Pelaksanaan Program HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN USAHA KECIL MENENGAH SUB SEKTOR PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR DENGAN TINGKAT PRODUKSI PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA

150 13. Kegiatan usaha yang dilakukan selalu dijadikan objek dalam kegiatan pembinaan 19,0 47,6 33,3 14. Materi pembinaan menyangkut produksi, pengolahan, pemasaran, penggunaan teknologi. 21,4 50,0 28,6 15. Bantuan alat produksi sangat membantu dalam meningkatkan produksi 7,1 64,3 28,6 16. Bantuan alat produksi sangat membantu dalam meningkatkan mutu hasil produksi 4,8 64,3 31,0 17. Pembinaan yang dilakukan dapat meningkatkan produksi 19,0 45,2 35,7 18. Pembinaan yang dilakukan bermanfaat bagi pengembangan usaha 19,0 54,8 26,2 19. Pembinaan dilakukan dengan menekankan pelestarian lingkungan laut 9,5 50,0 40,5 20. Program pembinaan perlu dilanjutkan dan diperluas kepada UKM perikanan lainnya 78,6 21,4 Sumber: Data Primer, diolah, 2013. Keterangan : Skor 5 : sangat sesuai, sangat setuju; Skor 4 : sesuai, setuju; Skor 3:cukup sesuai, cukup setuju; Skor 2: tidak sesuai, tidak setuju; Skor 1 : sangat tidak sesuai, sangat tidak setuju.

2. Pelaksanaan Program

Pembinaan Usaha Kecil Menengah Sub Sektor Perikanan Adapun bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembinaan mutu hasil perikanan 2. Pembinaan pengolahan hasil perikanan 3. Pembinaan pemasaran hasil perikanan 4. Pembinaan pembudidaya ikan air tawar 5. Pembinaan pembudidaya ikan air payaulaut 6. Pembinaan nelayan tradisional 7. Pembinaan keterampilan usaha penangkapan ikan bagi nelayan 8. Bimbingan teknis budidaya ikan bagi wanita nelayanpembudidaya Pembinaan dilakukan dalam bentuk kelompok usaha sejenis pada setiap daerah dengan memberikan materi pembinaan yang sesuai dengan kelompok usaha. Pelaksanaan pembinaan dilakukan dalam bentuk penyuluhan, dengan peserta antara 20 – 40 orang. Lama waktu pembinaan tergantung jenis kegiatan usaha, yaitu antara 2 – 5 hari. Program pembinaan juga meliputi pemberian bantuan alat-alat produksi dan pengolahan sesuai dengan kegiatan usaha kelompok nelayan. Disebabkan keterbatasan dana, maka bantuan alat-alat produksi dan pengolahan masih dilakukan secara terbatas, artinya tidak semua kelompok usaha mendapat bantuan alat-alat produksi dan pengolahan dalam satu periode anggaran. 3. Produksi dan Pendapatan Usaha Kecil Menengah Binaan Sub Sektor Perikanan Potensi wilayah pesisir Timur dan Barat Sumatera Utara sampai saat ini belum dikelola secara optimal, dimana pengelolaan yang telah dilakukan selama ini masih bersifat eksploitatif, sektoral dan tumpang tindih. Oleh karena itu dalam jangka menengah dan jangka panjang perlu dilakukan re-orientasi kebijaksanaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Potensi perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Utara, cukup besar dan meningkat setiap tahun kecuali tahun 2010, dapat dilihat pada Tabel 3. 151 Tabel 3. Potensi Perikanan Tangkap di Sumatera Utara, 2008 – 2012 Tahun Produksi ton Peningkatan 2008 354.535 - 2009 358.664 1,16 2010 341.323 -4,83 2011 463.201 35,71 2012 541.857 16,98 Sumber: Statistik Perikanan Sumatera Utara, 2012 Dalam upaya memanfaatkan potensi perikanan ini, maka Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara melakukan pembinaan kepada pengusaha perikanan, khususnya UKM. Pelaksanaan program pembinaan Usaha Kecil Menengah Sub sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan UKM tersebut. Hasil penelitian diperoleh dari berbagai bidang usaha sub sektor perikanan, yaitu bidang usaha penangkapan sebanyak 9 unit, bidang usaha pengolahan sebanyak 24 unit, dan bidang usaha pemasaran sebanyak 9 unit. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan produksi dan pendapatan UKM setelah mengikuti program pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. Selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi dan Pendapatan UKM Binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara Rata-rata per Bulan No. Unit Usaha Perikanan 2010 2012 Peningkatan Produksi kg Pendapatan Rp Produksi kg Pendapatan Rp Produksi Pendapatan 1 Pengolahan Kerupuk Ikan 8,00 227.200 25,50 732.175 218,75 222,26 2 Pengolahan Abon Ikan 4,00 178.800 13,25 612.400 231,25 242,51 3 Pengolahan Kerupuk Ikan 6,00 53.550 15,25 178.000 154,17 232,40 4 Pengolahan Abon Ikan 13,00 550.000 16,63 738.175 27,88 34,21 5 Pengolahan Bakso Ikan 55,00 247.500 83,00 365.900 50,91 47,84 6 Pemasaran Pindang Rebus 3.965,00 6.740.500 4.197,50 7.462.000 5,86 10,70 7 Pemasaran Lele Asap 2.550,00 10.710.000 3.062,50 8.543.575 20,10 -20,23 8 Pemasaran Ikan Asin Gulamah 2.020,00 5.255.000 2.311,25 3.606.375 14,42 -31,37 9 Pengolahan Kerupuk Ikan 150,00 2.100.000 220,00 3.175.000 46,67 51,19 10 Pengolahan Kerupuk Ikan 175,00 2.500.000 216,25 3.250.000 23,57 30,00 11 Pengolahan Kerupuk Ikan 6,00 500.000 18,75 1.350.000 212,50 170,00 12 Pengolahan Bakso Ikan 40,00 2.100.000 57,50 3.350.000 43,75 59,52 13 Pengolahan Bakso Ikan 15,00 500.000 27,50 1.275.000 83,33 155,00 14 Pengolahan Kerupuk Ikan 50,00 550.000 62,50 1.450.000 25,00 163,64 15 Pengolahan Bakso Ikan 70,00 1.000.000 82,50 1.925.000 17,86 92,50 16 Pengolahan Kerupuk Ikan 175,00 500.000 198,75 1.800.000 13,57 260,00 17 Penangkapan ikan 148,75 1.250.000 178,75 1.875.000 20,17 50,00 18 Penangkapan ikan 165,00 1.300.000 191,25 2.000.000 15,91 53,85 19 Penangkapan ikan 126,25 1.200.000 145,00 1.500.000 14,85 25,00 20 Penangkapan ikan 100,00 987.500 115,00 1.250.000 15,00 26,58 21 Pemasaran ikan teri 1.500,00 3.000.000 1.837,50 3.875.000 22,50 29,17 22 Pemasaran ikan teri 1.400,00 2.800.000 1.612,50 3.300.000 15,18 17,86 23 Pemasaran ikan teri 1.562,50 3.000.000 1.750,00 4.000.000 12,00 33,33 24 Pemasaran ikan rebus 1.912,50 3.500.000 2.250,00 4.250.000 17,65 21,43 25 Penangkapan ikan 193,75 1.775.000 210,00 2.250.000 8,39 26,76 26 Pemasaran Ikan Asin 1.750,00 2.500.000 2.000,00 3.000.000 14,29 20,00 27 Pemasaran Ikan Asin 2.200,00 3.000.000 2.500,00 3.750.000 13,64 25,00 28 Pengolahan belacan 15,00 1.000.000 20,00 1.350.000 33,33 35,00 29 Penangkapan ikan 146,25 1.500.000 193,75 2.000.000 32,48 33,33 30 Pengasapan ikan 1.350,00 2.000.000 1.500,00 2.875.000 11,11 43,75 31 Pengasinan ikan 1.200,00 2.000.000 1.500,00 3.000.000 25,00 50,00 152 32 Pengolahan Kerupuk Ikan 8,00 750.000 10,50 1.000.000 31,25 33,33 33 Pengasinan ikan 1.000,00 1.700.000 1.200,00 2.375.000 20,00 39,71 34 Pengolahan belacan 10,00 850.000 12,50 1.175.000 25,00 38,24 35 Penangkapan ikan 190,00 2.000.000 205,00 3.000.000 7,89 50,00 36 Pengolahan Kerupuk Ikan 200,00 2.500.000 250,00 3.375.000 25,00 35,00 37 Pengasapan ikan 1.250,00 2.500.000 1.350,00 1.875.000 8,00 -25,00 38 Pengolahan belacan 17,00 1.200.000 20,00 1.500.000 17,65 25,00 39 Pengolahan belacan 12,00 1.000.000 13,50 1.387.500 12,50 38,75 40 Pengolahan Kerupuk Ikan 175,00 1.500.000 200,00 2.100.000 14,29 40,00 41 Penangkapan ikan 190,00 1.625.000 206,25 2.000.000 8,55 23,08 42 Penangkapan ikan 161,25 1.500.000 188,75 2.000.000 17,05 33,33 Rata-rata 625,84 1.944.048,81 720,69 2.425.621,43 39,24 60,54 Sumber: Data Primer, Diolah. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa setelah mengikuti program pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, secara rata-rata terdapat peningkatan produksi sebesar 39,24 dan peningkatan pendapatan sebesar 60,54. Namun terdapat tiga kasus terjadinya penurunan pendapatan, walaupun produksi tetap meningkat, yaitu pada usaha pemasaran lele asap, pemasaran ikan asin gulamah dan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga jual dan permintaan, sehingga walaupun produksi meningkat, tetapi pendapatan menurun sekitar 20 – 31 dari kondisi tahun 2010. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan produksi dan pendapatan UKM berdasarkan kelompok usaha, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi dan Pendapatan UKM Berdasarkan Kelompok Usaha per Bulan No. Jenis Usaha 2010 2012 Peningkatan Produk si kg Pendapat an Rp Produk si kg Pendapat an Rp Produk si Pendap atan 1 Penangk apan 157,92 1.459.72 2,22 181,53 1.986.11 1,11 14,95 36,06 2 Pengolah an 250,17 1.166.96 0,42 296,41 1.758.92 2,92 18,49 50,73 3 Pemasara n 2.095, 56 4.500.61 1,11 2.391, 25 4.642.99 4,44 14,11 3,16 Rata-rata 625,84 1.944.04 8,81 720,69 2.425.62 1,43 39,24 60,54 Sumber: Data Primer, Diolah. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kelompok usaha yang paling tinggi peningkatannya, baik produksi maupun pendapatan adalah kelompok usaha pengolahan, dan yang paling rendah adalah kelompok usaha pemasaran. Kelompok usaha pengolahan mengalami peningkatan paling tinggi terutama karena dalam usaha pengolahan, produk ikan dapat dihasilkan menjadi berbagai jenis produksi olahan. Sedangkan dalam bidang pemasaran, pendapatan sangat tergantung pada volume penjualan, yang pada umumnya sangat fluktuatif dan dipengaruhi harga. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program pembinaan UKM sub sektor perikanan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara memberikan manfaat bagi pengembangan UKM tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi dari perbedaan produksi dan pendapatan tersebut, maka dilakukan uji beda rata-rata dengan hasil disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Beda Produksi dan Pendapatan UKM Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Devia tion Std. Error Mean Pai r 1 Produksi 2010 - Produksi 2012 -94,85 127,3 8 19,65 - 4,8 25 41 ,000 Pai r 2 Pendapatan 2010 - Pendapatan 2012 - 48157 2,62 6481 41,80 1000 10,45 - 4,8 15 41 m000 Sumber : Data Primer, Diolah. Dengan membandingkan nilai sig.2-tailed yang terdapat pada tabel 4.13 dengan level of significant α=5, maka diperoleh 0,00 0,05, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada produksi dan pendapatan UKM Sub sektor 153 perikanan sesudah mengikuti program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian bahwa program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara terhadap UKM sub sektor perikanan memberikan dampak positif terhadap produksi dan pendapatan UKM. Hasil analisis menunjukkan bahwa program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara terhadap UKM sub sektor perikanan berdampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan UKM, yang selanjutnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah secara khusus di wilayah pesisir. Hal ini sejalan dengan Rustiadi, et.al 2011, yang mengatakan bahwa salah satu indikator pembangunan wilayah berdasarkan proses pembangunan adalah benefit. Hasil analisis menunjukkan bahwa benefit pendapatan yang diperoleh UKM binaan meningkat. Dengan demikian, bahwa berdasarkan benefit pendapatan yang diperoleh UKM binaan ternyata usaha kecil mitra binaan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah di wilayah pensisir Sumatera Utara. Peningkatan benefit ini juga akan menimbulkan multiplier effect , terhadap usaha atau kegiatan lainnya, baik dalam skala lokalitas maupun kewilayahan. Usaha kecil menengah sub sektor perikanan merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak pada usaha sector perikanan, dimana sekitar 97,59 tenaga kerja sektor usaha perikanan merupakan tenaga kerja pada UKM. Hal ini menunjukkan besarnya peran UKM sub sektor perikanan dalam pengembangan wilayah, sebagaimana dinyatakan oleh Rustiadi, et.al 2011, bahwa salah satu indikator pembangunan wilayah berdasarkan basispendekatan pengelompokannya adalah ketenagakerjaan. Indikator penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengangguran dapat dipandang sebagai bentuk operasional konsep indikator tujuan ekonomi atau growth produktivitas dan efisiensi. Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi pada UKM sub sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara dapat meningkatkan pengembangan wilayah melalui produktivitas dan efisiensi. Efektivitas Program Pembinaan Usaha Kecil Menengah Sub Sektor Perikanan di Wilayah Pesisir Provinsi Sumatera Utara Salah satu tujuan program pembinaan UKM sub sektor perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mendukung pencapaian target produksi perikanan nasional dan daerah, khususnya di Provinsi Sumatera Utara dengan target produksi pada tahun 2012, yaitu meningkatnya produksi perikanan sebesar 5 dengan target produksi mencapai 545.720 ton. Pencapaian produksi perikanan pada tahun 2010 sd 2012 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Produksi dan Nilai Perikanan di Sumatera Utara, 2010 – 2012 No. Uraian 2010 2011 2012 Peningkatan 2011 – 201 A. Perikanan Tangkap 1. Produksi ton 365.928 381.054 385.928 1,28 2. Nilai Rp. 000 5.807.259.036 6.473.078.189 6.739.877.734 4,12 3. RTPP Unit 41.935 43.084 44.178 2,54 B. Perikanan Budidaya 1. Produksi ton 119.106 137.528 152.402 10,82 2. Nilai Rp. 000 5.758.242.962 6.618.486.357 7.830.660.593 18,31 3. RTPP Unit 33.890 34.052 34.813 2,23 C. Ekspor 1. Volume ton 68.385 70.052 72.138 2,98 2. Nilai US. 000 228.186 233.752 240.795 3,01 Sumber: Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat peningkatan produksi dan nilai perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Dari segi produksi, peningkatan yang paling besar adalah perikanan budidaya, tetapi dari segi nilai, peningkatan yang paling besar adalah perikanan tangkap. Berdasarkan data produksi, maka total produksi pada tahun 2012, yaitu dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya adalah 385.928 + 152.402 = 538.330 ton, artinya masih dibawah target produksi 545.720 ton, atau peningkatan hanya 3,81 dari tahun 2011. Dilihat dari pencapaian target produksi tersebut, maka pelaksanaan program 154 pembinaan UKM sub sektor perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, sudah cukup efektif. Hal ini diduga berhubungan dengan bentuk pembinaan yang dilakukan tergolong konvesional, yaitu berupa bantuan peralatan, bimbingan teknis dan kualitas. Oleh karena itu perlu dicari bentuk program pembinaan yang lebih efektif untuk meningkatkan produksi UKM, khususnya dalam hal daya sainya dengan produk-produk sejenis. Hal ini juga dinyatakan oleh Kartika 2010 bahwa model pengelolaan secara konvensional masih dinilai belum efektif dalam mengelola sumberdaya perikanan. Oleh karena itu, perlu dicoba untuk menerapakan paradigma baru yaitu Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem EBFM. Untuk menerapkan paradigma tersebut maka perlu menyusun strategi. Ada lima aspek yang harus dipertimbangkan dalam menyusun strategi EBFM, yaitu aspek ekologi, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek kelembagaan dan aspek eksternal. Berdasarkan hasil analisis maka prioritas utama yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi adalah adalah 1 meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perikanan; 2 meningkatkan dan menjaga komunikasi dengan stakeholders; dan mengembangkan dan meningkatkan penelitian dalam bidang perikanan. Penelitiannya mengusulkan juga model pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis ekosistem secara kelembagaan. Liana 2008 juga menyatakan bahwa apabila pembinaan dan pengembangan terhadap UK berhasil dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan dilakukan secara terarah dan terpadu serta berkesinambungan, itu berarti amanat di dalan UU No. 9 Tahun 1995 telah dilaksanakan. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil secara tegas menyatakan tujuan pembinaan dan pengembangan UK adalah: 1 menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan UK menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi UM, dan 2 meningkatkan peranan UK dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, serta peningkatan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional. Hasil penelitian Harahap 2004 menunjukkan bahwa industri pengolahan ikan mengalami perkembangan setiap tahun dilihat dari jumlah industri yang meningkat setiap tahun. Industri kecil pengolaha ikan juga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, serta terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Dihubungan dengan potensi perikanan tangkap Provinsi Sumatera Utara, hanya pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap yang dapat memaksimalkan potensi tersebut dengan hasil produksi 107,21 dari potensi. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, produksi perikanan tangkap masih dibawah potensi, yaitu 82,26 pada tahun 2011 dan kemudian menurun menjadi 71,41 pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Utara cenderung menurun dalam hal memanfaatkan potensi yang ada. KESIMPULAN 3. Program pembinaan usaha kecil menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir berdampak signifikan dan positif terhadap peningkatan produksi perikanan dan pendapatan UKM sub sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan produksi dan pendapatan yang paling tinggi adalah pada kelompok usaha pengolahan, yaitu sebesar 18,49 pada produksi dan 50,73 pada pendapatan. Peningkatan yang paling rendah adalah kelompok usaha pemasaran, baik produksi maupun pendapatan. Peningkatan produksi dan pendapatan ini pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah, terutama dalam hal penerimaan tenaga kerja. 4. Program pembinaan usaha kecil menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir Provinsi Sumatera Utara sudah cukup efektif dengan tingkat efektifitas sebesar 3,18 155 dari tahun sebelumnya. Namun kenaikan ini belum mencapai target produksi perikanan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 sebesar 5. SARAN 3. Dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan UKM sub sektor perikanan, program pembinaan masih perlu dilakukan termasuk dalam hal peningkatan daya saing UKM sehingga produk UKM sub sektor perikanan berdaya saing. Pembinaan juga perlu dilakukan model pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis ekosistem secara kelembagaan. 4. Untuk meningkatkan efektivitas program pembinaan UKM, Dinas Kelautan dan Perikanan juga hendaknya menjalin kerjasama dengan seluruh stakeholders, sehingga program pembinaan dapat terlaksana dengan mengakomodasi kepentingan seluruh pihak dan saling mendukung dalam upaya peningkatan produksi perikanan. DAFTAR RUJUKAN Berry, Albert, Edgard Rodriguez dan Henry Sandee, 2001. Small and Medium Enterprise Dynamics in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies , 373: 363-84. Dahuri, Rokhmin, J. Rais, S.P Ginting, dan M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu . PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Daryanto, Arief. 2007. Dari Klaster Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Perikanan. Buletin Craby Starky, Edisi Januari 2007. Dewanti, R. 2008. Kewirausahaan. Mitra Wacana Media, Jakarta. Ditjen P2HP. 2011. P2HP Dalam Angka 2010 . Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Djunaedi, Achmad dan Basuki, M. Natsir, 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi Lingkungan , Vol. 3, No. 3, September 2002: 225-231. Fauzi A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan : Isu, Sintesis dan Gagasan . PT. Gramedia Pustaka Alam, Jakarta. ________. 2006. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ________. 2009. Valuing the Socio Economic Contribution of Marine Protected Areas to Human Well- Being in Indonesia. The Nature Concervancy . Jakarta. Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19 . Edisi 5. BP Universitas Diponegoro, Semarang. Harahap, Juliadi Zurdani, 2004. Peranan Industri Kecil Perikanan Terhadap Pengembangan Wilayah, Studi Kasus pada Industri Pengolahan Ikan di Kelurahan Tanjung Leidong, Desa Teluk Pulai Luar dan Desa Simandulang Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Kartika, Selly, 2010. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Di Pantura Barat Provinsi Jawa Tengah Studi Empiris: Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Brebes. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Kuncoro, M. 2006. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan , UPP-edisi ke-4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta Liana, Lie, 2008. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Sebagai Sarana Memperkokoh Struktur Perekonomian Nasional. Jurnal Bisnis dan Ekonomi JBE , Vol. 15, No.2, September 2008. Purba, Charles Bohlen, 2009. Pola Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap dengan Lembaga Keuangan di Kota Cirebon. Jurnal APP Cirebon . Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen Kementerian Kelautan dan 156 Perikanan, 2012, Statistik Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan Ekspor – Impor Setiap Provinsi Seluruh Indonesia, 2003 - 2010 . Kementerian Kelauta dan Perikanan, Jakarta. Rustiadi, Ernan; Saefulhakim, Sunsun dan Dyah R. Panuju, 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah . Crestpent Pres dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. 157 Pedoman Penulisan Petunjuk Penulisan bagi Penulis Jurnal EKONOM ISSN 0853-2435 1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word. 2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi. 3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring. 4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci, pendahuluan latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan 5. Format penulisan untuk non penelitian hasil pemikiran adalah : judul, nama penulis; abstrak maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian; kata kunci, pendahuluan latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan. 6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain skripsi, tesis dan disertasi. Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh Samuelson, 2005: 202. 7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : Buku : Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970 , University Press, Oxford. Jurnal : Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan, Jurnal Ekonom, Vol. 6 No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan. Koran Surat Khabar : Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5. Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian : Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara. Internet : Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm , http:journal.ecs.soton.ac.uksurveysurvey.html, diakses 12 Juni 1996. 158 8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan penulis. 10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.