Pembahasan terhadap Temuan Penelitian Implikasi

hubungan tersebut bersifat linear atau terdapat hubungan yang signifikan ke arah positif antara media cerita rakyat dengan pendidikan multkultural. c. Ketiga, diketahui t hitung lebih besar dari t tabel. Pada bukti temuan terakhir maka kesimpulan bersifat sahih atau valid, yakni menjawab rumusan kesimpulan hipotesis statistic, yaitu terdapat hubungan ke arah positif dan signifikan, antara cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan multikultural, kesimpulan tersebut didapat malalui bukti penerimaan Ha, dan penolakan H0, diketahui t tabel adalah 0,355, dan t hitung ditemukan sebesar . Untuk itu maka disimpulkan bahwa t hitungt tabel, atau 9,15670,355, sehingga hal tersebut menjawab keputusan rumusan masalah yaitu terdapat hubungan yang signifikan ke arah positif antara cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan multikultural di kelas XI IIS Ilmu-Ilmu Sosial, SMA Negeri 7 Kota Tangerang. 3. Hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural tersebut kuat, jika semakin sering siswa mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, menjadi semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural, maka semakin sedikit siswa mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, maka dapat dikhawatirkan menjadi semakin sedikit pula pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural, seperti budaya saling menghargai, toleransi, cinta damai, dan peduli terhadap sesama. Siswa semakin rentan untuk terpengaruh budaya negatif yang mengancam ide dan pola pikir siswa, termasuk penanaman kebencian, kecurigaan, tawuran, kekerasan, ancaman, konflik dan peperangan.

B. Implikasi

` Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah media cerita rakyat menjadi media alternatif dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia, karena media cerita rakyat ini telah terbukti efektif dalam hal meningkatkan pemahaman pendidikan multikultural terhadap peserta didik, sehingga guru subagai tenaga pengajar, tidak hanya terampil mengajar dan membuat siswa pintar di kelas. Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu mendidik siswa, menanamkan sikap saling menghargai, toleransi dan saling mencintai sesama manusia, meredam konflik dan menghentikan kekerasan karena, mendidik siswa di kelas, merupakan tanggung jawab semua orang dewasa, terutama guru.

C. Saran

Dalam melakukan penelitian ini peneliti tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan yang ada. Pertama dongeng Burung Puyuh dan Burung Tempua, merupakan dongeng fabel cerita hewan yang dapat berbicara. Hal ini tidak relevan dengan kondisi usia siswa yang menginjak usia remaja usia 17 tahun. Cerita fabel paling cocok diajarkan kepada siswa tingkatan Sekolah Dasar. Hal ini lah yang menjadi hambatan peneliti. Peneliti belum menemukan contoh dongeng lain di antara ribuan dongeng yang di dalamnya mengandung cerita yang sarat akan budaya keragaman, saling menghargai, saling toleransi, pendidikan multikultural, yang cocok digunakan usia remaja atau pada usia masa yang penuh dengan konflik atau berinteraksi dengan persahabatan dan perbedaan. Harapan selanjutnya dapat ditemukan cerita rakyat lain yang lebih sesuai didongengkan kepada anak usia remaja, usia yang mengandung konflik, yang penuh dengan berbagai permasalahan yang kompleks dan sesuai dengan usia remaja di Indonesia saat ini. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama. 2010. Ata, Andre Ujan. dkk.. Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan. Jakarta: PT Indeks. 2009. Berita Satu. Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan, 2013. http:m.beritasatu.com.nasional9506-tradisi-lisan-di-Indonesia-menuju- kepunahan.html. Danadjaya, James. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-Lain. Jakarta: grafitypers. 1986. Dawam, Ainurrofiq. Pendidikan Multikultural. Penerbit Inspeal :Jogjakarta, 2006. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah Jakarta. 2013. D Riau. Burung Puyuh dan Burung Tempua. 2014. http:www.driau.com201308cerita- rakyat-melayu-burung-tempua.html . Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989. Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Malang: Usaha Nasional Surabaya Indonesia. 1982. Guraru. Multikultural di Kurikulum 2013 Keragaman dan Toleransi. 2014. http:guraru.orginfomultikultural-di-kurikulum-2013 . Harrison, Lawrance E. dan Samuel P ed. Huntington. Kebangkitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia. Jakarta: Penerbit LP3ES. 2011. Heru Sri Kumoro. Kurikulum 2013 Memperkuat Pendidikan Multikultural. 2014. http:edukasi.kompas.comread2013031011184141kurikulum.2013.memperkuat. pensisikan.multikultural . Kemendikbud. Silabus Kelas XI, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. 2014 httpkurikulum2013.kemendikbud.go.id.. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Kurikulum 2013. 2014. httpkurikulum2013.kemendikbud.go.id. Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. 1987. Kymlika, Will. Kewargaan Multikultural. Jakarta: Penerbit LP3ES, Anggota IKAPI. 2011. Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas: Panduan wajib bagi para pendidik. Jogjakarta: Shira Media. 2011. Muijs, Daniel. Doing Quantitative Research in Education with SPSS. Sage Publications:Caliifornia. 2004. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Perseda Press. 2012. P., John Hogan ed.. Cultural Identity, Pluralism and Globalization Volume 1: Cultural Pluralism and Demoratic Freedom. Washington, DC: The Council for Research in Values and Philosophy. 2005. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Yrama Widya: Bandung. 2010.