modul 5 depagx

Modul 5
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH
A. PENDAHULUAN
Pada keseharian pergaulan anda bersama santri dalam proses pembelajaran di
kelas. Anda tentu mengalami perubahan

cara berkomunikasi pada saat

berkomunikasi dengan santri kelas rendah dan santri kelas tinggi. Santri kelas rendah
menanyakan pertanyaan di kelas dengan lugas, langsung dalam bahasa yang
sederhana yang kadang kala tidak ada subjeknya, tetapi langsung objek. Santri kelas
tinggi mengajukan pertanyaan dengan kalimat yang lengkap, panjang serta
memperhatikan kaidah-kaidah kesopanan. Isi pesan yang disampaikan santri kelas
rendah juga sederhana. Pertanyaan mengapa, apa dan bagaimana terhadap suatu
objek secara logis. Sementara isi pesan pada pertanyaan atau pernyataan yang
disampaikan santri kelas tinggi adalah mengapa, apa dan bagaimana atas dasar hasil
pengamatan, membandingkan ataupun karena suatu harapan tertentu.
Perkembangan pola berpikir santri merupakan salah satu bentuk aktualisasi
perkembangan


kognitif.

Perkembangan

kognitif

pada

dasarnya

adalah

perkembangan individu untuk memperoleh tahu. Struktur berpikir, keterampilan
berpikir,

bagaimana

individu

memperoleh


informasi

merupakan

potensi

perkembangan kognitif. Cara santri berpikir dapat kita pahami dari cara santri
menyampaikan pesan, baik berupa ide, pendapat, pertanyaan, maupun pernyataan.
Kemampuan santri merangkai kalimat, memahami pesan dan mempergunakan
berbagai

media

untuk

menyampaikan

pesan


merupakan

aktulisasi

dari

perkembangan bahasa.
Perkembangan

kognitif

berhubungan

dengan

perkembangan

bahasa.

Perkembangan kogntif memfasilitasi kematangan perkembangan bahasa, dan

sebaliknya perkembangan bahasa memfasilitasi perkembangan kognisi. Coba anda
cermati kembali paparan pada paragraph pertama dari paparan ini!. Apakah anda
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

1

dapat melihat hubungan antara perkembangan kogntif dan perkembangan bahasa?.
Struktur berpikir memfasilitasi berkembangnya struktur kalimat yang dipergunakan
oleh santri. Sebaliknya penguasaan bahasa membuat santri mampu memahami pesan
sehingga memperoleh pengetahuan baru yang pada akhirnya memfasilitasi
pengembangan struktur atau pola berpikir baru.
Karakteristik perilaku yang paling menonjol pada periode santri adalah belajar
dan bermain. Perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa teraktualisasi pada
saat anak belajar dan bermain. Belajar sebagai usaha sadar individu untuk
melakukan perubahan perilaku. Kesadaran diperoleh karena santri mempergunakan
kapasitas otak dan informasi yang tersimpan di otak untuk membuat keputusan
berperilaku. Kemampuan santri memproses informasi menjadi suatu keputusan
merupakan

kemampuan


yang

dihasilkan

dari

kematangan

kematangan

perkembangan kognisi. Santri mengkomunikasi aturan dalam bahasa verbal,
menggunakan gerakan-gerakan sebagai bahasa non verbal untuk melakukan suatu
permaianan. Kemampuan santri mengolah pesan untuk mempengaruhi orang lain
merupakan salah satu bentuk kemampuan yang dihasilkan dari kematangan
perkembangan bahasa.
Kemampuan memahami paparan secara kognitif maupun bahasa merupakan
salah satu prasyarat seseorang dapat mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran.
Salah satu keterampilan akademik yang diperlukan dalam belajar


adalah

keterampilan berpikir. Keterampilan akademik yang lain adalah mengajukan
pertanyaan atau merespon pertanyaan guru. Dengan kata lain dalam proses belaar
mengajar perkembangan kogntif dan perkembangan bahasa merupakan prasyarat
yang harus dipenuhi sehingga anak siap dan mampu belajar.
Materi perkembangan kognitif dan bahasa merupakan materi lanjutan dalam
memahami santri secara utuh. Pada modul ini dipaparkan konsep perkembangan
kognisi, praksis pemahaman perkembangan kognisi, konsep perkembangan bahasa
dan praksis pemahaman perkembangan bahasa.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

2

Setelah

mempelajari

modul


ini

diharapkan

anda

memahami

perkembangan kogntif dan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah.
Pemahaman terhadap perkembangan kognitif dan bahasa santri diharapkan
membuat anda dapat memahami mengapa santri menampilkan suatu perilaku
tertentu, merancang intervensi pendidikan dan pembelajaran apa yang
diperlukan untuk mendorong pencapaian tugas perkembangan pada aspek
perkembangan kognisi dan perkembangan bahasa. Secara khusus anda
diharapkan dapat :
1. Mendeskripsikan

perkembangan


kognisi

santri

di

madrasah

ibtidaiyah
2. Mendeskripsikan masalah perkembangan kognisi yang dihadapi
santri di madrasah ibtidaiyah
3. Memberikan contoh kebutuhan lingkungan perkembangan untuk
memfasilitasi perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidaiyah
4. Mengidentifikasi kematangan perkembangan kognisi santri di
madrasah ibtidaiyah
5. Menganalisa pengaruh kematangan perkembangan kognisi terhadap
kesiapan belajar
6. Mendeskripsikan perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah
7. Mendeskripsikan masalah perkembangan bahasa yang dihadapi santri
di madrasah ibtidaiyah

8. Memberikan contoh kebutuhan lingkungan perkembangan untuk
memfasilitasi perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah
9. Mengidentifikasi kematangan perkembangan bahasa santri di
madrasah ibtidaiyah
10. Menganalisa pengaruh kemantangan perkembangan bahasa terhadap
kesiapan belajar
Pencapaian

kemampuan

yang

diharapkan

memerlukan

dukungan

pemahaman anda terhadap modul konsep dasar perkembangan. Modul konsep
dasar perkembangan memberikan dasar pemahaman individu sebagai individu

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

3

yang sedang berkembang. Karakteristik perkembangan tertampilkan pada aspekaspek perkembangan. Salah satu aspek perkembangan adalah perkembangan
kognisi dan perkembangan bahasa .
Modul terdiri dari dua kegiatan belajar. Pada kegiatan belajar 1 (satu)
disajikan paparan tentang perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidayah.
Secara khusus memaparkan tentang potensi perkembangan kognisi, masalah
pada perkembangan kognisi, tugas perkembangan aspek perkembangan kognisi,
kebutuhan lingkungan perkembangan yang dapat memfasilitasi perkembangan
kognisi, kematangan perkembangan kognisi santri di madrasah ibtidaiyah dan
pengaruh kematangan perkembangan kognisi terhadap kesiapan belajar.
Pada bagian 2 (dua) dipaparkan perkembangan bahasa

santri di

madrasah ibtidaiyah. Secara khusus membahas potensi perkembangan bahasa,
masalah pada perkembangan bahasa, tugas perkembangan pada aspek
perkembangan


bahasa di madrasah ibtidaiyah, kebutuhan lingkungan

perkembangan yang memfasilitasi

perkembangan bahasa, kematangan

perkembangan bahasa santri di madrasah ibtidaiyah dan pengaruh kematangan
aspek perkembangan bahasa terhadap kesiapan belajar.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

4

Hubun
ungan antar bahasan divisualisasikan dalam
m peta konsep sebagai
berikut
Perkembanga
angan Peserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah

Deskripsi karakteristik
Kognitif

potensi

Bahasa

masalah

Tugas perkembangan
kematangan perkemba
bangan
kebutuhan lingkungan
an
perkembangan

Pengaruh terhadap
kesiapan belajar

Pemahama
man terhadap paparan modul ini dapat dicapai
ai bbila anda mempelajari
modul ini dengan
an memperhatikan petunjuk belajar sebagai beri
erikut :
a. Bacala
alah paparan modul dengan seksama dari mulai
lai bagian pendahuluan
hingga
ga rangkuman.
b. Pergun
unakan glosarium untuk memahami arti kata
kat atau konsep yang
dirasak
sakan belum dikenal atau sulit dipahami.
c. Bila diperlukan
di
cari sumber bacaan tambahan yang
ya ada dalam daftar
rujukan
kan untuk memperoleh pengayaaan pemahaman
an
d. Kerjak
jakan tugas-tugas yang ada dalam modul sehingga
s
anda secara
praksis
sis paham konsep yang disajikan
e. Setelah
lah selesai membaca paparan dan mengerjaka
kan tugas, kerjakan tes
format
atif
f. Periksa
ksa hasil pekerjaan anda berdasarkan kunci, hitu
hitung berapa nilai anda.
Jika nilai
ni anda kurang dari standar, lihat pada bagia
gian mana anda kurang,
lalu baca
ba kembali paparan modul, dan cobalahh mengulang
m
menjawab

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

5

pertanyaan tes formatif kembali. Pafahami penjelasan jawaban yang
benar pada kunci jawaban.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

6

B.I. KEGIATAN BELAJAR I
PERKEMBANGAN KOGNITIF SANTRI
DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Tahap perkembangan anak disebut juga sebagai tahap usia sekolah, karena anak
mulai memasuki pendidikan formal. Anak menunjukkan kemampuan untuk bereaksi
atau merespon rangsangan-rangsangan intelektual. Anak melaksanakan mengikuti
pemaparan guru, menjawab pertanyaan guru tentang paparan materi, berlatih soal-soal,
menghafal, serta mengikuti ujian/ tes untuk mengukur pemahaman atas materi
pembelajaran. Anak mengerjakan tugas-tugas pembelajaran yang menuntut penguasaan
kemampuan kognitif atau kemampuan intelektual. Anak mampu mengerjakan latihan
soal karena menguasai kemampuan membaca. Anak menyelesaikan PR karena
mengusai kemampuan menulis.
Pada proses pembelajaan yang dilakukan oleh anda, anda mungkin mengajak
santri memahami materi pembelajaran dengan cara berkunjung ke kebun sekolah. Pada
kesempatan lain anda membawa zat pewarna ke kelas dan menerangkan tentang warna
dasar dan warna campuran dengan metode demonstransi. Pada pelajaran IPA anda
meminta santri untuk mengamati perubahan kacang hijau menjadi kecambah, meminta
mereka menuliskan perubahan-perubahan. Pada pelajaran IPS anda meminta mereka
menanyakan pada ayah dan ibunya siapa nama RT, RW dan lurah dimana dia tinggal.
Mungkin anda bersimulasi tatacara membuat KTP pada saat memaparkan materi
tentang dokumen resmi.
Respon yang diberikan oleh santri merupakan reaksi terhadap rangsangan
intelektual. Dengan kata lain rangsangan lingkungan terhadap perkembangan kognitif
memfasilitasi santri mempergunakan kemampuan berpikir sehingga memperoleh
pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki atau dikuasasi mendorong santri mampu
membuat keputusan yang rasional atau berdasarkan pertimbangan akal atau sebagai
perilaku sadar yang disadari. Bagaimana perkembangan kognitif santri di madrasah
ibtidaiyah, mari kita simak paparan berikut ini.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

7

1. Potensi Perkembangan Kognitif
Pembahasan perkembangan kognitif berhubungan dengan : kemampuan
kognitif yang teraktualisasi dalam keterampilan berpikir, kemampuan memproses
informasi, intelegensi dan kreativitas.
a. kemampuan kognitif
Menurut Piaget perkembangan kognitif adalah

kemampuan individu

mengkonstruksi secara aktif pemahaman (pengetahuan/ pemikiran/ intelektualitas)
terhadap dunia di sekitarnya (lingkungannya). Mengkonstruksi dilakukan dengan
dua cara/ proses yaitu mengorganisasi dan beradaptasi. Individu menggunakaan
kepekaan terhadap dunia

dengan mengorganisasi berbagai pengalaman yang

diperoleh. Dengan kata lain individu memiliki predikasi, pemahaman maupun
pandangan terhadap apa yang terjadi pada lingkungan karena individu
menggabungkan berbagai pengalaman yang diperoleh pada saat berinteraksi dengan
lingkungan. Contoh santri untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada
tampilan kesenian akhir tahun santri mengumpulkan informasi (organisasi) tentang
kegiatan kesenian akhir tahun yang pernah dilami dan dilakukan, kemampuan
teman-teman santri-santri di kelas untuk melakukan sesuatu dan daya dukung yang
dapat diperoleh untuk menampilkan sesuatu.
Hasil pengamatan dan pengalaman yang diperoleh membuat santri mampu
mengadaptasikan kerangka berpikir yang telah ada menjadi suatu ide baru karena
pemahaman terhadap berbagai informasi. Informasi tentang tampilan-tampilan
kesenian tahun-tahun sebelumnya, kemampuan santri-santri di kelas (anggota kelas)
serta kemungkinan dukungan yang diperoleh dianalisa (adaptasi) sehingga
diputuskan satu ide untuk menampilkan seuatu bentuk kesenian yang mungkin
dilakukan. Melakukan suatu aktivitas berdasarkan ide baru yang dikembangkan atas
dasar pengalaman/ informasi yang telah ada merupakan adaptasi dengan acara
asimilasi. Penampilan kesenian akhir tahun santri bisa jadi tidak didasarkan atas
pengetahuan atau pengalaman terdahulu tetapi atas dasar harapan yang diinginkan
atau terjadi. Misalnya Santri berhadap dapat menampilkan keseniaan yang
melibatkan semua siswa di kelas maka santri akan mencari berbagai alternatif

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

8

kegiatan yang dapat memfasilitasi semua orang dapat tampil. Jika cara ini yang
dilakukan maka santri mengembangkan adaptasi melalui cara akomodasi.
Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif pada empat tahapan.
Tahapan menggambarkan rentang usia dan kemampuan kognitif yang dapat
ditampilkan. Tahap perkembangan kognitif Piaget sebagai berikut :
1)

tahap sensori motorik : dari sejak kelahiran hingga usia dua (2)
tahun. Bayi mengkonstruksi pemahaman terhadap lingkungan
dengan cara mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan
aktivitas fisik. Contoh bayi mengenal tangan dengan memasukkan
tangan ke mulut. Perkembangan tindakan atau aktivitas refleks dan
instingtif menjadi pemikiran simbolik. Contoh bayi memahami
dapat memperoleh susu dengan cara menyusu pada ibu atau
memperoleh dari botol dot yang dibuatkan orang dewasa.

2)

tahap praoperasional : usia dua hingga usia tujuh (7) tahun. Anak
mengenal

lingkungan

membayangkan

dan

dengan

berada

menggambar.

pada
Pemikiran

lingkungan,
simbolik

berkembang dari koneksitas sederhana antara informasi sensori
dengan aktivitas fisik. Santri-santri di raudhatul atfal dapat
menampilkan lingkungan secara simbolik. Contoh santri di
raudatul atfal dapat berpura-pura menaiki mobil pada saat duduk
di kursi, kemudian berpegangan pada ujung meja dan meniru suara
mobil.
3)

tahap operasional kongkrit : usia tujuh (7) hingga usia 11 tahun.
Santri dapat melakukan berbagai aktivitas berdasarkan pemikiran
logik tentang suatu peristiwa/ perilaku secara kongkrit dan
mengklasifikasi objek dengan berbagai/ beragam seting. Santri
dapat berpikir secara abstrak. Contoh : santri dapat memikirkan
cara membersihkan kelas berdasarkan identifikasi bagian-bagian
yang perlu dibersihkan, membagi tugas membawa peralatan,
berbagi tugas bagian yang perlu dibersihkan, dan menata kembali
kelas menjadi rapih.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

9

4)

tahap formal operational : usia diatas 11 tahun- 15 tahun hingga
dewasa. Pada tahap ini santri mampu mengembangkan pemikiran
berdasarkan pengalaman kongkrit, pemikiran abstrak, serta
berbagai pertimbangan pemikiran logik. Pemikiran abstrak
termasuk mengembangkan gambaran tentang kehidupan yang
ideal. Santri membayangkan keluarga yang ideal yang disukai
sebagai standar ideal dan membandingkan dengan kondisi
keluarga yang dialami. Santri dapat membayangkan apa yang
mungkin diperoleh pada masa yang akan datang dan apa yang
dapat mereka lakukan. Kemampuan menyelesaikan masalah secara
sistematik, berpikir hipotesis

mengapa sesuatu terjadi, serta

menguji hiptesis untuk memperoleh pengalaman yang bermakna,
Santri pada tingkat pendidikan madrasah ibtidaiyah berada akhir tahap
perkembangan praoperasional, perkembangan operasional kongkrit hingga awal
operasional formal. Implikasinya paparan selanjutnya tentang karakteristik
kognisi santari madrasah ibtidaiyah akan dipaparkan dalam rentangan ketiga
tahapan tersebut. Peserta didik di kelas satu akan berada pada akhir tahap
perkembangan praoperasional. Pada beberapa anak yang masuk lebih dini yaitu
pada usia lima tahun kondisi ini akan berlangsung hingga kelas dua. Peserta
didik kelas dua hingga lima berada pada tahap operasional kongkrit. Peserta
didik kelas enam akan berada pada awal tahap operasional formal.
Santri pada kelas awal madrasah ibtidaiyah menunjukkan kemampuan :
(1) memahami konsep sederhana, contoh konsep menjaga kebersihan dengan
membuang sampah pada tempatnya; (2) secara mental mampu memikirkan dan
menyebutkan alasan melakukan sesuatu, contoh santri dapat mengemukakan
alasan atau prediksi sederhana seseorang tidak dapat menyelesaikan PR; (3)
memandang segala sesuatu dari diri sendiri (egosentris), contoh penggunaan
istilah aku untuk dirinya dan melindungi barang-barang barang-barang/ benda
yang menjadi; (4) serta mengkonstruksi/ mengembangkan sistem keyakinan
adanya keajaiban, contoh antara lain percaya terhadap tokoh superhero, peri,
maupun tongkat ajaib.
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

10

Santri mampu menunjukkan/ menampilkan keterampilam kognitif yang
berhubungan dengan konsep tentang angka. Angka tertentu menunjukkan
jumlah benda atau objek. Angka satu berarti ada 1 buah benda atau 1 ekor ayam
atau 1 biji kacang atau 1 objek lainnya. Santri juga mampu mengkonservasi,
artinya mampu memahami bahwa suatu benda yang memerlukan suatu ruang,
dapat dipindahkan pada suatu ruang yang lain. Contoh setengah gelas air pada
gelas belimbing, bisa dipindahkan pada cangkir. Contoh lain benda berbentuk
segitiga dapat dimasukkan pada bagian dinding yang berbentuk segitiga, benda
yang berbentuk persegi panjang dapat ditempelkan pada bagian yang berbentuk
persegi empat.
Secara umum peserta didik di madrasah ibtidaiyah berada pada tahap
perkembangan operasional kongkrit. Pada tahap ini santri dapat menggunakan
operasi mental untuk memecahkan masalah yang kongkrit (aktual/ nyata). Santri
mampu berpikir logis, dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang
berhubungan dengan masalah pada saat tersebut. Misalnya pada saat
menemukan teman yang mengalami sakit, santri akan membantu temannya
dengan melaporkan pada guru dikelas, membawa ke uks sekolah atau
memberikan obat yang ada di kotak P3K.
Keterampilan-keterampilan

kognitif

berkembang

dengan

baik.

Keterampilan kognitif ditampilkan dalam bentuk kemampuan berpikir.
Kemampuan berpikir yang yang ditampilkan santri adalah :
1)

berpikir spatial, santri dapat memahami hubungan spasial (bentuk,
ruang, dan gerak). Santri dapat memahami perbedaan jarak antara satu
tempat, waktu tempuh, mengingat rute dan tanda-tanda selama
perjalanan. Mempergunakan peta, menelusuri alur (maze), mencari
dan menemukan gambar tersembunyi, menerangkan arah, menemukan
jalan pergi dan pulang ke sekolah.

2)

pemikiran sebab akibat, santri dapat menjelaskan hubungan dan
bagian yang mempengaruhi hasil. Mempredikasi apa yang akan terjadi
karena suatu tindakan yang dilakukan. Contoh santri dapat

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

11

memprediksi suatu barang bias hilang jika tidak disimpan dengan
baik.
3)

kemampuan mengklasifikasi, kemampuan memilih, memilah serta
mengelompokkan berdasarkan pemikiran logis atas ciri suatu objek.
Mengklasifikasi dapat didasarkan atas ; (1) pengurutan, kemampuan
menyusun berbagai item dalam suatu dimensi. Contoh mengurutkan
benda dari yang ringan ke yang berat, dari yang pendek ke yang tinggi,
dari sedikit ke banyak, dari warna terang ke warna gelap, (2)
kesimpulan transitif, kemampuan mengenali hubungan antara dua
objek dengan mengetahui hubungan hubungan antara masing-masing
objek tersebut dan objek ketiga. Contoh santri dapat mengatur urutan
menyimpan angklung berdasarkan nada yang dihasilkan. Santri
mengetahui tingginya angklung juga menunjukkan urutan nada,
sehingga santri akan menyimpan angkulung yang paling pendek dan
kecil paling awal dan yang paling besar dan tinggi paling belakang;
dan (3) inklusi kelas, kemampuan memahami hubungan antara
keseluruhan dengan bagian-bagiannya atau sebaliknya bagian-bagian
membangun suatu keutuhan. Santri dapat menghubungkan baginbagian puzzle dalam suatu bentuk yang utuh. Santri dapat menghitung
dengan benar jumlah suatu objek baik secara keseluruhan maupun
perbagian objek dengan cirri tertentu. Misalnya jumlah bunga dalam
jambangan secara keseluruhan dan jumlah untuk setiap jenis bunga.

4)

penalaran induktif dan deduktif,

penalaran induktif yaitu tipe

penalaran logis yang bergerak dari pengamatan khusus dari anggota
kelompok objek hingga mencapai kesimpulan kelompok subjek.
Misalnya aisyah pintar, ali pintar, aisyah dan ali santri madrasah
ibtidaiyah Babussalam, nampaknya semua santri madrasah ibtidaiyah
Babussalam pintar.

Penalaran deduktif yaitu penalaran logis yang

bergerak dari pandangan umum tentang sujek kelompok kepada
kesimpulan tentang anggota kelompok subjek. Contoh Santri

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

12

madrasah ibtidaiyah Al-Furqon hatam Al-Qur’an. Farid santri di
madrasah ibtidaiyah Al-Furqon. Maka Farid hatam Al-Qur’an.
5)

konservasi, kemampuan untuk melihat suatu benda apabila dirubah
bentuknya tetap memiliki berat yang sama dengan berat benda asal
karena dibentuk dari jumlah bahan yang sama (prinsip identitas).
Contoh satu kepal tanah liat mula-mula dibentuk bola kemudian
dibentuk menjadi sosis. Jika ditanyakan pada santri mana yang lebih
berat bola atau sosis, santri akan mengatakan berat bola dan sosis
sama karena berasal dari jumlah bahan yang sama (prinsip identitas)
walaupun dalam kasat mata sepertinya sosis lebih berat karena lebih
panjang. Santri juga akan memahami bahwa sosis dapat dibentuk
kembali menjadi bola (prinsip reversibility). Santri juga mampu
melihat benda dari dua dimensi dalam satu waktu. Bola memang lebih
pendek tetapi lebih tebal, sosis lebih panjang tetapi lebih pipih (prinsip
decenter). Kemampuan berpikir konservasi terus berkembang menjadi
lebih kompleks dari konservasi subtasi (panjang , lebar) menjdi
konservasi

volume.

Kemampuan

konservasi

dipengaruhi

oleh

organisasimental baru yaitu kematangan neurologis dan adaptasi
terhadap lingkungan, serta pengalaman pribadi dengan dunia fisik
yang berbasis kultural yaitu pengalaman berinteraksi langsung dengan
subjek karena merupakan bagian dari aktivitas keseharian (budaya
dimana anak tinggal).
Penggunaan keterampilan-keterampilan kognitif yang dimiliki secara
selektif, bersama-sama, berkesinambungan, dan terstruktur untuk menyelesaikan
persoalan

yang

dihadapi

disebut

dengan

keterampilan

metakognisi.

Kemampuan mengingat dan keterampilan kognitif termasuk didalamnya
keterampilan-keterampilan metakognitif berkembang dengan baik. Santri
memiliki kemampuan berpikir tentang apa yang mereka pikirkan dan belajar
bagaimana cara belajar.
Kisah Nabi Ibrahim Alaihis Salam pada surat Al-An-am (6) ayat 75-78)
menunjukkan bagaimana proses berpikir yang terjadi pada manusia untuk
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

13

menemukan pengetahuan yang tertinggi yaitu dengan mempergunakan potensi
anugrah yang telah diberikan oleh Allah yaitu berpikir. Pada awalnya Nabi
Ibrahim AS mengidentifikasi yang Maha Kuasa dari hasil penciptaan, makin
banyak hasil penciptaan yang diperlihatkan Alalah kepada Nabi Inrahim AS
tanda-tanda keagungannya dengan itu teguhlah imannya semua yang ada di
bumi dan dilahit pasti ada Zat yang menciptakannya yaitu Allah.
b. Memproses informasi
Kemampuan memproses informasi pada santri di madrasah ibtidaiyah
meliputi daya ingat, kemampuan berpikir kritis dan pengembangan metakognisi.
Perhatian santri terhadap lingkungan dan stimulasi lingkungan meningkat pesat
sehingga santri menunjukkan minat yang tinggi untuk menyelesaikan berbagai
persoalan atau tugas akademik yang relevan maupun tidak relevan.
Kemampuan memproses dan menyimpan informasi berjalan secara
berkesinambungan. Kemampuan mengingat jangka pendek berkembang menjadi
kemampuan mengingat jangka panjang mulai usia tujuh tahun. Kemampuan
mengingat

jangka

panjang

bersifat

permanen

karena

santri

akan

mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengingat. Santri memahami
bagaimana ingatan bekerja. Pengetahuan tentang cara mengingat membuat santri
dapat menggunakan, mengembangkan dan dengan sengaja membuat rencana
untuk dapat mengingat.
Peran penting mengingat bagi individu adalah menjadikan individu
memiliki pengetahuan dan menjadi “seorang yang ahli”. Ahli dalam pengertian
mampu memaparkan atau menggambarkan secara detail pengetahuan yang
dimiliki

tentang

sesuatu

hal

dan

mampu

menunjukkan

kemampuan

menyelesaikan permasalahan atau tugas dengan pengetahuan yang dimilikinya
tersebut. Pertambahan pengetahuan yang dimiliki membuat santri membuat
santri semakin peka terhadap informasi. Santri memilah dan memilih informasi
penting yang harus diperhatikan dan dingat.
Kemampuan mengingat jangka panjang tergantung pada

bagaimana

aktivitas belajar santri. Dalam arti tergantung pada bagaimana cara santri belajar,
kapan belajar dan cara mengingat informasi. Proses control sebagai proses
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

14

17kognitif tidak terjadi secara otomatis, memerlukan cara kerja dan dukungan.
Contoh menghafal urutan abjad dengan cara menyanyikan abjad membuat
pengetahuan tentang abjad tersimpan dengan baik dibandingkan menghafalkan
abjad hanya dengan mengulang-ngulang, karena perasaan senang pada saat
bernyanyi merupakan pendukung aktivitas otak untuk bekerja.
Aktivitas

yang dilakukan

manusia dalam

menjalani

kehidupan

merupakan rangkaian apaya memproses informasi untuk kepentingan kehidupan
manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Proses belajar dengan meproses
informasi diawali dari kegiatan keseharian yang seringkali manusia tidak
menyadarinya. Terdapat banyak ilmu yang kita peroleh dari kegiatan makan.
Mulai dari bahan dasar makanan yang kita makan, cara memperoleh bahan
dasar, pengolahan hingga bagaimana cara memakannya. Qs Taha (20) ayat 5354 : “Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan
menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan aor hujan dari
langit, kemudian kami tumbuhkan dengannya (air hujan) berjenis-jenis aneka
macam tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu.
Sungguh pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
orang-orang yang berakal”
Paparan tentang memproses informasi akan dipaparkan lebih lanjut pada
modul sembilan tentang belajar.
c. Intelegensi
Paparan tentang konsep intelegensi telah dipaparkan pada modul dua
tentang keberagaman individu. Salah satu keberagaman psikologis adalah
keberagaman potensi intelegensi. Pada bagian ini dipaparkan hubungan antara
perkembangan kognitif dengan intelegensi.
Perkembangan kognitif merupakan potensi dasar yang memfasilitasi
unjuk kemampuan intelektual seseorang. Tes intelegensi diasumsikan mampu
mengukur kapasitas intelektual atau kecerdasan intelektual seseorang Hasil
pengukuran kecerdasan intelektual dianggap merupakan prediksi kemampuan
persekolahan. Secara lebih spesifik memprediksi kemampuan belajar dan

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

15

menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik pada suatu jenjang pendidikan
tertentu.
Kecerdasan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi antara lain : pola asuh orang tua, sekolah serta
budaya. Santri dengan pola asuh yang memfasilitasi untuk menunjukkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki tanpa banyak kritik menunjukkan
pencapaian kecerdasan yang lebih tinggi. Santri yang bersekolah di sekolah
dengan budaya sekolah yang memfasilitasi untuk banyak berbuat menunjukkan
pencapaian kecerdasan yang lebih tinggi. Santri yang dibesarkan dalam budaya
yang lebih terbuka dapat menjawab pertanyaan lebih bebas sehingga memiliki
kecenderungan mencapai kecerdasan yang lebih tinggi.
Pengukuran kecerdasan dengan mempergunakan teori kecerdasan triarkis
Strenberg dan pengujian dinamis dari Vigotsky. Kecerdasan menurut Strenberg
mencakup tiga aspek yaitu componential, experiential dan contextual. Aspek
componential adalah kecerdasan analitis yaitu efesiensi dalam memperoses
informasi yang mencakup cara memecahkan masalah, memonitor solusi dan
mengevaluasi hasil. Aspek experiential adalah kecerdasan insghful atau kreatif
yaitu kemampuan untuk melakukan tugas baru atau tugas yang telah
dikuasainya. Kemampuan membanding dan menyatukan informasi baru dengan
fakta-fakta yang telah dimiliki sehingga menstimulasi cara-cara baru untuk
menyelesaikan permasalahan. Aspek contextual adalah kecerdasan praktis yaitu
kemampuan menghadapi lingkungan meliputi kemampuan mengukur situasi,
memutuskan apa yang dilakukan, menyesuaikan diri, mengubah situasi atau
memutuskan untuk menjauhi.
Pengujian

dynamis

Vygotsky

didasarkan

pada

konsep

zona

perkembangan proximal (ZPD). Santri pada usia mental tertentu akan mampu
menyelesaikan tantangan untuk usia mental 2 tahun diatasnya dengan
melontarkan pertanyaan yang memandu, memberikan contoh dan menwarkan
umpan balik. Pengujian ini akan menunjukkan apa yang telah siap dipelajari
dan seberapa banyak bantuan yang dibutuhkan untuk menacapai kematangan
perkembangan yang lebih tinggi.
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

16

d. Kreativitas
Perkembangan

kognitif

yang

meningkat

memfasilitasi

anak

mengembangkan cara berpikir dan bertindak yang baru. Kepekaan terhadap
lingkungan dan memanfaatkan semua informasi, data dan fakta membuat
tindakan yang dilakukan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Interaksi
dengan lingkungan secara aktif dalam arti memberikan perhatian, melakukan
pengamatan, dan berbuat mendorong keinginan untuk melakukan berbagai cara
baru yang memudahkan dan menghasilkan sesuatu.

2. Masalah
Permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif pada
santri di madrasah ibtidaiyah :
a. Santri dengan keterbelakang mental atau berada pada usia mental yang
sedikit dibawah normal. Santri dengan keterbelakang mental dalam arti
dibawah

normal

akan

mengalami

kesulitan

untuk

memperoleh

pembelajaran sesuai usia kronologisnya, sehingga mereka harus
memperoleh pembelajaran yangs esuai dengan usia mentalnya. Santri
dengan usia mental sedikit dibawah normal disebut sebagai anak-anak
yang mengalami kelambanan belajar. Pada jaman dahulu digunakan
istilah anak bodoh. Istilah ini tidak digunakan lagi karena pada dasarnya
anak bukan bodoh tetapi memiliki kekurangan. Santri dengan
kelambanan belajar memerlukan stimulasi yang berulang dengan caracara memahami yang lebih memudahkan.
b. tuna cakap belajar atau ketidakmampuan menunjukkan keterampilanketerampilan yang diperlukan untuk belajar. Secara umum dikatakan
santri mengalami kesulitan belajar. Santri yang mengalami kesulitan
belajar pada dasarnya adalah santri yang normal, tetapi menunjukkan
kesulitan pada satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.
Kesulitan yang dihadapi dapat dideteksi oleh guru dari berbagai
ketidakmampuan

atau

ketidakcakapan

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

yang

ditunjukkan

dalam
17

mengikuti proses pembelajaran dikelas maupun di luar kelas. Santri
dengan kesulitan belajar menunjukan masalah karena kesulitan
membaca, mendengarkan, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, membaca,
mengeja dan menyampaikan pesan, melakukan gerakan secara
terkoordinasi, serta memahami dan menggunakan konsep ruang.
c. santri dengan perhatian yang sedikit dan hiperaktif (Attentioan deficit
hyperactivity disorder/ADHD). Santri menunjukkan karakteristik : (1)
kesulitan memberikan perhatian atau kemampuan untuk memfokuskan
perhatian pada sesuatu sangat terbatas. Dengan kata lain waktu yang
diberikan oleh santri untuk memberikan perhatian sangat pendek. Santri
hanya mampu memberikan konsentrasi kurang dari 10 menit; (2)
hiperaktif atau menunjukkan aktivitas fisik yang tinggi. Dengan kata lain
santri melakukan berbagai gerakan fisik yang terus menerus. Dalam
bahasa sederhana kita katakana tidak bias diam, selalu inggin bergerak
atau melakukan berbagai gerakan fisik sehingga mengalami kesulitan
untuk menyelesaikan tugasnya; dam (3) implusif atau mudah terstimulasi
oleh lingkungan. Sedikit saja suara, gerakan, warna atau aktivitas dari
lingkungan membuat santri bereaksi atau memberikan respon baik verbal
maupun non verbal.
d.

prestasi belajar rendah, santri menunjukkan pencapaian nilai yang
dibawah rata-rata kelas atau dibawah nilai minimal yang dipersyaratkan.
Pencapaian nilai merupakan representasi dari penguasaan mata pelajaran.
Ketidakpahaman terhadap apa yang dijelaskan, kurangnya informasi atau
pengetahuan awal yang menjadi prasyarat untuk memahami bahasan,
ketidakmampuan menyelesaikan tugas serta ketidakmampuan menjawab
soal-soal ulangan membuat santri memperoleh nilai yang rendah.

3. Tugas perkembangan
Tugas perkembangan pada aspek perkembangan kognitif pada santri madrasah
ibtidaiyah adalah :

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

18

a. penguasaan kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Penguasaan
membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan dasar yang
harus dikuasai untuk dapat memahami konten materi pelajaran secara
keseluruhan dalam struktur kurikum persekolahan. Penguasaan membaca
dan menulis tidak hanya akan dipergunakan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia tetapi untuk memahami semua mata pelajaran. Santri tidak
dapat memahami pelajaran ips jika tidak mampu membaca buku yang
membahas tentang ips. Begitu pula pada kemampuan berhitung bukan
hanya akan dipergunakan pada mata pelajaran matematika tetapi pada
semua mata pelajaran. Keterampilan berhitung akan dipergunakan pada
mata pelajaran ipa dan logika matematika diperlukan untuk memahami
semua hubungan antar konten materi pelajaran. Logika matematika
memfasilitasi berkembangnya berbagai keterampilan berpikir.
b. aktualisasi keterampilan berpikir untuk berperilaku atau bertindak.
Kemampuan untuk melakukan berbagai aktivitas atas dasar pemikiran.
Perilaku yangditampilkan bukan merupakan perilaku instingtif tetapi
menjadi perilaku sadar dan disadari.

4. Kebutuhan Lingkungan Perkembangan
Lingkungan perkembangan yang diharapkan adalah :
a. mengembangkan

proses

pembelajaran

dengan

pendekatan

kontrukstivisme. Santri akan belajar dengan baik bilamana mereka
terlibat aktif dengan menemukan, merefleksi dan mendiskusikan materi
pelajaran diantara meraka sehingga mereka menemukan solusi dan
kesimpulan dari mereka sendiri.
b. pada proses pembelajaran guru diharapkan memerankan diri sebagai
fasilitator. Guru merancang situasi pembelajaran yang memungkinkan
santri belajar untuk dapat berbuat sesuatu. Situasi yang tercipta
diharapkan mendorong santri untuk berpikir dan menemukan konten
materi pelajaran. Guru mengarahkan dan menjadi nara sumber berbagai
pertanyaan yang diajukan santri sehingga santri mencapai pemahaman.
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

19

23Guru diharapkan mengobservasi

bagaimana para santri berpikir,

mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan yang dapat menstimulasi
pikiran santri dan mendorong santri untuk memaparkan apa yang
dipikirkan oleh mereka.
c. guru diharapkan mempergunakan pengetahuan dan tingkatan berpikir
yang dimiliki oleh santri. Santri masuk kelas tidak dengan pikiran
kosong. Santri memiliki banyak ide tentang dunia. Mereka memiliki
konsep tentang ruang, waktu, kuantitas, dan hubungan sebab akibat. Ide
mereka berbeda dengan ide orang dewasa. Guru harus mampu
menginterprestasi ide mereka sesuai dengan tingkatan berpikirnya dan
mendorong mencapai tingkatan berpikir yang lebih tinggi sehingga
terjadi

proses

belajar.

Implikasinya

guru

mengajar

dengan

mempergunakan metode yang didasarkan atas pertimbangan tingkatan
berpikir santri.
d. mendorong kesehatan intelektual santri, santri tidak perlu didorong
sangat keras untuk menunjukkan tingkatan kemampuan intelektual yang
tinggi pada awal perkembangan. Fasilitasi untuk mencapai kematangan
perkembangan intelektual secara alami sehingga santri siap untuk
menunjukkan kemampuan. Kematangan intelektual membuat santri
merasa aman, nyaman dan menyenangkan melakukan berbagai aktivitas
yang menuntut kemampuan intelektual dan mengaktualisasikan menjadi
prestasi akademik. Beri apresiasi atau penghargaan pada setiap kemajuan
pemikiran santri dan dukung pemikiran tersebut sehingga mengarah pada
pemahaman materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
e. lakukan penataan kelas yang memungkinkan santri melakukan
penelitian/

penemuan

dan

eksplorasi.

Atur

posisi

kursi

yang

memungkinkan anak untuk berinterkasi dengan mudah dengan temantemannya. Lengkapi kelas dengan berbagai sumber belajar baik dalam
bentuk buku, gambar, serta media pendidikan dan pembelajaran yang
berhubungan dengan konten materi pelajaran yang dipelajari pada setiap
minggunya.
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

20

5. Kematangan Perkembangan
Pencapaian kematangan dalam perkembangan kognitif ditunjukkan dalam :
a. kemampuan dalam membaca, menulis dan berhitung
b. kemampuan mengingat
c. keterampilan mempergunakan cara-cara menyelesaikan permasalah
d. kemampuan untuk merespon dan memahami cara berpikir orang lain
e. kemampuan untuk merespon dan menyelesaikan tuntutan akademik
(memahami paparan mata pelajaran, menyelesaikan tugas dan
menguji pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh)

6. Pengaruh kematangan Kognitif terhadap kesiapan belajar
Santri dengan kematangan perkembangan kogntif tentu mampu
menyesuiakan diri dengan tuntutan proses pembelajaran dan pendidikan di
sekolah. Dengan kata lain santri dengan kematangan perkembangan kognitif
akan mampu mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Latihan
Untuk memperoleh timbal balik dari pemahaman anda, cobalah kerjakan latihan
dibawah ini.
Soal :
Sebagai seorang guru di madrasah ibtidaiyah apakah perlu mengetahui IQ dan
zona perkembangan kognitif santri anda ?
Untuk memudahkan anda mengerjakan tugas, bacalah kembali paparan tentang
perkembangan kognitif pada bagian potensi perkembangan kognitif dan lingkungan
perkembangan yang dibutuhkan. Kemudian analisa permasalahan dengan informasi
yang diperoleh bapak/ibu dari paparan. Bapak dan ibu dapat dengan tegas
menyatakan jawaban beserta alasannya.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

21

C.I. RANGKUMAN
Perkembangan kogntif santri di madrasah ibtidaiyah berada pada tahap
akhir praopersional
memfasilitasi

dan operasional kongkrit. Perkembangan kognitif

berkembangnya

kemampuan

mengingat,

keterampilan-

keterampilan berpikir dan kemampuan bertindak berdasarkan pemikiran yang
sederhana hingga kompleks. Santri memerlukan lingkungan perkembangan yang
dapat menstimulasi pencapaian kematangan kognitif melalui interkasi secara
aktif dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Aktualisasi
perkembangan kognitif dapat dideteksi dari tampilan kecerdasan santri dalam
menyelesaikan tuntutan akademik dan pencapaian hasil belajar yang optimal
sesuai dengan kapasitas dirinya.

D.I. TES FORMATIF
1. Perkembangan kognitif adalah :
a. perkembangan kemampuan berpikir
b. perkembangan otak
c. perkembangan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
d. perkembangan kemampuan memperoleh pengetahuan
2. Mengkonstruksi pemahaman dilakukan dengan cara
a. mengumpulkan informasi
b. mengorganisasi kerangka berpikir
c. memproses data
c. mengembangkan peta pikiran
3. Mengorganisasi
a. menggabungkan pengalaman berinteraksi
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

22

b. memaknai pengalaman
c. mengamati lingkungan
d. berinteraksi dengan lingkungan
4. Adaptasi asimilasi
a. pengembangan ide-ide baru
b. pengembangan ide baru atas dasar pengalaman
c. merancang aktivitas baru
d. memperoleh pengalaman baru
5. Santri di madrasah Ibtidaiyah berada pada tahap perkembangan kognitif :
a. Pra operasional
b. pra operasional – operasional kongkrit
c. pra operasional, operasional kongkrit dan operasional formal
d. operasional kongkrit dan operasional formal
6. Kemampuan pada tahap perkembangan operasional kongkrit
a. berpikir langsung
b. berpikir logis
c. berpikir kongkrit
d. berpikir peristiwa kongkrit
7. Kemampuan kognitif santri madrasah ibtidaiyah kelas rendah
a. mampu memahami peristiwa yang terjadi
b. mampu memahami peristiwa yang akan datang
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

23

c. mampu memahami konsep abstrak
d. mampu memahami konsep sederhana
8. Kemampuan kognitif santri madrasah ibtidaiyah kelas tinggi
a. berpikir abstrak
b. berpikir logis
c. berpikir kongkrit
d. berpikir sistimatis
9. kemampuan mengklasifikasi
a. kemampuan untuk mengelompokkan berdasarkan ciri
b. kemampuan untuk memilih benda yang disukai
c. kemampuan untuk mengelompokkan berdasarkan warna
d. kemampuan memilah barang yang tidak berguna
10. Masalah ADHD
a. masalah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir
b. masalah yang berhubungan dengan kemampuan mengontrol tubuh
c. masalah yang berhubungan dengan kemampuan memusatkan perhatian
d. masalah berhubungan dengan kenakalan di kelas

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

24

26B.II. KEGIATAN BELAJAR 2
PERKEMBANGAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH
Pembahasan perkembangan bahasa pada dasarnya adalah kemampuan individu
untuk berkomunikasi dengan lingkungan. “Man’s supreme achievement in the world is
communication from personality to personaliy (Karl Jaspers, German philosopher)“.
Komunikasi menunjukkan potensi tertinggi manusia.
Komunikasi dipergunakan oleh kita untuk menjalin relasi dengan orang lain
sehingga kita merasa menjadi bagian dari lingkungan. Pernahkan anda merasa kesepian
karena tidak ada orang yang dapat diajak berbicara pada suatu tempat. Mungkin sebagai
guru anda pernah menangani kasus santri yang merasa tidak betah di kelas karena
merasa tidak punya teman. Atau anda merasa sangat kesal pada saat mengajar karena
apa yang anda sampaikan tidak pahami oleh santri-santri anda ?. Atau anda
mengerutkan kening karena mendengar kalimat kasar yang disampaikan oleh santri
pada temannya.
Pertanyaan yang diajukan pada paragraf sebelumnya menunjukkan betapa
komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Kemampuan
berkomunikasi merupakan aktualisasi dari kematangan perkembangan bahasa. Implikasi
pemahaman tentang perkembangan bahasa dapat membantu guru memfasilitasi
berkembangnya kemampuan santri berkomunikasi.
1. Potensi Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa berkembang sepanjang masa sekolah. Santri makin mampu
memahami dan menginterpretasi komunikasi baik lisan, tulisan maupun bahasa tubuh
yang membuat diri mereka dipahami dan mereka memahami orang-orang disekitarnya.
Fokus utama perkembangan bahasa pada masa di madrasah ibtidaiyah adalah pragmatis
atau penggunaan praktis bahasa (serangkaian aturan bahasa yang mengatur penggunaan
bahasa) untuk berkomunikasi.
Komunikasi adalah proses atau kemampuan menyampaikan dan menerima
informasi. Kontak atau interaksi diantara dua orang atau lebih dimana ada informasi
atau pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan (sumber) kepada pihak lain yang
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

25

berperan sebagai penerima pesan (penerima). Seseorang dapat mengkomunikasikan
sesuatu pada orang lain dengan menggunakan bahasa verbal (lisan) dan non verbal
(tulisan dan tubuh). Bahasa dapat dikembangkan dalam karakteristik yang berbeda-beda
pada setiap lingkungan budaya.
Komunikasi interpersonal
atau antar pribadi merupakan kemampuan
komunikasi yang paling tinggi. Kebutuhan melakukan komunikasi mendorong
perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang melakukan
komunikasi antar pribadi dimanapun berada. Komunikasi merupakan darah kehidupan
dalam setiap hubungan. Komunikasi yang terbuka, jelas serta sensitif mendorong
berkembangnya hubungan yang alamiah.
Berdasarkan definisi komunikasi, unsur-unsur dalam komunikasi dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a. informasi, pesan atau berita yang diterima seseorang baik secara lisan, tulisan
maupun isyarat
b. komunikator : orang menyampaikan informasi
c. komunikan : orang yang menerima informasi
d. media komunikasi : lisan dengan bantuan organ komunikasi pada manusia
(mulut dan organ bicara, telinga dan organ mendengar, otak, tubuh) elektronik,
cetak, tulis.
Keterampilan komunikasi pada tingkat madrasah ibtidaiyah meliputi percakapan
dan naratif. Santri akan menyadari kebuntuan komunikasi manakala topik bahasan
percakapan tidak dipahami atau dimenari lawan bicara. Santri di madrasah ibtidaiyah
menyadari kekuatan dan otoritas orang dewasa. Santri lebih banyak bercakap-cakap
secara bebas dengan teman sebaya disbanding orang dewasa. Dan santri juga bercakapcakap lebih terbatas dengan orang tua dibanding dengan orang dewasa lain, karena
orang tua biasanya lebih banyak membahas topik berkenaan dengan tuntutan untuk
berbuat sesuatu dibandingkan dengan topik-topik bahasan yang bebas.
Santri di madrasah ibtidaiyah mampu memaparkan kembali cerita yang
didengar, dibaca maupun ditonton dari televisi atau film secara singkat dengan baik.
Santri di kelas tiga atau empat menggambar cerita dengan variasi kata. Santri kelas lima
dan kelas enam menyampaikan cerita dengan menggambarkan karakter tokoh dan seting
dengan lebih detail.
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

26

Pada paparan sebelumnya telah disampaikan bahwa komunikasi merupakan
aktualisasi perkembangan bahasa. Unsur-unsur dalam komunikasi tidak dapat terpenuhi
manakala potensi dasar yaitu perkembangan bahasa tidak berkembang. Isi pesan dalam
komunikasi adalah bahasa. Dengan kata lain isi pesan yang akan disampaikan tidak
akan tercapai manakala santri tidak memiliki atau tidak menguasai bahasa untuk
menyampaikan pesan tersebut.
Kemampuan berbahasa pada dasarnya merupakan kemampuan menyatakan
pikiran dan perasaan dalam simbol atau lambang untuk pengungkapkan suatu
pengertian. Pengungkapan dapat berbentuk lisan, tulisan, isyarat maupun bahasa tubuh.
Interaksi individu dengan lingkungan membuat pengungkapan simbol bahasa sangat
luas. Jika bapak/ ibu memperhatikan atau memaknai pengalaman pada saat
berkomunikasi dengan teman guru, orang tua santri dan santri yang datang dari berbagai
daerah di Indonesia, tentu bapak dan ibu pernah merasakan perbedaan penggunaan dan
mengucapan kata untuk suatu maksud tertentu.
Bahasa adalah pernyataan atas pikiran dan perasaan, sehingga perkembangan
bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Pemikiran, gagasan dan
bagaimana struktur pikiran seseorang dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menyampaikan pesan. Pemikiran yang sistematis membuat individu berbahasa secara
sistematis. Pemahaman individu terhadap pesan yang disampaikan oleh orang lain juga
tergantung kemampuan kognitif dalam memproses informasi.
Menurut Syamsu Yusuf (2004:119), perkembangan pemikiran individu tampak
dalam perkembangan bahasanya. Meliputi kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat dan menarik kesimpulan. Perkembangan pemikiran berkembang
mulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat yang terdiri
atas dua atau tiga kata. Pada saat anak berusia 1,6 tahun anak dapat menyusun pendapat
positif seperti “ibu minum”. Di usia 2,6 tahun anak dapat menyusun pendapat negative
atau menyangkal seperti “ibu tidak minum”. Pada usia selanjutnya kemampuan
berkembang menjadi mampu menyatakan pendapat dalam bentuk : (1) kritik seperti “ini
tidak boleh”; (2) keragu-raguan sebagai kesadaran akan kemungkinan kesalahan, seperti
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

27

“mungkin tadi gelasnya terjatuh”; dan terakhir (3) menarik kesimpulan analogi karena
memahami penyebab atau kemungkinan yang akan terjadi. Seperti pada suatu saat
pernah melihat temannya menangis karena jatuh, sehingga pada saat lain ada temannya
yang menangis, santri bertanya “apakah kamu terjatuh?”
Kemampuan berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah
berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain.
Berbicara

artinya

mempelajari

bunyi-bunyi

yang

mengandung

arti

dan

mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga terjadi pemahaman akan maksud.
Santri di madsarah ibtidaiyah telah mampu berbicara secara terstruktur dan menyadari
manfaat dan kekuatan yang dimiliki dengan mempergunakan kemampuan berbicaranya.
Dengan kemampuan berbicara santri dapat memperoleh teman baru, menyatakan
pendapat dan keinginan, memperoleh

sesuatu

yang diinginkan,

menyatakan

ketidaksenangan, dan mungkin juga menyakiti orang lain.
Kosa kata, tata bahasa dan sintaksis merupakan indikator perkembangan bahasa.
Di madrasah ibtidaiyah kosa kata atau pembendaharan kata santri berkembang dalam
beragam bentuk kata. Santri mengenal kata benda, kata kerja maupun kata keterangan.
Penggunaan kata kerja membuat santri menunjukkan kemampuan diri untuk berbuat
sesuatu. Penguasaan kosa kata juga menyadarkan santri kata yang sama dapat memiliki
arti yang berbeda dalam kontek s yang berbeda. Santri belajar bukan hanya banyak kata
tetapi juga memilah kata yang tepat untuk digunakan pada situasi tertentu atau pada saat
berkomunikasi dengan orang tertentu (misalnya orang dengan usia lebih tua atau lebih
muda). Santri mengenal kata-kata kiasan atau frasa untuk menunnjukkan sesuatu hal
secara spesifik.
Penggunaan tata bahasa dan sintaksis berkembang sejalan dengan pemahaman
atas maksud yang ingin disampaikan. Penggunaan tata bahasa dan sintaksis makin
kompleks seiring dengan tuntutan akademik dan kemampuan untuk memaparkan atau
mendeskripsikan sesuatu. Santri memahami kalimat sebagai suatu keutuahn
dibandingkan bagian-bagian kata.
Pada saat berbahasa, santri dituntut menguasai empat tugas pokok yang saling
berkaitan (Syamsu Yusuf :119), yaitu :
Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

28

a.

pemahaman, kemampuan memahami makna ucapan, tulisan maupun
bahasa tubuh yang disampaikan oleh orang lain.

b.

Pengembangan pembendaharaan kata, yaitu penguasaan dan penambahan
kosa kata baru. Perbedaharaan kata berkembang mulai usia dua tahun.
Mengalami perkembangan yang sangat cepat pada usia dini sehingga
muncul istilah “bertelinga gajah karena apa yang diucapkan adalah apa
yang didengar”. Pembendaharaan kata terus meningkat pada saat masuk
sekolah karena interaksi yang intensif baik dengan teman sebaya maupun
orang dewasa secara meluas. Pembedaharaan kata juga diperoleh dari
istilah-istilah sesuai dengan konten materi pembelajaran. Santri menguasai
pembendaharaan kata dari penggunaan dua atau lebih bahasa. Minimal
bahasa ibu yang dipergunaka