Pemanenan Hutan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
RINGKASAN
41
Dedi Rosadi (E02495010), Pemanenan Hcrlan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, K P H
Snmedang, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat, d i bawah bimbingan Bapak Ir. H. Domon
Suwardjo Suparman, MM.
Kayu jati mempakan bahan penting dan mempunyai nilai yang khusus diantara jenis kayu
laimya, karena kayu jati memiliki kombinasi sifat-sifat yang istimewa, seperti : temasuk kelas awet !
dan kelas kuat 11, wama dan corak yang indah serta mudah dikejakan
Bagi masyarakat urnum seperti juga jenis kayu laimya, kayu jati belum punya arti sebelum
sampai ke konsumen atau pabrik. Kegiatanlproses untuk menjadikan manfaat kayu jati menjadi tinggi
adalab kegiatan pemanenan hasil hutan.
Pemanenan hasil hutan di Pemm Perhutani mempunyai
beberapa tahapan yaitu mencakup penyusunan Rencana Teknik Tahunan (RTT), teresan, penebangan,
pembagian batang, penyaradan dan penganghutan.
Rencana Teknik Tahunan (RTT) dibuat berdasarkan buku Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan (RPKH), dengan draft RTT disusun oleh KKPH dan disyahkan oleh Biro Perencanaan setelah
disempumakan oleh Seksi Perencanaan Hutan (SPH).
Teresan dilakukan di petak 3b RPH Banasbanten sesuai dengao surat perintah teresan yang
dikeluarkan oleh Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH) atas dasar RTT yang telah disahkan.
Pohon yang diteres keliling
> 40
cm dan tinggi teresan
<
10 cm dari pemukaan tanah. Teresan
dilakukan oleh 4-8 orang pekerja borongan yang diawasi oleh seorang mandor, upah pekeja borongan
sebesar Rp 250,OO per pohon. Alat yang digunakan antara lain : kapak, golok dan parang. Prenasi
keja rata-rata teresan sebesar 47 pohodhadorang, dengan jumlah jam keja per hari selama 8 jam.
Masalah dalam kegiatan teresan yaitu terdapatnya tinggi teresan setinggi 25 cm dari permukaan tanah
melebihi tinggi yang di tetapkan oleh pewsahaan yaitu
terbuang yang semestinya dapat dimanfaatkan.
< 10 cm, sehingga 15 cm merupakan kayu yang
tersebut tejadi karena kurang ketatnya
pengawasan mandor teres dan kurangjelasnya bagi tenaga keja
Kegiatan tebangan dimulai dari dikeluarkannya surat perintah persiapan tebangan habis yang
dilampiri gambar peta petaklanak petak oleh Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH) kepada
AsperKBKPH untuk melaksanakan persiapan-persiapan pekejaan tebangan antara lain : pemeriksaan
batas, Mem ulang, pembuatan tempat pengumpulan kayu, pembuatan gubuk keja, alat-alat tebangan,
jalan sogokan, jalan sarad dan administrasi tebangan untuk kemudian dilaporkan setelah selesai
dilaksanakan Pelaksanaan tebangan dimulai setelab keluar surat perintah tebangan yang dikeluarkan
oleh AdministraturAUWH. Setiap blok tebangan dilayani oleh satu mesin tebang (Chahi smv) yang
dioperasikan oleh dua orang pekerja borongan dengan upah Rp. 5.000,00/m3 dan diawasi oleh satu
mandor tebang. Prestasi keja rata-rata di petak 5h RPH Banasbanten dalam kegiatan penebangan dan
pembagian batang sebesar 16,358 m3/hadregu, dengan jam.kerja $k heri selama 8 jam. Setiap hasil
pengukuran dibukukan dalam buku taksasi @K 316) dalam kolom ukured kasar oleh mandor tebang.
,
Kegatan penyaradan dilakukan di petak 5b RPH Banasbanten dengan nienggunakan sistem
manual ~ a i t utenaga manusia dengan cara dipikul.
Setiap satu mesin tebang dilayani oleh delapan
blandong sarad dengan upah borosgan yang disesuaikan dengan jarak sarad.
Sebelum disarad kayu
bemomor diterima di t u n s a k oleh mandor tebang dan dibukukan dalam buku penerimaan kayu
bernomor (model DKjOl), sedangkan kayu tak bemomor diterima di Tempat P e n ~ m p u l a n(TP)
setelah disarad dan dibukukan dalam buku penerimaan kayu tak bernomor (model DK 302). Kayu
bemomor setelah disarad dibukukan dalam buku daftar penghelaan (model DK 303) di Tempat
Pengumpulan (TP). Prestasi k e j a rata-rata penyaradan sebesar 14,3 m3/hari/reF,
dengan jam k e j a
per hari selama 8 jam.
Kegiatan pengangkutan dikejakan di petak 18b RPH Sampora dengan alat angkut tmk dua
sumbu, daya angkut tiga ton dan kapasitas muat 3-5 m3. Kegiatan pengangkutan sangat erat kaitannya
dengan muat bongkar. Kegiatan muat bongkar dikejakan oleh tenaga manusia dengan cara dipikul
~.
muat bongkar selalu disenai oleh
dengan upah k e j a borongan sebesar ~ ~ . 5 . 0 0 0 , 0 0 / m Kegiatan
mandor tebang dan tiap rit angkutan selalu disertai dengan daftar angkutan (DK 304) dari mandor
tebang untuk diserahkan kepada pihak (TPK).
Prestasi k e j a rata-rata pengan~kutan sebesar 9,3
mYhari, untuk tiap hari k e j a sebanyak 2 rit. Pembuatan jalan angkutan di lapangan dimulai dari
ploting trase jalan yaitu pemindahan peta trase ke lapangan oleh seksi perencanaan dan dibantu oleh
mandor tebang yang dianggap l e b i menguasai kondisi lapangan untuk kemudian diukur pada bagianbagian yang menyimpang, untuk kemudian dilakukan perbaikan pada peta. Pada kenyataannya ploting
trase dilakukan setelah penebangan dimulai sehingga hal tersebut sangat mempengamhi kelancaran
pembuatan jalan dan kegiatan pengangkutan. Menumt Keputusan Pemm P e r h u t a ~ ,pembuatan jalan
angkutan hams sudah selesai sebelum kegiatan penebangan dimulai, maksimal bulan Desember
sebelum tahun bejalan dan perbaikan jalan angkutan hams dilakukan secara rutin, terutama pada hari
hujan dimana kondisi jalan angkutan cepat msak karena selain sifat tanahnya yang sulit menyerap air
juga badan jalari didalam hutan tidak dilakukan pengerasan.
Untuk peningkatan kineja dalam pemanenan hasil hutan di BKPI-I Conggeang hendaknya
pelaksanaan teresan dan pembuatan jalan angkutan hams sesuai dengan petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh Pemm Perhutani.
PEMANENAN HUTAN TANAMAN JATI (Tectonn grart(1is Lfi
DI BKPH CONGGEANG KPH SUMEDANG PERUM PERHUTANI UNIT m JAWA BARAT
Karya Ilmiah
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mcn~perolehGelar Sarjana Kchutanan
Pada Fakoltas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEDl ROSADI
E02495010
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTASKEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
41
Dedi Rosadi (E02495010), Pemanenan Hcrlan Tanaman Jati di BKPH Conggeang, K P H
Snmedang, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat, d i bawah bimbingan Bapak Ir. H. Domon
Suwardjo Suparman, MM.
Kayu jati mempakan bahan penting dan mempunyai nilai yang khusus diantara jenis kayu
laimya, karena kayu jati memiliki kombinasi sifat-sifat yang istimewa, seperti : temasuk kelas awet !
dan kelas kuat 11, wama dan corak yang indah serta mudah dikejakan
Bagi masyarakat urnum seperti juga jenis kayu laimya, kayu jati belum punya arti sebelum
sampai ke konsumen atau pabrik. Kegiatanlproses untuk menjadikan manfaat kayu jati menjadi tinggi
adalab kegiatan pemanenan hasil hutan.
Pemanenan hasil hutan di Pemm Perhutani mempunyai
beberapa tahapan yaitu mencakup penyusunan Rencana Teknik Tahunan (RTT), teresan, penebangan,
pembagian batang, penyaradan dan penganghutan.
Rencana Teknik Tahunan (RTT) dibuat berdasarkan buku Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan (RPKH), dengan draft RTT disusun oleh KKPH dan disyahkan oleh Biro Perencanaan setelah
disempumakan oleh Seksi Perencanaan Hutan (SPH).
Teresan dilakukan di petak 3b RPH Banasbanten sesuai dengao surat perintah teresan yang
dikeluarkan oleh Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH) atas dasar RTT yang telah disahkan.
Pohon yang diteres keliling
> 40
cm dan tinggi teresan
<
10 cm dari pemukaan tanah. Teresan
dilakukan oleh 4-8 orang pekerja borongan yang diawasi oleh seorang mandor, upah pekeja borongan
sebesar Rp 250,OO per pohon. Alat yang digunakan antara lain : kapak, golok dan parang. Prenasi
keja rata-rata teresan sebesar 47 pohodhadorang, dengan jumlah jam keja per hari selama 8 jam.
Masalah dalam kegiatan teresan yaitu terdapatnya tinggi teresan setinggi 25 cm dari permukaan tanah
melebihi tinggi yang di tetapkan oleh pewsahaan yaitu
terbuang yang semestinya dapat dimanfaatkan.
< 10 cm, sehingga 15 cm merupakan kayu yang
tersebut tejadi karena kurang ketatnya
pengawasan mandor teres dan kurangjelasnya bagi tenaga keja
Kegiatan tebangan dimulai dari dikeluarkannya surat perintah persiapan tebangan habis yang
dilampiri gambar peta petaklanak petak oleh Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH) kepada
AsperKBKPH untuk melaksanakan persiapan-persiapan pekejaan tebangan antara lain : pemeriksaan
batas, Mem ulang, pembuatan tempat pengumpulan kayu, pembuatan gubuk keja, alat-alat tebangan,
jalan sogokan, jalan sarad dan administrasi tebangan untuk kemudian dilaporkan setelah selesai
dilaksanakan Pelaksanaan tebangan dimulai setelab keluar surat perintah tebangan yang dikeluarkan
oleh AdministraturAUWH. Setiap blok tebangan dilayani oleh satu mesin tebang (Chahi smv) yang
dioperasikan oleh dua orang pekerja borongan dengan upah Rp. 5.000,00/m3 dan diawasi oleh satu
mandor tebang. Prestasi keja rata-rata di petak 5h RPH Banasbanten dalam kegiatan penebangan dan
pembagian batang sebesar 16,358 m3/hadregu, dengan jam.kerja $k heri selama 8 jam. Setiap hasil
pengukuran dibukukan dalam buku taksasi @K 316) dalam kolom ukured kasar oleh mandor tebang.
,
Kegatan penyaradan dilakukan di petak 5b RPH Banasbanten dengan nienggunakan sistem
manual ~ a i t utenaga manusia dengan cara dipikul.
Setiap satu mesin tebang dilayani oleh delapan
blandong sarad dengan upah borosgan yang disesuaikan dengan jarak sarad.
Sebelum disarad kayu
bemomor diterima di t u n s a k oleh mandor tebang dan dibukukan dalam buku penerimaan kayu
bernomor (model DKjOl), sedangkan kayu tak bemomor diterima di Tempat P e n ~ m p u l a n(TP)
setelah disarad dan dibukukan dalam buku penerimaan kayu tak bernomor (model DK 302). Kayu
bemomor setelah disarad dibukukan dalam buku daftar penghelaan (model DK 303) di Tempat
Pengumpulan (TP). Prestasi k e j a rata-rata penyaradan sebesar 14,3 m3/hari/reF,
dengan jam k e j a
per hari selama 8 jam.
Kegiatan pengangkutan dikejakan di petak 18b RPH Sampora dengan alat angkut tmk dua
sumbu, daya angkut tiga ton dan kapasitas muat 3-5 m3. Kegiatan pengangkutan sangat erat kaitannya
dengan muat bongkar. Kegiatan muat bongkar dikejakan oleh tenaga manusia dengan cara dipikul
~.
muat bongkar selalu disenai oleh
dengan upah k e j a borongan sebesar ~ ~ . 5 . 0 0 0 , 0 0 / m Kegiatan
mandor tebang dan tiap rit angkutan selalu disertai dengan daftar angkutan (DK 304) dari mandor
tebang untuk diserahkan kepada pihak (TPK).
Prestasi k e j a rata-rata pengan~kutan sebesar 9,3
mYhari, untuk tiap hari k e j a sebanyak 2 rit. Pembuatan jalan angkutan di lapangan dimulai dari
ploting trase jalan yaitu pemindahan peta trase ke lapangan oleh seksi perencanaan dan dibantu oleh
mandor tebang yang dianggap l e b i menguasai kondisi lapangan untuk kemudian diukur pada bagianbagian yang menyimpang, untuk kemudian dilakukan perbaikan pada peta. Pada kenyataannya ploting
trase dilakukan setelah penebangan dimulai sehingga hal tersebut sangat mempengamhi kelancaran
pembuatan jalan dan kegiatan pengangkutan. Menumt Keputusan Pemm P e r h u t a ~ ,pembuatan jalan
angkutan hams sudah selesai sebelum kegiatan penebangan dimulai, maksimal bulan Desember
sebelum tahun bejalan dan perbaikan jalan angkutan hams dilakukan secara rutin, terutama pada hari
hujan dimana kondisi jalan angkutan cepat msak karena selain sifat tanahnya yang sulit menyerap air
juga badan jalari didalam hutan tidak dilakukan pengerasan.
Untuk peningkatan kineja dalam pemanenan hasil hutan di BKPI-I Conggeang hendaknya
pelaksanaan teresan dan pembuatan jalan angkutan hams sesuai dengan petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh Pemm Perhutani.
PEMANENAN HUTAN TANAMAN JATI (Tectonn grart(1is Lfi
DI BKPH CONGGEANG KPH SUMEDANG PERUM PERHUTANI UNIT m JAWA BARAT
Karya Ilmiah
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mcn~perolehGelar Sarjana Kchutanan
Pada Fakoltas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEDl ROSADI
E02495010
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTASKEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000