38 Tabel 3.1.
Rubrik Ketepatan Makna Lanjutan
Kriteria Ketepatan Indikator Ketepatan
e tidak tepat dalam menggunakan prefiks {me-}dan
{ber-} f
tidak sesuai kaidah
Dengan berpedoman pada rubrik ketepatan di atas peneliti mengisi kolom kesesuaian prefiks yang digunakan oleh siswa. Setelah semua tabel terisi penuh,
masing-masing kriteria kesesuaian dijumlahkan. Data tersebut berupa data kuantitatif, untuk memudahkan dalam penginterpretasian datanya maka harus
diubah ke dalam bentuk persen dengan rumus sebagai berikut: 1
Sesuai dengan makna KBBI = ∑
− ∑
ℎ −
100 ∑
− ∑
ℎ −
100 2
Tidak sesuai dengan makna KBBI = ∑
− ∑
ℎ −
100 ∑
− ∑
ℎ −
100 Penghitungan dilakukan terlebih dahulu kepada masing-masing siswa,
kemudian dilakukan penghitungan secara keseluruhan untuk menarik simpulan. c.
Conclusion DrawingVerification Setelah mereduksi dan mendisplay data, tahap selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan dari temuan data tersebut sehingga dapat menjawab rumusan masalah penelitian.
Tarigan 2009,hlm. 247 menyatakan “Hasil-hasil riset yang diperoleh dari analsis kualitatif dilaporkan melalui pemerian-pemerian terinci terhadap proses-
proses yang digunakan oleh sang peneliti untuk mencapai kategori-kategori dan
39 pola-pola riset tersebut.” Dengan demikian, data hasil analisis di atas selanjutnya
dilaporkan pada bab IV sesuai dengan peruntukkannya.
221
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat di simpulkan bahwa, kemampuan seluruh siswa kelas V-ASDN 3 Nagarawangi dalam menggunakan
prefiks {me-} pada karangan narasi terdapat 77 buahpenggunaan prefiks {me- }.Dari 77 prefiks {me-} yang digunakan, 69 tepat dalam penggunaannya dan
delapan salah dalam penggunaannya.Jika ditafsirkan ke dalam bentuk persen, ketepatan siswa kelas V-A menggunakan prefiks {me-} mencapai 89.61
sedangkan kesalahan siswa kelas V-A menggunakan prefiks {me-} hanya 10.39.Dari 29 karangan siswa yang dianalisis, hanya 17 orang siswa yang
seluruhnya tepat menggunakan prefiks {me-},lima orang siswa tidak menggunakan prefiks {me-}, dan tujuh orang siswa lainnya mengalami kesalahan
dalam menggunakan prefiks {me-}. Kesalahan siswa kelas V-A dalam menggunakan prefiks {me-} terbagi ke dalam dua kategori, yakni tidak
menggunakan prefiks
{me-}padakataminta, ngantuk,
ngaji, danbawa;
tidaktepatmenggunakanprefiks{ me-} pada kata terasa. Kemampuan siswa kelas V-ASDN 3 Nagarawangi dalam menggunakan
prefiks {ber-} pada karangan narasi terdapat 60 buah penggunaan prefiks {ber- }.Dari 60 prefiks {ber-} yang digunakan, 45 tepat dalam penggunaannya dan 15
salah dalam penggunaannya. Jika ditafsirkan ke dalam bentuk persen, ketepatan siswa kelas V-A menggunakan prefiks {ber-} mencapai 75 sedangkan
kesalahan siswa kelas V-A menggunakan prefiks {ber-} hanya 25. Dari 29 karangan siswa yang dianalisis, hanya 11 orang siswa yang seluruhnya tepat
menggunakan prefiks {ber-},tujuh orang siswa tidak menggunakan prefiks {ber- }, dan 11orang siswa lainnya mengalami kesalahan dalam menggunakan prefiks
{ber-}. Kesalahan siswa kelas V-A dalam menggunakan prefiks {ber-} terbagi ke dalam empat kategori, yakni tidak menggunakan prefiks {ber-} pada kata kumpul,
sama, perang, main, dan lari;tidak perlu menggunakan prefiks pada kata
1
221
222 bermakan;
tidak tepat menggunakan prefiks pada kata memain; dan tidak sesuai kaidah pada kata ngumpul, dan becanda.
Faktor yang menyebabkan siswa kelas V-ASDN 3 Nagarawangimengalami kesulitan dalam menggunakan prefiks {me-} dan {ber-} di antaranya faktor
inteligensi yang diakibatkan oleh faktor lupa sebagai kelemahan dari faktor inteligensi, faktor keluarga yang diakibatkan oleh kebiasaan menggunakan bahasa
Sunda dalam kehidupan sehari-hari sehingga waktu untuk melakukan pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia sangat terbatas, faktor sekolah yang diakibatkan
oleh waktu kegiatan belajar mengajar yang terbatas dan akan menyebabkan lupa jika tidak digunakan atau dilatih dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terakhir
adalah faktor masyarakat mass media dan teman sebaya yang diakibatkan oleh kebiasaan menggunakan bahasa yang singkat dalam karakter tulisan SMS dengan
teman sebaya maupun berkomunikasi langsung dengan teman sebaya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Handayani 2013
menemukan kesalahanpenggunaanafiksdalamkarangannarasi,
yaitutidak menggunakanafiks,
tidakperlumenggunakanafiks,tidaktepatmenggunakanafiks,dantidaksesuaikaidah. Penelitian ini pun, menemukan kesalahan dengan kategori yang sama pada
penelitian Sri Handayani. Hanya saja, penelitian ini lebih difokuskan pada penggunaan prefiks { me-} dan { ber-}.
Hasil analisis kesalahan penggunaan afiks oleh Sri Handayani 2013diketahui
bahwa jenis
afiks yang
banyakterjadikesalahanpenggunaanadalahprefiks { me-
}karenatidakmenggunakannya yaitu
terdapat 18
kesalahan.Sedangkandalampenelitianini, terdapatdelapankesalahan.Kesalahantersebutterdiriatasduakategori,
yaknitidakmenggunakanprefiks{ me-}padakataminta, ngantuk, ngaji, danbawa; tidaktepatmenggunakanprefiks{ me-} pada kata terasa.
B. Saran
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, terdapat kekurangan yang dirasakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yakni terdapat penggunaan prefiks
223 { me-} dan { ber-} yang melekat pada bentuk dasar lain. Berdasarkan kekurangan
tersebut, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mampu menindaklanjuti temuan hasil penelitian ini.
Selain itu, disarankan bagi guru bersangkutan untuk dapat menemukan dan menggunakan metode pembelajaran yang lebih baik lagi sehingga mampu
mengatasi dan menyiasati faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menggunakan prefiks {me-} dan {ber-}.