Karakteristik Tanah Diantara Sungai Kapuas Dan Sungai Mengkatip Di Kalimantan Tengah

KARAKTERISTIK TANAH DIANTARA SUNGAI KAPUAS
DAN SUNGAI MENGKATIP DI KALIMANTAN TENGAH

YUDHI CASTIO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Tanah
diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kalimantan Tengah adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Yudhi Castio
NIM A14080093

ABSTRAK
YUDHI CASTIO. Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas dan Sungai
Mengkatip di Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh HERMANU WIDJAJA dan
DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS.
Dalam rangka perluasan areal pertanian, pada tahun 1995 dikeluarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) No. 82 Tahun 1995 tentang
Pengembangan Lahan Gambut Seluas 1 Juta Ha di Kalimantan Tengah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik tanah dan air pada transek lahan
diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip setelah tujuh belas tahun
pembukaan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG). Penelitian ini
menggunakan data sekunder survei tanah bulan November 2012 dan data tahun
1995. Kelas tekstur tanah di lokasi penelitian berkisar dari klei berdebu hingga
klei. Tanah di lokasi penelitian memiliki reaksi tanah sangat masam dengan pH
berkisar antara 3.5 dan 4.2 di lapisan atas dan antara 3.4 dan 3.9 di lapisan bawah.
Kejenuhan aluminium tergolong sedang sampai sangat tinggi di lapisan atas

begitu pula di lapisan bawah. Kapasitas tukar kation (KTK) berkisar antara 21.74
dan 49.22 me/100g, kejenuhan basa 2.08-13.10 %, dan kandungan basa-basa
dapat dipertukarkan umumnya sangat rendah sampai rendah. Kadar C-organik
tanah, P tersedia, dan nisbah C/N tergolong rendah. Kadar Fe berkisar 4.05424.05 ppm, dan Al-dd 5.89-24.18 me/100g. Karakteristik air di lokasi penelitian
terdiri dari air genangan, air parit primer, dan air parit tersier. Nilai pH air berkisar
3.5 sampai dengan 5.3, kandungan sulfat antara 11.41 dan 69.49ppm, daya hantar
listrik berkisar dari 103.00 sampai dengan 418.00 µS/cm, aluminium berkisar
antara 1.15-10.36 ppm, dan besi 0.09-23.28 ppm. Karaktersistik tersebut
menunjukkan bahwa air dari ketiga sumber tersebut tidak dapat digunakan untuk
mengairi tanaman.
Kata kunci: sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat kimia air.

ABSTRACT
YUDHI CASTIO. Soil Characteristics between The Kapuas River and The
Mengkatip River in Central Kalimantan. Supervised by HERMANU WIDJAJA
and DYAH TJAHYANDARI SURYANINGTYAS.
In order to agricultural expansion, in 1995 issued the Decree of the
President of the Republic of Indonesia No. 82 on Mega Rice Estate Project in
Central Kalimantan. This study aims to identify the soil and water characteristics
on the transect between the Kapuas and Mengkatip Rivers after seventeen years of

land clearing of the Mega Rice Estate Project. This study used secondary data of
soil surveys in November 2012 and the data in 1995. Soil texture at the study area
ranged from silty clay to clay. Soils in the study area were very acidic with pH
ranged between 3.5 and 4.2 in the upper layers and between 3.4 and 3.9 in the
lower layers. Aluminium saturation values were medium to very high either in
upper layers, or in lower layers. Cation exchange capacity (CEC) ranged between
21.74 and 49.22 me/100g, base saturation were 2.08-13.10%, and the
exchangeable bases were mostly very low to low. Soil C-organic, N-total,
available P, and C/N ratio were low. Available iron content ranged 4.05-424.05
ppm, and exchangeable Al 5.89-24.18me/100g. The water samples were taken
from inundated water, water of primary and tertiary canals. The water pH ranged
from 3.5 to 5.3, sulphate ranged between 11.41 and 69.49ppm, electrical
conductivity (EC) ranged from 103.00 to 418.00 μS/cm, aluminium ranged 1.1510.36ppm, and iron ranged 0.09-23.28ppm. These characteristics proved that the
water cannot be used for watering crops.
Keywords: soil physical properties, soil chemical properties, and water chemical
properties.

KARAKTERISTIK TANAH DIANTARA SUNGAI KAPUAS
DAN SUNGAI MENGKATIP DI KALIMANTAN TENGAH


YUDHI CASTIO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi : Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas dan Sungai
Mengkatip di Kalimantan Tengah
Nama
: Yudhi Castio
NIM
: A14080093


Disetujui oleh

Ir. Hermanu Wijaya, MSc
Pembimbing I

Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S, M.Appl.Sc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunianya skripsi yang berjudul “Karakteristik Tanah diantara Sungai Kapuas
dan Sungai Mengkatip di Kalimantan Tengah” bisa diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian

di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, nasihat, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini
penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Ir. Hermanu Widjaja, MSc selaku pembimbing skripsi I, Dr. Ir. Dyah
Tjahyandari S, M.Appl.Sc selaku pembimbing skripsi II dan Dr. Ir. Arief
Hartono selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan
dan saran dalam penelitian serta penulisan skripsi ini.
2. Kedua Orang tuaku tercinta, dan kedua adikku serta seluruh keluarga besar
yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, kesabaran, perhatian,
dukungan moral maupun material selama penulis menjalani masa kuliah
sampai terselesaikannya skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan terutama
dosen dan staff Bagian Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan atas
seluruh bantuan, dukungan dan bimbingannya selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
4. Soilers 45 terutama Artika Soleha dan Ardli Swardana serta sahabat
PANJEN yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan membantu
dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan moral maupun spiritual dalam penyelesaiaan skripsi
ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Bogor, Maret 2016

Yudhi Castio

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN


ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan dan Alat

2


Metode Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah

4

Sifat Fisik Tanah

4

Sifat Kimia Tanah

5

Kemasaman Tanah, Pirit, Fe, dan Kejenuhan Al

5


C-organik, N-total, Nisbah C/N, dan P-tersedia

6

Basa-basa (Ca, Mg, K, Na), KTK, dan KB

7

Karakteristik Air Setelah Pembukaan Lahan

9

SIMPULAN
Simpulan

11

DAFTAR PUSTAKA


12

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL

1
2
3
4

5
6
7

8

Data Tanah yang Terpilih untuk Penelitian
Data Air pada Tahun 2012 yang Terpilih untuk Penelitian
Data Tekstur Tanah di Lokasi Penelitian
Data pH Tanah, Kandungan Pirit, Fe, Al-dd, dan
Kejenuhan Aluminium di Lokasi Penelitian dengan
Statusnya menurut PPT (1983)
Data C-Organik, N-Total, nisbah C/N, dan P Tersedia di
Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut PPT (1983)
Data Basa-Basa Dapat Dipertukarkan
di Lokasi
Penelitian dengan Statusnya menurut PPT (1983)
Data Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa
(KB) di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut PPT
(1983)
Data Karakteristik Kimia Air Genangan, Parit Tersier,
dan Parit Primer di Lokasi Penelitian Tahun 2012
menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001

3
3
4
5

7
8
9

11

DAFTAR GAMBAR
1
2

3
4
5

Peta Lokasi Pengambilan Sampel Tanah dan Air Tahun
2012
Penampang Transek Lahan dan Jarak Relatif Titik
Pengamatan pada Transek Lahan diantara Sungai Kapuas
dan Sungai Mengkatip
Hubungan Kemasaman Tanah dengan Kejenuhan Basa
Hubungan pH dengan Daya Hantar Listrik
Hubungan Daya Hantar Listrik dengan Ion Sulfat

3
4

8
10
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

4

Peta Lokasi Penelitian Tahun 1995
Data Sifat Kimia Tanah
Deskripsi Morfologi Tanah tahun
Dadahup dan Kecamatan Kapuas
Kapuas, Kalimantan Tengah
Deskripsi Morfologi Tanah tahun
Dadahup dan Kecamatan Kapuas
Kapuas, Kalimantan Tengah

1995 di Kecamatan
Murung, Kabupaten
2012 di Kecamatan
Murung, Kabupaten

15
16
17

18

5
6

Kriteria Sifat Kimia Tanah
Kriteria Baku Mutu Badan Air

21
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia,
kebutuhan pangan khususnya beras juga semakin meningkat. Dalam rangka
perluasan areal pertanian, pada tahun 1995 dikeluarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia (Keppres No. 82 Tahun 1995) tentang Pengembangan Lahan
Gambut Seluas 1 Juta Ha untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan
Tengah. Pembukaan lahan ini dikhususkan untuk lahan sawah (Mawardi et al.
2001). Pembukaan lahan gambut dan rawa pasang surut memerlukan perencanaan
dan kehati-hatian karena lahan gambut dan rawa bersifat rapuh. Proses
pembukaan lahan rawa berupa proses drainase genangan air yang mengakibatkan
oksidasi pirit, subsiden, dan kering tidak balik tanah gambut, sehingga hal ini
harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan (Mulyanto dan Sumawinata
2007).
Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) satu juta hektar dikerjakan
secara bertahap dimulai tahun 1996. Dalam kurun waktu 1996-1997 telah dibuat
Saluran Primer Induk (SPI) sepanjang 187 km yang menghubungkan Sungai
Kahayan, Sungai Kapuas, dan Sungai Barito serta Saluran Primer Utama (SPU)
sepanjang 958.18 km. Salah satu SPU dari PLG satu juta hektar ini bermuara ke
Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip di Kecamatan Dadahup dan Kecamatan
Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah dan pada
tanggal 27 November sampai 24 Desember 2012 Tim Survey Tanah IPB kembali
melakukan survey tanah semi detil di areal tersebut. Areal survey terdiri dari tanah
mineral yang merupakan daerah depresi berupa dataran aluvial. Dataran aluvial di
lokasi ini terdiri dari bahan aluvial yang sebagian besar berpirit, serta sebagian
kecil masih tertutup oleh lapisan gambut tipis. Sistem parit yang panjang dan
memotong lahan dengan berbagai variasi hidrotopografi, menghubungkan sungai
pasang surut satu dengan sungai pasang surut lainnya tanpa adanya pintu air yang
mengatur arah air masuk dan keluar menyebabkan proses pembukaan lahan tidak
seperti yang diharapkan. Oksidasi pirit terus berlangsung dan menghasilkan air
asam yang bersifat toksik. Pencucian air asam dari lahan ke parit, seharusnya
diikuti oleh pembilasan kemasaman yang bersifat toksik tersebut keluar dari
jaringan parit. Proses pembilasan asam berjalan sangat lambat sehingga
menjadikan parit sebagai tempat akumulasi asam (Tim Survey Tanah IPB 2013) .
Berdasarkan interpretasi citra Landsat TM 5 31 Oktober 1995, diketahui
lahan di daerah ini sebagian besar berupa hutan sekunder dengan vegetasi gelam,
adapun penggunaan sawah dan kebun campuran hanya terdapat di sepanjang
anak-anak Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip (lampiran 1). Pada awal proyek
PLG satu juta hektar pada umumnya telah disawahkan, namun pada tahun 2012
sebagian besar sawah tidak ditanami padi lagi dan ditumbuhi semak belukar.
Perubahan penggunaan lahan ini diduga berkaitan dengan terjadinya oksidasi pirit
dan kondisi tanah yang menjadi masam karena sering terjenuhi oleh air asam yang
bersifat toksik. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian untuk
mengetahui karakteristik tanah dan air diantara Sungai Kapuas dan Sungai
Mengkatip sejak dibukanya proyek PLG.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik tanah dan air
pada transek lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip setelah tujuh
belas tahun pembukaan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG).

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Juni 2013 sampai Januari
2015 di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder berupa
data hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pada tahun 1995, data hasil analisis
sifat fisik serta kimia tanah dan air pada bulan November 2012, Citra Landsat 31
Oktober 1995 dan Citra Landsat 2012, data jaringan parit lokasi penelitian, peta
penggunaan lahan, dan data iklim tahun 2012. Adapun alat digunakan dalam
penelitian ini yaitu software aplikasi ArcGIS 9.3, Corel Draw, dan Microsoft
Office.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa
tahapan mulai persiapan, pemilihan data, dan interpretasi data serta analisis data
berkaitan dengan hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah dan air di lokasi studi.
1.
Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data sekunder pada tahun 1995
dan 2012 serta persiapan alat-alat pendukung antara lain ArcGIS 9.3, Corel Draw
dan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.
Pemilihan data
Data analisis tanah pada tahun 2012 yang dipilih merupakan data sekunder
hasil analisis dari sampel tanah yang lokasinya tersebar di sepanjang transek lahan
antara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip. Data analisis tanah yang digunakan
dibedakan berdasarkan 2 lapisan, yaitu lapisan atas (pada kedalaman 0 hingga 30
cm) dan lapisan bawah (pada kedalaman 30 hingga 60 cm). Data sekunder air
dipilih berdasarkan sebaran lokasi pengambilan sampel berupa air genangan, parit
tersier, dan parit primer. Air genangan terjadi pada musim hujan yaitu bulan
November sampai April, curah hujan yang tinggi bersamaan dengan pasang air
Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip dan buruknya drainase menyebabkan air
yang berlebihan di sebagian besar lahan sehingga terjadi genangan. Selanjutnya
lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah dan air diolah dengan
menggunakan software aplikasi ArcGIS 9.3 untuk memperoleh gambaran lokasi
penelitian berupa peta.

3
Tabel 1 Data Tanah yang Terpilih untuk Penelitian.
Tahun

Titik Pengamatan

Sub-group tanah

1995*

THP7
THP4
F14

Typic Fluvaquent
Sulfic Fluvaquent
Histic Sulfaquept

Data Sifat Fisik dan Kimia Tanah yang
Digunakan

Tekstur; pH H2O; pirit; C-organik; N-total; Ptersedia; nisbah C/N; basa-basa dapat
KK1 (2-4 km dari S. Kapuas)
Typic Fluvaquent
dipertukarkan (Ca, Mg, K dan Na); kapasitas
KK2 (4-6 km dari S. Kapuas)
Sulfic Endoaquept
tukar kation; kejenuhan basa ; kejenuhan
KK3 (6-8 km dari S. Kapuas)
Sulfic Endoaquept
aluminium; Fe; Al-dd
KM1 (2-4 km dari S. Mengkatip)
Sulfic Fluvaquent
KM2 (4-6 km dari S. Mengkatip)
Typic Sulfaquept
KM3 (6-8 km dari S. Mengkatip)
Sulfic Endoaquept
Sumber : *) Laporan Survey Lapang Rekonsiliasi Pengembangan Lahan Gambut Kalimantan Tengah,1995.
**) Laporan Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2012.
2012**

Data hasil analisis tanah tahun 1995 dipilih berdasarkan kesesuaian lokasi
sampel dengan lokasi sampel tahun 2012 dan klasifikasi tanahnya di lokasi
penelitian. Data tahun 1995 ini digunakan sebagai acuan terhadap beberapa
karakteristik tanah yang relevan pada tahun 2012 akan tetapi karena keterbatasan
data dan informasi tidak diketahui koordinat pastinya. Tabel 1 dan Tabel 2
merupakan daftar data tanah dan air yang digunakan dalam penelitian ini.
Sedangkan lokasi pengambilan sampel tanah dan air disajikan pada Gambar 1 dan
penampang transek lahan serta jarak relatif titik pengamatan pada lokasi penelitian
disajikan pada Gambar 2.
Tabel 2 Data Air pada Tahun 2012 yang Terpilih untuk Penelitian.
Lokasi Contoh Air

Air Genangan
Air Parit Tersier
Air Parit Primer

Titik

AG1; AG2; AG3; AG4
AT2; AT3; AT4; AT5; AT6; AT7
AP1; AP2; AP3; AP4; AP5; AP6; AP7;
AP8

Data Sifat Kimia Air yang Digunakan

pH H2O; Al3+; Fe2+; SO42-,
DHL

Sumber : Laporan Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2012

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel Tanah dan Air Tahun 2012

4
3.

Tahap Interpretasi Data
Untuk menunjang interpretasi data tanah, maka pada tahap ini dilakukan
analisis jarak relatif lokasi pengamatan tanah terhadap Sungai Kapuas dan Sungai
Mengkatip. Jarak relatif titik pengamatan tanah pada transek lahan diantara
Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip disajikan pada Gambar 2. Data analisis
lapang pada tahun 1995 dan 2012 disajikan dalam lampiran 2.

Gambar 2 Penampang Transek Lahan dan Jarak Relatif Titik Pengamatan pada
Transek Lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah
Sifat Fisik Tanah
Hasil analisis tekstur tanah berupa persentase fraksi pasir, debu, dan klei di
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Tanah di area studi sepanjang transek
lahan diantara Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip sebagian besar bertekstur
halus baik pada lapisan atas maupun pada lapisan bawah. Kelas tekstur tanah di
lokasi penelitian berkisar dari klei berdebu hingga klei.
Tabel 3 Data Tekstur Tanah di Lokasi Penelitian
Tahun

Titik

1995*)

THP7
THP4
F14

2012**)

KK1
KK2
KK3
KM1
KM2
KM3

Lapisan
(cm)
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60

Pasir
14.31
8.17
3.37
21.51
0.12
2.56
0.49
1.74
1.46
2.11
0.93
6.82
1.45
1.46
8.56
1.79
1.79

Tekstur (%)
Debu
42.72
43.52
43.32
23.49
24.43
52.97
33.10
50.67
47.42
24.54
36.18
45.15
33.93
17.19
18.78
30.52
30.52

Kelas Tekstur
Klei
42.97
48.31
53.31
55.00
75.45
44.47
66.41
47.59
51.12
73.35
62.89
48.03
64.62
81.35
72.66
67.69
67.69

klei berdebu
klei berdebu
klei berdebu
klei
klei
klei berdebu
klei
klei berdebu
klei berdebu
klei
klei
klei berdebu
klei
klei
klei
klei
klei

Sumber : *) Laporan Survey Lapang Rekonsiliasi Pengembangan Lahan Gambut Kalimantan Tengah,1995
**) Laporan Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2012

5
Tanah-tanah yang memiliki jarak lebih dekat dengan sungai besar yaitu
THP7, KK1, KK2, dan KM1 bertekstur lebih kasar (klei berdebu pada lapisan
atas, dan klei berdebu hingga klei di lapisan bawah) dibandingkan dengan tanahtanah yang terletak lebih jauh dari Sungai Kapuas dan Sungai Mengkatip yaitu
lokasi THP4, KK3, KM2, dan KM3 (terlihat kadar klei lebih tinggi berkisar 5381%). Semakin jauh jarak titik sampling dari sungai ke arah rawa belakang maka
bahan aluvial yang diendapkan akan semakin halus.
Sifat Kimia Tanah
Kemasaman Tanah, Pirit, Fe, dan Kejenuhan Al
Hasil analisis terhadap pH tanah, kandungan pirit, Fe, Al-dd, dan
kejenuhan aluminium disajikan pada Tabel 4. Kemasaman tanah merupakan sifat
kimia tanah penting yang dapat mempengaruhi ketersediaan hara, kemungkinan
adanya unsur yang bersifat toksik atau dapat meracuni tanaman, dan kehidupan
mikroorganisme tanah. Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1983), setelah proses
pembukaan lahan (2012) tanah di lokasi penelitian secara umum mempunyai pH
yang tergolong sangat masam (lampiran 5) dengan pH berkisar 3.50-4.20 di
lapisan atas dan 3.40-3.90 di lapisan bawah, nilai tersebut lebih rendah bila
dibandingkan pH tanah pada awal pembukaan lahan (1995) dengan pH berkisar
4.35-4.80 di lapisan atas dan 4.20-5.20 di lapisan bawah.
Tabel 4 Data pH Tanah, Kandungan Pirit, Fe, Al-dd, dan Kejenuhan Aluminium
di Lokasi Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah
(1983)
Tahun

Nomor

1995

THP7
THP4
F14

2012

KK1
KK2
KK3
KM1
KM2
KM3

Lapisan
(cm)

pH
(H2O)

Kriteria

Pirit
(%)

Kriteria

Kej-Al
(%)

Kriteria

Fe
(ppm)

Al-dd
(me/100g)

0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60
0-30
30-60

4.8
5.2
4.4
4.2
4.3
4.2
3.5
3.5
3.9
3.9
3.6
3.4
3.8
3.7
3.7
3.5
4.2
3.6

SM
M
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM
SM

0.14
0.23
0.44
0.17
0.51
1.16
0.16
0.12
0.12
0.13
0.14
0.30
0.15
0.28
0.16
0.15
0.12
0.12

R
R
R
R
S
T
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R

7.81
7.13
39.38
27.85
17.64
53.84
57.35
55.98
71.67
25.94
52.43
58.95
29.35
40.13
27.43
61.05
30.48
27.35

SR
SR
T
S
R
T
T
T
ST
S
T
T
S
T
S
ST
T
S

119.44
28.37
27.60
110.42
92.46
424.05
4.05
9.38
162.77
53.21
318.67
62.61

1.40
1.07
13.30
8.89
15.00
18.74
16.55
16.37
15.58
5.89
15.88
20.28
12.69
18.10
13.50
24.18
9.70
11.41

Keterangan: ST (Sangat Tinggi), T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah), M (Masam), dan SM (Sangat
Masam)

Peningkatan kemasaman tanah di lokasi penelitian antara lain disebabkan
teroksidasinya pirit dan/atau kondisi lahan yang selalu terjenuhi oleh air masam

6
yang bersifat toksik. Setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan Pengembangan
Lahan Gambut (PLG), tanah lokasi penelitian masih mengandung pirit walaupun
dengan kadar yang tergolong rendah yaitu berkisar 0.12-0.16% di lapisan atas dan
0.12-0.30% di lapisan bawah. Menurut Dent dan Pons (1995), oksidasi pirit dapat
menghasilkan asam sulfat dalam jumlah yang sangat banyak.
Aluminium dalam bentuk dapat dipertukarkan (Al-dd) umumnya terdapat
pada tanah yang masam dengan pH < 5.0. Untuk pengukuran sejauh mana
pengaruh Al untuk tanaman, maka perlu ditetapkan kejenuhannya. Kejenuhan
aluminium merupakan hasil dari perhitungan Al-dd dibagi KTK lalu dikali seratus
persen. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kejenuhan Al berkisar antara 27.4%
hingga 71.67% (sedang-sangat tinggi) di lapisan atas, dan 25.94% hingga 61.05%
(sedang-sangat tinggi) di lapisan bawah, relatif lebih tinggi dari nilai pada awal
pembukaan lahan (1995) berkisar antara 7.81% hingga 39.38% (sangat rendahtinggi) di lapisan atas, dan 7.13% hingga 27.85% (sangat rendah-sedang) di
lapisan bawah. Nilai kandungan besi tanah berkisar 4.05-318.67 ppm pada lapisan
atas dan 9.38-424.05 ppm pada lapisan bawah. Kemasaman tanah yang tinggi (pH
sangat masam) dapat menyebabkan degradasi mineral klei (Van Breemen 1976)
dan diikuti kelarutan aluminium (Al), besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang tinggi
(Dent 1986). Oksidasi pirit melepaskan H+, Fe2+ dan SO42- ke dalam tanah. Hal ini
dapat menyebabkan turunnya pH tanah dan semakin banyaknya ion-ion toksik
seperti Al3+, Fe2+ dan SO42- yang berada dalam larutan tanah.
C-Organik, N-Total, Nisbah C/N, dan P Tersedia
Data analisis C-organik, N-total, nisbah C/N, dan P-tersedia tanah disajikan
dalam Tabel 5. C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang
terkandung dalam tanah. Nilai C-organik tanah yang dekat Sungai Kapuas (KK1,
KK2, KK3) berkisar 0.64-2.31% (sangat rendah-sedang). Adapun kadar bahan
organik yang mendekati Sungai Mengkatip (KM1, KM2, KM3) menunjukkan
kandungan C-organik yang lebih tinggi di lapisan atas yaitu 3.11-4.14% (tinggi).
Nilai N-total tanah yang dekat Sungai Kapuas (KK1, KK2, KK3) berkisar 0.170.31% (rendah-sedang) di lapisan atas dan 0.15-0.32% (rendah-sedang) di lapisan
bawah. Adapun yang mendekati Sungai Mengkatip (KM1, KM2, KM3)
menunjukkan kandungan N-total yang lebih tinggi di lapisan atas yaitu 0.370.57% (sedang-tinggi).
Nisbah C/N dapat digunakan untuk memprediksi laju mineralisasi bahan
organik (Heal et al. 1997). Bahan organik akan termineralisasi jika nisbah C/N
dibawah nilai kritis 25 – 30 %, dan jika diatas nilai kritis akan terjadi immobilisasi
N (Stevenson 1982). Nilai nisbah C/N pada tahun 1995 sangat bervariasi berkisar
0.75-92.56 % (sangat rendah-sangat tinggi) sedangkan pada tahun 2012 pada
umumnya Rendah dengan nilai 4.27-11.74 % (sangat rendah-sedang). Bahan
organik dengan nisbah C/N tinggi akan berdampak negatif terhadap ketersediaan
hara tanah. Bahan organik akan disantap oleh mikroba untuk memperoleh energi.
Populasi mikroba yang tinggi, akan memerlukan hara untuk tumbuh dan
berkembang, yang diambil dari tanah yang seharusnya digunakan oleh tanaman,
sehingga mikroba dan tanaman saling bersaing memperebutkan hara yang ada.
Akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia karena
berubah menjadi senyawa organik mikroba. Kejadian ini disebut immobilisasi
hara.

7
Tabel 5 Data C-Organik, N-Total, Nisbah C/N, dan P Tersedia di Lokasi
Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)
Tahun

Nomor

1995

THP7

Lapisan
(cm)

C-Org
(%)

Kriteria

N-Total
(%)

Kriteria

C/N
(%)

Kriteria

0-30
1.48
1.99
0.75
R
ST
SR
30-60
0.43
SR
THP4
0-30
13.12
0.98
13.44
ST
ST
S
30-60
4.57
1.2
3.81
T
ST
SR
F14
0-30
36.41
0.39
92.56
ST
S
ST
30-60
8.54
0.16
53.40
ST
R
ST
2012
KK1
0-30
2.23
0.31
7.19
S
S
R
30-60
2.23
0.19
11.74
S
R
S
KK2
0-30
0.88
0.17
5.18
SR
R
R
30-60
0.64
0.15
4.27
SR
R
SR
KK3
0-30
2.15
0.29
7.41
S
S
R
30-60
2.31
0.32
7.22
S
S
R
KM1
0-30
3.11
0.37
8.41
T
S
R
30-60
2.07
0.26
7.96
S
S
R
KM2
0-30
4.14
0.57
7.26
T
T
R
30-60
2.00
0.39
5.13
R
S
R
KM3
0-30
3.48
0.41
8.49
T
S
R
30-60
2.58
0.38
6.79
S
S
R
Keterangan: ST (Sangat Tinggi), T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah)

P
(ppm)

23.37
34.44
28
278.20
1.97
7.20
6.10
6.80
6.00
14.20
10.00
12.70
9.60
12.80
10.20
9.53
6.47

Kriteria

S
T
T
ST
SR
SR
SR
SR
SR
R
R
R
SR
R
R
SR
SR

Kadar P tersedia di lokasi penelitian setelah tujuh belas tahun pembukaan
lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG) menunjukkan kadar yang tergolong
sangat rendah hingga rendah dibandingkan pada awal pembukaan lahan tahun
1995. Kadar P-tersedia sebelum pembukaan lahan proyek PLG sebesar 1.97278.20 ppm kemudian turun menjadi 6.00-14.20 ppm P setelah pembukaan lahan.
Reaksi tanah yang sangat masam dengan kadar Aluminium dan Fe yang tinggi
menyebabkan ketersediaan P tertekan karena P terikat baik membentuk Al-P
maupun Fe-P.
Basa-Basa Dapat Dipertukarkan (Ca, Mg, K, Na), KTK, dan KB
Data analisis basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K, Na) disajikan
dalam Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa Ca-dd, K-dd, dan Na-dd di
THP7, THP4, dan F14 tergolong rendah sampai sangat rendah, kecuali Mg-dd
pada THP7 yang tergolong tinggi. Menurut Tim Tanah IPB (1995) tingginya
kandungan Mg-dd pada tanah-tanah di pinggir Sungai Kapuas diantaranya titik
THP7 diduga air luapannya mengandung unsur hara yang lebih baik.
Setelah tujuh belas tahun proses pembukaan lahan proyek PLG air asam
yang terdapat di areal penelitian menyebabkan tercucinya basa-basa dari dalam
tanah, terutama pada lapisan atas. Kandungan basa basa dapat dipertukarkan pada
lapisan atas (0-30 cm) antara lain Ca-dd berkisar 0.12-1.74 me/100g (sangat
rendah), Mg-dd berkisar 0.08-0.82 me/100g (sangat rendah-rendah), K-dd berkisar
0.08-0.56 me/100g (sangat rendah-sedang), dan Na-dd berkisar 0.17-0.41
me/100g (rendah-sedang) sedangkan pada lapisan bawah (30-60 cm) memiliki
kandungan Ca-dd berkisar 0.25-2.57 me/100g (sangat rendah-rendah), Mg-dd
berkisar 0.39-2.93 m3/100g (sangat rendah-tinggi), K-dd berkisar 0.05-0.15
me/100g (sangat rendah-sedang), dan Na-dd berkisar 0.17-0.44 me/100g (sangat
rendah-rendah). Nilai tersebut pada umumnya lebih rendah jika mengacu pada
data tahun 1995 di titik THP7 dan THP4.

8
Tabel 6

Data Basa-Basa Dapat Dipertukarkan di Lokasi Penelitian dengan
Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)

Tahun

Titik

1995

THP7

Lapisan
(cm)

Ca-dd
(me/100g)

Status

Mg-dd
(me/100g)

Status

0-30
5.36
2.87
R
T
30-60
4.67
3.08
R
T
THP4
0-30
1.66
2.07
SR
S
30-60
1.52
1.08
SR
R
F14
0-30
0.90
0.65
SR
R
30-60
1.43
1.11
SR
S
2012 KK1
0-30
0.76
0.47
SR
R
30-60
0.38
1.01
SR
R
KK2
0-30
0.12
0.08
SR
SR
30-60
0.25
0.39
SR
SR
KK3
0-30
0.69
0.44
SR
R
30-60
0.56
2.93
SR
T
KM1
0-30
0.48
0.48
SR
R
30-60
0.62
0.96
SR
R
KM2
0-30
1.74
0.82
SR
R
30-60
2.57
2.04
R
S
KM3
0-30
0.49
0.37
SR
R
30-60
0.79
1.16
SR
S
Keterangan: T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah)

K-dd
(me/100g)

Status

Na-dd
(me/100g)

Status

0.17
0.14
0.27
0.23
0.11
0.14
0.14
0.07
0.08
0.06
0.19
0.05
0.15
0.09
0.34
0.15
0.56
0.15

R
R
R
R
R
R
R
SR
SR
SR
R
SR
R
SR
S
R
S
R

0.07
0.07
0.31
0.28
0.11
0.18
0.35
0.29
0.17
0.20
0.41
0.35
0.31
0.30
0.41
0.44
0.35
0.24

SR
SR
R
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
R
S
S
R
R

Gambar 3 menunjukkan bahwa setelah tujuh belas tahun pembukaan lahan,
terjadi penurunan persentase kejenuhan basa dalam tanah. Hal ini terjadi karena
oksidasi pirit melepaskan H+ yang menyebabkan turunnya pH tanah. Ion H+ yang
dihasilkan menggantikan kedudukan K+, Na+, Ca2+, dan Mg2+ yang dijerap pada
permukaan koloid tanah. Basa-basa yang digantikan ini, masuk ke dalam larutan
tanah dan akhirnya tercuci.

Gambar 3 Hubungan Kemasaman Tanah dengan Kejenuhan Basa
Karakteristik KTK dan kejenuhan basa hasil analisis tanah tahun 1995 dan
2012 disajikan pada Tabel 7. KTK tanah di lokasi penelitian menurut data tahun
2012 pada lapisan atas berkisar 21.74-49.22 me/100g (sedang-sangat tinggi) dan
di lapisan bawah berkisar 22.71-45.10 me/100g (sedang-sangat tinggi). Menurut
Mukhlis (2007) besarnya KTK tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral klei

9
tanah, dan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kadar klei atau tekstur
semakin halus maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada
kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah maka KTK
akan semakin tinggi. Hal ini terlihat pada titik KM1 pada lapisan atas dan lapisan
bawah, KM2 pada lapisan atas, dan KM3 pada lapisan bawah dengan nilai KTK
sangat tinggi (Tabel 7) memiliki kandungan C-organik sedang sampai tinggi
(Tabel 5) yang besarannya secara berurut 3.11% (tinggi), 2.07% (sedang), 4.14%
(tinggi), dan 2.58% (sedang) dan memiliki kandungan klei yang tinggi (Tabel 3)
kecuali KM1 pada lapisan atas dengan nilai secara berurut 48.03%, 64.62%,
81.35%, 67.69% klei.
Tabel 7 Data Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) di Lokasi
Penelitian dengan Statusnya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)
Lapisan
KTK
KB
Status
(cm)
(me/100g)
(%)
1995
THP7
0-30
17.92
R
48.07
30-60
15.00
R
53.10
THP4
0-30
33.79
T
12.79
30-60
31.92
T
9.90
F14
0-30
85.04
ST
2.47
30-60
34.80
T
7.30
2012
KK1
0-30
28.86
T
5.92
30-60
29.24
T
5.95
KK2
0-30
21.74
S
2.08
30-60
22.71
S
3.99
KK3
0-30
30.29
T
5.69
30-60
34.40
T
11.32
KM1
0-30
43.23
ST
3.28
30-60
45.10
ST
4.39
KM2
0-30
49.22
ST
6.74
30-60
39.61
T
13.10
KM3
0-30
31.82
T
5.76
30-60
41.72
ST
5.54
Keterangan: ST (Sangat Tinggi), T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah), SR (Sangat Rendah)
Tahun

Nomor

Status
S
T
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR

Karakteristik Air Setelah Pembukaan Lahan
Hasil analisis air yang diambil pada musim hujan yaitu tanggal 27
November hingga 23 Desember 2012 disajikan pada Tabel 8. Hasil pengukuran
pH untuk air genangan, parit primer, dan parit tersier menunjukkan bahwa pH
pada parit primer (3.50-4.00) maupun tersier (3.60-3.80) terlihat lebih rendah
dibandingkan dengan pH pada air genangan (4.30-5.30). Kemasaman air di parit
yang berada di lahan tanah sulfat masam berkaitan dengan bilasan air asam dari
tanah akibat oksidasi pirit menghasilkan asam sulfat yang sangat banyak (Dent
dan Pons 1995).
Daya Hantar Listrik (DHL) merupakan kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik. Nilai DHL dapat menggambarkan jumlah ion yang
terlarut dalan air, baik kation maupun anion. Hubungan parameter DHL dan pH
air dapat digunakan untuk melihat kualitas air parit yang berada di rawa pasang
surut. Gambar 4 menunjukkan hubungan nilai DHL dengan kemasaman air di
areal studi, dimana penurunan pH air di parit diikuti oleh peningkatan nilai DHL,
baik parit tersier maupun parit primer. Gambar 5 menunjukkan bahwa

10
peningkatan DHL berkaitan dengan peningkatan ion sulfat (SO42-). Beberapa air
parit menunjukkan nilai pH masam (3.50-4.50) dengan nilai DHL atau EC yang
relatif rendah ( 60
> 35
> 60
> 60
> 40

< 0,1
< 0,1
< 0,4
< 0,2
< 20
< 10

0,1 - 0,2
0,1 - 0,3
0,4 -1,0
2–5
20 – 35
10- 20

0,3 - 0,5
0,4 - 0,7
1,1 - 2,0
6 -10
36 - 50
21 - 30

0,6 - 1,0
0,8 - 1,0
2,1 - 8,0
11-20
51 – 70
31 – 60

> 1,0
> 1,0
> 8,0
> 20
> 70
> 60

Masam
4.5-5.5

Agak
Masam
5.6-6.5

Netral
6.6-7.5

Agak
Alkalin
7.6-8.5

Alkalin
>8.5

22
Lampiran 6 Kriteria Baku Mutu Badan Air
NO.

Parameter

Satuan
I

Baku Mutu
Kelas
II
III

IV

I
1
II
1
2
3
4
5

FISIKA
Suhu
KIMIA
pH
BOD5
COD +
Total Fosfat +
Amonia (NH3-N) +

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6-9
2
10
0.2
0.5

6-9
3
25
0.2
(-)

6-9
6
50
1
(-)

5–9
12
100
5
(-)

6

Nitrat (NO3-N) +

mg/L

10

10

20

20

7

Nitrit (NO2-N) +

mg/L

0.06

0.06

0.06

(-)

o

C

dev. 3 dev. 3 dev. 3 dev. 3

8
Sulfat (SO4) +
mg/L
400
(-)
(-)
(-)
9
Kadmium (Cd) +
mg/L
0.01
0.01
0.01
0.01
10 Tembaga (Cu) +
mg/L
0.02
0.02
0.02
0.2
11 Besi (Fe) +
mg/L
0.3
(-)
(-)
(-)
12 Timah Hitam (Pb) +
mg/L
0.03
0.03
0.03
1
13 Mangan (Mn) +
mg/L
0.1
(-)
(-)
(-)
14 Air Raksa (Hg) +
mg/L
0.001 0.002 0.002 0.005
15 Seng (Zn) +
mg/L
0.05
0.05
0.05
2
III MIKRO BIOLOGI
1
Total Coliform
MPN/100mL 1000 5000 10000 10000
(Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.[diunduh
2015 November 30]. Tersedia pada : http://www.minerba.esdm.go.id/library/sijh/
PP8201 _KualitasAir.pdf)
Keterangan:
mg
: miligram
L
: liter
Logam berat merupakan logam terlarut
Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak kurang atau lebih dari nilai tercantum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis ini dilahirkan pada tanggal 22 Oktober 1989 di Jakarta. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tjastro dan
Ibu Suyati. Penulis memiliki tiga orang adik bernama Indah Megawati Putri, dan
Tri Ovi Setyaningrum. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Baiturrahman
Tangerang yang diselesaikan pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SDN
Serdang 13 Pagi Jakarta Pusat yang diselesaikan pada tahun 2002, pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 10 DKI Jakarta dan
selesai pada tahun 2005. Penulis meneruskan pendidikan di SMA Negeri 5 DKI
Jakarta dan selesai pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima di Institut
Pertanian Bogor dengan program studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Badan
Pengawas Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (BP-HMIT) periode 2009-2011.
Selain itu penulis aktif sebagai anggota Biro Lingkungan Hidup AZIMUTH
selama periode 2009-sekarang. Dalam kegiatan akademik, penulis berkesempatan
menjadi asisten Praktikum Mata Kuliah Survey dan Evaluasi Sumberdaya Lahan
pada periode 2011-2012 dan menjadi asisten Praktikum Morfologi dan Klasifikasi
Tanah pada periode 2012-2013. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan
yang diselenggarakan IPB, diantaranya sebagai panitia Pekan Ilmiah Ilmu Tanah
Nasional (PILMITANAS) pada tahun 2010 dan 2011.