6.2. Analisis Perhitungan Six Big Losses
Berdasarkan formula dari availability ratio, terdapat beberapa variabel yang memiliki potensi sebagai penyebab rendahnya tingkat availability yang dicapai,
yaitu : available time, planned downtime dan unplanned downtime. Melalui analisa terhadap ketiga variabel ini, maka penyebab dari rendahnya tingkat
availability akan diketahui. Berdasarkan kategori six big losses pada Tabel 6.1, persentase losses paling
tinggi adalah equipment failure sebesar 40,28 yang termasuk dalam kategori downtime losses. Hal ini menunjukkan bahwa faktor equipment failure
breakdown yang paling mempengaruhi rendahnya tingkat availabity mesin blowing. Dalam hal ini, perusahaan harus menghindari terjadinya kerusakan
komponen mesin breakdown untuk mengurangi downtime yang berkaitan dengan peningkatan efektifitas mesin blowing.
Tabel 6.1. Kategori Six Big Losses Mesin Blowing
No Kategori
Jenis Losses
Persentase
1 Downtime Losses
Equipment Failure 40,28
Setup and Adjusment 12,16
2 Speed Losses
Idling and Minor Stoppages 1,97
Reduced Speed 38,21
3 Defect Losses
Process Defect 7,38
Reduced Yield 0,00
6.3. Analisis FMEA
Berdasarkan analisis FMEA, maka akan diketahui faktor penyebab kerusakan komponen, pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara keseluruhan
dan nilai RPN untuk setiap komponen sehingga perawatan dapat difokuskan
Universitas Sumatera Utara
terhadap komponen utama yang memiliki nilai prioritas terbesar dalam sistem. Nilai RPN untuk setiap komponen yang telah diurutkan berdasarkan prioritasnya
dapat dilihat padaTabel 6.2.
Tabel 6.2. Rekapitulasi RPN Komponen Mesin Blowing
No Komponen
RPN 1
Heater 225
2 Blower
160 3
As Screw 128
4 Motor
96 5
Rewinder 84
6 Gear Box
64
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 3 tiga komponen utama yang memiliki nilai prioritas terbesar dalam kerusakan mesin blowing,
yaitu : Heater, Blower, As Screw. Sehingga ketiga komponen ini menjadi prioritas perusahaan dalam melakukan tindakan perawatan yang berkaitan dengan interval
penggantian optimum komponen preventive maintenance.
6.4. Analisis Preventive Maintenance
Dilihat dari sistem manajemen sebelumnya, bahwa perawatan yang dilakukan adalah corrective maintenance, yang tidak memiliki perhitungan
peluang terjadinya kerusakan, sehingga kerusakan yang terjadi sewaktu-waktu dapat menghentikan proses produksi yang mengakibatkan tingginya downtime
mesin perusahaan. Penelitian ini mempertimbangkan preventive maintenance untuk mengurangi terjadinya breakdown mesin dengan memperhatikan interval
penggantian komponen mesin ketika melakukan perawatan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tindakan
preventive maintenance,
diperoleh interval
penggantian optimum komponen dan total minimum downtime pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Interval Pergantian Optimum Komponen dan TMD No Komponen
Interval Penggantian Optimum hari
Total Minimum Downtime jam
1 Heater
16 0,012925555
2 Blower
19 0,006034434
3 As Screw
29 0,009810548
4 Motor
37 0,006943906
5 Rewinder
39 0,002684239
6 Gear Box
54 0,001795208
6.5. Analisis Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing