Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)

(1)

EVALUASI PERUNTUKAN LAHAN

SETELAH PELEBARAN JALAN

STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (TIAP KELURAHAN)

T E S I S

Oleh

IDA SITTI MASNUR

047020003/AR

S

E K O L A H P

A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8


(2)

EVALUASI PERUNTUKAN LAHAN

SETELAH PELEBARAN JALAN

STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (TIAP KELURAHAN)

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IDA SITTI MASNUR

047020003/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 8


(3)

Judul Tesis : EVALUASI PERUNTUKAN LAHAN SETELAH PELEBARAN JALAN

STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (TIAP KELURAHAN)

Nama Mahasiswa : Ida Sitti Masnur

Nomor Pokok : 047020003

Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui Komisi Pembimbing

(A/Prof.Abdul Majid Ismail,B.Sc,B.Arch,PhD) Anggota

(Ir.M.Sofian Asmirza S,M.Sc,PhD) Anggota

Ketua Program Studi,

(Ir.Nurlisa Ginting,M.Sc)

Direktur,

(Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa,B.M.Sc)

Tanggal lulus : 05 Desember 2008 Telah diuji pada


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD

Anggota : 1. Ir. M. Sofian Asmirza S, M.Sc, PhD

2. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, PhD

3. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI 4. M. Dolok Lubis, ST, M.Sc


(5)

ABSTRAK

Kota Medan dalam percepatan pembangunan sedang melaksanakan pelebaran jalan di beberapa kecamatan. Bertujuan membantu mengalihkan arus kenderaan menerus melalui pusat kota sehingga mengurangi kemacetan volume lalu lintas dalam kota dan merangsang pertumbuhan daerah pinggiran kota. Dan pada lokasi penelitian Kec. Medan Sunggal telah terjadi perubahan peruntukan lahan termasuk pada kawasan pelebaran jalan. Dengan penelitian ini dapat diketahui apakah perubahan peruntukan lahan sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang ada. Untuk itu perlu evaluasi penyebaran penduduk dan kepadatannya, penyebaran fasilitas dan utilitas, jaringan jalan, peruntukan lahan dengan observasi langsung ke lapangan (pengumpulan data sekunder dan primer), teori konsektoral (Ernest Griffin -Larry Ford) dan konsep perkembangan Kota Medan (RUTR 1995/2005 dan RTRWK 2016). Perubahan peruntukan lahan di Jl. Sunggal, Jl. Setia Budi, Jl. Pinang Baris - Jl. Kelambir Lima, Jl. Gagak Hitam, Jl. Amal, Jl. Gatot Subroto, Jl. Titi Papan, Jl. Pasar I - Jl. Abadi, dari peruntukan lahan pemukiman, perkampungan, pertanian, dan perusahaan menjadi rumah toko. Sehingga terjadi perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota akibatnya berubah peruntukan lahan. Namun berdasarkan RTRWK tahun 2016 perkembangan kegiatan perkotaan cenderung ke kawasan perumahan, perdagangan dan industri. Sehingga perubahan peruntukan lahan tersebut telah sesuai dengan RTRWK Kota Medan tahun 2016.


(6)

ABSTRACT

It is acknowledged that Medan metropolitan is in going to have development even get accelerating day to day, the authority realized city program with adding more wide road for public on several sub-districts. This program is expected mainly in leading many vehicles direct to newly ways as for long time passing central of city and perhaps to reduce volume of traffic in stagnant found in city as long as, beside the program of development is aimed to stimulate the growth economical on the suburb. The location to this study is Medan Sunggal, sub-district of the city got already changed as one of the business-regions, which area provided for widening the road. On this study is aimed to describe out how importance the change of the area provided for refers to the city authority with polity available. It is necessary to evaluate the existence of population where it has gone distributed and also to note its crowd, the distribution of facilities and utilities, road nets, how to provided for the area, conducted it with a directly observation into field (collecting data, secondary and primary). In this case adopted a Ernest Griffin - Larry Ford consectoral theory and the concept of the city development of Medan Metropolitan (RUTR 1995/2005, and its RTRWK of 2016). The allotment of the land around Jl. Sunggal, Jl. Setia Budi, Jl. Pinang Baris - Jl. Kelambir Lima, Jl. Gagak Hitam, Jl. Amal, Jl. Gatot Subroto, Jl. Titi Papan, Jl. Pasar I - Jl. Abadi, as well as the allotment of the land for residence, for settlement, for agriculture purpose, and for business as house-stores, resulting in go mutation from central into suburb and got change the allotment of land as consequence. However, according to its RTRWK of 2016, the development of urban activities tends leading to city border where it is a tendency got growth allotment for housing, for trades and industry, it means the change of allotment of the land has been referring to the RTRWK of Medan Metropolitan of 2016.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya tesis ini dapat selesai dengan judul : ”Evaluasi Peruntukan Lahan

Setelah Pelebaran Jalan”, Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal (Tiap

Kelurahan).

Tesis ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khusus kepada :

1.Bapak A/Prof. Abdul Majid Ismail, BA, B.Arch, PHD sebagai ketua komisi

pembimbing, Bapak Ir. M. Sofian Asmirza S, M.Sc, PhD sebagai anggota komisi pembimbing dan Ibu Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc sebagai panitia seminar. Meskipun sibuk dengan tugas-tugasnya, namun tetap berusaha meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penulis, sehingga tesis ini dapat terwujud.

2.Bapak Drs. Abdillah Ak, MBA dan Bapak Drs. H. Afifuddin Lubis, Msi selaku

Walikota Medan yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk mengikuti kuliah pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Teknik Arsitektur bidang Manajemen Pembangunan Kota.

3.Rekan-rekan, khususnya Bapak Ir. Azwardi Lubis selaku Kasi Perencanaan Pengairan/Drainase pada Dinas PU Kota Medan, yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(8)

4.Akhirnya kepada Ibunda D. Siahaan dan sanak saudara, yang sejak awal telah menanamkan semangat tidak kenal lelah dalam menuntut ilmu.

Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda, atas bantuan moril dan material yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Adapun penelitian ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, Penulis sangat berterima kasih atas seluruh saran, dan kritik dari berbagai pihak yang berkenan, sehingga tesis ini akan lebih sempurna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen pembangunan kota khususnya bagi para pengambil bijaksanaan dan keputusan di kota Medan yang kita cintai ini.

Medan, Desember 2008 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : IDA SITTI MASNUR Tempat/tgl. Lahir : Medan, 11 Januari 1967 Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No. 481 Medan Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil II. Riwayat Jenjang Pendidikan

1. SD Negeri No. 060832/54 Medan, (1979) 2. SMP ST. Thomas Medan, (1982)

3. SMA Immanuel Medan, (1985)

4. Teknik Sipil (S-1) UMA Medan, (1991). III. Pengalaman Kerja

1. Kasubsi Pengelolaan Izin Bangunan dan Sempadan (1998), di PU Tap. Utara 2. Kasubsi Bangunan dan Izin Bangunan (1999), di PU Toba Samosir

3. Kasi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah (2000), di Bappeda Toba Samosir

4. Kasubbid Pengembangan Sistem Perencanaan (2001), di Bappeda Toba Samosir 5. Staf Subdis Perencanaan Jalan dan Jembatan (2004), di PU Kota Medan.

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, Desember 2008


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Permasalahan ... 2

I.3. Tujuan dan Sasaran ... 3

I.4. Alur Pikir ... 4

I.5. Metode Pembahasan ... 6

I.6. Lingkup Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1. Teori Tataguna Lahan ... 7

II.2. Sistem Tataguna Tanah dan Transportasi ... 11

II.3. Perhitungan Statistik ... 12

II.4. Aplikasi dari Teori ... 13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...15

III.1. Konsep Arah Pengembangan Kota Medan ...16


(11)

BAB IV. HASIL PEMBAHASAN ...27

IV.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 27

IV.2. Kondisi Fisik Kota Medan ... 30

IV.3. Sejarah Pertumbuhan Kota Medan ... 32

IV.4. Arah dan Perkembangan Fisik Kota Medan ... 35

IV.5. Kondisi Fisik Kecamatan Medan Sunggal ... 41

IV.6. Evaluasi Penyebaran Penduduk ... 44

IV.7. Evaluasi Penyebaran Fasilitas ... 50

IV.8. Evaluasi Jaringan Jalan ... 60

IV.9. Evaluasi Peruntukan dan Perubahan Peruntukan Lahan ... 68

IV.10. Hasil Pembahasan ... 86

BAB V. PENUTUP ... 88

V.1. Kesimpulan ... 88

V.2. Rekomendasi ... 89


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

IV.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal ... 43 IV.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 51 IV.3 Luas Kawasan Terbangun di Kota Medan Tahun 1992 ... 70 IV.4a Luas Areal Pertanian dan Luas Panen Tanaman Pangan

di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 73 IV.4b Luas Areal Sawah menurut Tingkat Kecamatan dan Tingkat Pengairan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 73 IV.5 Luas Tanah Pertamanan di Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 1995/2005 ... 74 IV.6 Luas dan Persentase Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 1995, 2005 ... 75 IV.7a Luas Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)

Tahun 1995 ... 76 IV.7b Luas Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal (Tiap Kelurahan)

Tahun 2005 ... 76 IV.8 Perubahan Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2005 ... 85


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

I.1. Alur Fikir Penelitian ... 5

II.1 Teori Konsentris ... 7

II.2 Teori Sektor ... 8

II.3 Teori Konsektoral ... 9

II.4 Hubungan Fasilitas Transportasi dan Perubahan Tataguna Lahan ... 14

III.1 Analisis Pola Arah Pengembangan Kota Medan ... 17

III.2 Perubahan Model Sub Pusat Kota Medan ... 19

III.3 Perkembangan Kota Medan ... 20

III.4 Konsep Struktur Tata Ruang Kota Medan ... 22

III.5 Konsep Sub Pusat Kota Medan ... 23

III.6 Struktur Kota Medan ... 24

IV.1 Batas Wilayah Administrasi Kota Medan ... 31

IV.2 Stadia Pertumbuhan Kota Medan ... 34

IV.3 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal ... 42

IV.4 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal ... 43

IV.5 Jumlah Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ... 45

IV.5a Jumlah penduduk Kel.Tanjung Rejo Thn.1995/2005 ... 46

IV.5b Jumlah Penduduk Kel.Sei Sikambing B Thn.1995/2005 ... 46

IV.5c Jumlah Penduduk Kel.Sunggal Thn.1995/2005 ... 46

IV.5d Jumlah Penduduk Kel.Babura Thn.1995/2005 ... 47

IV.5e Jumlah Penduduk Kel.Simpang Tanjung Thn.1995/2005 ... 47

IV.5f Jumlah Penduduk Kel.Lalang Thn.1995/2005 ... 48

IV.6 Kepadatan Penduduk Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 49

IV.7 Penyebaran Fasilitas di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995/2005 ... 59


(14)

IV.8 Hirarki Jalan Kota Medan ... 62

IV.9 Rencana Pengembangan Transportasi Kota Medan ... 64

IV.10 Jaringan Transportasi Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2003 ... 66

IV.11 Inventarisasi Jaringan Jalan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2003 ... 67

IV.12 Luas Kawasan di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.12a Luas Kawasan Terbangun di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.12b Luas Kawasan Belum Terbangun di Kota Medan Tahun 1992 ... 70

IV.13 Luas Kawasan Terbangun dan Belum Terbangun di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1992 ... 71

IV.14 Peruntukan Lahan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995, 2005 ... 74

IV.15a Peruntukan Lahan di Kelurahan Tanjung Rejo Tahun 1995 ... 76

IV.15b Peruntukan Lahan di Kelurahan Tanjung Rejo Tahun 2005 ... 76

IV.16a Peruntukan Lahan di Kelurahan Babura Tahun 1995 ... 77

IV.16b Peruntukan Lahan di Kelurahan Babura Tahun 2005 ... 77

IV.17a Peruntukan Lahan di Kelurahan Simpang Tanjung Tahun 1995 ... 78

IV.17b Peruntukan Lahan di Kelurahan Simpang Tanjung Tahun 2005 ... 78

IV.18a Peruntukan Lahan di Kelurahan Sei Sikambing B Tahun 1995 ... 79

IV.18b Peruntukan Lahan di Kelurahan Sei Sikambing B Tahun 2005 ... 79

IV.19a Peruntukan Lahan di Kelurahan Sunggal Tahun 1995 ... 80

IV.19b Peruntukan Lahan di Kelurahan Sunggal Tahun 2005 ... 80

IV.20a Peruntukan Lahan di Kelurahan Lalang Tahun 1995 ... 81

IV.20b Peruntukan Lahan di Kelurahan Lalang Tahun 2005 ... 81

IV.21 Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 1995 ... 82

IV.22 Peruntukan Lahan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2005 ... 83


(15)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Halaman

IV.1 Jumlah Gedung SD di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...92

IV.2 Jumlah Gedung SLTP di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...92

IV.3 Jumlah Gedung SLTA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...93

IV.4 Jumlah Fasilitas Ibadah di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005...94

IV.5 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...94

IV.6 Posyandu di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...94

IV.7 Jumlah Perusahaan Industri di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...95

IV.8 Jumlah Pasar dan Pertokoan di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...95

IV.9 Jumlah Doorsmer di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...96

IV.10 Jumlah Bengkel di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...97

IV.11 Jumlah Lembaga Keuangan di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...98

IV.12 Jumlah Rumah Makan/Restoran, Warung Minum di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...99

IV.13 Jumlah Panti Pijat Tradisional dan Praktek Dukun Patah di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...99

IV.14 Jumlah Tempat Video Game dan Penyewaan Kaset Video di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...100

IV.15 Jumlah Salon Kecantikan di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005...100

IV.16 Jumlah Hotel dan Losmen di Kec.Medan Sunggal Thn. 1995/2005 ...101

IV.17a Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Sunggal Thn.2001 ...102

IV.17b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Sunggal Thn.2001 ...102

IV.18a Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Smp.Tanjung Thn.2001 ...103

IV.18b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Smp.Tanjung Thn.2001 ...103

IV.19a Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Lalang Thn.2001 ...104

IV.19b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Lalang Thn.2001 ...105


(16)

IV.20b Inventarisasi Jaringan Jalan Kel.Babura Thn.2001 ...106 IV.21 Inventarisasi Ruas Jalan Kec.Medan Sunggal Thn.2003 ...107


(17)

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

Halaman

IV.1 Jumlah Gedung SD di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...108

IV.2 Jumlah Gedung SLTP di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...108

IV.3 Jumlah Gedung SLTA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...109

IV.4 Jumlah Fasilitas Ibadah di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...109

IV.5 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...110

IV.6 Jumlah Posyandu di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...110

IV.7 Jumlah Perusahaan Industri di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...111

IV.8 Jumlah Pasar dan Pertokoan di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...111

IV.9 Jumlah Bengkel di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...112

IV.10 Jumlah Lembaga Keuangan di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...112

IV.11 Jumlah Restoran/Rumah Makan, Warung Minum di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...113

IV.12 Jumlah Panti Pijat Tradisional dan Praktek Dukun Patah di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...113

IV.13 Jumlah Tempat Video Game dan Penyewaan Kaset Video di Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005 ...114

IV.14 Jumlah Salon Kecantikan di Kec.M.Sunggal Thn.1995/2005 ...114


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kota Medan dalam proses pembentukannya mengalami pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan manfaat dan kebutuhan yang akan datang. Namun pembangunan juga proses perubahan dan perkembangan kota yang dinamis dan berkelanjutan sehingga rencana pembangunan bersifat fleksibel dan dinamis.

Wujud fisik Kota Medan mengalami peningkatan populasi penduduk sehingga diperlukan kawasan yang sesuai bagi kelangsungan hidup masyarakat. Terjadilah proses pembangunan kota yang menghancurkan lingkungan yang sudah ada dan tidak bermanfaat bagi perkembangan lingkungan. Untuk itu perlu penataan lingkungan berdasarkan arahan kebijaksanaan yang ada sehingga lahan dapat memberikan nilai tambah sesuai nilai ekonomis kawasan tersebut. Sehingga lahan tidur yang berada di kawasan pinggiran Kota Medan mengalami proses modernisasi pembangunan kota yang sedang berlangsung saat ini dan sebagai kawasan perumahan, perdagangan maupun industri akan mengalami percepatan pembangunan.

Dengan demikian Kota Medan memerlukan penataan kawasan dengan mengembangkan kawasan pinggiran Kota Medan yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Sehingga dapat ditingkatkan kemampuan lahan yang saat ini kurang produktif menjadi lebih produktif. Sehingga diperoleh nilai tambah sesuai potensi


(19)

serta nilai ekonomi yang dimiliki. Upaya penataan melalui pemanfaatan lahan memberikan vitalitas baru pada kawasan yang akan dikembangkan.

I.2 Permasalahan

Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktifitas. Aktifitas ini mengambil tempat pada sebidang lahan. Dan dalam pemenuhan kebutuhannya manusia melakukan perjalanan antara tataguna tanah tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi. Beberapa interaksi dapat dilakukan dengan telekomunikasi namun semua interaksi yang terjadi memerlukan perjalanan oleh sebab itu akan menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.

Sistem transportasi dan peruntukan lahan saling berkaitan. Tujuan dalam sistem transportasi untuk menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat yang lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan dari sisi peruntukan lahan tujuan dari perencanaan adalah tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Namun sering sekali kedua tujuan tersebut menimbulkan konflik. Ruang kota Medan selain tumbuh secara vertikal, juga tumbuh secara horizontal dimana terjadi perkembangan ke arah utara, barat dan selatan. Seiring dengan pengembangan jalan lingkar luar dan jalan penghubung di bagian Barat Kota Medan telah terjadi perubahan peruntukan lahan, salah satunya di wilayah Medan Barat khususnya Kecamatan Medan Sunggal. Sehingga berdasarkan


(20)

evaluasi yang dilakukan dapat dilihat apakah perubahan peruntukan lahan pada kawasan tersebut telah sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang ada sehingga peruntukan lahan tersebut memberikan nilai tambah sesuai nilai ekonomis dan dampak sosial bagi lingkungan kawasan tersebut, selain itu juga tidak menghancurkan lingkungan binaan yang ada.

I.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah, evaluasi peruntukan lahan sebelum dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan diatas diperjelas dengan sasaran penelitian dapat diketahui perubahan peruntukan lahan pada kawasan tersebut berdasarkan arahan kebijaksanaan yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan lebih terperinci lagi tujuan dan sasaran penelitian sebagai berikut.

a)Peruntukan lahan, tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi peruntukan lahan sebelum dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan tersebut diperoleh sasaran penelitian, dengan mengevaluasi peruntukan lahan sebelum dan setelah pelebaran jalan dapat diketahui perubahan peruntukan lahan yang terjadi pada kawasan tersebut.

b)Penyebaran fasilitas, tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penyebaran fasilitas sebelum dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan tersebut dicapai sasaran penelitian, dengan mengevaluasi penyebaran fasilitas sebelum dan setelah pelebaran jalan dapat diketahui perkembangan dan kebutuhan fasilitas pada kawasan tersebut.


(21)

c)Jaringan jalan, tujuan penelitian ini, untuk mengevaluasi jaringan jalan sebelum dan setelah pelebaran jalan. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dicapai sasaran penelitian, dengan mengevaluasi jaringan jalan sebelum dan setelah pelebaran jalan dapat diketahui perubahan klasifikasi jalan pada kawasan tersebut.

I.4 Alur Pikir

Alur fikir penelitian ini terbagi atas 3 bagian yaitu :

1. Input berisikan gambaran umum wilayah meliputi gambaran umum Kota Medan, kondisi fisik kota Medan, sejarah pertumbuhan kota Medan, arah dan perkembangan fisik kota Medan, kondisi fisik Kecamatan Medan Sunggal.

2. Proses berisikan evaluasi penyebaran dan kepadatan penduduk dari tahun 1995/ 2005, evaluasi penyebaran fasilitas dari tahun 1995/2005, evaluasi inventarisi jaringan jalan tahun 2001 dan 2003, evaluasi peruntukan lahan tahun 1995 dan 2005, dan perubahan peruntukan lahan tahun 2005.

3. Output berisikan temuan penelitian yakni perubahan peruntukan lahan berdasarkan arahan kebijaksanaan yang ada.


(22)

a)Gambaran umum Kota Medan. b)Kondisi fisik Kota Medan.

c)Sejarah pertumbuhan Kota Medan. d)Arah dan perkembangan fisik

Kota Medan. Kondisi kawasan Thn. 1995/2005 Pertumbuhan kawasan Thn. 1995/2005 I N P U T P R O S E S O U T P U T

a)Penyebaran penduduk dan kepadatan penduduk. b)Penyebaran fasilitas. c)Jaringan jalan.

d)Peruntukan dan perubahan peruntukan lahan

Temuan Penelitian

Kompilasi Data

RUTRW Kota Medan 2008/2016 Evaluasi


(23)

I.5 Metode Pembahasan

Metode pembahasan terdiri dari 5 (lima) bab yang berisikan :

Bab I Pendahuluan memuat latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, alur pikir, metode pembahasan, lingkup penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka memuat teori tataguna lahan, sistem tataguna tanah dan transportasi, perhitungan statistik, aplikasi dari teori.

Bab III Metodologi Penelitian memuat konsep arah pengembangan Kota Medan, konsep struktur tata ruang Kota Medan.

Bab IV Hasil Pembahasan memuat gambaran umum Kota Medan, kondisi fisik Kota Medan, sejarah pertumbuhan Kota Medan, arah dan perkembangan fisik Kota Medan, kondisi fisik Kecamatan Medan Sunggal, evaluasi penyebaran penduduk, evaluasi penyebaran fasilitas, evaluasi jaringan jalan, evaluasi peruntukan lahan dan perubahan peruntukan lahan, hasil pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan rekomendasi dari substansi penelitian yang dilakukan.

I.6. Lingkup Penelitian

Adapun lingkup penelitian ini adalah peruntukan lahan di Kecamatan Medan Sunggal yang dirinci tiap kelurahan.

kegiatan tersebut. Rute-rute transport dari segala penjuru, memusat ke zona ini dengan tingkat aksesbilitas tertinggi. Zona ini dianggap Burgess sebagai wilayah


(24)

yang dominan untuk spesies yang dominan. Disini terjadi proses persaingan dimana yang kuat akan mengalahkan yang lemah yang akan mendominasi ruangnya.

1.Teori Sektor

Teori ini dikemukakan oleh Humer Hoyt (1939) yang mengemukakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona konsentrik saja, tapi dalam sektor-sektor dengan jenis perkembangan yang serupa. Seperti daerah perumahan dapat berkembang keluar sepanjang adanya hubungan transportasi. Humer Hoyt mengidentifikasi 5 zona penggunaan tanah perkotaan yaitu :

Gambar II.2 Teori Sektor

Secara umum kedua teori diatas menggambarkan rangkaian perkembangan pola tata guna lahan pada kawasan perkotaan dari zona kosentrik menjadi sektor saat jaringan transportasi dan jalan raya memperpanjang pola penggunaan lahan dan berkembang pusat-pusat baru dengan berkembangnya transportasi dan ekonomi yang menambah dimensi-dimensi baru terhadap penggunaan tanah.


(25)

2.Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)

Suatu pandangan lain yang menunjukkan aplikasi gabungan antara teori konsentris dan sektor dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford (1980) dalam artikelnya berjudul ”A model of Latin American city structure” dimuat dalam majalah Geographical Review, 1980 : 70 pp 397 - 422. Griffin - Ford menunjukkan model struktur keruangan internal untuk kota-kota di Amerika Latin, merupakan kombinasi unsur-unsur tradisional dan modern yang mengubah citra kotanya. Adanya sektor permukiman klas elite, jalur perdagangan, zone konsentris melingkar yang menggambarkan ”distant decay principles” mengenai kualitas permukimannya.

Gambar II.3 Teori Konsektoral

Penjelasan ke-6 zona tersebut adalah sebagai berikut :

1.CBD (Central Business District), derah pusat kegiatannya sangat dinamis, gejala spesialisanya semakin terlihat, merupakan tempat utama perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan, ditunjang sentralisasi sistem transportasi dan sebagian besar


(26)

penduduk masih tinggal dibagian dalam kota (innersections). Proses perubahan yang pesat mengancam keberadaan bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada daerah berbatasan dengan CBD masih banyak tempat yang agak longgar (spacious), untuk kegiatan ekonomi (pasar lokal, daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah) sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.

2.Zona Perdagangan/Industri (Commercial Spine/Sector), letak jalur ini menjari dari pusat kota (CBD) kearah luar dikelilingi permukiman elite. Sektor perdagangan yang menjari perluasan CBD, banyak urban, fasilitas perkotaan, perumahan elite. Zona Permukiman Klas Elite, letak jalur ini di kiri kanan jalur komersial utama, memanjang sampai ke pinggiran kota, merupakan fasilitas terbaik menjari dari pusat kota (CBD) ke arah luar. Peraturan ”zoning and land use control” berlaku pada daerah ini. Sehingga golongan penduduk klas tinggi pindah ke arah pinggiran kota, tempat tinggal yang lebih modern dengan halaman luas, sementara daerah yang ditinggalkan akan diisi golongan penduduk bawah. Gejala pertumbuhan golongan ini mendorong tumbuhnya perumahan-perumahan yang cukup baik di pinggiran kota. Adanya jalur komersial perpanjangan CBD memungkinkan penduduk menikmati fasilitas kota dengan mudah namun persentasenya sangat kecil dibanding jumlah penduduk metropolitan.

3.Zona perkembangan yang lanjut perkembangannya (Zona of Maturity), termasuk daerah permukiman yang kondisinya cukup baik. Pada kota yang sudah termasuk tua banyak terdapat rumah-rumah tradisional yang ditinggalkan penduduk pindah


(27)

ke zona yang lebih baik, namun zona ini mulai mengalami peningkatan kualitas perumahan dan lingkungannya. Penduduk berusaha memperbaiki rumah khususnya tidak mampu menjangkau perumahan elite. Transformasi morfologi vertikal respon ke lingkaran ruang di kota dan transformasi ekonomi vertikal cukup baik dengan kepadatan bangunan yang sama dengan bangunan di pinggiran kota, hanya struktur yang berbeda dan kepadatan penduduknya lebih kecil dari daerah pinggiran. Namun fasilitas kehidupan kota cukup lengkap. Pertumbuhan penduduk lebih lambat dari daerah pinggiran. Sehingga kenampakan kota tidak terkesan semrawut dibanding daerah yang mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.

4.Zona mengalami perkembangan setempat (Zone of Insitu Accretion), kualitas hunian sederhana, peralihan ke zona dewasa. Variasi perumahan berbagai tipe, ukuran, kualitas namun ada satu dua rumah yang bagus. Pembangunan perumahan dan lingkungan dinamis dan cepat, terkesan perumahan semrawut. Fasilitas permukiman tidak selengkap zona 4. Zona yang banyak ditempati permukiman liar (Zone of Peripheral Squatter Settlements), perumahan dan fasilitasnya paling buruk kondisinya. Umumnya kaum migran menginginkan biaya akomodasi lebih murah dibanding di kota. Kurangnya kemampuan keuangan pemerintah menyediakan fasilitas perumahan, mereka membuat rumah seadanya, sebagian belum menikmati fasilitas kota. Kehidupan penduduknya sangat marginal. Permukiman liar mendominasi dan perlunya peningkatan prasarana. 1)


(28)

II.2 Sistem Tataguna Tanah dan Transportasi

Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktifitas pada sebidang lahan. Dalam pemenuhan kebutuhannya manusia melakukan perjalanan antara tata-

_________________

1)

Hadi Sabari Yunus dalam buku “Struktur Tata Ruang Kota” penerbit Pustaka Pelajar, 1999.

guna tanah menggunakan sistem jaringan transportasi. Beberapa interaksi dengan telekomunikasi namun semua memerlukan perjalanan, menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Sasaran umum perencanaan transportasi, interaksi mudah dan efisien.

Sebaran geografis antara tataguna tanah (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung mendapatkan volume dan pola lalu lintas (sistem pergerakan) dan efek timbal balik terhadap lokasi tataguna tanah yang baru dan perlunya peningkatan prasarana. 2)

Sistem sirkulasi kota sebagai perangkat fisik kota meliputi pola, bentuk, perlengkapan jalan (lalu lintas dan tempat parkir). Salah satunya pola jaringan jalan Grid.3)

Data penggunaan lahan yang terinci, analisa kepadatan (lahan pemukiman terbangun) dengan jarak dari pusat makin meningkat (Mieszkowski dan Smith, 1991, 184).4)


(29)

II.3 Perhitungan Statistik

Dalam pertumbuhan kota menggunakan perhitungan statistik yang berisikan informasi mengenai cara kota tumbuh dan berubah untuk direncanakan dan pola pengaturannya. Informasi tersebut adalah :

_________________ 2)

Hernan A. Makse Research dalam Jurnal ”Urban Dynamics Urban Growth”, 1995

3)

Ofyar Z. Tamin dan Russ Bona Frazila dengan judul Penerapan Konsep Interaksi Tataguna Lahan-Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Lahan-Sistem Jaringan Transportasi dalam jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

4)

Morris, AEJ ”History of Urban Form”, 1979.

1. Distribusi ukuran kota kaitannya dengan wilayah dan populasi. 2. Berhubungan dengan individu kota dan keseluruhan sistem kota. 3. Interaksi atau korelasi antara kota dengan saling ketergantungan.

4. Efektifitas dan keterkaitan kebijakan perencanaan lokal yang diarahkan untuk mengatur pertumbuhan.5)

Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk adalah komposisi penduduk, yang menyatakan pergerakan sosial yang memperlihatkan perubahan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui pertambahan secara alami

tapi melalui berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Dari perubahan dan perkembangan kependudukan dapat ditarik berbagai kesimpulan untuk dasar penentuan berbagai kebijaksanaan pembangunan.6)


(30)

II.4 Aplikasi dari Teori I. Proses Perencanaan

Proses perencanaan transportasi dan perubahan lahan saling berkaitan. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi dan aktivitas pembangunan. Peningkatan fasilitas transportasi berdampak terhadap perubahan tataguna lahan yang bermanfaat dan berdaya guna bila pengendaliannya diupayakan. _________________

5)

Su wardjoko Warpani dalam bukunya “Analisa Kota dan Daerah”, ITB Bandung, 1980.

6)

Richard Bolan, Thomas Luce, Hin Kan Lam dalam Jurnal ”Can Urban Growth be Contained”, 1997.

Penyediaan Peningkatan Sistem Transportasi Penurunan Tingkat Pelayanan

Sistem Transportasi

Peningkatan Aksesbilitas

Peningkatan Harga Jual Lahan

Meningkatnya Konflik Lalu Lintas

Meningkatnya Bangkitan Perjalanan

Meningkatnya Permintaan untuk Perubahan Peruntukan Lahan


(31)

Berdasarkan gambar diatas, aksessibilitas urgen bagi para pengembang lahan yang sering menciptakan aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi dapat terwujud. Pembatasan yang kaku terhadap perubahan tataguna lahan sulit dilakukan karena sifat manusia dan kota yang dinamis. Untuk itu suatu keseimbangan antara perubahan tataguna lahan dan fasilitas transportasi perlu dilakukan.

Data-data terkumpul disesuaikan dengan variabel dengan metode Kompilasi Data. Kemudian dievaluasi meliputi penyebaran penduduk, fasilitas, jaringan jalan, peruntukan lahan, perubahan peruntukan lahan, sebelum dan setelah pelebaran jalan dari tahun 1995/2005.

2) Mengkaji secara teoritis untuk memperoleh landasan teori melalui penelitian pustaka dengan menggunakan beberapa literatur dan diktat catatan kuliah.

3) Mengkaji evaluasi peruntukan lahan dengan arahan kebijaksanaan yang ada.

III.1 Konsep Arah Pengembangan Kota Medan 1.Menurut RUTR Kota Medan Tahun 1995/2005

Konsep arah pengembangan wilayah Kota Medan dengan konsep pembentukan struktur tata ruang yang membagi dan memanfaatkan wilayah fungsional kota (antar bagian wilayah dalam kota dan hubungannya dengan luar kota). Sebelum penetapan struktur ruang, wilayah Kota Medan terdiri dari 3 bagian yaitu Kota Medan Utara (KMU), Kota Medan Tengah (KMT), Kota Medan Selatan (KMS) dengan perbedaan perkembangan kota ditetapkan konsep hubungan fungsional antar bagian wilayah dan pembangunan dengan daerah sekitarnya


(32)

sehingga diperoleh strategi pengembangan dan arah pengembangan tata ruang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.1 berikut ini.

Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1993 tentang RUTRW Propinsi Dati-I Sumatera Utara yakni Kota Medan pusat : pemerintahan propinsi, distribusi/kolektor antar propinsi, pendidikan tinggi, pelabuhan internasional, perhubungan, perindustrian, pariwisata. Berdasarkan pertumbuhan fisik dan pengaruhnya dikembangkan dengan 3 sistem ruang yaitu,

1)Sistem kota pusat (lingkungan kota pusat kegiatan utama/kutub pertumbuhan). 2)Sistem produksi (industri dan pertanian termasuk wilayah cadangan).

3)Sistem ruang kota (sebagai wilayah pemukiman ideal).

Perubahan model Kota Medan dari satu pusat dengan enam sub pusat (versi Rencana Induk Kota Medan tahun 1974-2000) menjadi satu pusat dengan empat sub pusat (versi Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan tahun 1995-2005). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.2 berikut ini.

2.Perkembangan Kawasan Perbatasan dan Perkotaan (Rencana Umum Tata

Ruang Wilayah Kota Medan 2008/2016)

Kecenderungan perkembangan kegiatan perkotaan kekawasan perbatasan, perkembangan perumahan, perdagangan/industri. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.3 berikut ini Perkembangan kawasan permukiman kearah timur, barat, selatan, utara Kota Medan. Pemanfaatan lahan industri ke Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa. Kegiatan perdagangan ke Pancur Batu, Belawan, Tanjung Morawa,


(33)

Sunggal. Ditimur, utara, selatan pusat pelayanan berkembang alamiah. Sehingga terjadi perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota akibatnya berubah fungsi lahan dengan nilai ekonomis rendah ke nilai lahan yang lebih tinggi.

III.2 Konsep Struktur Tata Ruang Kota Medan

Pembentukan struktur wilayah fungsional Kota Medan berdasarkan kecendrungan, pengarahan kegiatan, potensi masalah fisik, dan alternatif pengembangan bagian-bagian wilayah Kota Medan. Adapun konsep dasar struktur tata ruang kota yakni :

1)Membatasi perkembangan secara linier (ribbon development) dengan jalur jalan arteri primer (utara-selatan).

2)Mengembangkan kota ke arah Barat, Timur dan Utara yang terkendali (ekologi dan ekosistem lingkungan hidup kota) dengan fasilitas sosial.

3)Pengembangan utama ke arah Utara dengan daya tarik jalan Medan-Belawan pada kegiatan komersial industri skala luas (kawasan industri KIM dan KIB, kawasan berikat dan pelabuhan laut).

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.4 berikut ini.

Secara umum, konsep pembentukan struktur wilayah fungsional Kota Medan dengan hubungan fungsional terdiri atas 5 wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.5 berikut ini.

Perkembangan mengarah pada struktur wilayah fungsional atas 5 WPP yaitu WPP A, B, C, D dan E. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.6 berikut ini.


(34)

Sebagai acuan mempertegas konsep struktur kota diperlukan berbagai konsep pendukung antara lain :

1.Konsep Struktur Tataguna Lahan

Dengan pola kegiatan fasilitas, penggunaan lahan, konsep struktur wilayah fungsional maka konsep struktur tata ruang Kota Medan diarahkan pada :

1)Konsep struktur tataguna lahan tradisional (pertanian/perkebunan, industri prosesing dan kawasan khusus, perhubungan, perdagangan, jasa, pariwisata, pelayanan sosial, bangunan umum, pemerintahan, perumahan/permukiman).

2)Penyediaan lahan bagi kegiatan yang belum ditentukan (kegiatan campuran). Penggunaan lahan campuran adalah dengan pergeseran penggunaan lahan, perkembangan lahan, kebutuhan pasar relatif tinggi, dan tingginya kendala sosial. 3)Penyediaan lahan bagi kegiatan yang belum ditentukan (kegiatan campuran).

Penggunaan lahan campuran adalah dengan pergeseran penggunaan lahan, perkembangan lahan, kebutuhan pasar relatif tinggi dan tingginya kendala sosial.

2.Konsep Struktur Permukiman dan Pusat Lingkungan

Struktur pemukiman membentuk pusat kegiatan skala pelayanan regional kota, dan sub wilayah kota. Pusat kegiatan pusat kota dengan 2 inti kegiatan : kawasan pusat perdagangan, pusat pelayanan fasilitas sosial, dan pemerintahan. Inti-inti kegiatan (skala pelayanan regional dan kota di pusat kota) menyebar. Pusat kegiatan fasilitas sosial disebar menurut tingkatan permukiman/perumahan.


(35)

3.Konsep Struktur Kepadatan Penduduk dan Bangunan

Kepadatan perumahan Kota Medan campuran kepadatan tinggi, sedang, rendah berdasarkan kebijaksanaan, strategi pembangunan perumahan. Setiap wilayah campuran pembangunan rumah dengan berbagai kepadatan. Namun konsep kepadatan memusat (konsentrik) tetap digunakan, kepadatan tinggi (dekat pusat lingkungan), rendah (jauh dari pusat lingkungan). Kelompok-kelompok pemukiman (kepadatan memusat) menyebar keseluruh wilayah kota sesuai penyebaran pusat-pusat kegiatan.

4.Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

Jaringan jalan berdasarkan arah perkembangan fisik kota, eksisting, rencana, bentuk permukaan lahan kota. Konsep pengembangan sistem jaringan grid, radial, ring road, campuran. Pola ditentukan kendala fisik alam, standard spasi jangkauan pelayanan fungsi jalan. Bentuk jaringan grid, ekonomis, pemanfaatan lahan sesuai perkembangan jaringan utama Kota Medan sehingga optimal manfaatnya, kepadatan jaringan jalan kolektor sekunder kearah pinggiran rendah, pelayanan jalan 500-1.250 m, jaringan jalan di pusat kota padat.

Rencana dimensi jalan adalah : 1)Arteri Sekunder : 1.000m-1.500m. 2)Kolektor Sekunder : 300m-700m. 3)Lokal Sekunder : 200m.


(36)

Spasi jaringan jalan kolektor sekunder di daerah pinggiran dipertahankan agar cepat berkembang.


(37)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Kota Medan 1. Asal Usul

Kampung kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota yang dewasa ini kita kenal sebagai Kota Medan, berada disatu tanah datar atau medan ditempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli, yang waktu itu dikenal sebagai “Medan Putri” tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang.

Menurut Tengku Lukman Sinar, SH dalam bukunya “Riwayat Hamparan Perak” terbit tahun 1971 yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak (Dua Belas Kuta) dan Datuk Sukapiring, yaitu dua dari tempat Kepala Suku Kesultanan Deli. John Anderson, seorang pegawai Pemerintahan Inggris yang berkedudukan di Penang pernah berkunjung ke Medan tahun 1823.

Dalam bukunya “Mission to the Eastcoast of Sumatera” edisi Edinburg tahun 1826 menuliskan bahwa Medan masih merupakan satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Dipinggir sungai sampai ke tembok mesjid kampung Medan ada dilihatnya susunan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar yang menurut dugaannya berasal dari Candi Hindu di Jawa.


(38)

Deli terkenal namanya setelah orang-orang Belanda yang dipelopori Nihenyus membawa tembakau yang dihasilkannya tidak ada tandingannya sampai sekarang sebagai daun pembungkus cerutu. Hal ini menarik investior-investor asing dan menyebabkan banyak orang-orang dari daerah lain yang pindah ke daerah Deli untuk mencari nafkah. Nienhuys kemudian meninggalkan kantornya dari Labuhan ke Medan Putri asal muasal medan berkembang dengan pesat dan akhirnya menjadi pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Timur dan kerajaan Deli.

Tahun 1918, Medan dijadikan Kotapraja tidak termasuk dalamnya daerah kota Maksum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada dibawah kekuasaan Sultan Deli. Ketika itu penduduk Medan telah berjumlah 43.826 jiwa terdiri dari 409 orang bangsa Eropah, 25.000 orang bangsa India, 8.269 orang bangsa Cina, dan 130 orang bangsa Asia lainnya.

2. Dasar Hukum

Dengan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PU tanggal 21 September 1951 daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh maklumat Walikota Medan Nomor 21 tanggal 29 September 1951 menetapkan luas Kota Medan 5.130 Ha meliputi 4 kecamatan yaitu Medan, Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru dengan 59 kepenghuluan.

Melalui Undang-undang Darurat Nomor 7 dan 8 tahun 1956 dibentuk di Propinsi Sumatera Utara Dati-II antara lain Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya


(39)

Medan. Perkembangan selanjutnya Propinsi Sumatera Utara umumnya dan Kota Medan khususnya memerlukan perluasan daerah menampung laju perkembangan.

Sehingga terbit Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1973 termasuk beberapa bagian Kabupaten Deli Serdang dalam Kotamadya Medan menjadi 26.510 Ha meliputi 11 kecamatan dan 116 kelurahan. Kemudian surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 menjadi 144 kelurahan dari 11 kecamatan yaitu Medan Kota, Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Tuntungan.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan termasuk 2 kecamatan pemekaran di Kotamadya Dati-II sehingga 19 kecamatan dimekarkan menjadi 21 kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimon, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Perjuangan.

Perkembangan terakhir SK Gubernur KDH Tk-I Sumut Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefenitipan 7 kelurahan di Dati-II Medan menjadi kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimon, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Perjuangan.


(40)

Dengan demikian wilayah Kotamadya Medan secara administratif terbagi atas 21 kecamatan (151 kelurahan). Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah penyebutan nama Dati-II Kotamadya Medan berubah menjadi Daerah Kota Medan.

3. Hari Jadi Kota Medan

Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun. Sejak tahun 1970 ditetapkan tanggal 1 April 1909. Tetapi mendapat bantahan dari pers dan ahli sejarah sehingga walikota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan melakukan penelitian dan penyelidikan. Sesuai SK Nomor 4/DPRD/1955 tanggal 26 Maret 1975 ditetapkan tanggal 1 Juli 1590 hari jadi Kota Medan, hingga saat ini diterima oleh semua pihak.

IV.2 Kondisi Fisik Kota Medan 1. Letak dan Wilayah Administrasi

Kota Medan terletak antara 2027’ - 2 47’ LU dan 98 35’ - 98044’ BT. Ketinggian Kota Medan 2,50 - 37,50 m diatas permukaan laut dengan kemiringan tanah 0–4%.

0 0

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II Sumatera Utara dengan luas wilayah daratan 26.510 Ha yang terdiri dari 21 kecamatan dengan batas-batas wilayah Kota Medan sebagai berikut :

a.sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka.


(41)

c.sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. d.sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini.

2. Geologi, Iklim dan Suhu

Sebahagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah pertemuan 2 sungai penting yakni Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia antara 23,2 C - 24,1 C dan suhu maksimum 30,6 C - 33,9 C, menurut Stasiun Sampali suhu minimum antara 23,6 C 24,8 C dan suhu maksimum antara 30 C -33,4 C.

0 0 0 0

0 0 0

0

Temperatur rata-rata Kotamadya Medan 270C. Secara umum beriklim teratur karena dipengaruhi oleh udara pegunungan dan angin laut. Pergantian musim kemarau dan musim penghujan umumnya berjalan teratur yaitu musim kemarau dari bulan April sampai Juli, musim penghujan dari bulan Agustus sampai bulan Desember. Musim pancaroba dari bulan Januari sampai Maret.

Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 83%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,45 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Hari hujan di Kota Medan rata-rata per bulannya 17 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 173,58 mm, dan pada Stasiun Polonia perbulannya 184,33 mm.


(42)

IV.3. Sejarah Pertumbuhan Kota Medan

Perkembangan fisik Kota Medan tahun 1862 sampai 1992 melalui beberapa tahap yakni sebagai berikut. Tahun 1862, terlihat dua kutub pertumbuhan di pelabuhan laut Belawan dan pusat Kota Medan sekarang (dari pasar ikan berubah fungsi menjadi pasar ikan, daerah perkantoran dan perdagangan kota).

Tahun 1945, pertumbuhan masih berorientasi pada pusat kegiatan diatas dengan perkembangan kearah Kelurahan Kesawan, Silalas, Petisah dan Petisah Tengah.

Tahun 1972, perkembangan ke arah timur dan selatan. Perkembangan tersebut masih bersifat konsentris dan terbatas pada areal yang tidak terkena banjir, namun daerah Belawan berkembang kearah selatan.

Tahun 1980 mengalami pembangunan besar-besaran. Daerah terbangun di Belawan berkembang lebih dari dua kali. Pusat kota meluas kearah Barat, Selatan dan Timur meliput areal seluas 3.375 Ha.

Tahun 1992, pertumbuhan Kota Medan ke arah barat Kecamatan Medan Helvetia, Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Petisah dan Medan Baru seluas 3.638,86 Ha, ke arah selatan Kecamatan Medan Johor seluas 845,33 Ha, ke arah timur Kecamatan Medan Timur, Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Kota seluas 2.519,93 Ha.


(43)

IV.4 Arah dan Perkembangan Fisik Kota Medan

Perkembangan Kota Medan yang pesat terutama di pusat kota kearah timur dan barat kota. Bagian utara dan selatan kota kurang berkembang. Berdasarkan sejarah umur dan kepadatan bangunan/lingkungan, unsur-unsur lingkungan kota yang menjadi daya tarik serta kendala-kendala fisik diduga perkembangan fisik Kota Medan bermula dari Kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang merupakan daerah pusat kota saat ini. Daerah ini terdiri dari kawasan perkampungan, kawasan perdagangan dan pusat pemerintahan dengan radius perkembangan saat ini mencapai ± 6 Km.

Perkembangan selanjutnya secara linier mengikuti jalur kegiatan pengangkutan regional Medan-Binjai (kearah barat) dan Medan-Tebing Tinggi (kearah timur). Tarikan perkembangan kearah barat dan timur ini sangat kuat sejalan dengan peningkatan kegiatan pengangkutan di jalur jalan arteri primer tersebut. Akhir-akhir ini perkembangan mulai mengarah ke utara dan selatan dengan adanya pengembangan kawasan industri di utara dan kawasan perumahan di selatan.

Sejak tahun 2000 banyak investor yang menanamkan investasi ke Kota Medan dalam sektor industri, jasa, dan perdagangan. Secara fisik Kota Medan tumbuh dengan pembangunan bangunan-bangunan tinggi, apartemen, perdagangan, dan jasa fungsi campuran. Ruang Kota Medan selain tumbuh vertikal juga secara horizontal dengan perkembangan ke arah utara, barat, dan selatan. Beberapa kawasan perkembangan di bagian utara adalah perumahan-perumahan (Kecamatan Medan


(44)

Marelan dan Medan Labuhan). Di wilayah Medan bagian barat (Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Helvetia) banyak pembangunan perumahan sejalan dengan pembangunan jalan lingkar luar dan jalan penghubung di bagian barat Kota Medan. Wilayah selatan tumbuh dengan pesat akibat mekanisme pasar dan keunggulan aksesibilitas lokasi.

1. Tinjauan Kebijakan

Visi pembangunan Kota Medan adalah Medan kota metropoltan yang modern, madani, dan religius. Agar tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab pembangunan dari seluruh stakeholder maka visi pembangunan kota dijabarkan dalam misi yang jelas, terarah dan terukur. Sehingga berdasarkan visi yang disepakati ditetapkan misi pembangunan Kota Medan yaitu :

1)Mewujudkan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi

untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. 2)Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien,

efektif, kreatif, inovatif dan responsif.

3)Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial ekonomi, membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta budaya daerah.

4)Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa serta bermasyarakat.


(45)

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan Kota Medan diperlukan strategi pokok pembangunan kota yaitu strategi :

1)Mengembangkan wilayah lingkar luar (border area).

2)Mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota.

3)Meningkatkan produktifitas aset daerah.

4)Meningkatkan kedudukan, fungsi dan peranan UKMK dalam perekonomian kota. 5)Mengembangkan SDM daerah yang berkualitas.

2. Kedudukan Kota Medan

A. Dalam Konstelasi Wilayah Ruang Internasional

Kota Medan bagian dari Propinsi Sumatera Utara yang merupakan bagian wilayah Indonesia dan Indonesia bagian dari sistem dunia. Berkembangnya wilayah kerjasama ekonomi dunia termasuk ASEAN akan menimbulkan persaingan antar wilayah. Sehingga perlu memperhatikan aspek strategis dari kerjasama ekonomi

dalam upaya menumbuhkan daya saing wilayah. Tiga isu internasional Kota Medan memanfaatkan potensi dan peluang yakni :

1) Kerjasama ekonomi regional Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). 2) Kerjasama perdagangan internasional (Asean Free Trade Area) tahun 2003.

3) Kerjasama (Asia Pacific Economic Cooperation) tahun 2020 melibatkan negara Asia dan Amerika berada disepanjang pantai Samudera Pasifik.

Kota Medan memiliki letak geografis yang strategis berdekatan dengan wilayah kerjasama ekonomi regional IMT-GT. Selain sebagai daerah yang berada di


(46)

pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka juga memiliki posisi strategis sebagai pintu masuk kegiatan perdagangan barang (ekspor-impor) dan jasa. Posisi geografis mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

B. Kota Medan terhadap Propinsi Sumatera Utara

Kota Medan termasuk hirarki pusat pelayanan primer melayani wilayah Propinsi Sumatera Utara, wilayah Sumatera bagian utara dan wilayah nasional atau internasional. Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya diarahkan sebagai pusat kegiatan sekunder dan tersier bagi Propinsi Sumatera Utara dengan fungsi utama : pusat pemerintahan propinsi, pusat perdagangan dan jasa regional, pusat distribusi dan kolektor barang dan jasa regional, pusat pelayanan jasa pariwisata, pusat transportasi (darat, laut, udara regional), pusat pendidikan tinggi, pusat industri. C. Kota Medan dalam Konstelasi Mebidang

Kota Medan terletak dalam konstelasi kota-kota di Mebidang yakni :

1)Kota Binjai, merupakan persimpangan jalan menghubungkan Medan dengan Kota Banda Aceh, Stabat dan Bukit Lawang.

2)Diski, merupakan pusat kegiatan diantara Kota Medan dan Binjai (jalan arteri Medan-Binjai), berpotensi dikembangkan sebagai salah satu permukiman komuter.


(47)

3)Kota Stabat, merupakan persimpangan jalan menuju ibu kota Kabupaten Langkat berpotensi dikembangkan sebagai salah satu kawasan permukiman di metropolitan Mebidang.

4)Pancur Batu, merupakan jalur masuk komoditas pertanian dari arah Kabupaten Karo berpotensi sebagai pusat koleksi distribusi produk pertanian.

5)Tanjung Morawa, posisinya sangat strategis berada diantara Kota Medan-Lubuk Pakam dengan adanya kawasan industri, terletak pada persimpangan jalan tol ke Tebing Tinggi, sangat potensial dikembangkan sebagai salah satu pusat kota.

6)Lubuk Pakam, merupakan persimpangan ke Sei Rampah (ibu kota Kabupaten Serdang Bedagai), Pantai Cermin, dan Galang. Kota Lubuk Pakam tumbuh secara linier disepanjang jalan arteri. Dimasa mendatang menjadi kota yang sangat penting sebagai kota yang terdekat dengan Bandara Udara Kuala Namu.

Perkembangan kegiatan di Mebidang menunjukkan pola perkembangan mengarah pola memanjang dari Kota Medan-Binjai. Pada koridor tersebut menunjukkan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi. Diharapkan sektor perdagangan bersifat internasional linkage memanfaatkan lahan di utara untuk pengembangan cluster industries capital intensif, logistic management, trade international activity sebagai daya dukung pelabuhan Belawan.

Sedangkan bussines activity dan service lainnya serta pelayanan kebutuhan regional untuk Sumatera Utara dan sekitarnya dipusatkan di wilayah selatan, sebagian besar permukiman dan jasa pelayanan kota. Diharapkan jasa pelayanan international trade di utara dan pelayanan lokal regional di selatan. Pergeseran Kota


(48)

Medan (termasuk metropolitan Mebidang) untuk industri bersifat labor intensif berikut penyediaan ruang untuk permukiman wilayah luar Kota Medan yakni Deli Serdang.

D. Kota Medan dengan Daerah Sekitarnya

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumberdaya alam khususnya perkebunan dan kehutanan selain Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lainnya secara ekonomi diharapkan mengembangkan kerjasama dan kemitraan sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Selain itu sepanjang wilayah utara berbatasan dengan Selat Malaka merupakan salah satu wilayah jalur lalu lintas terpadat di dunia sehingga memiliki posisi strategis kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan, mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

IV.5 Kondisi Fisik Kecamatan Medan Sunggal 1. Dasar Hukum

Kecamatan Medan Sunggal pemekaran Dati-II Deli Serdang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tanggal 9 Mei 1973 terdiri dari 11 kelurahan


(49)

(Tanjung Rejo, Babura, Sei Sikambing B, Sunggal, Simpang Tanjung, Lalang, Tanjung Gusta, Cinta Damai, Sei Sikambing C-II, Dwikora, Helvetia).

Berdasarkan surat keputusan Gubernur Dati-I Sumatera Utara Nomor 138/28/K tahun 1984 tentang pembentukan 10 perwakilan kecamatan yakni Sunggal (Kelurahan Tanjung Rejo, Babura, Sei Sikambing B, Sunggal, Simpang Tanjung, Lalang) menjadi kecamatan induk dan perwakilan Kecamatan Medan Sunggal I (Kelurahan Tanjung Gusta, Cinta Damai, Sei Sikambing C-II, Dwikora, Helvetia).

Dilanjutkan SK Gubsu Nomor 140/4078/K/1978 tentang pemekaran Kelurahan Helvetia menjadi Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, wilayahnya merupakan perwakilan Kecamatan Medan Sunggal I (14 kelurahan).

Kemudian SK Gubsu Nomor 138/402/K Tahun 1992 tentang penataan dan perubahan 10 perwakilan Kecamatan Medan Sunggal I menjadi perwakilan Kecamatan Medan Helvetia. Peraturan Pemerintah Nomor 50/1991 tanggal 31 Oktober 1991 perwakilan Kecamatan Medan Helvetia menjadi Kecamatan Medan Helvetia.

Sejak itu Kecamatan Medan Sunggal bagian Kota Medan hingga sekarang, menjadi kecamatan mandiri. Awalnya Kecamatan Medan Sunggal bergabung dengan Medan Baru dan Medan Polonia.

2. Wilayah Administrasi

Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan. Secara administratif batas wilayah Kecamatan Medan Sunggal :


(50)

a.Sebelah utara berbatasan Kecamatan Medan Helvetia b.Sebelah selatan berbatasan Kecamatan Medan Selayang c.Sebelah barat berbatasan Kabupaten Deli Serdang

d.Sebelah timur berbatasan Kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.3 berikut ini.

Wilayah administrasi Kecamatan Medan Sunggal seluas 1.411,60 Ha terbagi atas 6 kelurahan. Adapun luas wilayah tiap kelurahan adalah sebagai berikut. Sunggal 34,92%, Tanjung Rejo 25,04%, Sei Sikambing B 23,14%, Lalang 8,86%, Babura 5,74%, Simpang Tanjung 2,30%.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.1 dan Gambar IV.4 berikut ini.

Tabel IV.1 : Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Medan Sunggal

No. Kelurahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanjung Rejo 353,50 25,04

2 Babura 81,00 5,74

3 Simpang Tanjung 325,00 2,30

4 Sei Sikambing B 326,70 23,14

5 Sunggal 492,90 34,92

6 Lalang 125,00 8,86

Kec. Medan Sunggal 1.411,60 100,00


(51)

Lalang (8,86%)

Sunggal (34,92%)

Sei Sikambing B(3,14%) Simpang Tanjung

(2,30%)

Tanjung Rejo (25,04%)

Babura (5,74%)

Tanjung Rejo Babura Simpang Tanjung Sei Sikambing B Sunggal Lalang

Gambar IV.4 Luas Wilayah Administrasi

Kecamatan Medan Sunggal 3. Topografi, Letak dan Jarak

Jenis tanah di Kecamatan Medan Sunggal termasuk daerah gambut dengan area kemiringan tanah 4–8%.

Kecamatan Medan Sunggal terletak antara 30 - 32’ LU, dan 980 - 38’ BT.

Ketinggian Kecamatan Medan Sunggal terletak 15 m diatas permukaan laut. Jarak tempuh setiap kelurahan dari kantor lurah ke kantor camat rata-rata 2,7

km yakni Tanjung Rejo 5 km, Babura 4 km, Simpang Tanjung 3 km, Sei Sikambing B 1,5 km, Sunggal 1 km, dan Lalang 2 km.

IV.6 Evaluasi Penyebaran Penduduk

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) jumlah penduduk yang besar menjadi modal, efektif bagi pembangunan masyarakat bila pengembangannya berkualitas baik. Namun pertumbuhan yang pesat sulit meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Berarti penduduk yang besar dengan


(52)

kualitas yang tinggi tidak mudah dicapai. Program kependudukan Kota Medan meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang, pegembangan potensi penduduk, modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

1. Jumlah Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan penyebaran penduduk tercapai optimal berdasarkan keseimbangan jumlah penduduk, daya dukung, daya tampung lingkungan. Penyebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan menimbulkan masalah sosial yang kompleks dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

0 50 100 150

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

J

u

m

la

h

(o

ra

n

g

)

Gambar IV.5 Jumlah Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005

Dari Gambar IV.5 penyebaran jumlah penduduk tahun 1995/2005 tidak stabil. Tahun 1995/1998 meningkat, tahun 1999 menurun, tahun 2000/2005 meningkat. Tahun 1995 sebanyak 98.102 jiwa, tahun 2005 menjadi 107.948 jiwa. Penurunan jumlah


(53)

penduduk tiap kelurahan tahun 1999 dan 2000. Disebabkan tingginya mobilitas penduduk tinggal di luar kawasan. Harga lahan lebih murah dari pada dekat pusat kota. Sehingga developer memilih mengembangkan usahanya dibidang penyediaan perumahan di pinggiran kota daripada dekat pusat kota.

Berikut ini rincian penyebaran penduduk tiap kelurahan. Di Tanjung Rejo tahun 1995/1998 meningkat, tahun 1999 menurun, tahun 2000/2005 normal. Tahun 1995 28.617 jiwa, tahun 2005 menjadi 30.058 jiwa. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.5a berikut ini.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

Ju

m

la

h

(o

ra

n

g

)

Gambar IV.5a Jumlah Penduduk Kel.Tanjung Rejo Thn.1995/2005

Demikian Sei Sikambing B dan Sunggal menurun tahun 1999. Tahun 1995 dari 21.562 jiwa menjadi 22.774 jiwa tahun 2005, Sunggal 17.543 jiwa tahun 1995 menjadi 25.679 jiwa tahun 2005. Jelasnya pada Gambar IV.5b dan IV.5c berikut ini.


(54)

0 5000 10000 15000 20000 25000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun J um lah ( o rang)

Gambar IV.5b Jumlah Penduduk Kel.Sei Sikambing B Thn.1995/2005

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun J um lah ( or a ng)

Gambar IV.5c Jumlah Penduduk Kel.Sunggal Thn.1995/2005

Di Babura dan Simpang Tanjung tahun 1995/1999 berfluktuasi. Namun tahun 2000 menurun, selanjutnya normal. Dari 15.305 jiwa tahun 1995 di Babura menjadi 10.384 jiwa tahun 2005 dan di Simpang Tanjung dari 1.816 jiwa tahun 1995 menjadi 1.027 jiwa tahun 2005. Jelasnya pada Gambar IV.5d dan IV.5e berikut ini.


(55)

0 5000 10000 15000 20000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun J um lah ( or a ng)

Gambar IV.5d Jumlah Penduduk Kel.Babura Thn.1995/2005

0 500 1000 1500 2000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun J um lah ( or ang)

Gambar IV.5e Jumlah Penduduk Kel.Simpang Tanjung Thn.1995/2005

Di Lalang tahun 1995/1998 meningkat, tahun 1999 menurun, tahun 2000 meningkat hingga 2005 normal. Tahun 1995 dari 13.259 jiwa menjadi 18.026 jiwa tahun 2005. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.5f berikut ini.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun J u m la h (o ra n g )


(56)

2. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan hasil perhitungan data jumlah penduduk dan luas wilayah tiap kelurahan, terlihat pola distribusi kepadatan penduduk tahun 1995/2005 :

a) Kepadatan penduduk 84-256 jiwa/Ha di Tanjung Rejo, Babura, Lalang.

b) Kepadatan penduduk 73-83 jiwa/Ha di Simpang Tanjung, Sei Sikambing B, Sunggal.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.6 berikut ini. Pola komposisi kepadatan penduduk tahun 1995/2005, penurunan kepadatan penduduk di Babura dan Simpang Tanjung, peningkatan kepadatan penduduk di Tanjung Rejo, Sei Sikambing B, Sunggal, Lalang, menunjukkan penduduk memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih murah dibanding dekat pusat kota.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.2 berikut ini. Tabel IV.2 Kepadatan Penduduk Kec.Medan Sunggal Thn.1995/2005

Kelurahan Kec.

Tahun Tanjung Babura Simpang Sei Sunggal Lalang Medan

Rejo Tanjung Sikambing B Sunggal

1995 81 189 56 66 36 106 69

1996 82 191 56 67 36 107 70

1997 82 192 55 67 36 108 71

1998 83 194 55 68 37 109 71

1999 56 179 58 47 32 94 56

2000 92 114 32 65 50 221 82

2001 87 113 31 68 49 130 73

2002 89 115 32 70 50 132 75

2003 86 122 32 69 52 137 75

2004 86 124 32 77 52 139 76


(57)

Sumber : Kantor Lurah se Kec. Medan Sunggal

IV.7 Evaluasi Penyebaran Fasilitas

Kegiatan sosial biasanya dilakukan diluar belajar seperti belanja, rekreasi, olah raga, dan lain-lain. Bermacam-macam sarana dan kegiatan sosial sehari-hari.

1. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana mencerdaskan bangsa. Sehingga berhasil tidaknya pembangunan bangsa dipengaruhi tingkat pendidikan penduduk. Semakin maju penduduk membawa pengaruh bagi masa depan berbagai bidang kehidupan.

A. Gedung Sekolah Dasar

Tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal penyebaran gedung sekolah dasar (SD Negeri, SD Inpres, SD swasta), tiap kelurahan yakni tahun 2005 gedung SD terbanyak di Tanjung Rejo 13 unit dan sedikit di Simpang Tanjung hanya 1 unit. Diharapkan bertambah gedung SD sehingga penduduk menyekolahkan anaknya tidak jauh dari tempat kediamannya sekaligus mengurangi beban hidup. Diperkirakan perbandingan jumlah SD dan murid di Kota Medan 1 : 327. Sedangkan perbandingan jumlah guru dan murid diperkirakan 1 : 24 dengan rasio terbesar 1 : 31 dan rasio terkecil 1 : 21 (Tabel IV.1 dan Gambar IV.1 terlampir).


(58)

B.Gedung SLTP

Tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal penyebaran gedung SLTP (SLTPN, SLTP swasta) terbanyak di Sunggal 8 unit, sedikit di Simpang Tanjung dan Tanjung Rejo namun di Babura tidak ada. Tahun mendatang diharapkan gedung SLTP di Babura terbangun, Simpang Tanjung dan Tanjung Rejo bertambah. Diperkirakan perbandingan jumlah SLTP dan murid di Kota Medan 1 : 348. Perbandingan jumlah guru dan murid 1 : 14 (Tabel IV.2 dan Gambar IV.2 terlampir).

C. Gedung SLTA

Penyebaran gedung SLTA tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal SLTA Negeri (kejuruan dan umum) dan SLTA swasta (kejuruan dan umum) meningkat setiap tahun pada daerah tertentu namun di Babura tidak terdapat. Tahun 2005 jumlah SLTA terbanyak di Sunggal 6 unit, paling sedikit di Tanjung Rejo dan Simpang Tanjung 1 unit.

Diharapkan pemerintah memprioritaskan pembangunan gedung SLTA ke pinggiran kota agar SLTA di pusat kota tidak rebutan pelajar mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Akhirnya mengganggu proses kegiatan belajar mengajar dan aktivitas penduduk lainnya. Namun perlu diperhatikan tidak hanya segi kuantitas yang ditingkatkan namun kualitas juga. Diperkirakan perbandingan jumlah SLTA dan murid di Kota Medan 1 : 424. Sedangkan perbandingan jumlah guru dan murid 1 : 14 (Tabel IV.3 dan Gambar IV.3 terlampir).


(59)

2. Sarana Ibadah

Tempat ibadah wadah bagi terwujudnya kehidupan beragama. Dari data yang dikumpulkan tahun 1995/2005 menunjukkan tempat peribadatan bertambah setiap tahun. Sebagian besar penduduk beragama Islam karena fasilitas yang ada sebagian besar diperuntukkan bagi penduduk yang menganut agama Islam dan jumlahnya pun meningkat setiap tahun seperti mesjid pada tahun terakhir sebanyak 67 unit, langgar sebanyak 12 unit.

Tahun 2005 penyebaran mesjid terbanyak di Sei Sikambing B 19 unit dan langgar terbanyak di Sunggal 4 unit namun di Tanjung Rejo dan Simpang Tanjung tidak ada. Penganut agama terbanyak setelah agama Islam adalah agama Kristen dengan jumlah gereja 24 unit terbanyak di Tanjung Rejo paling sedikit di Sei Sikambing B dan Sunggal 2 unit. Namun di Simpang Tanjung tidak terdapat. Sedangkan fasilitas ibadah lainnya kelenteng/vihara 17 unit yang banyak di Lalang dan sedikit di Tanjung Rejo namun di Babura, Simpang Tanjung, Sei Sikambing B, tidak terdapat (Tabel IV.4 dan Gambar IV.4 terlampir).

3. Sarana Kesehatan

Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik akan memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif.


(60)

A.Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA

Penyebaran sarana kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 belum merata dengan rumah sakit 2 unit di Sei Sikambing B dan Lalang 1 unit. Puskesmas hanya 2 unit di Sunggal dan Lalang. Namun BPU merata tiap kelurahan namun tidak terdapat di Babura, terbanyak di Sunggal 6 unit dan sedikit di Simpang Tanjung hanya 1 unit. BKIA merata disetiap kelurahan namun di Simpang Tanjung tidak ada (Tabel IV.5 dan Gambar IV.5 terlampir).

B. Posyandu

Penyebaran posyandu tahun 1995 di Kecamatan Medan Sunggal 65 unit, meningkat tahun 2005 69 unit tersebar tiap kelurahan. Terbanyak di Tanjung Rejo 18 unit dan di Simpang Tanjung hanya 1 unit. Tahun mendatang diharapkan pemerintah khususnya Dinas Kesehatan mengembangkan posyandu agar kesehatan ibu dan anak serius ditangani sehingga jumlah kematian ibu dan anak berkurang sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Tabel IV.6 dan Gambar IV.6 terlampir).

4. Ekonomi, Industri dan Perdagangan

Aktivitas ekonomi merupakan salah satu kunci penentu pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dan pola produksi dan konsumsi berdampak pada isu-isu lingkungan dan kinerja lingkungan hidup. Implikasi penggunaan energi dan sumberdaya alam lainnya menghasilkan pencemaran udara, limbah cair dan padat.


(61)

Keberlanjutan pembangunan sangat tergantung pada evolusi stok, kualitas sumberdaya alam dan modal alam. Pertumbuhan ekonomi juga memberi peluang untuk mengalokasikan anggaran belanja publik untuk perkembangan lingkungan hidup, subsidi pada usaha yang mempunyai produk dan teknologi ramah lingkungan.

Perekonomian mempunyai pengaruh besar terhadap pola penduduk dan konsumsi pada akhirnya berkelanjutan. Pembangunan penduduk juga sebagai penentu kondisi lingkungan dan kecendrungannya masa mendatang. Kepadatan penduduk berimplikasi pada intensitas aktivitas manusia. Dengan demikian secara umum pertumbuhan penduduk merupakan faktor penataan sumberdaya alam dan sekaligus sumberdaya alam buatan (infrastruktur, fasilitas umum, fasilitas sosial).

Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report) tahun 1990 mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk membuat manusia mampu memenuhi lebih banyak pilihan. Pembangunan manusia lebih dari sekedar perkembangan ekonomi tapi tidak anti perkembangan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pembangunan ekonomi bukan tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi tujuan akhir memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Namun tidak ada hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.

A. Perusahaan Industri Besar/Sedang, Kecil, dan Rumah Tangga Perusahan industri pengolahan dibagi dalam 4 (empat) golongan : a)Industri besar, tenaga kerja 100 orang atau lebih


(62)

c)Industri kecil, tenaga kerja antara 5-19 orang. d)Industri rumah tangga, tenaga kerja 1-4 orang.

Penyebaran eksisting perusahaan kecil dan rumah tangga di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 meningkat, terbanyak tahun 2005 industri rumah tangga 50 unit di Lalang, Simpang Tanjung 1 unit, namun Babura tidak terdapat. Perusahaan industri kecil merata 20 unit terbanyak di Sunggal, Babura 1 unit. Perusahaan industri besar/sedang 7 unit di Sunggal 4 unit, Tanjung Rejo 1 unit. Babura, Simpang Tanjung, Lalang tidak terdapat (Tabel IV.7 dan Gambar IV.7 terlampir).

B. Pasar dan Pertokoan

Pasar merupakan sarana perdagangan yang penting sebagai pusat koleksi distribusi barang bagi wilayah yang dilayani. Penyebaran pasar dan pertokoan di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 Tanjung Rejo, Sunggal, Lalang 1 unit namun Babura, Simpang Tanjung, Sei Sikambing B tidak ada.

Tahun 1998/2005 meningkat di Tanjung Rejo 2 unit. Untuk skala kecamatan pasar di 3 kelurahan. Penyebaran pertokoan tahun 1995 di Tanjung Rejo, Sunggal, Lalang, tahun 2005 menyebar di Simpang Tanjung, Sei Sikambing B, Sunggal, Lalang, dan Babura tidak ada. Diharapkan tahun mendatang merata (Tabel IV.8 dan Gambar IV.8 terlampir).


(63)

C. Tempat Pencucian Mobil (Doorsmer)

Penyebaran doorsmer di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 meningkat 24 unit menjadi 28 unit, tahun 2005 terbanyak di Lalang, sedikit di Babura 2 unit. Namun di Simpang Tanjung tidak ada (Tabel IV.9 terlampir).

D. Bengkel Sepeda Motor dan Mobil

Penyebaran bengkel sepeda motor dan mobil di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 meningkat, terbanyak bengkel mobil 73 unit, terbanyak di Lalang sedikit di Simpang Tanjung. Bengkel sepeda motor 53 unit, di Simpang Tanjung tidak ada terbanyak di Tanjung Rejo 15 unit, di Babura 5 unit (Tabel IV.10 dan Gambar IV.9 terlampir).

E. Lembaga Keuangan

Realisasi penerimaan rutin Kota Medan terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan penerimaan urusan kas dan perhitungannya (berasal dari sisa anggaran tahun sebelumnya). Pengeluaran rutin untuk pembayaran belanja pegawai. Peranan bank menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Sangat penting mendukung program pembangunan dan memperlancar bank yang ada di Kota Medan telah menyalurkan kredit yang cukup besar dari lapangan usaha pertanian, industri perdagangan, listrik, gas, air, konstruksi, angkutan, jasa perusahaan, jasa sosial dan lapangan usaha lainnya.

Penyebaran di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005, bank lebih banyak dari koperasi, namun mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2005 bank


(64)

11 unit, terbanyak di Simpang Tanjung, sedikit di Tanjung Rejo dan Sunggal, namun tidak terdapat di Babura dan Sei Sikambing B. Koperasi hanya 2 unit terdapat di Tanjung Rejo dan Simpang Tanjung 1 unit (Tabel IV.11 dan Gambar IV.10 terlampir).

5. Fasilitas Rekreasi, dan Hiburan

A. Rumah Makan/Restoran dan Warung Minum

Penyebaran rumah makan/restoran dan warung minum di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 tersebar merata disetiap kelurahan dan mengalami peningkatan setiap tahun. Penyebaran tahun 2005 restoran/rumah makan 131 unit lebih banyak dari warung minum 107 unit. Penyebaran rumah makan/restoran terbanyak di Lalang 45 unit, di Simpang Tanjung 3 unit. Penyebaran warung minum terbanyak di Lalang 26 unit, di Simpang Tanjung 2 unit. Karena pada daerah ini mobilitas pengunjung lebih banyak dibanding daerah lainnya, merupakan jalur jaringan ke Binjai, terpadat pada jam-jam tertentu, juga terdapat terminal Pinang Baris tempat berkumpulnya angkutan umum (Tabel IV.12 dan Gambar IV.11 terlampir).

B. Panti Pijat Tradisional dan Praktek Dukun Patah

Di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/1997 hanya praktek dukun patah 3 unit di Tanjung Rejo, Sunggal, dan Lalang 1 unit. Namun tahun 1998/2004 penyebaran panti pijat hanya di Tanjung Rejo 2 unit dan tahun 2005 meningkat di Sei


(65)

Sikambing B dan Sunggal. Praktek dukun patah meningkat 4 unit selain di Tanjung Rejo, Sunggal 1 unit dan di Lalang 2 unit (Tabel IV.13 dan Gambar IV.12 terlampir).

C. Tempat Video Game dan Penyewaan Kaset Video/VCD

Penyebaran fasiltas ini meningkat setiap tahun. Hingga tahun 2005 sebanyak 14 dan 13 unit. Penyebaran tempat video game terbanyak di Lalang 5 unit, sedikit di Tanjung Rejo 1 unit, namun di Babura dan Simpang Tanjung tidak ada. Penyewaan kaset video/VCD lebih banyak di Lalang 4 unit, sedikit di Babura 1 unit, namun di Simpang Tanjung tidak ada (Tabel IV.14 dan Gambar IV.13 terlampir).

D. Salon Kecantikan

Di Kecamatan Medan Sunggal dari tahun 1995/2005 merata setiap kelurahan dan jumlahnya berfluktuasi. Hingga tahun 2005 sebanyak 66 unit, terbanyak di Tanjung Rejo, di Simpang Tanjung hanya 1 unit (Tabel IV.15 dan Gambar IV.14 terlampir).

E. Hotel dan Losmen

Industri pariwisata tidak dapat berkembang baik jika tidak didukung oleh fasilitas yang memadai, secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari segi kualitatif terlihat meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah akomodasi meningkat. Pengaruh yang kuat dari usaha nyata dan sistematis terhadap perkembangan pariwisata diketahui dari perkembangan wisatawan yang berkunjung.


(66)

Penyebaran hotel dan losmen tahun 1995/2005 di Kecamatan Medan Sunggal menurun. Namun losmen sanggup bertahan hingga tahun 2005, 1 unit terdapat di Lalang. Akibat krisis moneter dan kerusuhan yang terjadi sangat mengganggu wisatawan yang berkunjung hingga sekarang belum berhasil pulih. Namun Dinas Pariwisata dengan program kepariwisataannya diharapkan wisatawan kembali berkunjung namun keamanan pun hendaknya perlu ditingkatkan. Sehingga wisatawan tidak lagi ragu untuk berkunjung (Tabel IV.16 dan Gambar IV.15 terlampir).

Penyebaran seluruh fasilitas terlihat pada Gambar IV.7 berikut ini. IV.8 Evaluasi Jaringan Jalan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1980 tentang jalan, membedakan jalan umum dan jalan khusus. Jaringan jalan umum di Indonesia dibagi atas jaringan jalan primer dan sekunder. Jaringan jalan primer menghubungkan kota-kota besar maupun kecil, desa-desa dan pedalaman. Jaringan jalan sekunder terdiri atas jalan-jalan dalam kota dan desa kecuali jalan kota yang diklasifikasikan sebagai ruas jalan primer. Jalan menurut fungsinya menjamin efisiensi pelayanan transportasi dari lokasi produksi ke pusat pemasaran dan sebaliknya. Sistem jaringan transportasi terdiri dari Jalan Arteri (lalu lintas jarak jauh kecepatan tinggi, dibatasi secara efisien), Jalan Kolektor (angkutan setempat jarak dekat, kecepatan rendah, tidak dibatasi) dan Jalan Lokal (angkutan setempat jarak dekat, kecepatan rendah, tidak dibatasi).


(67)

Pembagian jalan menurut status yakni Jalan Nasional (jalan umum, pembinaannya tanggung jawab Pemerintah Pusat), Jalan Propinsi (jalan umum, pembinaannya tanggung jawab Pemerintah Propinsi), Jalan Kabupaten dan Kota (jalan umum, pembinaannya tanggung jawab Pemda termasuk jalan yang menghubungkan antar kelurahan).

Menurut fungsinya jalan di Kota Medan terdiri dari jalan arteri primer, kolektor sekunder dan jalan tol. Sistem jaringan jalan melingkar untuk menampung pergerakan lalu lintas di bagian selatan dan pola linier untuk melayani pergerakan antara pusat kota dengan pelabuhan Belawan. Saat ini pelaksanaan pembangunan jaringan jalan lingkar luar (outer ring road) dan lingkar dalam (inner ring road), peningkatan dan pelebaran jalan kota. Untuk mengarahkan perkembangan kota ke arah utara dibangun jalan tol Belmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa).

Sehingga status perkembangan jalan (tahun 2002/2004) bertambah panjang, jalan propinsi 14,5% dan jalan kota 0,7%. Sedangkan akhir tahun 2004 panjang jalan 3.111,04 Km dengan 72,27% kondisi baik, 17,56% sedang dan 10,17% rusak.

Pola jaringan jalan pada daerah pusat Kota Medan berbentuk grid, sedangkan pinggiran kota radial. Jalan utama sebagai koridor dalam kota, koridor luar menghubungkan daerah pinggiran kota dan pusat kota Jl.Kol.Yos Sudarso, Jl.Putri Hijau, Jl.Krakatau (penghubung daerah utara dengan pusat kota), Jl.Letda Sujono (penghubung daerah timur dengan pusat kota), Jl.Gatot Subroto (penghubung daerah barat dengan pusat kota), Jl.S.M Raja, Jl.Brigjend Katamso, Jl.Jamin Ginting (penghubung daerah selatan dengan pusat kota).


(1)

IV.10 Hasil Pembahasan

Pengembangan wilayah kota dan pinggiran, berimbang pertumbuhannya dengan kota/wilayah pengaruhnya. Seperti kawasan MMA, Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Bagian Utara, dan wilayah nasional. Sehingga terjalin kerja sama dan koordinasi yang harmonis dalam sistem kota. Kota Medan berkembang menjadi kutub pengembangan bagi sistem kota/wilayah belakang, pola perwilayahan/ regionalisasi Kota Medan terbentuk dengan wilayah pengaruhnya.

Dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan menjadi ruang kegiatan fungsional menciptakan perimbangan antara ruang kegiatan berdasarkan penataan penggunaan lahan. Pengoptimalan pemanfaatan menciptakan ruang kegiatan yang seimbang sehingga penataan penggunaan lahan menumbuhkan segala potensi lokal dan regional.

Perkembangan penduduk menjadi permasalahan antara penyediaan tanah dan pemukiman penduduk, terutama dibagian pusat kota. Namun distribusi penduduk merupakan cara taktis memperkecil masalah kependudukan. Diarahkan menurut pendekatan ruang kegiatan agar dibagian pusat kota terjadi pengurangan kepadatan dan terdistribusi di wilayah baru yang dikembangkan sebagai pemukiman ideal.

Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2008/2016, perkembangan kegiatan perkotaan di Kecamatan Medan Sunggal cenderung ke kawasan perbatasan yakni perkembangan perumahan, perdagangan dan industri. Sehingga kawasan permukiman berkembang dengan pusat-pusat pelayanan


(2)

yang berkembang secara alamiah. Dan terjadi perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota akibatnya berubah fungsi lahan dengan nilai ekonomis rendah ke nilai lahan yang lebih tinggi.

Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, kegiatan pembangunan perkotaan di Kecamatan Medan Sunggal yang terjadi saat ini telah sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang ada. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar III.3


(3)

BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran bab I sampai bab IV kesimpulan sebagai berikut : 1) Perkembangan pola tata guna lahan merupakan perpaduan antara zona konsentris

dan sektor menjadi konsektoral di Kecamatan Medan Sunggal dengan jaringan transportasi dan jalan raya memperpanjang pola penggunaan lahan berkembang pusat-pusat baru termasuk transportasi dan ekonomi yang menambah dimensi baru peruntukan lahan.

2) Penurunan jumlah penduduk terlihat disetiap kelurahan terjadi antara tahun 1999 dan 2000. Ini disebabkan karena tingginya mobilitas penduduk untuk menjual tanahnya dan tinggal di luar kecamatan tersebut.

3) Pola distribusi kepadatan penduduk tahun 2005, kepadatan penduduk 84-256 jiwa/Ha di Kelurahan Tanjung Rejo, Babura, Lalang. Kepadatan penduduk 73-83 jiwa/Ha di Kelurahan Simpang Tanjung, Sei Sikambing B, Sunggal.

4) Pola komposisi kepadatan penduduk tahun 1995/2005 mengalami perubahan, terjadi penurunan kepadatan penduduk di Kelurahan Babura, Simpang Tanjung dan peningkatan kepadatan penduduk di Kelurahan Tanjung Rejo, Sei Sikambing B, Sunggal, Lalang.

5) Penyebaran fasilitas dan utilitas di Kecamatan Medan Sunggal tahun 1995/2005 memanjang jaringan transportasi.


(4)

6) Sistem sirkulasi Kota Medan dan Kecamatan Medan Sunggal termasuk pola jaringan jalan Grid.

7) Tahun 2005 setelah pembangunan jalan di Kecamatan Sunggal telah terjadi perubahan peruntukan lahan disepanjang ruas jalan dari lahan permukiman/ perkampungan, pertanian dan perusahaan menjadi perumahan/perdagangan.

8) Berdasarkan penelitian yang dilakukan perubahan peruntukan lahan sepanjang ruas jalan di Kecamatan Medan Sunggal telah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kota Medan Tahun 2008/2016.

V.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, diperoleh rekomendasi sebagai berikut : 1)Peningkatan fasilitas transportasi dapat mengubah kawasan dan terjadi perubahan

peruntukan lahan yang bermanfaat dan berdaya guna bila pengendaliannya diupayakan.

1) Agar peruntukan lahan tepat sasaran hendaknya masyarakat dan pemerintah dalam membangun kawasan tetap berpedoman pada peraturan dan arahan kebijaksanaan yang telah ada sehingga peruntukan lahan dapat berdaya guna dan berhasil guna. 2) Hendaknya setiap kecamatan membuat evaluasi peruntukan lahan sehingga pihak

stakeholder, swasta dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan berdasar-kan arahan kebijaksanaan yang telah ditentuberdasar-kan bersama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alessandro Aurigi dan Stephen Graham : “Virtual Cities, Social Polarisation And

The Crisis In Urban Public Space”, Centre for Urban Technology Department

of Town and Country Planning University of Newscastle upon Tyne Ne1 7RU, 1997.

Dane County Regional Planning Commision : Jurnal ”Land Use And Transportation

Plan” .

Edward A. Beimborn : ”A Transportation Modeling Primer” Center for Urban Transportation Studies University of Wisconsin-Milwaukee , 1995.

George Xian, William Axevado, Jess Nelson : ”Urban Development In The Chicago

A Dynamic Model Study”, 2000.

Hadi Sabari Yunus : “Struktur Tata Ruang Kota” penerbit Pustaka Pelajar, 1999. Hernan A. Makse Research : ”Urban Growth” , 1995.

John M. Echols dan Hassan Shadily : “Kamus Inggris-Indonesia”, PT. Gramedia Jakarta.

Morris, AEJ : ”History of Urban Form”, 1979.

Mark Graham Research : ”Transportation And Urban Form ; Interrelations in

Bowling Green Kentucky”, 2003.

Nikos A. Salingaros : ”Theory Of The Urban Web”, Division of Mathematics, University of Texas at San Antonio, Texas USA, 2000.

Ofyar Z. Tamin dan Russ Bona Frazila : ”Penerapan Konsep Interaksi Tataguna

Lahan-Sistem Transportasi Dalam Perencanaan Sistem Jaringan Transportasi dalam jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota”, 1998.

Pemerintah Negara Republik Indonesia : “Undang-undang No. 24 Tahun 1992”, Tentang Penataan Ruang, Bagian Penjelasan, 1992.

Pemerintah Negara Republik Indonesia : ”Undang-undang No. 25 Tahun 1999”,


(6)

Pemerintah Negara Republik Indonesia : ”Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

2000”, Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai

Daerah Otonomi, Bagian Penjelasan, 2000.

Porwadarminto, WJS : ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Erlangga Jakarta, 2000. Pemerintah Kotamadya Daerah Tk-II Medan : ”Rencana Umum Tata Ruang Kota

(RUTRK) Kotamadya Daerah Tk-II Medan”, 2005.

Pemerintah Kota Medan : ”Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan

Tahun 2016”, 2008.

Richard Bolan, Thomas Luce, Hin Kan Lam : Jurnal ”Can Urban Growth be

Contained”, 1997.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian : ”Metode Penelitian Survei”, LP3ES, 1989. Suwardjono Warpani : ”Analisa Kota dan Daerah”, ITB Bandung, 1980.