memiliki kemungkinan untuk meningkat, sehingga dapat mewujudkan Kabupaten Lampung Timur untuk menjadi daerah penghasil kakao utama di tingkat provinsi.
Luas areal perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Lampung Timur adalah 6.642 ha
yang tersebar pada 24 kecamatan. Dari 24 kecamatan tersebut, terdapat beberapa kecamatan yang menjadi sentra kakao. Sepuluh kecamatan di Kabupaten Lampung
Timur yang memiliki luas areal dan produksi kakao perkebunan rakyat terbesar dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Luas areal, produksi dan produktivitas kakao perkebunan rakyat per kecamatan di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2005-2008
No. Kecamatan
TBM ha
TM ha
TR ha
Luas areal
ha Produksi
ton Produk-
tivitas tonha
1. Sekampung
Udik 612,50
1.553,50 6,00
2.172,00 1.398,15
0,90
2. Bandar
Sribhawono
1.150,00 875,00
5,00 2.030,00
875,00 1,00
3. Marga Tiga
360,00 794,00
21,00 1.175,00
725,72 0,91
4. Labuhanratu
178,00 874,50
27,00 1.079,50
774,27 0,89
5. Way Jepara
188,75 776,00
26,00 990,75
814,80 1,05
6. Mataram Baru
213,00 643,00
8,00 864,00
516,00 0,80
7. Jabung
244,00 535,00
26,00 805,00
452,50 0,85
8. Sukadana
146,00 539,00
685,00 485,00
0,90 9.
Marga Sekampung
237,00 245,00
5,00 487,00
189,80 0,77
10. Pekalongan
218,00 243,00
23,25 484,25
204,41 0,84
Keterangan: TBM = Tanaman belum menghasilkan
TM
= Tanaman menghasilkan TR
= Tanaman rusak Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2009
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa luas areal dan produksi kakao di Kecamatan Bandar
Sribhawono berada pada urutan kedua setelah Kecamatan Sekampung Udik. Akan tetapi produktivitas kakao di Kecamatan Bandar Sribhawono lebih tinggi
dibandingkan dengan produktivitas di Kecamatan Sekampung Udik. Produktivitas kakao di Kecamatan Bandar Sribhawono berada pada urutan kedua setelah
produktivitas di Kecamatan Way Jepara, tetapi luas areal dan produksi kakao di Kecamatan Bandar Sribhawono lebih tinggi dibandingkan dengan luas areal dan
produksi di Kecamatan Way Jepara. Selain merupakan sentra kakao kedua di Kabupaten Lampung Timur, lahan kakao di
Kecamatan Bandar Sribhawono juga terus meningkat. Hal ini dikarenakan banyak petani di Kecamatan Bandar Sribhawono yang beralih menanam kakao dari
sebelumnya menanam jagung. Selain merupakan sentra kakao, Kecamatan Bandar Sribhawono juga merupakan sentra jagung, akan tetapi saat ini lahan milik petani
banyak yang dialihkan untuk menanam kakao. Ini karena petani beranggapan bahwa menanam kakao lebih menguntungkan dibandingkan menanam jagung, sebab dalam
berusahatani jagung petani sering mengalami kerugian akibat rendahnya produksi jagung yang diakibatkan oleh penyakit bulai yang sering menyerang tanaman jagung.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bandar Sribhawono.
Tanaman kakao yang diusahakan oleh perkebunan rakyat terus mengalami
peningkatan, sehingga lebih luas dibandingkan dengan yang diusahakan oleh perkebunan swasta. Hal ini terjadi karena petani tidak mungkin dibatasidilarang
untuk tidak mengusahakan tanaman kakao. Ini disebabkan oleh anggapan petani bahwa usahatani kakao masih menguntungkan dan menjanjikan, sebab kakao
merupakan komoditi ekspor yang memiliki permintaan dan nilai jual yang tinggi, terutama di pasar internasional.
Meskipun perkebunan kakao rakyat terus meningkat, tetapi perkebunan kakao rakyat
masih memiliki kelemahan, yaitu teknik budidaya yang dilakukan petani masih sederhana, modal para petani terbatas, alat-alat yang digunakan masih sederhana, dan
tingkat pendidikan para petani yang masih rendah yang menyebabkan petani kurang dapat mengadopsi teknologi dan inovasi yang ada. Kelemahan tersebut menyebabkan
pelaksananan budidaya dan penanganan pasca panen kakao perkebunan rakyat tidak sesuai dengan anjuran yang seharusnya, sehingga menyebabkan mutu kakao yang
dihasilkan menjadi rendah. Rendahnya mutu kakao perkebunan rakyat, dikarenakan kakao yang dihasilkan tidak difermentasi dan banyak mengandung kotoran. Hal
inilah yang terjadi di daerah penelitian. Oleh karena mutu kakao yang dihasilkan rendah, maka seringkali harga kakao
Indonesia mendapatkan potongan harga sekitar 15 persen dari rata-rata harga kakao dunia Suara penyuluh, 2009. Pemotongan harga tersebut berakibat pada rendahnya
harga yang diterima petani, sehingga mengurangi penerimaan petani. Selain itu, pemotongan harga tersebut juga berpengaruh pada kentungan ekonomi yang diterima
negara. Rendahnya mutu kakao yang dihasilkan juga akan mempengaruhi daya saing dari kakao tersebut di pasar internasional.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka perlu diketahui apakah usahatani kakao yang dikelola oleh petani rakyat di lokasi penelitian sudah layak secara ekonomi dan
bagaimana kepekaan usahatani kakao rakyat apabila terjadi perubahan dalam
usahatani kakao, misalnya kalau terjadi perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi kakao. Analisis kelayakan ekonomi perlu dilakukan karena
usahatani kakao tidak hanya memberikan keuntungan bagi petani, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap perekonomian nasional. Selain itu, karena
komoditi kakao dari perkebunan rakyat juga diekspor walaupun mutunya masih relatif rendah, maka perlu juga diketahui apakah usahatani kakao yang selama ini
dilakukan oleh petani rakyat sudah dapat bersaing, terutama di pasar internasional. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan masalah yang akan dianalisis dalam
penelitian, yaitu: 1. Apakah usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur layak secara ekonomi
untuk dilaksanakan? 2. Bagaimana sensitivitas usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur apabila
terjadi perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi? 3. Bagaimana daya saing usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kelayakan ekonomi usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur. 2. Menganalisis sensitivitas usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur terhadap
perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi. 3. Menganalisis daya saing usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Informasi dan bahan pertimbangan bagi para petani kakao dalam melakukan
investasi. 2. Informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan program
untuk pengembangan komoditi kakao. 3. Referensi dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.