Pemenuhan perkembangan tugas keluarga serta kepuasan pernikahan pada lansia laki-laki dan perempuan

PEMENUHAN PERKEMBANGAN TUGAS KELUARGA
SERTA KEPUASAN PERNIKAHAN PADA
LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

RACHMANIAR MYRIANDA DWIPUTRI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemenuhan
Perkembangan Tugas Keluarga serta Kepuasan Pernikahan pada Lansia Laki-laki
dan Perempuan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Rachmaniar Myrianda Dwiputri
NIM I24100071

ABSTRAK
RACHMANIAR MYRIANDA DWIPUTRI. Pemenuhan Perkembangan Tugas
Keluarga serta Kepuasan Pernikahan pada Lansia Laki-laki dan Perempuan.
Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perkembangan tugas keluarga serta
kepuasan pernikahan lansia laki-laki dan perempuan. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional study. Penelitian bertempat di Kecamatan Bogor
Barat khususnya Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng.
Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria berada pada masa
lansia awal dan berstatus menikah. Responden yang terlibat berjumlah 62 orang
dengan 31 orang berjenis kelamin laki-laki dan 31 orang berjenis kelamin
perempuan. Penelitian ini menggunakan Kuesioner Perkembangan Tugas
Keluarga Lansia dan Marital Satisfaction Questionnaire for Older Persons. Usia
dan jumlah anggota keluarga berhubungan negatif dengan perkembangan tugas

keluarga. Pendapatan keluarga berhubungan positif dengan perkembangan tugas
keluarga. Responden laki-laki memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Variabel pola tempat tinggal dan perkembangan tugas
keluarga mempengaruhi kepuasan pernikahan.
Kata kunci: kepuasan pernikahan, lansia awal, pensiunan, perkembangan tugas
keluarga, pola tempat tinggal
ABSTRACT
RACHMANIAR MYRIANDA DWIPUTRI. Family Developmental Tasks and
Marital Satisfaction of Older Persons. Supervised by DIAH KRISNATUTI.
The aim of this research was to analyze family developmental tasks and
marital satisfaction of older persons. A cross sectional study was used as a design
of this study. The research took place in District West Bogor, particularly in three
Sub-Districts, those were Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng. Participants in
this research were taken purpossively by characteristics such as categorized as
early elderly and married. The amount of participants in this research were 62, 31
male and 31 female. This research used Family Aging Couple Developmental
Tasks Questionnaire and Marital Satisfaction Questionnaire for Older Persons.
Age and amount of member’s family were negatively correlated with family
developmental tasks. Family’s monthly income was positively correlated to
family developmental tasks. Male participants had higher score of marital

satisfaction than female participants. The pattern of the older persons live and
family developmental tasks was influence towards marital satisfaction.
Keywords: early elderly, family developmental tasks, marital satisfaction, pattern
of older persons live, retired

PEMENUHAN PERKEMBANGAN TUGAS KELUARGA
SERTA KEPUASAN PERNIKAHAN PADA
LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

RACHMANIAR MYRIANDA DWIPUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pemenuhan Perkembangan Tugas Keluarga serta Kepuasan
Pernikahan pada Lansia Laki-laki dan Perempuan
Nama
: Rachmaniar Myrianda Dwiputri
NIM
: I24100071

Disetujui oleh

Dr Ir Diah Krisnatuti, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dengan
judul “Pemenuhan Perkembangan Tugas Keluarga serta Kepuasan Pernikahan
pada Lansia Laki-laki dan Perempuan” dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan
program sarjana (S1) jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr Ir Diah Krisnatuti, MS selaku dosen
pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan
penyusunan sripsi ini dan dalam bidang akademik selama masa perkuliahan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Herien Puspitawati, M.Sc,
M.Sc dan Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang
telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi. Penghargaan penulis
sampaikan pula kepada aparat pemerintah, kader, dan responden di Kecamatan

Bogor Barat yang telah membantu selama pengumpulan data. Afina Mutmainah
dan Khoerun Nisa, selaku teman satu tim, terima kasih atas kerjasama yang
terjalin selama penelitian ini berjalan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Harpadi dan
ibunda Tri Warnanikanti, serta kakak dan adik, Harwandi R.E dan Rivyanika P.T
yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan, semangat, dan
masukan-masukan positif. Terima kasih kepada Zulfa, Ima, Yeni, Lisa, Bella dan
seluruh IKK 47 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada penulis,
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan digunakan
sebagai informasi pengetahuan bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2014
Rachmaniar Myrianda D.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

2

Tujuan

3


Manfaat

3

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE PENELITIAN

5

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

5

Teknik Penarikan Contoh

6


Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

Definisi Operasional

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

8


Karakteristik Responden dan Keluarga

9

Perkembangan Tugas Keluarga

10

Kepuasan Pernikahan

12

Hubungan antar Variabel

12

Pembahasan

14


SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

23

vi

DAFTAR TABEL
1. Variabel, skala data, dan kategori data
2. Karakteristik responden dan keluarga berdasarkan jenis kelamin
3. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, status bekerja, dan
pola tempat tinggal
4. Sebaran kategori tingkat pemenuhan perkembangan tugas keluarga
5. Indeks pencapaian skor perkembangan tugas keluarga per komponen
berdasarkan jenis kelamin
6. Sebaran kategori kepuasan pernikahan
7. Hubungan karakteristik responden dan keluarga dengan pemenuhan
perkembangan tugas keluarga lansia dan kepuasan pernikahan
8. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan

7
9
10
11
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Sebaran jawaban responden pada perkembangan tugas keluarga
berdasarkan jenis kelamin
2. Sebaran jawaban responden mengenai kepuasan pernikahan
berdasarkan jenis kelamin

19
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 7
persen dari total keseluruhan jumlah penduduk. Penduduk lansia yang berusia
antara 60 sampai 69 tahun sekitar 10.8 juta jiwa dengan rasio jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh
usia harapan hidup perempuan lebih tinggi (74 tahun) dibandingkan dengan lakilaki (68 tahun) (BPS 2013). Berdasarkan data Susenas tahun 2012 (dalam
Kemenkes RI 2013), lebih dari tiga per empat (82.71%) lansia laki-laki berstatus
menikah. Pada umumnya, laki-laki akan menikah kembali setelah bercerai,
sehingga banyak laki-laki yang berstatus menikah saat lansia. Hampir dua per
lima (36.61%) lansia perempuan berstatus menikah. Status menikah yang
disandang oleh lansia menyebabkan lansia memiliki peranan dalam kehidupan
berkeluarga.
Penelitian mengenai lansia sebagai individu telah banyak dilakukan,
terutama dalam bidang kesehatan. Namun, penelitian mengenai keluarga lansia
belum banyak dilakukan. Lansia dalam fase kehidupan berkeluarga telah
memasuki tahapan keluarga terakhir menurut Duvall dan Miller (1985) yang
disebut sebagai aging couple atau keluarga lansia. Oleh sebab itu, keluarga lansia
memiliki perkembangan tugas keluarga yang harus dipenuhi dalam rangka
mewujudkan keluarga yang bahagia dan harmonis. Komponen perkembangan
tugas keluarga lansia meliputi, menciptakan suasana rumah yang nyaman,
penyesuaian pendapatan dan kebutuhan setelah masa pensiun, menjalani rutinitas
yang menyenangkan bersama pasangan, menjaga kesehatan fisik dan mental,
memelihara hubungan cinta kasih serta hubungan pernikahan, menjaga
komunikasi dengan keluarga besar, tetap aktif berperan serta dalam lingkungan
sosial, dan menemukan makna hidup (Duvall dan Miller 1985). Perkembangan
tugas keluarga lansia berfokus kepada pasangan suami istri karena pada umumnya
lansia tinggal hanya bersama pasangan setelah anak-anak membentuk sebuah
keluarga baru. Setelah pensiun, suami akan memiliki waktu yang lebih banyak
pada area domestik, sehingga kedua pasangan memerlukan berbagai penyesuaian
baru, salah satunya adalah berbagi aktivitas. Lansia membutuhkan dukungan satu
sama lain dalam menjaga kesehatan, baik fisik maupun psikologis (Schmitt,
Kliegel, dan Shapiro 2007). Keadaan ekonomi pascapensiun cenderung menurun
dan berpotensial menimbulkan konflik yang dapat menyebabkan ketidakpuasan
dalam pernikahan.
Kepuasan pernikahan diartikan sebagai proses evaluasi terhadap kondisi
pernikahan dan tingkatan hasil evaluasi dari keseluruhan pernikahan. Hal ini dapat
diukur dari berbagai faktor seperti ekonomi, sosial, religius, anak, kesehatan,
maupun komunikasi. Kepuasan pernikahan lansia menekankan kepada interaksi
yang terjadi antara suami istri, meliputi komunikasi atau persahabatan, faktor
seksual atau kasih sayang, dan faktor kesehatan (Haynes et al. 1992). Kondisi
penurunan fisik, kesehatan, maupun ekonomi pada lansia diduga berpotensi
menimbulkan konflik yang menyebabkan ketidakpuasan dalam pernikahan.
Ketidakpuasan dalam pernikahan merupakan salah satu penyebab perceraian. Data
perceraian didominasi oleh pasangan yang baru menikah kurang dari 5 tahun

2

pertama (Umar 2013). Data tersebut menunjukkan bahwa pasangan muda
memiliki ketidakpuasan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan pasangan
yang telah lama menikah. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjamin bahwa
pasangan yang telah menikah lama memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi.
Penelitian ini menjadi menarik untuk dilakukan mengingat bahwa belum
banyak dilakukan penelitian mengenai lansia sebagai sebuah keluarga. Khususnya
mengenai pemenuhan perkembangan tugas keluarga lansia dan kepuasan
pernikahan yang dimiliki lansia. Peneliti menduga bahwa pemenuhan
perkembangan tugas keluarga lansia akan mempengaruhi kepuasan pernikahan
lansia.

Rumusan Masalah
Lansia dipandang sebagai kelompok yang rentan terhadap lingkungan serta
membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Hal ini
disebabkan oleh munculnya tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh penurunan
kondisi fisik serta psikologis. Berbagai keluhan penyakit seperti batuk, sakit
kepala, dan reumatik menyebabkan keterbatasan lansia dalam menjalani
aktivitasnya. Keterbatasan tersebut dapat pula menyebabkan terhambatnya
pemenuhan perkembangan tugas keluarga lansia. Diperlukan kerjasama dan
dukungan satu sama lain agar lansia dapat memenuhi perkembangan tugas
keluarga dengan baik. Di samping itu, Undang-Undang nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia menyatakan bahwa adanya lansia potensial, yang
mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan menghasilkan barang ataupun jasa.
Hal ini dapat membangun ketenagakerjaan yang diarahkan bagi lansia potensial,
sehingga dapat membangun kemandirian lansia baik dari segi ekonomi, psikologi,
sosial, budaya, dan kesehatan (Komnas Lansia 2010).
Kepuasan pernikahan menurut Rice (1983) dan DeGenova (2008) bersifat
dinamis selama kehidupan berkeluarga. Kepuasan pernikahan tinggi saat memulai
kehidupan keluarga, menurun saat lahir dan berkembangnya anak-anak, dan akan
meningkat kembali saat anak-anak telah meninggalkan rumah. Penurunan kondisi
fisik, seperti munculnya tanda penuaan diduga dapat memicu ketidakharmonisan
dalam rumah tangga. Keadaan setelah masa pensiun juga dapat menimbulkan
konflik keluarga dari segi ekonomi. Berbagai konflik yang timbul dalam keluarga
dapat menimbulkan rendahnya kepuasan pernikahan. Namun, ketika anak telah
dewasa, maka beban yang ada pada lansia berkurang, sehingga dapat
meningkatkan kepuasan pernikahan. Di samping itu, lansia tetap harus memenuhi
perkembangan tugas keluarga walaupun terkendala berbagai kondisi, seperti
kesehatan dan ekonomi.
Pascapensiun, laki-laki cenderung lebih banyak melakukan adaptasi pada
area domestik dibandingkan perempuan. karena perempuan tetap melaksanakan
perannya pada area domestik ketika bekerja. Hal ini menyebabkan lansia
perempuan tetap memiliki sesuatu yang biasanya dikerjakan (area domestik
seperti memasak atau kegiatan rumah tangga lainnya) saat memasuki masa
pensiun. Peneliti tertarik melihat perbedaan yang ditunjukkan antara lansia lakilaki dan lansia perempuan dalam memenuhi perkembangan tugas keluarga.
Apakah lansia perempuan memiliki pemenuhan perkembangan tugas keluarga

3

yang lebih baik daripada lansia laki-laki dikarenakan lansia perempuan terbiasa
berada pada area domestik keluarga. Kepuasan pernikahan yang dimiliki oleh
laki-laki, diketahui lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (Boerner et al.
2014), namun belum ada penelitian sejenis di Indonesia. Peneliti merasa perlu
untuk membedakan kepuasan pernikahan antara lansia laki-laki dan perempuan.
Peneliti ingin melihat apakah kepuasan pernikahan laki-laki, saat lansia juga lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Mengingat banyak sekali keterbatasan lansia
dalam menjalani peranan sebagai pasangan suami istri. Hal tersebut mendorong
peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai:
1. Apakah lansia awal mampu dalam memenuhi perkembangan tugas keluarga
lanjut usia dengan baik?
2. Apakah pemenuhan perkembangan tugas keluarga yang dilakukan oleh lansia
dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan lansia?

Tujuan
Tujuan umum:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemenuhan
perkembangan tugas keluarga terhadap kepuasan pernikahan pada lansia.
Tujuan khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik responden dan karakteristik keluarga.
2. Mengidentifikasi perbedaan perkembangan tugas keluarga dan kepuasan
pernikahan antara lansia laki-laki dan lansia perempuan.
3. Menganalisis hubungan karakteristik responden dan karakteristik keluarga
dengan perkembangan tugas keluarga.
4. Menganalisis pengaruh karakteristik responden, karakteristik keluarga,
perkembangan tugas keluarga terhadap kepuasan pernikahan lansia.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi mengenai
kehidupan berkeluarga lansia. Khususnya mengenai pemenuhan perkembangan
tugas keluarga dan kepuasan pernikahan pada tahapan keluarga lansia. Informasi
yang didapatkan mengenai pemenuhan perkembangan tugas keluarga diharapkan
mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah dalam menyediakan berbagai
sarana serta prasarana guna mendukung aktivitas lansia. Informasi mengenai
kepuasan pernikahan diharapkan dapat membantu pasangan muda dalam
menjalani kehidupan berkeluarga sehingga angka perceraian di Indonesia dapat
menurun. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
serta rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai keluarga lansia.

4

KERANGKA PEMIKIRAN
Tugas keluarga menurut Sunarti (2013) terbagi ke dalam tiga area, yaitu
tugas dasar, tugas perkembangan, dan tugas krisis. Perkembangan tugas diartikan
sebagai pemenuhan kebutuhan semua anggota keluarga secara keseluruhan
sebagai kesatuan untuk menunjang perkembangan dari masing-masing anggota
keluarga sesuai dengan tahapan perkembangan. Perkembangan tugas keluarga
tahapan keluarga lansia lebih berfokus kepada bagaimana pasangan suami istri
menjalani roda kehidupan keluarga (Duvall dan Miller 1985). Karakteristik lansia,
seperti usia, jenis kelamin, lama pendidikan, lama pernikahan, status bekerja dan
karakteristik keluarga seperti pendapatan keluarga per bulan, jumlah anggota
keluarga, dan pola tempat tinggal diduga berhubungan dengan kemampuan
pemenuhan perkembangan tugas keluarga lansia. Berbagai karakteristik tersebut
diduga berhubungan karena Komnas Lansia (2010) menyampaikan bahwa
berbagai kondisi lansia, seperti usia, jenis kelamin, kesehatan, fisik, tempat
tinggal berhubungan dengan kemampuan lansia dalam menjalani berbagai
aktivitasnya, termasuk pemenuhan perkembangan tugas keluarga lansia. Keluarga
sebagai sebuah sistem memiliki tugas yang harus dipenuhi agar dapat berjalan
dengan baik. Penurunan kondisi fisik dan kesehatan lansia diduga turut
mempengaruhi aktivitas lansia dalam memenuhi perkembangan tugas keluarga.
Kepuasan pernikahan pasangan meningkat di awal pernikahan, kemudian
menurun sejalan dengan adanya anak, dan kembali naik setelah anak melewati
masa remaja (Rice 1983 dan DeGenova 2008). Hal tersebut mendasari bahwa
lama pernikahan akan berdampak pada kepuasan pernikahan, sehingga diduga
bahwa semakin lama pernikahan akan meningkatkan kepuasan pernikahan lansia.
Kepuasan pernikahan lansia berbeda dengan kepuasan pernikahan fase baru
menikah atau pada fase dewasa madya. Kepuasan pernikahan lansia, khususnya
Marital Satisfaction Questionnaire for Older Persons (MSQFOP) mengukur
kepuasan pernikahan lansia dari beberapa faktor, yaitu komunikasi, persahabatan,
seksual, ekspresi kasih sayang, kualitas kepribadian pasangan dan kesehatan
(Haynes et al. 1992). Faktor-faktor tersebut juga terlihat pada perkembangan
tugas keluarga lansia, sehingga diduga bahwa keluarga lansia yang memenuhi
perkembangan tugas keluarga dengan baik akan memiliki kepuasan pernikahan
yang tinggi.

5

Karakteristik responden:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Lama pendidikan
4. Lama pernikahan
5. Status bekerja

Karakteristik keluarga:
1. Pendapatan keluarga per bulan
2. Jumlah anggota keluarga
3. Pola tempat tinggal

Kondisi fisik
dan kesehatan

Tugas dasar

Perkembangan Tugas

Tugas krisis

Kepuasan pernikahan

Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti

= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik responden, karakteristik
keluarga, perkembangan tugas keluarga, dan kepuasan pernikahan

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang merupakan
desain penelitian dalam jangka waktu tertentu dan tidak berkesinambungan.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan jumlah
lansia terbanyak pada setiap kecamatan di Kota Bogor, sehingga terpilihlah
Kecamatan Bogor Barat. Selanjutnya, terpilih tiga kelurahan dengan proporsi
jumlah penduduk lansia terbanyak di Kecamatan Bogor Barat. Kelurahan tersebut
adalah Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Cilendek Barat, dan Kelurahan Menteng.
Penelitian dilakukan selama bulan April sampai Mei 2014.

6

Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah lansia awal yang telah memasuki masa
pensiun dan berusia antara 58 tahun sampai 69 tahun (BKN 2014; Papalia et al.
2008; Depkes RI 2011; BPS 2013). Contoh dipilih secara purposive dan
bertempat tinggal di Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Cilendek Barat, dan
Kelurahan Menteng. Pemilihan RW dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah
lansia terbanyak di ketiga kelurahan tersebut. Contoh penelitian ini berjumlah 62
keluarga dengan 31 responden laki-laki dan 31 responden perempuan.
Data jumlah pensiunan dan lansia diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota
Bogor tahun 2013. Selanjutnya mendatangi kelurahan, RW dan RT setempat,
ataupun kader untuk mengetahui secara pasti daftar calon responden. Setelah itu,
responden dipilih sesuai kriteria dengan bantuan RT atau kader setempat.
Pemilihan responden berdasarkan kriteria: 1) telah memasuki masa pensiun, 2)
rentang usia antara 58 tahun sampai 69 tahun, dan 3) berstatus menikah serta
memiliki pasangan. Alasan kriteria tersebut dibuat adalah pertama, sebuah
keluarga dikatakan telah memasuki tahapan keluarga lansia ketika salah satu
pasangan telah memasuki masa pensiun. Kedua, rentang usia berdasarkan
pertimbangan usia pensiun yang ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara
(BKN 2014) dan usia 69 tahun sebagai batas maksimal untuk mempermudah
peneliti menemukan lansia perempuan yang berstatus menikah. Ketiga, kuesioner
kepuasan pernikahan membutuhkan responden dengan status menikah dan
memiliki pasangan. Selanjutnya, responden diminta persetujuan untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diperoleh melalui
wawancara menggunakan kuesioner meliputi karakteristik responden,
karakteristik keluarga, perkembangan tugas keluarga, dan kepuasan pernikahan.
Kuesioner perkembangan tugas keluarga dengan cronbach’s alpha sebesar 0.784,
merupakan pengembangan delapan indikator perkembangan tugas keluarga
tahapan keluarga lansia (Duval dan Miller 1985). Kuesioner kepuasan pernikahan
dengan cronbach’s alpha sebesar 0.964, merupakan modifikasi dari Marital
Satisfaction Questionnaire For Older Persons (Haynes et al. 1992). Item pada
kuesioner menggunakan skala 1 sampai 4 untuk kuesioner perkembangan tugas
keluarga dan kuesioner kepuasan pernikahan menggunakan skala 1 sampai 6.
Variabel, skala data, dan kategori data disampaikan pada Tabel 1.

7

Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori data
Variabel

Skala data

Karakteristik responden:
-Usia
-Jenis kelamin
-Lama pendidikan

Rasio
Nominal
Rasio

-Lama pernikahan

Rasio

-Status bekerja
Karakteristik keluarga:
-Pendapatan per bulan

Nominal
Rasio

-Jumlah anggota keluarga

Rasio

-Pola tempat tinggal

Perkembangan Tugas
Keluarga
Kepuasan pernikahan

Ordinal
Ordinal

Keterangan
58 tahun sampai 69 tahun
[1] Laki-laki; [2] Perempuan
Bilangan lama pendidikan responden
(tahun)
Bilangan lama pernikahan responden
(tahun)
[1] Tidak bekerja; [2] Bekerja
Bilangan pendapatan keluarga
responden per bulan (rupiah)
Bilangan jumlah banyaknya anggota
keluarga (orang)
[1] Hanya bersama pasangan; [2]
Pasangan dan anak; [3] Pasangan, anak,
dan menantu atau cucu; [4] lainnya
[1] Sangat tidak setuju; [2] Tidak setuju;
[3] Setuju; [4] Sangat setuju
[1] Sangat tidak puas; [2] Tidak puas;
[3] Agak tidak puas; [4] Agak puas; [5]
Puas; [6] Sangat Puas

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari kuesioner selanjutnya diolah melalui tahapan
pengeditan, pengkodean, pemberian skor, memasukkan data, pembersihan data,
dan analisis. Pengolahan data menggunakan bantuan program komputer sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan:
a. Karakteritik responden dan karakteristik keluarga.
b. Perkembangan tugas keluarga (38 item pernyataan) dan kepuasan
pernikahan (20 item pernyataan). Skor diubah ke dalam bentuk indeks
dengan rumus:
or a tual
or minimum
nde s
or ma simal
or minimum
Cut off yang digunakan adalah rendah (< 60), sedang (60 80), dan tinggi
(> 80).
2. Analisis inferensia yang digunakan mengacu kepada Hasan (2002), yaitu:
a. Uji beda digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dari setiap
variabel antara laki-laki dan perempuan. Uji beda yang dilakukan
menggunakan uji independent sample t-test. Uji ini digunakan untuk
mengetahui tingkat perbedaan contoh yang bersifat independen dan
memiliki skala data rasio.

8

b. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya
hubungan antara variabel yang berupa, karakteristik responden, karakteristik
keluarga, dan perkembangan tugas keluarga.
c. Pengaruh variabel karakteristik responden, keluarga, dan perkembangan
tugas keluarga terhadap kepuasan pernikahan dianalisis menggunakan
regresi linier berganda.

Definisi Operasional
Lansia awal adalah seseorang yang telah pensiun dan berada pada rentang usia 58
tahun sampai 69 tahun.
Lama pernikahan adalah jumlah tahun sejak awal menikah sampai dengan saat
ini.
Lama pendidikan adalah jumlah tahun yang ditempuh dalam menyelesaikan
masa studi formal.
Status bekerja adalah status bekerja responden saat ini yang terdiri dari bekerja
dan tidak bekerja.
Pendapatan per bulan adalah jumlah uang pendapatan keluarga setiap bulannya
dinyatakan dengan rupiah per bulan.
Jumlah anggota keluarga adalah jumlah dari suami, istri, dan anak-anak
sebelum anak-anak membentuk keluarga baru dan dinyatakan dengan satuan
orang.
Pola tempat tinggal adalah keadaan yang menggambarkan dengan siapa lansia
tinggal saat ini, dikategorikan menjadi hanya bersama pasangan; pasangan
dan anak; pasangan, anak, dan menantu atau cucu; dan lainnya.
Tahapan keluarga lansia adalah keluarga yang telah memasuki tahapan
perkembangan keluarga terakhir dengan kepala keluarga telah memasuki
masa pensiun dan telah berusia 58 tahun.
Perkembangan tugas keluarga tahapan lansia adalah tugas yang harus
dilakukan oleh suami istri sebagai keluarga yang telah mencapai tahapan
keluarga lanjut usia.
Kepuasan pernikahan merupakan keadaan pernikahan sebagai hasil evaluasi
terhadap keadaan yang dialami lansia saat ini dan dikategorikan dari sangat
tidak puas sampai dengan sangat puas.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Luas wilayah Kelurahan Pasir Jaya yaitu
2.90 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 21 361 jiwa. Kelurahan Pasir Jaya
yang terdiri atas 15 Rukun Warga (RW) dan 63 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan
Cilendek Barat memiliki luas wilayah sebesar 1.74 km2 dengan jumlah penduduk

9

sebanyak 17 204 jiwa yang terdiri atas 18 RW dan 68 RT. Kelurahan Menteng
memiliki luas wilayah sebesar 2.09 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 16
216 jiwa dengan 20 RW dan 78 RT.

Karakteristik Responden dan Keluarga
Rata-rata responden laki-laki berusia 63 tahun dan perempuan berusia 62
tahun. Responden laki-laki dan perempuan, rata-rata telah menamatkan
pendidikan SMA atau sederajat dan telah mencapai usia pernikahan lebih dari 35
tahun. Pendapatan keluarga per bulan yang dimiliki oleh responden berada pada
kisaran Rp5 000 000 dengan pendapatan keluarga responden perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Rata-rata keluarga responden, baik laki-laki
maupun perempuan berjumlah lima orang. Uji beda menunjukkan bahwa variabel
pendapatan keluarga per bulan antara responden laki-laki dan perempuan berbeda
secara signifikan dengan nilai p-value sebesar 0.033. Variabel lainnya tidak
memiliki perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan
(Tabel 2).
Tabel 2 Karakteristik responden dan keluarga berdasarkan jenis kelamin
Laki-laki

Variabel
Usia (tahun)
Lama pendidikan
(tahun)
Lama menikah
(tahun)
Pendapatan keluarga
per bulan (Rp)*
Jumlah anggota
keluarga (orang)

Perempuan

Min

Maks

Mean

Min

Maks

Mean

59

66

62.77

58

68

61.90

6

20

12.74

12

18

13.90

28

43

35.52

26

44

35.74

0

15x106

4.63x106

0

18.5x106

6.79x106

3

8

4.94

2

7

4.74

Keterangan: *signifikan pada p < 0.05

Hampir satu per lima responden laki-laki (19.4%) dan hampir satu per
sepuluh responden perempuan (9.7%) berstatus bekerja. Hal ini sejalan dengan
penelitian Affandi (2009) bahwa lansia dengan status bekerja didominasi oleh
laki-laki. Persentase pola tempat tinggal responden laki-laki terbagi rata (38.7%)
antara tinggal hanya bersama pasangan dan tinggal bersama pasangan serta anak.
Di samping itu, hampir setengah (48.4%) responden perempuan hanya tinggal
bersama pasangan. Lansia yang tinggal bersama anak atau tinggal bersama orang
tua dikategorikan dengan pola tempat tinggal lainnya. Berdasarkan hasil uji beda,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada status bekerja dan pola tempat
tinggal antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 3).

10

Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, status bekerja, dan
pola tempat tinggal
Variabel

Laki-laki

Status bekerja
Tidak bekerja
Bekerja
Pola tempat tinggal
Pasangan
Pasangan dan anak
Pasangan, anak, dan menantu
atau cucu
Lainnya

Perempuan

Jumlah
responden

Persentase

Jumlah
responden

Persentase

25
6

80.6
19.4

28
3

90.3
9.7

12
12

38.7
38.7

15
5

48.4
16.1

5

16.1

7

22.6

2

6.5

4

12.9

Perkembangan Tugas Keluarga
Perkembangan tugas keluarga merupakan tugas keluarga yang berkembang
sesuai dengan perkembangan tahapan keluarga. Perkembangan tugas keluarga
adalah tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh suatu keluarga sebagai satu unit
untuk mendukung perkembangan individu anggota keluarga (Duvall dan Miller
1985). Lebih dari tiga per empat keluarga responden laki-laki (80.6%) dan hampir
tiga per empat keluarga responden perempuan memiliki tingkat pemenuhan
perkembangan tugas keluarga terkategori cukup. Rataan skor pencapaian
pemenuhan perkembangan tugas keluarga responden laki-laki (69.83) lebih baik
dibandingkan dengan rataan skor responden perempuan (67.00). Hasil uji beda
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemenuhan
perkembangan tugas keluarga responden laki-laki dan perempuan. Hal ini diduga
bahwa jika salah satu pasangan tidak melakukan perkembangan tugas yang baik,
maka akan dibantu atau digantikan dengan pasangannya, sehingga perkembangan
tugas keluarga dapat tetap terpenuhi dengan baik dan tidak bergantung kepada
jenis kelamin. Akan tetapi, terdapat hampir sepersepuluh keluarga responden lakilaki dan hampir seperlima keluarga responden perempuan yang memiliki skor
perkembangan tugas keluarga dengan kategori rendah. Nilai p-value (0.203) uji
beda yang lebih besar dari 0.05 memiliki arti bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rataaan skor pemenuhan perkembangan tugas keluarga laki-laki
dan perempuan (Tabel 4).

11

Tabel 4 Sebaran kategori tingkat pemenuhan perkembangan tugas keluarga
Perkembangan
tugas keluarga

Laki-laki

Perempuan

Jumlah responden

Persentase

Jumlah responden

Persentase

Kurang (< 60)
Cukup (60 - 80)
Baik (> 80)

3
25
3

9.7
80.6
9.7

6
23
2

19.4
74.2
6.5

Rata-rata skor
Standar deviasi
p-value

69.83
±8.15

67.00
±9.16
0.203

Responden laki-laki telah mencapai kategori baik pada komponen ke-3 dan
ke-8 dari perkembangan tugas keluarga. Komponen ke-2 dan komponen ke-4
masih terkategori kurang. Hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya
penghasilan pascapensiun dan responden laki-laki cenderung tidak ingin
mengetahui kondisi kesehatannya karena merasa takut mengetahui penyakit yang
diderita. Responden perempuan telah mencapai kategori baik pada komponen ke8 dari perkembangan tugas keluarga. Responden beranggapan bahwa masa tua
merupakan masa untuk mempersiapkan bekal ke akhirat dan menunggu kematian.
Responden merasa selama masa muda terlalu banyak mengejar duniawi dan tidak
fokus terhadap ibadah, sehingga ketika masa lansia responden merasa sudah
cukup akan materi atau harta dunia dan ingin meningkatkan kerohanian.
Anggapan tersebut memacu lansia untuk terus memperbanyak ibadah dan
meningkatkan skor komponen menemukan makna hidup. Responden perempuan
memiliki komponen yang masih terkategori kurang, yaitu komponen ke-2 dan ke7. Komponen yang memiliki perbedaan secara signifikan antara rataan skor lakilaki dan perempuan adalah komponen ke-3 dan komponen ke-4. Terlihat bahwa
rataan skor laki-laki lebih tinggi pada komponen ke-3 dan lebih rendah pada
komponen ke-4 daripada rataan skor perempuan (Tabel 5). Sebaran jawaban
responden pada kuesioner perkembangan tugas keluarga dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tabel 5 Indeks pencapaian skor perkembangan tugas keluarga per komponen
berdasarkan jenis kelamin
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Perkembangan tugas keluarga
Menciptakan suasana rumah yang nyaman
Penyesuaian pendapatan dan kebutuhan setelah masa
pensiun
Menjalani rutinitas yang menyenangkan bersama
pasangan*
Menjaga kesehatan fisik dan mental*
Memelihara hubungan cinta kasih serta hubungan
pernikahan
Menjaga komunikasi dengan keluarga besar
Aktif berperan serta dalam lingkungan sosial
Menemukan makna hidup

Keterangan: *signifikan pada p < 0.05

Laki-laki

Perempuan

75.27
58.06

74.62
56.18

80.65

64.78

59.45
76.99

65.90
68.82

72.85
61.72
84.95

70.16
54.41
87.63

12

Kepuasan Pernikahan
Kepuasan pernikahan merupakan hasil evaluasi terhadap kondisi pernikahan
yang meliputi interaksi bersama pasangan, komunikasi yang terjalin antar
pasangan, maupun ekspresi cinta kasih yang ditunjukkan kepada atau yang
didapatkan dari pasangan (Haynes et al. 1992). Lebih dari separuh contoh baik
laki-laki (51.6%) dan perempuan (58.1%) memiliki kepuasan pernikahan yang
terkategori sedang. Tidak ada responden laki-laki yang memiliki kepuasan
pernikahan dengan kategori rendah, namun terdapat hampir sepersepuluh (9.7%)
responden perempuan yang memiliki kepuasan pernikahan kategori rendah. Hal
ini dikarenakan responden tersebut berstatus menikah, namun sudah tidak tinggal
bersama dengan pasangan dan komunikasi yang dilakukan oleh responden dengan
pasangan minim. Hasil uji beda menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan
responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (Tabel 6). Hal ini
sejalan dengan penelitian Schmitt, Kliegel, dan Shapiro (2007) dan Boerner et al.
(2014) yang menyatakan bahwa laki-laki mengevaluasi pasangan lebih positif
dibandingkan perempuan. Lansia perempuan lebih cenderung menjadi pengasuh
pasangan, sehingga lansia laki-laki merasa puas terhadap pasangan (Helgeson
1994 dan Thompson 1993 dalam Boerner et al. 2014). Hal ini terlihat pada
sebaran jawaban responden (Lampiran 2) bahwa lebih dari seperlima perempuan
merasa tidak puas terhadap dorongan, motivasi, semangat yang diberikan oleh
pasangan dan suasana humor yang tercipta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
laki-laki cenderung pendiam dan tidak mengutarakan motivasi, dukungan,
ataupun semangat secara gamblang. Perempuan terlihat cenderung lebih mudah
dalam mencairkan suasana. Faktor lain yang diduga turut mempengaruhi adalah
sifat responden perempuan yang lebih terbuka dalam memberikan informasi
sehingga informasi yang didapat cenderung lebih relevan dibandingkan responden
laki-laki.
Tabel 6 Sebaran kategori kepuasan pernikahan
Kepuasan pernikahan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase
Rendah (< 60)
Sedang (60 - 80)
Tinggi (> 80)
Rata-rata skor
Standar deviasi
p-value

0
16
15

0.0
51.6
48.4

81.65
±8.41

3
18
10

9.7
58.1
32.3

72.29
±19.95
0.029*

Keterangan: *signifikan pada p < 0.05

Hubungan antar Variabel
Hubungan Karakteristik Responden dan Karakteristik Keluarga dengan
Perkembangan Tugas dan Kepuasan Pernikahan
Berdasarkan hasil uji hubungan korelasi Pearson, variabel usia dan jumlah
anggota keluarga berhubungan negatif signifikan dengan perkembangan tugas

13

keluarga. Usia responden yang semakin menua dan semakin sedikit jumlah
anggota keluarga akan menurunkan skor perkembangan tugas keluarga. Variabel
pendapatan keluarga per bulan berpengaruh positif signifikan dengan
perkembangan tugas keluarga. Semakin besar pendapatan keluarga per bulan yang
didapatkan, maka akan meningkatkan skor dari perkembangan tugas keluarga.
Veriabel lama pendidikan, lama menikah, status bekerja, dan pola tempat tinggal
tidak berhubungan secara signifikan dengan perkembangan tugas keluarga (Tabel
7). Variabel perkembangan tugas keluarga dan kepuasan pernikahan saling
berhubungan secara signifikan.
Tabel 7 Hubungan karakteristik responden dan keluarga dengan pemenuhan
perkembangan tugas keluarga lansia dan kepuasan pernikahan
Variabel

Karakteristik responden
Usia
Lama pendidikan
Lama menikah
Status bekerja
Karakteristik keluarga
Pendapatan keluarga per bulan
Jumlah anggota keluarga
Pola tempat tinggal
Perkembangan tugas keluarga

Koefisien korelasi
Perkembangan tugas
keluarga

Kepuasan pernikahan

-0.280*
0.134
-0.050
-0.123

-0.148
-0.003
-0.010
-0.134

0.361**
-0.309*
0.025
-

0.158
-0.104
0.181
0.673**

Keterangan: *) signifikan pada p < 0.05; **) signifikan pada p < 0.01

Pengaruh Karakteristik Responden, Karakteristik Keluarga, dan
Perkembangan Tugas Keluarga terhadap Kepuasan Pernikahan
Variabel status bekerja diubah menjadi peubah dummy dengan nilai satu
untuk tidak bekerja dan nilai nol untuk bekerja. Hal ini karena pada masa lansia,
idealnya adalah lansia sudah tidak bekerja dan menikmati masa pensiun. Variabel
pola tempat tinggal diubah menjadi peubah dummy dengan nilai satu untuk lansia
yang hanya tinggal berdua bersama pasangan dan nilai nol untuk lansia yang
tinggal selain hanya berdua bersama pasangan. Hal ini karena keadaan ideal bagi
lansia adalah hanya tinggal berdua bersama pasangan (Duvall dan Miller 1985).
Berdasarkan uji pengaruh, variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan
pernikahan adalah pola tempat tinggal dan perkembangan tugas keluarga.
Variabel karakteristik keluarga, yaitu pola tempat tinggal, berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan pernikahan dengan arah positif. Hal ini
menunjukkan bahwa lansia yang tinggal hanya bersama pasangan memiliki
kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan lansia yang tinggal selain
bersama pasangan, hal tersebut sesuai dengan Duvall dan Miller (1985). Variabel
perkembangan tugas keluarga berpengaruh secara positif signifikan terhadap
kepuasan pernikahan. Kenaikan 1 satuan skor perkembangan tugas keluarga akan
meningkatkan 1.215 satuan skor kepuasan pernikahan. Model ini memiliki nilai

14

adjusted R square sebesar 0.482 yang berarti bahwa model menjelaskan 48.2
persen pengaruh variabel yang terdapat dalam model terhadap kepuasan
pernikahan dengan nilai signifikan model sebesar 0.000 (Tabel 8).
Tabel 8 Faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan
Variabel
Konstanta
Karakteristik responden
Usia
Jenis kelamin
Lama pendidikan
Lama menikah
Status bekerjaa)
Karakteristik keluarga
Pendapatan keluarga
Anggota keluarga
Pola tempat tinggalb)
Perkembangan tugas keluarga

Unstandardized
coefficients

Standardized
coefficients

Nilai signifikansi

17.879

0.749

-0.441
5.658
-0.779
-0.040
-3.492

-0.057
0.179
-0.118
-0.009
-0.078

0.603
0.099
0.352
0.936
0.444

1.028x10-7
2.283
8.685
1.215

0.026
0.159
0.273
0.667

0.838
0.151
0.011*
0.000**

p-value
adjusted R square

0.000**
0.482

Keterangan: a) peubah dummy (1=tidak bekerja, 0=bekerja); b) peubah dummy (1=hanya
pasangan, 0=lainnya); *) signifikan pada p < 0.05; **) signifikan pada p < 0.01

Pembahasan
Karakteristik usia responden baik laki-laki maupun perempuan, rata-rata
telah berusia 62 tahun, telah menamatkan pendidikan formal setingkat dengan
SMA, dan telah menikah selama lebih dari 35 tahun. Rata-rata responden
memiliki pendapatan keluarga per bulan sekitar Rp5 000 000 dengan rataan
pendapatan keluarga responden perempuan lebih tinggi dibandingkan responden
laki-laki, sejalan dengan penelitian Schmitt, Kliegel, dan Shapiro (2007). Hal ini
disebabkan karena pada umumnya, pasangan responden perempuan memiliki
penghasilan, sehingga menambah jumlah pendapatan keluarga per bulan.
Responden laki-laki pada umumnya memiliki pasangan sebagai ibu rumah tangga,
sehingga pendapatan keluarga per bulan merupakan pendapatan dari responden
sendiri. Hal ini yang menyebabkan rataan pendapatan keluarga responden lakilaki lebih kecil dibandingkan perempuan. Lansia bekerja, lebih banyak ditemukan
pada responden laki-laki, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Affandi
(2009) dan alasan lansia bekerja karena untuk mencari nafkah atau sebagai tulang
punggung keluarga. Oleh sebab itu, lansia laki-laki tetap mencari penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mayoritas lansia bekerja memiliki
karakteristik pendidikan rendah, bekerja pada sektor informal, dan tinggal di
daerah pedesaan. Rata-rata keluarga responden baik laki-laki maupun perempuan
memiliki anak sebanyak tiga orang dan sebagian besar responden hanya tinggal
bersama pasangan pada saat lansia

15

Perkembangan tugas keluarga sebagian besar berada pada kategori cukup,
namun terdapat komponen yang memiliki skor rendah, yaitu pada komponen ke-2
yang berkaitan dengan ekonomi keluarga. Hal ini diduga karena karakteristik
lansia yang telah memasuki masa pensiun, akan mengalami penurunan
penghasilan. Akan tetapi, komponen ke-8 yang berkaitan dengan agama memiliki
skor yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat komponen yang
tidak dapat dipenuhi dengan baik oleh lansia, masih terdapat komponen lainnya
yang dapat meningkatkan skor pencapaian perkembangan tugas keluarga lansia.
Sejalan dengan temuan pada penelitian ini bahwa semakin meningkatnya usia
akan menurunkan skor perkembangan tugas keluarga lansia, hal ini diduga
berhubungan dengan kondisi kesehatan fisik lansia yang semakin menurun
dengan bertambahnya usia (Komnas Lansia 2010).
Kepuasan pernikahan yang dimiliki oleh sebagian besar responden adalah
sedang, dengan tingkat kepuasan pernikahan laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Memasuki masa pensiun atau lansia, lebih dari tiga per empat
responden setuju bahwa kepuasan pernikahan saat ini lebih tinggi dibandingkan
dengan kepuasan pernikahan sebelum pensiun (Lampiran 2 no 20). Hal ini diduga
karena lansia memiliki waktu lebih untuk memahami pasangan sebagai teman
hidup pascapensiun.
Variabel yang berhubungan dengan perkembangan tugas keluarga adalah
usia, pendapatan keluarga per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Usia yang
semakin menua akan menurunkan kesehatan fisik dan psikologis sehingga diduga
mempengaruhi kemampuan lansia dalam memenuhi perkembangan tugas
keluarga. Pendapatan per bulan berhubungan positif dengan perkembangan tugas
keluarga, hal ini diduga karena semakin besar pendapatan yang didapatkan maka
akan mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga meningkatkan skor perkembangan
tugas keluarga. Tidak ada variabel karakteristik responden dan karakteristik
keluarga yang berhubungan dengan kepuasan pernikahan, sejalan dengan
penelitian Schmitt, Kliegel, dan Shapiro (2007). Variabel sosial ekonomi, seperti
usia, pendapatan keluarga per kapita, pendidikan, dan jumlah anak tidak dapat
memprediksi kepuasan pernikahan (Schmitt, Kliegel, dan Shapiro 2007). Akan
tetapi, Grandon, Myers, dan Hattie (2004) menyatakan bahwa lama pernikahan
mempengaruhi kepuasan pernikahan. Hal tersebut diduga karena rentang usia
yang digunakan dalam penelitian Grandon, Myers, dan Hattie (2004) lebih
beragam, yaitu 20 tahun sampai 75 tahun. Variabel pola tempat tinggal
mempengaruhi kepuasan pernikahan lansia. Lansia yang hanya tinggal bersama
pasangan memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan
responden yang hanya tinggal bersama pasangan, merasakan kembali masa awal
pernikahan sebelum memiliki anak.
Penelitian ini menggambarkan beberapa temuan mengenai perkembangan
tugas keluarga lansia dan kepuasan pernikahan lansia, namun penelitian ini
memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah karakteristik
usia yang hanya terbatas kepada lansia awal dan sebagian besar merupakan
keluarga dengan ekonomi menengah ke atas.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata-rata responden berusia 62 tahun, telah menamatkan pendidikan
SMA/sederajat, telah menikah selama 35 tahun, memiliki pendapatan keluarga per
bulan sebesar Rp5 000 000, memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang
dan tinggal bersama pasangan. Sekitar tiga per empat responden, baik laki-laki
maupun perempuan, telah memenuhi perkembangan tugas keluarga dengan
kategori cukup. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan
tugas keluarga pada responden laki-laki dan perempuan. Setengah dari responden,
baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kepuasan pernikahan dengan kategori
sedang. Responden laki-laki memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan responden perempuan. Semakin menua seseorang dan
memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak akan menurunkan pemenuhan
perkembangan tugas keluarga. Semakin banyaknya pendapatan per bulan yang
diperoleh lansia, maka akan meningkatkan pemenuhan perkembangan tugas
keluarga lansia. Lansia yang tinggal hanya bersama pasangan dan memenuhi
perkembangan tugas keluarga dengan baik, akan memiliki kepuasan pernikahan
yang lebih tinggi.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, individu sebaiknya tetap memiliki pendapatan
secara mandiri saat memasuki masa lansia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
berinvestasi sejak berada pada usia produktif. Lansia diharapkan tetap berperan
aktif dalam lingkungan sosial dengan menyumbangkan gagasan yang dimiliki
untuk kepentingan sosial. Lansia sebaiknya tinggal hanya bersama pasangan.
Peranan pemerintah dibutuhkan dalam pelaksanaan program posbindu. Kegiatan
posbindu diharapkan dapat membantu lansia tetap menjaga kesehatan, aktif
berperan di lingkungan sosial, dan menjadi ajang kebersamaan lansia dengan
pasangannya. Pemerintah juga perlu mengadakan sosialisasi perencanaan
keuangan bagi usia produktif agar memiliki kemandirian ekonomi saat memasuki
masa lansia. Penelitian selanjutnya dapat melihat adakah perbedaan antara
pencapaian perkembangan tugas keluarga di desa dan kota.

DAFTAR PUSTAKA
[BKN] Badan Kepegawaian Negara. 2014. Batas usia pensiun pegawai negeri
sipil [Internet]. [diunduh 2014 Juli 4]. Tersedia pada:
http://www.depkes.go.id/downloads/UU/2630_SURAT%20KEPALA%20B
KN%20NOMOR%20K.26-30%20V.7-3%2099%20%20BATAS%20USIA%20PENSIUN%20PEGAWAI%20NEGERI%20SIP
IL.pdf.

17

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kependudukan (hasil SP2010). Laporan
bulanan: data sosial ekonomi (Ed ke-40) [Internet]. [diunduh 2014 April
12]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/download_file/IP_September_2013.pdf.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil kesehatan
Indonesia 2010 [Internet]. [diunduh 2014 April 14]. Tersedia pada:
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA
_2010.pdf
[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Gambaran
kesehatan lanjut usia di Indonesia [Internet]. [diunduh 2014 April 14].
Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf
[Komnas Lansia] Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil penduduk lanjut usia
2009. Jakarta (ID): Komnas Lansia Pr.
Affandi. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk lanjut usia memilih
untuk bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics. 2(3):99-110.
[Internet].
[diunduh
2014
Juli
2].
Tersedia
pada:
file:///C:/Users/USER/Downloads/131-175-1-SM.pdf.
Boerner K, Jopp DS, Carr D, Sosinsky L, dan Kim SK. 2014. His and her
marriage? The role of positive and negative marital characteristics in global
marital satisfaction among older adults. Journal of Gerontology, Series B:
Psychological Sciences and Social Sciences. doi:10.1093/geronb/gbu032
[Internet].
[diunduh
2014
Juli
2].
Tersedia
pada:
http://rci.rutgers.edu/~carrds/boerner-etal_JGSS_2014.pdf
DeGenova MK. 2008. Intimate Relationships, Marriage and Families. Ed ke-7.
New York (US): McGraw-Hill.
Duvall EM, Miller BC. 1985. Marriage and Family Development. Ed ke-6. New
York (US): Harper & Row.
Grandon JR., Myers JE, Hattie JA. 2004. The relationship between marital
characteristics, marital interaction processes, and marital satisfaction.
Journal of Counseling and Development. 82(1):58-68.
Hasan I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Haynes SN, Floyd FJ, Lemsky C, Rogers E, Winemiller D, Heilman N, Werle M,
Murphy T, Cardone L. 1992. Marital Satisfaction Questionnaire For Older
Persons. Psychological Assessment. 4(4):473-482.
Papalia DE, Old SW, Feldman RD. 2008. Psikologi Perkembangan. Ed ke-9.
Anwar AK, penerjemah. Jakarta (ID): Prenada Media Group. Terjemahan
dari: Human Development. Ed ke-9.
Rice FP. 1983. Contemporary Marriage. United States of America (US): Allyn
and Bacon.
Schmitt M, Kliegel M, dan Shapiro A. 2007. Marital interaction in middle and old
age: a predictor of marital satisfaction. International Journal Aging and
Human Development. 65(4):283-300.doi:10.2190/AG.65.4.a. [Internet].
[diunduh
2014
Juli
2].
Tersedia
pada:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&uact=8&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.research
gate.net%2Fpublication%2F5501614_Marital_interaction_in_middle_and_o
ld_age_a_predictor_of_marital_satisfaction%2Ffile%2F504635209ef0af226

18

b.pdf&ei=cXy4UbFIpaTuATDhYKYBg&usg=AFQjCNGHofYuBjMceabCNYv2dLIQMygS
jg&bvm=bv.70138588,d.c2E
Sunarti E. 2013. Ketahanan Keluarga (Penjelasan Materi Family Kit). Bogor
(ID): IPB Pr.
Umar N. 2013. Angka perceraian di Indonesia tertinggi di Asia-Pasifik [Internet].
[23 Desember 2013 Gedung BKKBN Jakarta]. Jakarta (ID): BKKBN.
[diunduh
2014
April
14].
Tersedia
pada:
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967.

19

Lampiran 1 Sebaran jawaban responden pada perkembangan tugas keluarga
berdasarkan jenis kelamin (%)
No

Pernyataan

Laki-laki

Perempuan

Tidak
Setuju
setuju

Tidak
Setuju
setuju

Menciptakan suasana rumah yang nyaman
1
Tempat tinggal memiliki akses kesehatan
yang mudah, seperti dekat rumah sakit
0.0 100.0
ataupun puskesmas
2
Saya merasa nyaman tinggal di rumah
0.0 100.0
3* Saya merasa tidak nyaman jika tinggal
96.8
3.2
bersama anak yang telah menikah atau
telah memiliki anak
4
Meletakkan barang di tempat yang
19.3