1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat lepas dari tolong-menolong. Setinggi apapun kemandirian seseorang, pada saat-saat tertentu ia akan
membutuhkan pertolongan orang lain. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat, penduduknya semakin padat,
pembangunan gedung- gedung perkantoran, kawasan perumahan, industri yang semakin berkembang menimbulkan kerawanan apabila terjadi kebakaran.
Sedangkan kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Dinas Kebakaran Surakarta memiliki peranan yang
sangat penting dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam pencegahan dan penanganan kebakaran. Pekerjaan pemadam kebakaran
merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi. petugas pemadam kebakaran merupakan penyelamat yang paling di tunggu saat terjadi
kebakaran. Petugas pemadam kebakaran adalah petugas atau dinas yang dilatih dan
bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran, mereka juga dilatih untuk
menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, dan lain-lain. Petugas pemadam kebakaran mencegah, melawan dan memadamkan api serta
memberikan bantuan dalam keadaan darurat lainnya, melindungi kehidupan dan harta benda serta melakukan upaya penyelamatan. Petugas kebakaran mempunyai
2
tugas menanggapi bereaksi ketika alarm kebakaran berbunyi dan panggilan bantuan lainnya, seperti mobil dan kecelakaan industri, ancaman bom dan
keadaan darurat lainnya. Mengawasi dan memadamkan api dengan menggunakan perlengkapan yang dikerjakan oleh tangan dengan kemampuan tenaga tertentu dan
pemadaman dengan bahan kimia. Memadamkan api khusus dan menggunakan perlengkapan khusus di perusahaan industri. Menyelamatkan orang-orang dari
gedung yang terbakar, tempat kecelakaan dan orang-orang yang terperangkap dalam situasi berbahaya. Mencegah atau membatasi penyebaran bahaya zatbahan
ketika terjadi kebakaran dan kecelakaan. Petugas pemadam kebakaran memberitahukan kepada masyarakat tentang pencegahan kebakaran
S logan pantang pulang sebelum padam” yang menjadi ciri khas pemadam
kebakaran. Petugas mengorbankan kepentingan diri sendiri dan keluarga demi menyelamatkan korban yang mengalami kebakaran, mengutamakan keselamatan
orang lain daripada keselamatan diri sendiri saat terjadi kebakaran. Perilaku altruisme yang dimiliki oleh setiap petugas pemadam kebakaran menjadikan tugas
mereka cepat selesai dan meminimalisir terjadinya korban jiwa. Meskipun saat terjadi kebakaran bahaya selalu mengintai mereka dan bahkan nyawa petugas
dipertaruhkan dalam memadamkan kebakaran yang terjadi. Petugas pemadam kebakaran merupakan pahlawan bagi korban kebakaran terlebih lagi saat ada
korban yang terjebak dalam kobaran api, para petugas dengan berani berusaha menyelamatkan korban yang terjebak didalam.
Myers 2012 mengatakan bahwa altruism adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan pribadi
3
seseorang. Sedangkan Baron Byrne 2012 mengatakan bahwa tingkah laku altruism adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya
keuntungan langsung bagi si penolong. Taufik 2012 mengatakan bahwa altruisme adalah dorongan menolong dengan tujuan utama semata-mata untuk
meningkatkan kesejahteraan orang lain yang ditolong Seseorang yang altruis ini bisa merugikan diri sendiri karena membutuhkan
pengorbanan baik itu materi, waktu, tenaga, tanpa imbalan sama sekali. Seseorang yang altruis lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri, mereka rela
menolong dan memberikan apa yang mereka miliki meskipun terkadang orang tersebut dalam keadaan kesusahan dan membutuhkan bantuan itu sendiri mereka
rela menolong tanpa memikirkan alasan kenapa harus menolong. Sebagai salah satu contoh perilaku altruisme pada hari Sabtu, 8 Maret 2014
,
petugas pemadam kebakaran gugur sebab selang ditarik korban kebakaran. Suyatno mengalami
kecelakaan saat memadamkan api dalam kebakaran yang terjadi di Kampung Baru Ilir, Balikpapan Barat, Minggu 232 silam. Suyatno berada di atas mobil
pemadam untuk memimpin upaya pemadaman. Di tengah kebakaran dan kepanikan, ada warga yang menarik selang untuk merebutnya dari petugas.
Diduga warga ini ingin menyemprotkan air ke rumahnya sendiri. Suyatno pun terhantam nozzle dari selang berisi air bertekanan tinggi itu, lalu jatuh dari mobil
dengan helm pelindung pecah dan segera dibawa ke klinik terdekat. Korban mengalami gegar otak dan dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan di rumah
sakit, setelah itu korban.meninggal dunia. Iqbal Fadil Merdeka.com
4
Sehingga diharapkan perilaku altruisme pada petugas pemadam kebakaran dapat melakukan tindakan dengan sigap, cepat, cekatan dan tanpa pamrih, timbul
bukan karena adanya tekanan atau kewajiban sebagai petugas, keselamatan orang lain harus lebih diutamakan dibandingkan kepentingan diri sendiri, terutama
dalam situasi darurat, serta semua peralatan dan kendaraan dalam posisi siap. Kenyataannya tidak semua petugas pemadam kebakaran cepat tanggap,
kendaraan tidak dalam kondisi siap dan sering terlambat ketika datang pada tempat. Lebih mengutamakan keselamatan sendiri ketika terjadi korban yang
terjebak. Terlebih para petugas mengeluh tentang gaji dan tunjangan resiko yang selalu kurang cukup.
Senin, 10 Maret 2014 tiga toko cat di Surabaya diamuk api, petugas pemadam kebakaran datang terlambat, padahal warga sudah menghubungi PMK, tapi mobil
pemadam baru datang 30 menit. Jadi api terlanjur membesar. Padahal lokasi kejadian dengan Kantor PMK Pasar Turi, jaraknya hanya sekitar 1 km. Tidak ada
korban jiwa dalam insiden itu, tapi diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta
rupiah. Moch. Andriansyah Merdeka.com
Mobil tidak siap pakai, petugas pemadam kebakaran kota Jogja dinilai tidak
profesional. Hal ini berkaca dari tidak berfungsinya salah satu mobil pemadam
kebakaran saat menangani kebakaran di Jalan Masjid 36 Pakualaman, Jumat 245 lalu akibat personel gugup dan mobil yang tak siap pakai. Berdasarkan
penuturan sumber, sebelum kejadian macetnya mobil damkar saat menangani kebakaran, mobil memang baru saja diperbaiki. Saat digunakan mobil tidak dalam
kondisi terisi air penuh. Sehingga saat di lokasi kejadian tidak berfungsi
5
maksimal. Asisten bapak Budiman bidang penyelesaian laporan Jaka Susila menyatakan seharusnya petugas pemadam kebakaran dapat bertindak lebih
profesional. Ia juga mempertanyakan mekanisme pengawasan dan perawatan yang seharusnya dilakukan pihak terkait terutama atasan
“Harus profesional ada atau tidak ada kejadian, skill, stamina juga psikologis petugas harus tetap terjaga dan
diasah,” tegas dia. Eva Syahrani sragenpos.com
Ditinggal salat Jumat, rumah Aryadi Hariarto, 30, warga perumahan Flamboyan Indah, blok D no 2, Dusun Blulukan II RT 004RW 006, Colomadu,
Karanganyar, terbakar dan petugas pemadam kebakaran terlambat datang. Tetangga korban menjelaskan, kebakaran diketahui sekitar pukul 12.30 WIB,
ketika terlihat asap hitam mengepul dari dalam rumah korban. Melihat hal itu tetangga, memanggil tetangga terdekat lainnya untuk mendobrak pintu rumah
korban. Saat pintu didobrak, terdengar suara ledakan keras dari televisi yang membuat api semakin besar. Kebakaran, diduga dari konsleting listrik. Salah
seorang satpam perumahan flamboyan indah mengatakan, saat api besar dia masuk lalu naik ke lantai dua, memastikan tidak ada korban di dalam rumah.
Kemudian bersama warga perumahan lainnya, berupaya memadamkan api. Sekitar 30 menit api bisa dipadamkan oleh warga. Sayangnya, petugas pemadam
kebakaran baru datang di lokasi datang pukul 14.15 WIB saat api sudah padam. Akibat kejadian ini korban diperkirakan mengalami kerugian lebih dari Rp50 juta.
Andi SumarsonoSolopos.com Hasil wawancara tanggal 10 maret 2014 ± jam 09.00 dengan Petugas
Pemadam Kebakaran Unit Surakarta berinisial A.Y. Diperoleh beberapa
6
informasi, jika kebakaran besar terjadi dan ada korban yang terjebak didalamnya, ketua regu menganalisis dengan kekuatan baju tahan api apakah bisa
membahayakan rekan kerja atau tidak, jika dikira membahayakan maka rekan dilarang masuk kobaran api karena membhayakan nyawa petugas dan sangatlah
beresiko, petugas berusaha dengan memadamkan api yang membakar bangunan tersebut dan setelah sekiranya aman baru masuk untuk menyelamatkan yang
tersisa. Dengan Gaji golongan 3 yang berkisar 3 samapai 4 juta dan tunjangan resiko
yang diberikan oleh Pemkot Surakarta yang sangat minim yaitu kurang dari 500rb dan itu tidak sesuai dengan resiko kerja yang dihadapi oleh para pemadam
kebakaran. Jika ada laporan kebakaran, petugas pemadam kebakaran tidak spontan bergerak, tetapi pemadam mengkonfirmasi terlebih dahulu tentang
laporan kebakaran tersebut, mereka mengkonfirmasi terlebih dahulu dengan meminta nomer telepon rumah yang bisa dipastikan dan bukan nomer telepon
genggam yang biasanya usil dan meresahkan para petugas pemadam. Petugas akan langsung percaya jika yang melapor berita kebakaran itu adalah institusi
yang bisa mempertangugung jawabkan dan dijamin tetang keaslian laporan tersebut seperti Polisi, TNI , pejabat setempat dan anggota pemadam kebakaran.
Dimana jika kebakaran yang dilaporkan pada petugas tidak langsung ditanggapi dan menunggu konfirmasi terlebih dahulu akan kebenaran kebakaran, maka hal ini
akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan untuk memadamkan api. Dimana keterlambatan dalam bencana kebakaran pasti akan sangat merugikan pihak
korban, terutama apabila terjadi korban jiwa dalam kebakaran tersebut.
7
Dalam setiap regu minimal terdapat 4 orang didalamnya meliputi 1 orang driver dan 1 orang ketua regu dan yang lainnya menjadi anggota pemadam
kebakaran. Kewajiban regu yaitu pengecekan peralatan termasuk didalamnya pengecekan air didalam tangki. Dan pengecekan bahan bakar pada kendaraan.
Semua personil harus dalam keadaan siap, dalam satu hari terdapat 2 pergantian shift dan setiap regu yang berjaga bertugas selama 12 jam, dari jam 7 pagi sampai
jam 7 malam, dan shift kedua dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi, sehingga petugas pemadam kebakaran bertugas 7 x 24jam dan tidak ada libur dalam
bertugas demi menjaga keamanan warga apabila terjadi kebakaran. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme antara lain : norma
keadilan sosial, norma timbal balik
,
norma tanggung jawab sosial, empati,
kesamaan
,
suasana hati
,
karakteristik personal, religiusitas Myers 2012. Salah satu faktor yang dipilih adalah religiusitas, peneliti memilih faktor religiusitas
dikarenakan kepercayaan dapat memunculkan keberanian dan kepedulian. Petugas pemadam kebakaran tidak terlepas dari perilaku menolong, yaitu keberanian para
petugas pemadam
kebakaran yang
mempertaruhkan hidupnya
untuk menyelamatkan orag lain.
Menurut Gallup dkk 2008 mengungkapkan bahwa diseluruh dunia orang yang sangat religius cenderung telah menyumbangkan sejumlah uang pada bulan
yang lalu, dan juga dilaporkan telah melakukan kerja sosial serta menolong orang asing. Mereka yang sangat religius berkata bahwa agama penting dalam
kehidupan sehari-sehari mereka dan menghadiri suatu pelayanan setiap minggu. Mereka yang kurang religius tidak melakukan hal ini. Sejalan dengan di atas,
8
Glock dan Stark 2001 juga mengatakan bahwa religiusitas adalah keberagaman yang menunjukkan pada ketaatan dan komitmen seseorang terhadap agamanya.
Adapun ciri-ciri individu yang mempunyai religiusitas tinggi dapat dilihat dari perilaku, sikap dan perkataan, serta seluruh jalan hidupnya mengikuti aturan-
aturan yang diajarkan oleh agama. Sedangkan saat berada di lapangan petugas tidak luput dari pengalaman religiusitas yaitu seperti kesalehan atau pengabdian
terhadap aturan-aturan agama dan ALLAH SWT, termasuk tindakan seperti cinta kasih kepada sesama. Jam Komando diberikan setiap satu bulan sekali untuk
memotivasi para petugas pemadam kebakaran, didalam motivasi tersebut terdapat kajian agama untuk menguatkan keyakinan para petugas pemadam kebakaran,
seperti yang terdapat pada QS.Al-Maidah5:2
yang artinya hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hokum-Nya. Dan dalam QS.Al-Baqarah ayat 148
9
yang artinya dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnyasendiri yang dia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Dimana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan salah satu
tujuan dari religiusitas tersebut adalah berbuat baik kepada sesama termasuk memberikan perilaku Altruisme kepada korban kebakaran. Oleh karena itu
peneliti memilih religiusitas sebagai faktor yang diteliti. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa pemadam kebakaran merupakan petugas yang dilatih untuk menanggulangi kebakaran dan perilaku altruisme itu sendiri merupakan perilaku
menolong orang lain dengan ikhlas tanpa ada maksud ataupun kepentingan lainnya. Religiusitas sebagai salah satu faktor yang ikut terlibat dalam berperilaku
altruisme agaknya memberikan pengaruh yang cukup efektif dalam pemberian bantuan saat terjadi kebakaran terhadap korban kebakaran maupun harta benda
yang terbakar. Sehingga untuk menjawab keingintahuan peneliti dalam mengetahui apakah ada hubungan antara religiusitas dan perilaku altruisme, maka
peneliti berniat melakukan penelitian dengan judul“Hubungan antara religiusitas dengan perilaku altruisme
pada petugas pemadam kebakaran kota Surakarta”
B. Tujuan Penelitian