Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri 20 C, sedangkan suhu
laboratorium bervariasi antara + 10 C. Ketidakpastian karena pengaruh ini dapat
dihitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air 2,1 x 10
-4
C
-1
, dimana akan memberikan :
+ V x
t ∆
x y + 5 x 10 x 2,1 x 10
-4
= 0,0105 mL 3
0,0105
_ 5
=
temp
V U
= 6,0622 x 10
-2
mL
Ketidakpastian Gabungan Pipet 5 mL
mL x
x x
V U
V U
V U
V U
rep temp
cal 2
2 3
2 2
2 _
5 2
_ 5
2 _
5 5
10 259
, 4
10 2124
, 1
10 224
, 41
− −
−
= +
= +
+ =
b. Ketidakpastian Labu Takar 100 mL
Ketidakpastian labu takar 100 mL, mL dapat dihitung dari penggabuangan tiga pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi, pengaruh suhu,dan keterulangan.
1 Kalibrasi
Toleransi labu takar yang diberikan oleh perusahaan adalah 100 mL + 0,02 mL, yang diukur pada suhu 20
C, karena tidak diberikan informasi mengenai tingkat kepercayaan sehingga diasumsikan sebagai distribusi segitiga merupakan perkiraan
yang sesuai, sebab peralatan gelas volumetrik dianggap cukup akurat. 6
02 ,
_ 100
=
cal
V U
= 8,165 x 10
-3
mL
Universitas Sumatera Utara
2 Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri 20 C, sedangkan suhu
laboratorium bervariasi antara + 10 C. Ketidakpastian karena pengaruh ini dapat
dihitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air 2,1 x 10
-4
C
-1
, dimana akan memberikan variasi labu takar 100 mL sebagai berikut :
+ V x
t ∆
x y + 100 x 10 x 2,1 x 10
-4
= 0,21 mL 3
21 ,
_ 100
=
temp
V U
= 1,124 x 10
-1
mL
3 Perulangan
Dalam penelitian ini perulangan tidak ditentukan secara langsung dalan laboratorium, maka diasumsikan ketidakpastian perulangan pengisian labu bakar adala
+ 1 tetes dengan distribusi seragam. Ini dikarenakan labu takar diisi setetes demi setetes.
3 05
,
_ 100
=
rep
V U
= 2,8868 x 10
-2
mL
Ketidakpastian Gabungan Labu Takar 100 mL
mL x
x x
x V
U V
U V
U V
U
rep temp
cal 1
2 2
1 2
3 2
_ 100
2 _
100 2
_ 100
100
10 2490
, 1
10 8868
, 2
10 2124
, 1
10 165
, 8
− −
− −
= +
+ =
+ +
=
Universitas Sumatera Utara
3.5 Analisa Data
3.6.1 Analisa Variansi
a. Analisis Jumlah Kuadrat JK Utama
1. Faktor Koreksi FK
FK = rn
T
2 ijk
2. Jumlah Kuadrat perlakuan JK
perlakun
JK
p
= TY
ijk 2
– FK 3. Jumlah Kuadrat Kelompok JK
kelompok
JK
k
= FK
n TK
2
− 4. Jumlah Kuadrat Galat JK
galat
JK
g
= JK
total
– JK
perlakuan
b. Analisis Jumlah Kuadrat JK Faktorial
5. Derajat bebas
υ
perlakuan
= n-1 υ
galat
= rn-1
6. Kuadrat Tengah KT a.
Kuadrat Tengah Perlakuan KT
p
KT
p
= p
p v
JK b.
Kuadrat Tengah Galat KT
g
KT
g
=
G G
v JK
= E
Universitas Sumatera Utara
7. F
Hitung
F
Hitung perlakuan
F
k
F
k
=
g
KT p
KT
3.6.2 Uji Hipotesa
Uji Hipotesa 1,2 dan 3
1 Hipotesa Nol
3,4 2,
1, i
A :
H
i o
1
= =
Yang berarti bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap kekuatan tarik film karet alam.
2,3 1,
j B
: H
j o
2
= =
Yang berarti tidak ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap kemuluran film lateks karet alam.
3 2,
1, j
; 3
2, 1,
i AB
: H
ij o
3
= =
=
Yang berarti tidak ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap ketahanan sobek film lateks karet alam.
Hipotesa Alternatif 3,4
2, 1,
i A
: H
i 1
1
= ≠
Yang berarti bahwa ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap kekuatan tarik film lateks karet alam.
2 1,
j B
: H
j 1
2
= ≠
Yang berarti bahwa ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap kemuluran film lateks karet alam.
Universitas Sumatera Utara
3 2,
1, j
; 3
2, 1,
i AB
: H
ij o
3
= =
=
Yang berarti ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap ketahanan sobek film lateks karet alam.
Cara Pengujian
H
1
dipakai statistik F
1
=
Ey Ay
M M
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh F a-1, ab n-1. H
2
dipakai statistik F
2
=
Ey By
M M
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh F b-1, ab n-1. H
3
dipakai statistik F
3
=
Ey AB
M M
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh F a-1b-1, ab n-1.
Kriteria Pengujian:
Pada batas ketangguhan α = 0,05 pada daerah kritis pengujian berlaku:
o 3
o 2
o 1
H ;
H ;
H diterima bila F hitung F tabel.
1 3
1 2
1 1
H ;
H ;
H
diterima bila F hitung F tabel
Universitas Sumatera Utara
3.6 Skema Pengambilan Data
3.5.1. Kalibrasi PencetakPembentuk Standar Italia
Dicelupkan dalam CaNO
3 2
Dicelupkan dalam metanol
Dicuci dengan asam asetat 10
Dicuci dengan KOH 10 Dicuci dengan air
Pencetak
Plat Pencetak Yang Sudah Bersih
Pencetak
Pencetak Pencetak Untuk Sampel
Dikeringkan selama 5 menit
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Penentuan Waktu Kemantapan Mekanik Lateks
Diencerkan dengan amonia 1,6
Dipanaskan pada suhu 35-36 C
Disaring Ditimbang sebanyak 80 gram
Diletakkan pada alat klakson stirrer Sampel Lateks Yang
Telah diketahui TSC Ditimbang
Sampel Lareks
Sampel lateks
MST
Waktu Kemantapan Mekanik
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Penentuan Jumlah Padatan Total TSC
Sampel lateks
Lateks yang telah dipanaskan
Jumlah Padatan Total TSC
Ditimbang 3 gram Dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada
suhu 70 C
Didinginkan Ditimbang
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Bagan Alir Pencelupan Produk latek
.
Catatan : Perlakuan yang sama diulangi dengan variasi amonium laurat 0,05, 0,07 dan 0,09 .
Ditambahkan Sulfur 50 3,75 gram Ditambahkan kaolin 50 30 gram
Ditambahkan ZDBC 50 0,75 gram Ditambahkan ZnO 50 3,78 gram
Ditambahkan KOH 10 2,25 gram
Ditambahkan wingstayl 2,75 gram
Dicelupkan kedalam Plat Menentukan Tahap Pematangan dengan teknik
bilangan CHCl
3
Maturasi selama 24 jam
Dicelupkan kedalam larutan CaNO
3
dan metanol Lateks HA AL 240 gram
Bahan-bahan Kompon Pra vulkanisasi Pra vulkanisasi pada suhu 70
C
Kompon Pra vulkanisasi
Pendebuan Vulkanisasi pada Suhu 100
C selama 30 menit Sampel dikeringkan dalam suhu kamar
Kompon Hasil Maturasi Stirer selama 2 jam
Uji TSC
Kompon dalam Plat Pencelupan
Dikeringkan
CaCO
3
Stripping Produk film
Universitas Sumatera Utara
3.5.5 Pengujian Sifat Mekanik
Produkfilm Dikarakterisasi
Morfologi Permukaan SEM
Kekuatan Tarik Ketahanan
Sobek Kemuluran
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Karakteristik Sampel dan Pengujian Sifat Mekanik
Telah dilakukan pengujian sifat mekanik terhadap semua jenis sampel dalam penelitian ini, diperoleh hasil rata-rata. Data merupakan data awal rata-rata setiap
sampel telah dibuat dalam bentuk grafik. Pengujian tarik dilakukan pada Torsces Electronik sistem Universal system mechine. Alat penguji terdiri dari bagian
pencatat yang dapat menunjukkan besarnya tenaga tarikan yang telah dilakukan dan diteruskan dalam bentuk grafik. Hasil pengujian didapatkan pengukuran harga Load
dan Stroke. Harga Load mempunyai satuan dalam Kgf yang kemudian dikonfersikan ke satuan Nm
2
dan Stroke dalam mmmenit. Hasil penelitian ini diolah kembali untuk mendapatkan regangan dan tegangan.
Harga tegangan dihitung dengan rumus Tegangan =
= Contoh : - Sampel spesimen uji mempunyai tebal = 2mm dan lebar = 5 mm
maka : Ao = 0,3×0,5 mm
2
= 0,15 mm
2
dan bila harga load = 3,38 Kgf Maka harga tegangan di peroleh :
Tegangan =
2 15
, 38
, 3
mm Kgf
= 22,53 Kgf mm
2
Harga ini dirubah untuk menggunakan satuan Nm
2
, maka diperoleh Tegangan = 22,53
= 221,0 x 10
6
N m
2
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk setiap jenis sampel, hasil pengujian tarik yang lain.
Perhitungan ketahanan sobek dapat dilihat pada tabel 3 halaman 54 yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
L x t
1
Kekuatan sobek = t
2
dimana L
= kekuatan maksimum yang digunakan t
1
= ketebalan standar dari potongan yang diuji 2,5 mm t
2
= ketebalan dari spesimen yang diuji.
Selanjutnya dari data hasil perhitungan statistik dengan menggunakan ANAVA yang dapat dilihat pada tabel 5, tabel 6 dan tabel 7 pada halaman 56, dimana
dapat dilihat bahwa F hitung untuk variasi konsentrasi amonium laurat terhadap kekuatan tarik dan kemuluran serta ketahanan sobek film lateks karet alam lebih besar
dari F tabel.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hipotesa 1
Dari hipotesa-1 diperoleh harga F
Hitung
lebih besar dari F
Tabel
, maka
1 1
H diterima dan
1
H ditolak, berarti ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap kekuatan tarik.
Dalam penelitian diperoleh dengan konsentrasi amonium laurat pada 0,05 memiliki kekuatan tarik sebesar 45.998 x 10
6
Nm, dengan demikian konsentrasi yang baik digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 .
Penambahan bahan pengemulsi amonium laurat akan menghasilkan sistem dispersi koloid yang mantap dan akan memudahkan dalam pembetukan reaksi ikat
silang yang lebih baik. Partikel karet akan lebih mudah terdispersi dengan sulfur yang
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai zat pemvulkanisasi. Semakin banyak zat pengemulsi yang ditambahkan maka akan semakin besar waktu kestabilannya dan hal ini akan
mempengaruhi kekuatan tariknya .
4.2.2 Hipotesa 2
Dari hipotesa-2 diperoleh harga F
Hitung
lebih besar dari F
Tabel
, maka
1 2
H diterima dan
2
H ditolak, berarti ada pengaruh konsentrasi amonium laurat terhadap kemuluran film lateks karet alam .
Dalam penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada table 2 halaman 55, pada konsentrasi 0,05 dan 0 memiliki harga kemuluran yang tinggi, yaitu 61906.66
dan 62316.66 .
Molekul-molekul karet diubah menjadi molekul-molekul yang kenyal melalui pembentukan ikatan silang sulfur. Semakin banyak zat pengemulsi yang ditambahkan
maka akan semakin besar waktu kestabilannya dan hal ini akan mempengaruhi kemuluran yang akan semakin kecil. Pada konsentrasi 0 kemuluran sangat tinggi
namun untuk penggunaan sebagai produk bahan jadi memiliki kualitas yang kurang baik, hal ini disebabkan karena lateks tanpa bahan pengemulsi amonium laurat tidak
memenuhi standar mutu lateks pekat. Lateks dengan konsentrasi amonium laurat 0 memliki waktu kemantapan mekanik dibawah 650 lihat lampiran 1 tabel 4 halaman
55 hal ini akan menyebabkan flokulasi yang lebih cepat, dan yang memenuhi standar yaitu lateks yang memiliki nilai waktu kemantapan mekanik min 650 lampiran 3
halaman 57 .Semakin besar kekuatan tarik dari suatu sampel maka akan semakin kecil kemulurannya.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Hipotesa 3
Dari hipotesa-3 diperoleh harga F
Hitung
lebih besar dari F
Tabel
, maka
1 3
H
diterima dan
3
H
ditolak, berarti ada pengaruh interaksi antara konsentrasi amonium laurat terhadap sifat ketahanan sobek film lateks karet alam .
Dalam penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada table 3 halaman 55, yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,07 dan 0,09 ketahanan sobek nya lebih
tinggi yaitu 18.479 x 10
6
dan 19.845 x 10
6
Hal ini terjadi karena bahan pengemulsi merupakan bahan yang apabila ditambahkan akan menghasilkan laju koagulan pada
lateks pekat. Penggunaan bahan pengemulsi bertujuan untuk menjaga kestabilan lateks dan mengendapkan ion-ion logam yang dikandung lateks. Pengaruh. Semakin banyak
konsentrasi zat antikoagulan yang ditambahkan maka ketahanan terhadap pengikisan akan semakin lama.
4.3 Analisis Morfologi Permukaan dengan Skanning Elektron Mikroskopi SEM
Analisis digunakan untuk melihat struktur permukaan dari film lateks karet alam dengan menggunakan variasi konsentrasi amonium laurat antara konentrasi 0,05
dan 0,07 . Dari hasil analisis permukaan dengan Skanning Elektron Mikroskopi SEM menunjukkan perbandingan diantara keduanya, dimana struktur pada
konsentrasi pada 0,05 lebih teratur dibandingkan konsentrasi pada 0,07 Hal ini dapat dilihat pada hasil yang diperoleh konsentrasi amonium laurat pada konsentrasi
0,07 lebih teratur dan penyebarannya juga lebih merata lihat lampiran 6 dan 7
halaman 61 dan 62 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan