PERBEDAAN NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI - LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN Perbedaan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (Vep1) Pada Laki - Laki Antara Pekerja Pabrik Dan Pekerja Bukan Pabrik Di Sukoharjo.

PERBEDAAN NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA
(VEP1) PADA LAKI - LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN
PEKERJA BUKAN PABRIK DI SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah
Surakarta

Oleh :

WILDA AL ALUF RIANDINI
J 500 130 114
HALAMA

UDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017


PERBEDAAN NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA
(VEP1) PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN
PEKERJA BUKAN PABRIK DI SUKOHARJO
Abstrak
Debu pabrik yang terinhalasi dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Apabila
paparan debu berlangsung secara terus menerus mengakibatkan penurunan fungsi
paru. Penurunan fungsi paru terjadi karena adanya perubahan patologis pada
saluran pernapasan yang ditandai dengan penurunan nilai volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1). Penurunan nilai VEP1 mengindikasikan adanya gangguan
obstruksi, restriksi, maupun kombinasi pada saluran pernapasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai volume ekspirasi paksa detik
pertama pada laki-laki antara pekerja pabrik dan pekerja bukan pabrik di
Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional melalui pendekatan
cross sectional dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Besar
sampel sebanyak 62 orang laki-laki yaitu 31 pada pekerja pabrik dan 31 pekerja
bukan pabrik yang sesuai dengan kriteria restriksi. Alat ukur yang digunakan
adalah spirometer. Perbedaan nilai rerata VEP1 dianalisis menggunakan uji
hipotesis yaitu uji t dua kelompok tidak berpasangan dengan program SPSS 23.0
for windows. Berdasarkan analisa data didapatkan nilai p yaitu 0,013 (p < 0,05).
Dengan nilai rerata VEP1 pada pekerja pabrik sebesar 2,2204 L dan pada pekerja

bukan pabrik 2,5752 L. Dan nilai rerata tersebut termasuk kurang dari nilai
normal VEP1 yang sebesar 3,2 L/menit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat perbedaan bermakna nilai rerata VEP1 pada laki-laki antara pekerja
pabrik dan pekerja bukan pabrik di Sukoharjo.
.
Kata Kunci: VEP1, pekerja pabrik
Abstract

Inhalation of production-related pollution may cause an inflammatic reaction. If
the dust exposure continues over time lead to decreased lung function. Decline in
lung function occurs because of the pathological changes in the respiratory tract
that is characterized by impairment of forced expiratory volume in the first second
(FEV1). Impairment FEV1 indicate of obstruction, restriction, or a combination of
the respiratory tract. The goal of this research is to determine the difference in
forced expiration volume between factory worker and non-factory worker males
in Sukoharjo. This study is an analytical observational study with a crosssectional approach and a purposive sampling method. The sample size is 62 males
consisting of 31 factory workers and 31 non-factory workers fulfilling the
restriction criterias. Spirometer is used as the main instrument. Differences in
FEV1 are analyzed with unpaired t-test on the SPSS 23.0 for windows program.
Data analysis revealed that p value is 0,013 (p < 0,05). We observed a mean FEV1

of 2,2204 L in factory workers and 2,5752 L in non-factory workers. And the
average value including less than the normal value of FEV1 which amounted 3.2

1

L / min. The conclusion of this research is there is a significant correlation in
FEV1 between factory worker and non-factory worker males in Sukoharjo.
Key words: FEV1, factory workers

1. PENDAHULUAN
Gangguan fungsi paru dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan
spirometri. Dari pemeriksaan spirometri dapat kita ketahui adanya gangguan
paru obstruktif, restriktif, kombinasi, atau normal. Salah satu yang didapatkan
dari uji spirometri adalah Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, atau Forced
Ekspiration Volume (VEP1) (Wulandari et al., 2013). Nilai normal dari VEP1
kira – kira 3,2 liter (Basuki et al., 2013).
Penurunan nilai VEP1 dapat mengindikasikan adanya kelainan paru
retriktif, obstruktif, maupun kombinasi (Harahap dan Aryastuti, 2012). Nilai
VEP1 dapat menurun pada obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh sekresi
lendir, bronkospasme dan gangguan inflamasi seperti asma atau bronkitis.

VEP1 juga dapat menurun dalam obstruksi saluran napas besar ( trakea dan
bronkus ) (Kumar et al., 2015). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
gangguan yang ditandai dengan penurunan VEP1 ialah paparan dari debu baik
organik maupun anorganik yang dihasilkan dari produksi industri sehingga
menimbulkan penyakit paru lingkungan (Rahmatullah, Pneumonitis Dan
Penyakit Paru Lingkungan, 2014).
Menurut ILO, setiap tahunnya terdapat

lebih dari 160 juta pekerja

menjadi sakit karena bahaya yang ditimbulkan di tempat kerja (ILO,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2013). Di antara semua penyakit akibat
kerja, 10% sampai 30% adalah penyakit paru. Di Indonesia angka sakit
mencapai 70% dari pekerja yang terpapar debu tinggi. Sebagian besar penyakit
paru akibat kerja mempunyai akibat serius yaitu terjadinya penurunan fungsi
paru (Cahyana et al., 2012).
Data penyakit akibat kerja dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dari
haril survei pemeriksaan fungsi paru pada 80 orang pekerja formal dan 20
orang pekerja informal, pada tahun 2004 di 5 kabupaten yaitu Semarang,


2

Jepara, Cilacap, Rembang, Pekalongan didapatkan hasil 95% pekerja pabrik
mengalami gangguan fungsi paru (Depkes, 2012). Selain itu penelitian yang
pernah dilakukan pada pemeriksaan fungsi paru dibagian pengamplasan pabrik
pengolahan kayu di Sukoharjo, sebanyak 3 subjek memiliki fungsi paru
normal, 14 subjek mengalami gangguan fungsi paru restriktif dan 2 subjek
mengalami gangguan fungsi paru campuran (Lestari, Pengaruh Paparan Debu
Kayu Terhadap Gangguan Fungsi Paru Tenaga Kerja di CV.Gion & Rahayu,
Kec. Kartasura, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah (Abstrak), 2010).
Sebuah studi menunjukkan hasil nilai rata – rata dari VEP1 pada pekerja
furniture secara signifikan lebih rendah dibanding kelompok kontrol.
(Deshpande dan Afshan, 2014). Studi lain yang dilakukan oleh Bosin dan
Okpapi memperlihatkan hasil signifikan pada pola obstrukif dari penurunan
VEP1 pada pekerja dibidang kayu (Kumar et al., 2015). Akan tetapi pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Marenu I.A et all pada pekerja industri
menunjukkan hasil nilai uji fungsi paru yaitu salah satunya VEP1 didapatkan
perbedaan yang tidak signifikan antara pekerja yang terpapar debu industri
dengan kelompok pekerja yang tidak terpapar debu industri (LA et al., 2007).
Sedangkan penelittian yang penulis lakukan memiliki sisi kebaruan meliputi

subjek sampel, lokasi pengambilan sampel, dan adanya pembanding sebagai
kontrol negatif.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian perbedaan nilai
Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 Detik (VEP1) pada laki - laki antara pekerja
pabrik dan pekerja bukan pabrik untuk mencari pengaruh paparan debu dari
tempat kerja terhadap nilai VEP1.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
nilai Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 Detik (VEP1) pada laki – laki antara
pekerja pabrik dan pekerja bukan pabrik.
2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di

3

pabrik Sentana Rattan Furniture, CV. Total Teak, Gedung Sidi Walidah
serta di kampus 4 FK UMS dengan waktu penelitian pada bulan November –
Desember 2016. Populasi pada penelitian ini adalah Laki – laki pekerja
pabrik dan pekerja bukan pabrik. Sampel pada penelitian ini adalah laki – laki
pekerja pabrik dan pekerja bukan pabrik yang memenuhi kriteria inklusi yang

didapatkan melalui teknik sampling purposive sampling. Berdasarkan
perhitungan rumus besar sampel didapatkan sampel minimal adalah 31 orang
untuk masing – masing perlakuan. Kriteria sampel yang memenuhi syarat
inklusi adalah laki – laki pekerja pabrik dan pekerja bukan pabrik yang
sekurang – kurangnya sudah 1 tahun bekerja ditempat sampel diambil dengan
rentang usia 25 – 50 tahun dan bersedia untuk menjadi responden. Sedangkan
kriteria sampel yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
penelitian (eksklusi) adalah perokok berat, sedang mengalami gangguan
fungsi paru, Memiliki riwayat gangguan fungsi paru, tidak berada di tempat
saat pengambilan sampel, dan memiliki IMT lebih dari 25. Kriteria eksklusi
ini disingkirkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah laki – laki pekerja pabrik dan laki – laki pekerja bukan
pabrik. Variabel terikatnya adalah Nilai VEP1 yang didapatkan dari inspirasi
sedalam mungkin kemudian dihembuskan (ekspirasi) sekuat dan secepat
mungkin dengan menggunakan alat spirometri. Teknik pengambilan data
pada awalnya dibagikan kuesioner pada para pekerja dan dilanjutkan dengan
melakukan uji fungsi paru menggunakan spirometri, setelah data didapatkan
maka dipilih data – data yang memenuhi kriteria inklusi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
menggunakan program SPSS 23,0 for Windows dengan uji statistik uji t dua

kelompok tidak berpasangan dan sebelumnya dilakukan uji normalitas data
menggunakan Shaphiro Wilk dan apabila data tidak normal (p 27 orang untuk
setiap kelompok.
b) Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi
Usia
Usia

Pekerja Pabrik
Frekuensi

Persentase (%)

Pekerja bukan pabrik
Frekuensi

Persentase (%)

20 – 29
30 - 39

40 - 49

5
17
9

16,13
54,84
29,03

2
12
17

6,45
38,71
54,84

Total


31

100

31

100

Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2, pada responden pekerja pabrik usia
minimal adalah pada rentang usia 20-29 tahun dengan jumlah 5
orang (16,13%) dan usia maksimal adalah pada rentang 40 – 49
tahun dengan jumlah 9 orang (29,03%). Sedangkan responden
pada pekerja bukan pabrik usia minimal adalah 20 – 29 tahun
dengan jumlah 2 orang (6,45%) dan usia maksimal adalah pada
rentang 40 – 49 tahun dengan jumlah 17 orang (54,84%).

5

c) Deskriptif Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi
Indeks Massa Tubuh
Pekerja Pabrik
Persentase
Frekuensi
(%)
3
9,68
28
90,32
31
100

IMT

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN BUKAN PEKERJA PABRIK Perbedaan Nilai Kapasitas Vital Paksa pada Laki-Laki antara Pekerja Pabrik dan Bukan Pekerja Pabrik Di Sukoharjo.

0 4 15

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN BUKAN PEKERJA PABRIK Perbedaan Nilai Kapasitas Vital Paksa pada Laki-Laki antara Pekerja Pabrik dan Bukan Pekerja Pabrik Di Sukoharjo.

0 2 13

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK KAYU DAN PEKERJA KANTORAN Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Laki-Laki Antara Pekerja Pabrik Kayu Dan Pekerja Kantoran Di Sukoharjo.

0 6 14

PERBEDAAN NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI - LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN Perbedaan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (Vep1) Pada Laki - Laki Antara Pekerja Pabrik Dan Pekerja Bukan Pabrik Di Sukoharjo.

0 2 13

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (Vep1) Pada Laki - Laki Antara Pekerja Pabrik Dan Pekerja Bukan Pabrik Di Sukoharjo.

0 2 4

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 3 16

PENDAHULUAN Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 2 4

VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI-LAKI PEROKOK Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Pada Laki-Laki Perokok.

0 4 11

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

PENDAHULUAN Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 4