
menjadi lebih rumit untuk dipahami termasuk di dalamnya pemahaman terhadap respon gangguan.
Makalah ini memaparkan tentang pengaruh pemasangan DG terhadap arus yang mengalir ke suatu
bus ketika terjadi gangguan fase ke tanah. Penelitian diawali dengan memodelkan sistem distribusi
standar IEEE 18 bus dan DG ke dalam ETAP Power Station. Setelah modelnya lengkap, dilakukan
simulasi gangguan fase ke tanah dengan berbagai kondisi. Bus yang mengalami gangguan divariasi

lokasinya. Jumlah dan lokasi pemasangan DG juga divariasi. Pada setiap simulasi, dilakukan
pencatatan nilai arus gangguan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan adanya DG dalam
sistem, arus gangguannya akan naik khususnya ketika gangguannya terjadi di dekat DG. Jumlah dan
lokasi pemasangan DG juga berpengaruh terhadap magnitude arus gangguan.
Kata kunci: Distributed generation (DG), gangguan fase ke tanah, sistem distribusi
Pendahuluan
Energi listrik merupakan sumber energi utama dunia. Tenaga listrik dibangkitkan di stasiun pembangkit dan
disalurkan ke konsumen yang membutuhkan melalui saluran transmisi dan saluran distribusi. Pertimbangan
ekonomi dan masalah lingkungan mengakibatkan fasilitas pembangkitan berkapasitas besar biasanya diletakkan di
daerah pinggiran yang jauh dari pusat beban. Dengan demikian, diperlukan banyak komponen sistem tenaga untuk
menyalurkan energi listrik.
Pembangkit listrik yang beroperasi menggunakan batubara atau nuklir menimbulkan permasalahan polusi
terhadap lingkungan. Energi yang tersedia dari matahari, air dan angin merupakan energi yang bersih, tidak
mengotori lingkungan, dan gratis. Energi ini dapat diubah menjadi listrik dengan menggunakan sel surya,
pembangkit listrik mikrohidro dan turbin angin. Di sisi lain, peningkatan permintaan energi listrik tidak dapat
dipenuhi oleh pembangkit berkapasitas besar karena adanya keterbatasan saluran transmisi. Oleh karena diperlukan
pembangkit yang efisien seperti jenis pembangkit listrik tersebar. Isu lain yang mendorong pengembangan DG
adalah tingginya biaya transmisi dan distribusi (Willis and Scott, 2000). Pembangunan saluran transmisi baru
membutuhkan biaya investasi yang besar. Dengan demikian diperlukan suatu pembangkit yang bisa dipasang di
dekat beban seperti DG. DG dengan kapasitas daya yang kecil dapat digunakan untuk melayani beban puncak yang

hanya terjadi pada jam-jam tertentu tiap harinya (Delfino, 2002).
Fenomena gangguan dalam sistem tenaga listrik merupakan fenomena yang menarik bagi banyak peneliti.
Crossley and Crossley (2003) memaparkan pengaruh impedansi gangguan terhadap operasi peralatan proteksi
dengan menggunakan bantuan PSCAD. Heine and Lehton (2003) memaparkan pengaruh gangguan terhadap
tegangan pada berbagai lokasi di saluran distribusi. Suatu model matematis dari sistem dibuat dan voltage sag pada
berbagai tingkat gangguan diamati. Kondisi jaringan tegangan rendah pada saat terjadi gangguan terjadi di beberapa
lokasi di jaringan tegangan tinggi juga diamati. Celi and Pilo (2001) memaparkan pengaruh DG terhadap sistem
tenaga. Dengan menggunakan algoritma genetik, dibuat suatu software yang dapat menentukan alokasi
pembangkitan optimal dengan memperhatikan kekangan teknis, seperti kapasitas saluran, profil tegangan dan arus
hubung singkat 3 fase pada saluran tenaga.
Dengan adanya DG ini, kondisi sistem tenaga menjadi lebih rumit untuk dipahami. Oleh karena itu, sangat
diperlukan untuk mengetahui pengaruh pemasangan DG terhadap perubahan apapun di dalam sistem. Secara
konvensional, dianggap bahwa tenaga listrik pada sistem distribusi selalu mengalir dari gardu induk ke ujung
penyulang baik dalam operasi dan perencanaannya. Pengoperasian DG mengakibatkan aliran daya terbalik dan
profil tegangan yang kompleks pada sistem distribusi. Kesulitan yang muncul dalam sistem tergantung pada strategi
penempatan DG. Berkaitan dengan sistem proteksi biasanya didesain dengan menganggap sistemnya adalah radial.

E-43

Simposium Nasional RAPI VIII 2009


ISSN : 1412-9612

Dengan adanya pengoperasian DG, sebagian sistem tenaga berubah menjadi tidak radial lagi, yang berarti
koordinasi antar peralatan proteksinya berubah (Girgis and Brahma, 2001). Pengaruh DG pada koordinasi proteksi
dipengaruhi oleh ukuran, jenis dan lokasi penempatan DG.
Metodologi Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah sistem distribusi standard IEEE 18 bus seperti yang digunakan oleh
Grady et al (1992) dengan diagram garis tunggal seperti gambar 1. Jalannya penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Penelitian dimulai dengan membuat model sistem distribusi dan DG dengan menggunakan ETAP Power
Station dan memasukkan data-data sistem yang diperlukan.
2. Setelah modelnya lengkap dilakukan simulasi gangguan hubung singkat satu fase ke tanah. Mula-mula
dilakukan simulasi gangguan tanpa adanya DG dalam sistem, setelah itu dilakukan simulasi gangguan dengan
adanya DG. Besarnya arus gangguan yang mengalir pada sistem distribusi dapat diketahui dari hasil simulasi.
3. Simulasi dilakukan dengan memvariasi lokasi gangguan, jumlah DG, lokasi pemasangan DG.
4. Setiap langkah simulasi diikuti dengan pencatatan nilai arus gangguan pada sistem.
Gambar 1 menunjukkan sistem distribusi standard IEEE 18 bus. 16 bus terletak pada sistem distibusi 12,5
kV dan 2 bus (50 dan 51) terletak pada sisi 138 kV dari trafo gardu induk yang disuplai dari sebuah swing bus.
Sistem distribusinya bertipe radial dengan 2 penyulang utama. Penyulang pertama terdiri dari 8 bus (bus no.1 – 8)
dan penyulang kedua terdiri dari 7 bus (bus no. 20 – 26). Pada sistem distribusi 12,5 kV terpasang kapasitor di 9

busnya. Sistem ini sama dengan yang digunakan oleh Grady et al (1992). DG yang dipakai dalam simulasi ini adalah
turbin mikro 480 V, 250 kW seperti yang digunakan oleh Kirawanich et al (2004).

Gambar 1 Diagram garis tunggal sistem distribusi standard IEEE 18 bus

Bus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
20
21
22
23
24

25
26
50
51

Tabel 1 Data beban
Beban
Aktif ( kW ) Reaktif ( kVAr)
1
0
200
120
400
250
1500
930
1
0
800
500

200
120
1000
620
500
310
1000
620
300
190
200
120
800
500
500
310
1000
620
200
120

1
0
1
0

E-44

Simposium Nasional RAPI VIII 2009

ISSN : 1412-9612

Tabel 2 Impedansi saluran distribusi
Dari Ke Resistansi Reaktansi
Bus Bus
(Ohm)
(Ohm)
1
2
0.0673
0.1881

2
3
0.0939
0.2620
3
4
0.0494
0.1378
4
5
0.1400
0.3909
5
6
0.0461
0.1288
6
7
0.2688
0.3313

7
8
0.6359
0.4770
2
9
0.2666
0.3452
20
21
0.3472
0.4495
21
22
0.7505
0.9716
21
23
0.6227
0.8063

23
24
0.4547
0.5888
23
25
0.5823
0.7177
25
26
0.3450
0.4250
50
1
0.0488
0.0552
50
51
0.0078
0.0538

Tabel 3 Data Kapasitor yang terpasang
Nama

Bus

C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
C10

2
3
4
5
7
20
21
24
25
50

Daya Reaktif
( kVAr )
1050
600
600
1800
600
600
1200
1500
900
1200

Turbin mikro sebagai DG
250 kW
0.48 kV
bus
T3
250 kVA

c5
1800 kvar

c7
600 kvar

8

c4
600 kvar

c2
1050 kvar

c3
600 kvar

c50
1200 kvar

12.5 kV
7
12.5 kV

6
12.5 kV

4
12.5 kV

5
12.5 kV

2

3

1

12.5 kV

12.5 kV
L7

L4

L5

B1
1 kVA

L16

B8
1177 kVA

B7
B6
233 kVA 943 kVA

B5
1 kVA B4
1765 kVA

L.a

N

50

L.b

L6

B2
233 kVA

B50
1 kVA

L9

L3

51
138 kV

20
12.5 kV

B3
472 kVA

B51
1 kVA

C20
600 kvar

L10

9
12.5 kV

B9
588 kVA

B20
1177 kVA

C21
1200 kvar

21
12.5 kV

26
12.5 kV

B21
355 kVA

L11

22
12.5 kV

23

L13

12.5 kV
25
12.5 kV
B26
233 kVA

L12

L1

L2

substation
100 MVA

12.5 kV

L15

B22

24
L14

12.5 kV

B23

233 kVA

943 kVA
c25
900 kvar
B25
1177 kVA

B24
588 kVA

c24
1500 kvar

Gambar 2 Model sistem distribusi standard IEEE 18 bus dalam ETAP

E-45

Swing Power Grid
10 MVAsc

Simposium Nasional RAPI VIII 2009

ISSN : 1412-9612

Turbin mikro sebagai DG
250 kW
0.48 kV
DG

.769kA

3%
64.7

T3
250 kVA
4%
85.6

c4
600 kvar

c2
1050 kvar

c3
600 kvar

.063kA

6

7
12.5 kV
1%
87.3

.063kA

L1

3%
88.3

12.5 kV

L2.063kA

4
12.5 kV

5
12.5 kV8%

4%
90.0

L3

.063kA

2

3

1

12.5 kV

12.5 kV

L4

.063kA

L5

L7

4%
91.1

L6

.063kA

.063kA

B5
1 kVA B4
1765 kVA

5%
91.2

B3
472 kVA

51
138 kV

substation
100 MVA

.381kA

B1
1 kVA
B2
233 kVA

.02kA

B50
1 kVA

B51
1 kVA

%
87.1

20
12.5 kV

C20
600 kvar

L 10

9
12.5 kV

B9
588 kVA

B20
1177 kVA

C21
1200 kvar

%
87.1

21
12.5 kV

22
12.5 kV

%
87.1

%
87.1

B21
355 kVA

L 11

26
12.5 kV

23

L13
%
87.1

12.5 kV

L1 2

25
12.5 kV
1%
B26
233 kVA

Swing Power Grid
10 MVAsc

4%
98.7

L.b

L.a

.381kA
0.4
4 kA

L1 6

B8
1177 kVA

B7
B6
233 kVA 943 kVA

87.1%

12.5 kV

89.1

L9

12.5 kV

c5
1800 kvar

c7
600 kvar

8

87.

L15
24
L14

B22
87.1%

12.5 kV

B23

233 kVA

943 kVA
c25
900 kvar
B25
1177 kVA

B24
588 kVA

c24
1500 kvar

Gambar 3 Salah satu hasil simulasi gangguan yang terjadi pada bus 2 dengan adanya DG di bus 8
Hasil Dan Pembahasan
Program analisis hubung singkat dalam ETAP dapat menganalisis gangguan 3 fase, gangguan saluran ke
tanah, gangguan saluran ke saluran, dan gangguan saluran ganda ke tanah pada sistem distribusi. Program akan
menghitung arus hubung singkat kontribusi dari motor, generator dan sistem utility. Analisis hubung singkat yang
dilakukan pada penelitian ini adalah gangguan hubung singkat satu fase ke tanah. Arus hubung singkat pada bus
yang terganggu dihitung setelah 30 siklus (kondisi steady state). Generator dan saluran dimodelkan dengan reaktansi
urutan positif, negatif dan urutan nol. Pentanahan generator dan transformator, dan hubungan belitan transformator
juga dimasukkan pada saat membangun jaringan urutan positif, urutan negatif dan urutan nolnya. Perhitungan arus
hubung singkatnya menggunakan standar ANSI/IEEE, dimana sumber tegangan ekuivalen pada lokasi ganguan,
yang sama dengan tegangan sebelum terjadi gangguan, menggantikan semua sumber tegangan eksternal dan sumber
tegangan internal mesin. Dianggap bahwa tidak terjadi busur api pada tempat terjadinya hubung singkat sehingga
resistans busur api tidak diperhitungkan. Impedans sistem dianggap seimbang dan metode komponen simetris
digunakan untuk perhitungan gangguan tak seimbang.
Besarnya impedansi saluran antar bus pada sistem distribusi standar IEEE 18 bus berbeda-beda nilainya.
Impedansi totalnya akan semakin besar bila jaraknya semakin jauh dari power grid. Adanya gangguan tak simetris
pada sistem distribusi yang berupa gangguan satu fase ke tanah mengakibatkan terjadinya perubahan aliran daya.
Arus yang semula mengalir menuju masing-masing bus, berubah arah dan magnitudenya menuju ke bus yang
terganggu.
Pada saat sistem tanpa DG, arus gangguan yang terjadi hanya kontribusi dari power grid saja. Magnitude arus
gangguannya ditentukan oleh impedansi antara power grid dengan lokasi terjadinya gangguan. Impedansi ini
meliputi impedansi urutan positif, urutan negatif dan urutan nol dari power grid, transformator gardu induk, dan
saluran. Tabel 4 dan gambar 4 menunjukkan magnitude arus gangguan saat sistem distribusi tanpa DG bervariasi
nilainya tergantung pada lokasi gangguan. Pada penyulang pertama, arus gangguan yang paling kecil dihasilkan oleh
gangguan pada bus no 8 (bus yang terjauh dari power grid), sedangkan arus gangguan paling besar dihasilkan oleh
gangguan pada bus no 2 (bus yang terdekat dengan power grid). Pada penyulang kedua, arus gangguan yang paling
kecil dihasilkan oleh gangguan pada bus no 26 (bus yang terjauh dari power grid), sedangkan arus gangguan yang
paling besar dihasilkan oleh gangguan pada bus no 20 (bus yang terdekat dengan power grid). Semakin jauh bus
tersebut dari power grid, maka impedansi salurannya akan semakin besar. Semakin besar impedansi salurannya
maka arus gangguannya akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
Pemasangan sebuah DG pada sistem distribusi mengakibatkan perubahan arus gangguan. Arus gangguan
yang terjadi pada suatu bus merupakan kontribusi dari power grid dan DG. Magnitude arus gangguannya,

E-46

Simposium Nasional RAPI VIII 2009

ISSN : 1412-9612

ditentukan oleh impedansi antara power grid dengan lokasi terjadinya gangguan serta ditentukan oleh impedansi
antara DG dengan lokasi terjadinya gangguan. Kontribusi DG terhadap arus gangguan lebih kecil dibandingkan
dengan kontribusi power grid. Tabel 4 dan gambar 4 menunjukkan pemasangan sebuah DG pada suatu bus tertentu
dalam sistem distribusi mengakibatkan kenaikan magnitude arus gangguan. Variasi lokasi pemasangan sebuah DG
pada salah bus di penyulang pertama mengakibatkan perubahan magnitude arus gangguan. Semakin dekat lokasi
pemasangan DG dengan lokasi terjadinya gangguan maka arus gangguannya akan semakin besar. Hal ini
disebabkan semakin dekat dengan DG, maka impedansi salurannya akan semakin kecil sehingga kontribusi DG
terhadap arus gangguan juga akan semakin besar. Secara keseluruhan terlihat bahwa kontribusi DG terhadap arus
gangguan pada penyulang pertama adalah lebih besar dari penyulang kedua. Hal ini terlihat dari variasi arus
gangguan yang lebih besar pada penyulang pertama. Sebagian besar arus gangguan yang terjadi pada penyulang
kedua adalah kontribusi dari power grid.
Tabel 4 Arus gangguan pada sistem pada saat 1 buah DG dipasang pada bus tertentu
Lokasi
Arus gangguan (A) dengan adanya 1 buah DG di
Gangguan Tanpa DG Bus 8 bus 7 bus 6 bus 5 bus 4 Bus 3 bus 2 bus 1
Bus 8
150
271
232
207
190
175
164
163
156
Bus 7
179
292
309
266
239
215
200
199
188
Bus 6
211
311
324
341
298
263
241
239
224
Bus 5
241
328
336
348
362
311
281
278
258
Bus 4
303
379
386
396
406
422
369
365
331
Bus 3
371
435
440
446
452
462
474
466
414
Bus 2
381
444
449
455
461
470
481
482
427
Bus 1
505
562
566
569
572
576
581
581
588
326
348
350
351
352
354
356
356
358
Bus 20
248
260
261
262
262
263
264
264
266
Bus 21
185
191
192
192
192
193
194
194
194
Bus 23
149
153
153
154
158
154
155
155
155
Bus 25
130
133
134
134
154
134
134
134
135
Bus 26

Tanpa DG

Arus gangguan (A)

600

1 DG di bus 8
500

1 DG di bus 7
1 DG di bus 6

400

1 DG di bus 5
1 DG di bus 4

300

1 DG di bus 3
200

1 DG di bus 2
1 DG di bus 1
bus 26

bus 25

bus 23

bus 21

bus 20

bus 1

bus 2

bus 3

bus 4

bus 5

bus 6

bus 7

bus 8

100

Lokasi gangguan

Gambar 4 Arus gangguan yang terjadi pada sistem saat tanpa DG dan saat ada 1 buah DG

E-47

Simposium Nasional RAPI VIII 2009

ISSN : 1412-9612

700
2 DG di bus 8

Arus gangguan (A)

600

2 DG di bus 8 & 7

500

2 DG di bus 8 & 6

400

2 DG di bus 8 & 5
2 DG di bus 8 & 4

300

2 DG di bus 8 & 3

200

2 DG di bus 8 & 2
2 DG di bus 8 & 1

100

2 DG di bus 1

0
bus 8

bus 4

bus 1

Lokasi gangguan

Gambar 5 Arus gangguan yang terjadi pada sistem dengan adanya 2 buah DG
Tabel 5 Arus gangguan yang terjadi pada sistem saat 2 buah DG dipasang pada 1 bus tertentu
Arus gangguan (A) dengan adanya 2 DG di
Lokasi gangguan
Bus 8 Bus 7 Bus 6 Bus 5 Bus 4 Bus 3 Bus 2 Bus 1
Bus 1
597
607
615
621
633
645
647
668
Bus 2
477
489
501
514
537
568
572
467
Bus 3
468
480
493
507
531
564
550
452
Bus 4
415
431
451
476
519
422
414
355
Bus 5
370
392
419
458
361
311
306
273
Bus 6
364
395
437
360
297
262
259
234
Bus 7
359
402
322
278
238
215
213
196
Bus 8
359
282
239
213
189
174
173
161
Jumlah DG yang terpasang pada sistem juga berpengaruh terhadap magnitude arus gangguan. Tabel 5
menunjukkan bahwa pemasangan 2 buah DG mengakibatkan arus gangguan di suatu bus menjadi lebih besar dari
saat hanya 1 buah DG terpasang. Hal ini disebabkan karena arus gangguan yang terjadi merupakan kontribusi dari 3
buah sumber yaitu dari power grid dan 2 buah DG. Kedua DG yang dipasang pada sebuah bus dalam sistem tersebut
mempunyai kapasitas sama sehingga kontribusinya terhadap arus gangguan adalah sama besar. Impedansi urutan
dari kedua DG adalah konstan walaupun lokasi terjadi gangguannya berubah-ubah. Dengan demikian, impedansi
saluranlah yang akan menentukan kontribusi dari masing-masing DG. Pada saat kedua DG dipasang pada bus yang
berbeda, juga mengakibatkan kenaikan arus gangguan seperti ditunjukkan pada gambar 5. Kontribusi masingmasing DG terhadap arus gangguan menjadi tidak sama. Kontribusinya juga ditentukan oleh besarnya impedansi
antara DG tersebut dengan lokasi terjadinya gangguan. Semakin dekat DG dengan lokasi terjadinya gangguan maka
kontribusinya akan semakin besar. Berdasarkan gambar 5, arus gangguan di bus 8 paling besar terjadi ketika kedua
DG dipasang pada bus 8 itu sendiri. Arus gangguan di bus 1 paling besar terjadi ketika kedua DG dipasang pada bus
1. Arus gangguannya akan semakin kecil bila salah satu DG dipasang menjauhi lokasi terjadinya gangguan. Kondisi
ini jelas terlihat ketika gangguannya terjadi pada bus 4.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada saat sistem belum terpasang DG, arus gangguan hanya ditentukan oleh lokasi terjadinya gangguan saja.
Semakin dekat lokasi gangguan dengan power grid, maka arus gangguannya akan semakin besar.
2. Pemasangan DG pada sistem mengakibatkan kenaikan arus gangguan khususnya ketika gangguannya terjadi di
dekat lokasi pemasangan DG.
3. Jumlah dan lokasi DG juga berpengaruh terhadap magnitude arus gangguan.

E-48

Simposium Nasional RAPI VIII 2009

ISSN : 1412-9612

Daftar Pustaka
Celli G. and Pilo, F., (2001), “Optimal distributed generation allocation in MV distribution networks”, Proceedings
of the 2001 IEEE/PES Conference on Power Industry Computer Application, pp. 81 – 86
Delfino, B., (2002), “Modeling of the integration of distributed generation into the electrical system”, Proceedings
of the 2002 IEEE Power Engineering Society Summer Meeting, Volume 1, pp. 170 – 175
Erezzaghi, M. E. and Crossley, P. A., (2003), “The effect of high resistance faults on a distance relay”, Proceedings
of the IEEE Power Engineering Society General Meeting, Volume 4, 13-17 July 2003, pp. 2133
Girgis A. and Brahma, S., (2001), “ Effect of distributed generation on protective device coordination in distribution
system”, Proceedings of the 2001 Large Engineering Systems Conference, pp. 115 – 119
Grady, W.M., Samotyj, M.J., and Noyola, A.H, (1992), ‘‘The application of network objective functions for
minimizing the impact of voltage harmonics in power systems, in IEEE Trans. on Power Delivery, vol.7.
no.3, pp. 1379 – 1385
Heine P. and Lehtonen, M., (2003), “Voltage sag distributions caused by power system faults”, IEEE Transactions
on Power Systems, Volume 18, Issue: 4, pp. 1367 – 1373
Kirawanich, P., O’Connell, R.M., and Brownfield, G., (2004), ‘‘Microturbine harmonic impact study using ATPEMTP”, in 2004 11th International Conf. on Harmonics and Quality of Power, pp. 117 – 122
Willis, H. L. and Scott, W. G., (2000), “Distributed Power Generation Planning and Evaluation, Marcel Dekker,
Inc.

E-49

Dokumen yang terkait

Studi Pemanfaatan Distributed Generation ( DG ) Pada Jaringan Distribusi

11 90 64

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) PADA JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL TERHADAP KOORDINASI PROTEKSI

3 35 91

Analisis Hubung Singkat 3 Fasa Pada Sistem Distribusi Standar Ieee 18 Bus dengan Adanya Pemasangan Distributed Generation (DG)

0 3 7

Analisis Pengaruh Pemasangan Distributed Generation Pada Jaringan Distribusi Pusdiklat Migas Cepu.

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Hubung Singkat Line To Ground Pada Sistem Distribusi Standar IEEE 18 Bus Dengan Adanya Pemasangan Distributed Generation (DG) Menggunakan Program Etap Power Station 4.0.

0 1 5

PENDAHULUAN Analisis Hubung Singkat Tiga Phase Pada Sistem Distribusi Standar Ieee 18 Bus Dengan Adanya Pemasangan Distributed Generation (DG) Menggunakan Program Etap Power Station 4.0.

0 2 5

SIMULASI ALIRAN DAYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION PADA SISTEM DISTRIBUSI 12,5 kV STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN Simulasi Aliran Daya Pemasangan Distributed Generation Pada Sistem Distribusi 12,5 Kv Standar Ieee 18 Bus Dengan Menggunakan Software Etap Po

0 0 22

Studi Rekonfigurasi Jaringan dan Penentuan Lokasi Distributed Generation (DG) Pada Sistem Distribusi 3 Phasa Metode Newthon Rhapson Untuk Meningkatkan Keluaran Daya Aktif DG

0 2 6

PENGARUH PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION TERHADAP PROFIL TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI EFFECT OF APPLYING DISTRIBUTED GENERATION TO VOLTAGE PROFILE AT DISTRIBUTED NETWORK

0 0 8

DISTRIBUTED GENERATION (DG) PADA SISTEM DISTRIBUSI RADIAL 3 PHASA METODE NEWTON-RAPSHON UNTUK MENINGKATKAN KELUARAN DAYA AKTIF DG

0 0 159