53
paling signifikan adalah produksi minyak sawit. Dari tahun 1980-2009, produksi minyak sawit meningkat sebesar 10 kali lipat, mengalahkan minyak kedelai yang
hanya meningkat sebesar 2,7 kali lipat dalam jangka waktu yang sama. Pada tahun 2009, produksi minyak sawit dunia telah mencapai 45,1 juta ton atau sebesar 34
persen, mengalahkan pangsa pasar minyak kedelai, minyak kanola, dan minyak bunga matahari yang secara berturut-turut sebesar 27,1 persen, 16 persen, dan 9,8
persen.
Tabel 11. Produksi Minyak Nabati Dunia, 1980-2009
Minyak Nabati 1980
1990 2000
2009 Jumlah
Jumlah Jumlah
Jumlah
Minyak Kedelai 13.4
33.7 16.1
26.5 25.6
27.7 35.9
27.1 Minyak Sawit
4.5 11.3
11.0 18.1
21.9 23.7
45.1 34.0
Minyak Canola 3.5
8.8 8.2
13.5 14.5
15.7 21.5
16.2 Minyak Bunga Matahari
5.0 12.6
7.9 13.0
9.7 10.5
13.0 9.8
Minyak Inti Sawit 0.6
1.5 1.5
2.5 2.7
2.9 5.2
3.9 Minyak Nabati Lain
12.8 32.2
16.1 26.5
18.1 19.6
12.0 9.0
Total Minyak Nabati 39.8 100.0
60.8 100.0 92.5 100.0
132.7 100.0
Keterangan: Jumlah dalam juta ton Sumber: Oil World 2010 diacu dalam Teoh 2010
Saat ini persaingan diantara para produsen minyak nabati yang semakin ketat, selain dari sisi kualitas, kuantitas maupun kontinyuitas produk. Dari tahun
ke tahun kebutuhan industri terhadap minyak nabati semakin meningkat dan industri pun mempunyai banyak pilihan untuk membeli minyak nabati, akan tetapi
ketersediaannya di pasaran masih belum pasti. Kelapa sawit mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan tanaman ini tahan terhadap musim kering dibandingkan
dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Dilihat dari tingkat produktivitasnya, minyak sawit memiliki tingkat
produktivitas sebesar 3,67 tonhatahun, kemudian minyak kanola sebesar 0,55 tonhatahun, minyak kedelai sebesar 0,36 tonhatahun dan minyak bunya
matahari sebesar 0,36 tonhatahun Product Board for Margarine Fat and Oils, 2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa minyak sawit memiliki tingkat
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dilihat dari sisi kebutuhan lahan, minyak sawit hanya membutuhkan 0,26 ha
untuk menghasilkan satu ton CPO. Sementara satu ton kedelai membutuhkan 2,22
54
ha, minyak bunga matahari menghasilkan satu ton dari 2 ha lahan, dan minyak bunga kanola membutuhkan 1,52 ha untuk menghasilkan satu ton.
15
Fakta-fakta inilah yang menunjukkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan teknis
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
b Pendatang Baru Potensial
Produksi minyak sawit dunia meningkat lebih dari sembilan kali lipat sejak tahun 1980 hingga menjadi 45,1 juta ton pada tahun 2009. Peningkatan luas
lahan kelapa sawit yang begitu cepat di Indonesia mengantarkan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia sejak tahun 2007 mengalahkan
Malaysia. Negara pendatang baru yang potensial menggeser dominasi Indonesia dalam hal produksi minyak sawit bisa dikatakan tidak ada. Hal ini dikarenakan
pada tahun 2009, Indonesia dan Malaysia menguasai 85 persen dari produksi minyak sawit dunia, sehingga sulit bagi negara lain untuk mengalahkan produksi
minyak sawit Indonesia dan Malaysia. Namun, dari tahun 1980 hingga 2009, terjadi peningkatan produksi minyak sawit di negara lain seperti Thailand,
Ekuador, Kolombia, dan Papua Nugini. Keempat negara ini telah menyumbangkan 6,6 persen produksi dunia pada tahun 2009.
Tabel 12. Produksi Minyak Sawit Dunia, 1980-2009 dalam ton Negara
1980 1990
2000 2009
Indonesia 691,000
2,413,000 6,900,000
20,900,000 Malaysia
2,576,000 6,095,000
10,800,000 17,566,000
Nigeria 433,000
580,000 740,000
870,000 Kolombia
74,000 226,000
516,000 794,000
Pantai Gading 182,000
270,000 290,000
n.a. Thailand
13,000 232,000
510,000 1,310,000
Equador 37,000
120,000 215,000
436,000 Papua Nugini
35,000 145,000
281,000 470,000
Negara Lainnya 768,000
786,000 1,699,000
3,236,000
Total 4,809,000
10,867,000 21,951,000
45,582,000
Keterangan: n.a. = data tidak tersedia Sumber: Oil World 2010 diacu dalam Teoh 2010
15
Hasil Wawancara dengan Ketua Maksi, Prof. Dr. Ir. Endang Gumbira Sa’id, MADev pada 12 Oktober 2012
55
c Pemasok Minyak Sawit Dalam Negeri
Minyak sawit CPO merupakan produk utama dan terpenting dalam usaha perkebunan tanaman kelapa sawit, sehingga usaha perkebunan kelapa sawit
merupakan tulang punggung industri minyak sawit secara keseluruhan. Di Indonesia terdapat tiga jenis perkebunan kelapa sawit, yaitu Perkebunan Rakyat
PR, Perkebunan Besar Negara PBN, dan Perkebunan Besar Swasta. Pada tahun 2010 produksi minyak sawit mencapai 21.958.119 ton dimana 52,87 persen
dihasilkan oleh PBS, 38,52 persen dihasilkan oleh PR, dan 8,61 persen dihasilkan oleh PBN.
Pada Perkebunan Besar Negara PBN, perkebunan kelapa sawit dikuasai oleh 10 PTPN yang merupakan produsen CPO di Indonesia antara lain PTPN I -
PTPN VIII, PTPN XIII dan PTPN XIV. Sementara itu, pada pemain utama pada Perkebunan Besar Swasta PBS kelapa sawit diantaranya adalah Astra Agro
Lestari, Sinarmas SMART, Indofood, Permata Hijau Group, Sampoerna Agro, Musim Mas, Asian Agri, Wilmar Corporation, Bakrie Sumatera Plantation, dan
PP London Sumatera. Selain itu masih banyak lagi perusahaan-perusahaan perkebunan daerah yang kecil-kecil dan jumlahnya mencapai ratusan.
16
d Pembeli Minyak Sawit Dalam Negeri
Pada dasarnya, CPO dapat diolah menjadi tiga macam bahan kimia, yaitu methyl ester
, asam lemak fatty acid, dan gliserin glycerine. Methyl ester adalah bahan baku untuk minyak biodiesel, sejenis bahan bakar solar, sebagai pengganti
solar dengan tingkat buangan emisi lebih rendah 20. Asam lemak memiliki banyak kegunaan, tetapi yang paling umum adalah untuk obat-obatan yang
berhubungan dengan penyakit jantung, darah tinggi, dan diabetes. Gliserin merupakan bahan baku untuk berbagai industri seperti industri makanan pemanis
buatan, margarin, pengemulsi, dll, industri kosmetik bodycare krim wajah, body lotion
, lipstik dll, industri plastik, industri alkohol, industri sabun sabun mandi, sampo, deterjen, pembersih lantai dll industri bahan peledak dinamit,
nitroglycerine , industri farmasi sirup obat demam, ekspektoran dll, hingga
industri busa untuk kasur dan pakaian.
16
PT Perkebunan Nusantara VIII. 2012. Outlook Sektor Perkebunan Sawit http:www.pn8.co.id [Diakses pada 21 September 2012]
56
Di Indonesia sekitar 60 persen produksi CPO diekspor keluar negeri, dan 29 persennya dioleh menjadi minyak goreng sawit. Hal ini menunjukkan bahwa
persaingan konsumen minyak sawit terbesar terdapat pada sektor industri minyak goreng sawit. Saat ini di Indonesia terdapat 13 grup produsen utama minyak
goreng sawit, ketigabelas grup ini yaitu Indofood, Wilmar International Group, Musim Mas, Sinar Mas SMART, Permata Hijau Sawit, Astra Agro Lestari,
Sungai Budi, Duta Palma, Asian Agri, Best Agro, Incasi Raya, Pacific Interlink Sdn Bhd Grup, dan PTPN IV Lampiran 12.
e Persaingan Pelaku Industri Minyak Sawit Indonesia
Seiring dengan permintaan CPO dunia yang diprediksi naik sekitar 5 - 11 persen setiap tahun dan juga meningkatnya kebutuhan industri terhadap CPO
mendorong pelaku industri minyak sawit di Indonesia memacu produksi dan tingkat produktivitas dari perkebunan kelapa sawit. Industri pengolahan kelapa
sawit di Indonesia didominasi oleh perusahaan swasta dan perusahaan negara. Pada tahun 2010, jumlah industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mencapai
608 industri dengan kapasitas produksi sebesar 34.280 ton TBSjam dan akan terus bertambah seiring dengan pertambahan luas penanaman sehingga jumlah
perusahaan yang ada dalam industri CPO akan semakin banyak. Lampiran 9
Industri pengolahan CPO di Indonesia untuk saat ini didominasi oleh perusahaan besar swasta Astra Agro Lestari, Sinarmas, Indofood, Permata Hijau
Group, Sampoerna Agro, Musim Mas, Asian Agri, Wilmar Corporation, dan PP London Sumatera yang mempunyai modal besar untuk pembangunan unit
pengolahan CPO. Pada umumnya perusahaan besar swasta ini merupakan perusahaan yang terintegrasi secara keseluruhan dari hulu hingga hilir.
2 Struktur Pasar a PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara PT KPBN
PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara KPBN dibentuk sebagai badan pemasaran terpusat PTPN yang ada di Indonesia yang memiliki tujuan
utama untuk menyelenggarakan pemasaran hasil produksi PTPN dengan berpegang pada prinsip ekonomi dan tugas-tugas BUMN agar PTPN mendapat
manfaat yang sebesar-besarnya. Bentuk pemasaran CPO di PT KPBN adalah
57
tender, dimana diawali dengan penawaran jumlah CPO oleh PT KPBN berdasarkan PTPN yang ada lalu para peserta tender processor yang berminat
akan melakukan penawaran harga sesuai dengan informasi yang mereka miliki hingga tercapainya harga tertinggi. PT KPBN akan menerima penawaran harga
tertinggi tersebut bila berada di atas harga ancar-ancar price idea yang telah ditetapkan di awal tender oleh PT KPBN atau minimal sama dengan harga ancar-
ancar price idea tersebut. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa CPO telah terjual kepada pembeli tersebut. Siahaan, 2010
PT KPBN sebagai sebuah lembaga pemasaran bagi PTPN menjadi acuan bagi produsen lain dalam menetapkan standar kualitas produk dan harga minyak
sawit nasional. Selain sebagai lembaga pemasaran, PT KPBN juga menjalankan fungsinya dalam quality control, pencarian informasi pasar, promosi, konsultasi,
jasa pergudangan, pengapalan, customer service termasuk dalam bantuan penyelesaian klaim. Pada PT KPBN ini terdapat beberapa usaha pemasaran yang
dijalankan, antara lain: a.
Jakarta Tea Auction, setiap hari Rabu pukul 10.00 WIB. b.
Tender CPO lokal, setiap hari Senin - Jumat pukul 15.00 WIB. c.
Tender CPO ekspor, setiap bulan sekali pada minggu pertama. d.
Tender karet, setiap hari Selasa pukul 14.30 WIB. e.
Tender molassestetes, awal musim giling April - Oktober. Saat ini ada 10 PTPN yang merupakan produsen CPO Indonesia antara
lain PTPN I - PTPN VIII, PTPN XIII dan PTPN XIV. Oleh sebab itu ada 10 produsen CPO yang ada di PT KPBN. Selain itu pembeli untuk CPO lokal yang
terdaftar di PT KPBN berjumlah sekitar 50 perusahaan dengan pelanggan utama seperti: Astra Agro Lestari, Musim Mas, Multi Nabati Asahan, PT Bukit Kapur
Reksa, Permata Hijau Sawit, SMART Tbk, Wilmar Nabati Indonesia, Nagamas Palmoil Lestari, Bina Karya Prima, Darmex Oil Fats, Pelita Agung Agrindustri,
Inti Benua Perkasatama, Sinar Alam Permai, Palm Mas Asri, Tunas Baru Lampung, Pacific Palmindo Industri, Indokarya Internusa, dll. Sedangkan
pelanggan utama untuk CPO ekspor antara lain Uni Eropa Wilmar, ISISA, Safic Alcan, India Protea, China Wilmar, Malaysia, Singapura Gladale Ltd,
Wilmar, dll.
58
Produk CPO yang dipasarkan di PT KPBN adalah sejenis homogen yang memiliki kualitas seragam dan telah terstandar di seluruh Indonesia SNI.
Lampiran 10. Selain itu, informasi beredar secara sempurna dimana pergerakan
harga CPO selalu dipantau setiap saat real time baik oleh pihak PT KPBN maupun oleh pihak pembeli. PT KPBN sendiri mendapatkan informasi secara real
time dan periodik. Setiap pembeli dan penjual PTPN adalah penerima harga
dimana pergerakan harga sangat bergantung pada harga CPO internasional MDEX Malaysia dan pasar fisik Rotterdam, kursnilai tukar rupiah, serta harga-
harga minyak nabati dunia sebagai substitusinya pasar minyak kedelai USACBOT, ArgentinaGBRA, BrazilSYBV, IndiaNBTI, ChinaDCE, pasar
minyak kelapa Filipina, dll. Di samping itu KPBN juga menerima produsen CPO lain yang ingin bergabung untuk menjual produknya melalui tender di KPBN.
17
Dari penjelasan di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa struktur pasar pada pelaksanaan tender CPO lokal di PT KPBN cenderung mendekati bentuk
pasar bersaing competitive market, dimana dalam satu wilayah pasar terdapat banyak penjual dan banyak pembeli. PT KPBN sendiri menjual sebagian besar
produk CPOnya kepada pabrikan dalam negeri untuk mengutamakan memenuhi kebutuhan dalam negeri, sisanya baru diekspor ke negara-negara seperti: Uni
Eropa, India, China, Malaysia, Singapura, dlll.
b PT Bursa Berjangka Jakarta
Selain melalui KPBN, sejak tahun 2009 pemasaran CPO Indonesia juga dilakukan dalam bentuk perdagangan fisik CPO melalui PT Bursa Berjangka
Jakarta. PT Bursa Berjangka Jakarta adalah penyelenggara pasar fisik minyak sawit mentah CPO terorganisir yang melaksanakan leleng fisik CPO secara
online . Lelang secara online inilah yang memfasilitasi pihak penjual dapat
melakukan penawaran jual sebagian partial atau melakukan penawaran jual keseluruhan all or none dengan menggunakan harga patokan jual reverse price
dan memfasilitasi pihak pembeli untuk dapat memberikan penawaran beli kepada pihak penjual.
17
Sekilas Tentang PT KPBN. 2012. http:www.kpbptpn.co.idabout-0.html
[Diakses pada 7 Juni 2012]
59
Informasi penjualan CPO pada lelang wajib mencantumkan informasi seperti lokasi barang, mutu, jumlah, jenis dan tempat penyerahan serta harga
patokan jual reverse price yang akan dilelang dalam satu sesi tertentu khusus informasi mengenai harga patokan jualreverse price ini tidak dapat dilihat oleh
pembeli sampai berakhirnya lelang pada sesi tersebut. Perdagangan pada BBJ diselenggararakan setiap hari kerja, Senin sampai dengan Jumat, mulai pukul
10:45 WIB sampai dengan pukul 17:00 WIB yang setiap harinya dibagi menjadi lima sesi perdagangan, setiap sesi perdagangan dilakukan lelang selama 45 menit.
Jadwal sesi perdagangan pada PT BBJ adalah sebagai berikut: 1 Pukul 11.00 WIB sampai dengan 11.45 WIB
2 Pukul 13.00 WIB sampai dengan 13.45 WIB 3 Pukul 14.00 WIB sampai dengan 14.45 WIB
4 Pukul 15.00 WIB sampai dengan 15.45 WIB 5 Pukul 16.00 WIB sampai dengan 16.45 WIB
Peserta pada Bursa Berjangka Jakarta ini terdiri dari pembeli dan penjual. Pembeli terbagi menjadi dua, yaitu pembeli prosesor dan pembeli nonprosesor
pedagang. Sejak dibukanya pasar ini, tercatat ada 12 penjual dan 9 pembeli resmi terdaftar sebagai peserta kontrak perdagangan fisik CPO. Para penjual
terdiri dari PT Perkebunan Nusantara PTPN I hingga PTPN VIII, PTPN XIII, PTPN XIV, PT Rajawali Nusantara Indonesia dan PT Bina Karya Prima.
Sedangkan pembelinya adalah PT Bina Karya Prima, PT Musim Mas, PT Pelita Agung Agri Industri, PTPN III, PTPN XIV, PT Fath Indonesia dan PT Sinar Mas
Agro Resources and Technology Tbk.
18
Dalam pasar ini, juga cenderung mendekati bentuk pasar bersaing competitive market, dimana dalam satu
wilayah pasar terdapat banyak penjual dan banyak pembeli.
3 Strategi
Strategi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan industri minyak sawit CPO Indonesia. Dengan menggunakan prinsip strategi yang
diterapkan oleh
perusahaan multidivisional,
maka strategi
dalam mengembangakan industri CPO menggunakan tiga level strategi, yaitu:
18
Saatnya Jadi Penentu http:www.fileinvestasi.com
[Diakses pada 18 Juli 2012]
60
a Strategi Korporasi
Strategi korporasi menggambarkan arah kebijakan pemerintah terhadap arah pengembangan industri minyak sawit di Indonesia. Sejak Mei 2011,
pemerintah meluncurkan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI. Program ini memiliki visi yaitu
mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan
ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan. Salah satu komoditas yang menjadi program utama pertanian pada MP3EI adalah minyak sawit CPO.
Penerapan MP3EI pada komoditi minyak sawit terlihat dengan adanya penetapan Koridor Ekonomi Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan
hasil bumi dan lumbung energi nasional. Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan klaster kawasan industri berbasis oleokimia yang terletak di Sei
Mangkei, Sumatera Utara; Dumai, Riau dan Maloy, Kalimantan Timur. Selain pembangun klaster industri, pemerintah juga infrastruktur pendukung, seperti
pelabuhan Metro Medan, Dumai, Palembang, jalan trans sumatera, dan rel kereta trans sumatera, termasuk rel kereta untuk CPO di Riau.
b Strategi Bisnis
Strategi bisnis lebih menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk. Hal ini menuntut produsen minyak sawit di Indonesia untuk mengolah
CPO yang dihasilkan agar memiliki nilai tambah. Saat ini mayoritas CPO yang dihasilkan diekspor keluar negeri dalam bentuk minyak sawit mentah dan
Indonesia kurang memanfaatkan industri turunan CPO. Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional, industri
pengolahan kelapa sawit turunan minyak sawit mentah merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,
seperti industri oleofood, oleochemical, energi dan pharmaceutical.
c Strategi Fungsional
i. Strategi Keuangan