Penentuan Narasumber Analisis Data

V. PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab- bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya penegakan hukum terhadap praktik kedokteran ilegal yang dilakukan oleh dokter palsu ini adalah menggunakan hukum pidana penal dan non penal. Non penal artinya secara preventif yaitu pencegahan sebelum terjadinya kejahatan yang lebih ditekankan dengan mengadakan sosialisasi atau pelatihan di bidang kesehatan khususnya praktik kedokteran dan dokter palsu terhadap masyarakat. Sedangkan penal artinya secara represif yaitu pemberantasan setelah terjadinya kejahatan yaitu dengan memproses laporan yang masuk, tindakan represif yang dimaksudkan dalam kasus praktik kedokteran ilegal oleh dokter palsu ini adalah setiap proses peradilan hukum pidana mulai dari tahap formulasi, tahap aplikasi, hingga tahap eksekusi. Namun dalam hal ini belum maksimal karena adanya keterbatasan yang dialami oleh aparat penegak hukum. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya pembuktian karena dampak yang ditimbulkan dari praktik kedokteran dokter palsu terhadap pasien tidak secara langsung. Akibatnya aparat penegak hukum tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga dalam melaksanakan tugasnya bersifat pasif yaitu menunggu laporan dari masyarakat yang dirugikan secara langsung. 2. Penegakan hukum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor- faktor penghambat penegakan hukum terhadap praktik kedokteran ilegal yang dilakukan oleh dokter palsu adalah, faktor hukumnya sendiri perundang- undangan, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ini belum menjelaskan definisi dari praktik kedokteran dengan jelas. Faktor penegak hukum, aparat penegak hukum yang kurang profesional dan kurang memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan praktik kedokteran, selain itu juga beberapa instansi berwenang juga masih belum bisa bertindak kooperatif dengan para aparat penegak hukum. Faktor lainnya juga yaitu faktor sarana atau fasilitas, tanpa adanya sarana dan prasarana proses penegakan hukum akan menghambat proses penegakan hukumnya. Selanjutnya faktor yang paling mempengaruhi dalam kasus dokter palsu ini yaitu faktor masyarakat. Masyarakat dianggap masih kurang memiliki kesadaran hukum terhadap kasus dokter palsu ini.

b. Saran

Selain kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, penulis akan memberikan beberapa saran berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Pihak berwenang diharapkan dapat bersifat proaktif dalam menyikapi maraknya kasus dokter palsu yang menjalankan praktik kedokteran serta meningkatkan pemahaman dan kinerja dalam mencegah pendirian praktik kedokteran ilegal oleh dokter palsu. Peran pengawasan pemerintah terkait praktik kedokteran ilegal tersebut harus terlebih dahulu ditingkatkan untuk menghindari terjadinya pelanggaran-pelanggaran. 2. Aparat penegak hukum diharapkan dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan selaku instansi yang memiliki wewenang pengawasan dan IDI Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi profesi. Hal ini diharapkan dapat menutupi kelemahan aparat penegak hukum yang kurang memahami wawasan terkait hal-hal yang berhubungan dengan kedokteran. Selain itu juga Dinas Kesehatan dan IDI Ikatan Dokter Indonesia diharapkan untuk lebih efektif dalam melakukan pengawasan dan pembinaan dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat terkait pengetahuan tentang dokter palsu dan bahaya dari mengunjungi praktik kedokteran ilegal yang dijalankan oleh dokter palsu, sehingga kesadaran hukum masyarakat juga dapat lebih baik. Sehingga masyarakat juga dapat menjadi pasien yang lebih pintar dan dapat memahami betul akan masalah kesehatan serta memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan yang memadai agar dapat terjamin keselamatannya. DAFTAR PUSTAKA Buku Literatur Adami, Chazawi , 2002, Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1; Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo: Jakarta. Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika: Jakarta. Andrisman, Tri, 2011, Hukum Pidana: Asas- Asas Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung. Arief, Barda Nawawi, 2002, Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung. ----------, 2005, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta: Jakarta. Atmasasmita, Romli, 1992, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT. Eresco: Bandung. Baharuddin Lopa, Moch Yamin, 2001, Undang-Undang Pemberantasan Tipikor, Penerbit Alumni: Bandung. Bisri, Ilhami, 2012, Sistem Hukum Indonesia: Prinsip-Prinsip Implementasi Hukum di Indonesia, Rajawali Pers: Jakarta. Chazawi, Adami, 2007, Malpraktik Kedokteran, Bayumedia: Malang. Hamzah, Andi, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta: Jakarta. ----------, 2001, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia: Jakarta. ----------, 2008, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika: Jakarta.