Keterkaitan Kandungan Seng pada Tanah dengan Kadar Seng pada Manusia

KETERKAITAN KANDUNGAN SENG PADA TANAH
DENGAN KADAR SENG PADA MANUSIA

Oleh

SUNAR

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

Hai manusia ! kalau kamu masih ragu tentang berbangkit
maka ingatlah bahwa Kami telah menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian segumpal
darah beku, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempuna untuk Kami jelaskan kepada
kamu.. ..
( A1 Hajj ayat 5 )

.


KETERKAITAN KANDUNGAN SENG PADA TANAH
.DENGAN KADAR SENG PADA MANUSIA

Oleh
SUNAR

Disertasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
DOKTOR

pada
Program Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

THE RELATIONSHIP ZINC IN SOIL WITH
THE ZINC STATUS OF HUMAN

abstract
Zinc is an essensial trace dement in the diets of human for optimal health
and growth. Si s and symptoms of mild zinc deficienc in young children
include impairefi"linear growth, poor weigh gain, reducedl deposition of lean
body tissue, anoreksia, hypogeus~aand impaired immunocompetence.
Relationship between zinc soil, cro and water with nutritional status in
school children was used three soil in Gent lava, Alluvial (Entisol), Latosol
(Inceptisol ,and Podsolik (Ultisol . The availability of zinc so11 1.32,4.34 and
3.08 ppm or Alluvial, Latosol an Podsolik respectively, zinc concentration in
water 0.03, 0.07 and 0.00 ppm respectively and zinc concentration in rice
3 1.55, 37.23 and 37.43 pm respectwely. Measure Interrelationships between
availability zinc soil
unc adequacy status in human, was used- Smi* z+c
taste test and usin hair zinc concentrations of school children living m SIX
Indonesia village
161 males, 168 females),
owth and body composition
indices, and dietary intakes of ener
protein,
mineral and vltat two

days, using analyzed and literature%od com ositlon values. The experiment
war coqducted in green house of Faculty of &riculqe Bogor Agriculture of
U~versity.The treatments appl~cationof Zn m A U U V ILatosol
~,
and Podsolrk
so11and plant.
The results show that prevalence of zinc w i t . zinc taste test in the rural
and Podsolik 64.47 %. The hair zinc
area Alluvial 56.33 %, Latosol 57.65 YO,
concentration in the rural area Alluvial 111.15 m, .Latosol 76.53 ppm and
Podsolik 99.99 p rn. Fowty-four percent of c h i g e n ln rural area Latosol, 27
% in rural area Fodsolik and 25 % in rural area AUuvial had low hair Zn
concentration or zinc dijiciency (< 70 ppm). In Latosol, children with low hair
Zn concentration had low nutritional status. The nutrient intake ade uacy were
in rural
based on the Indonesian RDA and the aver e of nutrient dail &e
kkal (91% RD3qmotein 41 g
% RDA), Zn
Ca 402 m g 65 o RDA); in rural area Latosol,
protein 2 g (88 % RDA), Zn 7 m

m rural area PodsoWh, energy 2 174
Zn 8 mg (62 % RDA) and Ca 221 mg (36
a licat~onof Zn to the Alluvial, Latosol
plant not signi%antly influenced zinc concenbabon in

2

d

t

wig

g3-

I

(A

&h5t1i?


constribution of zinc concentration soil for zinc
concentration in water, crop and human. It seemed that positive and negative
influenced but not sigmficantl . The zinc concentration soil indirect effects of
zinc status human very low. ?it seemed that path coefficient vety small. Zinc
concentration in soil, water and crop, and socioculture status do not provide a
very complete explanation of variation @ zinc status human, as inhcated-by
the fact these variabel combination explam on1 about 5.7 percent of vanahon
in zinc status human. This indicates, not that &e fully recursive path model is
wrong but that it is incom lete, that others variabel not included in the model
have effects on zlnc status ~ u m a n .

RINGKASAN

H.

SUNAR. KETERKAITAN KANDUNGAN SENG PADA

DENGAN


TANAH

KADAR SENG PADA PviANUSIA (Di bawah bimbingan

MUCHAMMAD SRI SAENI Sebagai Ketua, F. GUNARWAN SURATMO,
DARWIN KARYADI, KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan SUPIANDI

SABIHAM sebagai anggota).
Seng (Zn) adalah zat gizi esensial yang termasuk kelompok mikrornineral
yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Peranan seng dalam tubuh
sangat luas dan penting, dan terdapat 200 metalloenzim yang tergantung
kepada logam seng. Defisiensi seng dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik,
seksual, mengurangi daya konsentrasi (mudah mengantuk), mengurangi daya
penyembuhan luka, ketajaman pengecap (rasa), kulit kering clan kasar, anemia
dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran seng di dalam
beberapa jenis tanah, tanaman dan air, mengetahui saling keterkaitan kadar
seng antara tanah, tanaman, air dan manusia serta faktor lainnya; mengetahui
pengaruh pemupukan terhadap kandungan seng dalam tanaman .
Penelitian ini dilakukan terhadap 24 contoh tanah yang tersebar di Jawa

Barat; selanjutnya penelitian difokuskan pada enam desa dengan jenis tanah
Aluvial, Podsolik dan Latosol; terhadap enam desa tersebut dilakukan

pencatatan umur dan jenis kelamin, pengukuran tinggi dan bobot badan, test
kecap Smith dan pengambilan contoh rambut terhadap an&-anak di delapan
sekolah dasar (SD).

Selanjutnya orang tua anak-anak tersebut dijadikan

responden rumah tangga dengan bantuan kueisioner untuk mengetahui jumlah

anak, pekerjaan, pendidikan, pola konsumsi, penyakit clan pola makan 'recall'
selama 24 dan 48 jam yang ldu. Percobaan rumah kaca dilakukan terhadap
keenam contoh jenis tanah, untuk mengetahui pengaruh pemupukan seng
terhadap kualitas bahan pangan. Seluruh data tanah, tanaman, air, kuiesioner,
analisis rambut diolah dengan SPSS dan SAS. Analisis lintasan (path analysis)
dilakukan untuk mengetahui koefisien lintasan antar peubah.
Rata-rata ketersediaan seng dari 24 contoh tanah yang terdiri dari jenis
tanah Aluvial < Latosol < Podsolik bertumt-turut 1.87 If 0.85, 2.90
3.52 f 2.11 ppm.


+ 1.05 dan

Ketersediaan seng dalam tanah sangat beragam dan

dipengaruhi banyak faktor, diantara faktor yang diketahui ysrkni; pH, C organik, N-total, P, K, Ca, Mg, Na, A1 clan H dengan nilai koefisien
determinasi R' (yang disesuaikan) = 0.45 yang berarti hanya 45 % ketersediaan
seng dipengaruhi faktor atau peubah tersebut, sedangkan sisanya 55 5%
dipengaruhi oleh faktor atau peubah lainnya. Faktor-faktor luar seperti redoks
potensid, mikroorganisme, pengaruh iklirn mikro dan lain-lain mungkin lebih
menentukan.
Konstribusi pengaruh kandungan seng dalam tanah bersama-sama dengan
pH air terhadap kadar seng dalam air rendah. Besarnya konstribusi kandungan
seng tanah dan pH air yakni 35.2

O
%
/

dan masih terdapat 64.8 % faktor luar


ymg mempengaruhi kadar seng M a m air. Konsentrasi seng dalam air sangat
kecil dibandingkan ketersediaan seng ddam tanah yakni berkisar dari 0 sampai
0.08 ppm.

Konstribusi pengaruh kandungan seng dalam tanah, seng dalam air dan
kondisi sosial budaya masyarakat terhadap kadar seng dalam tanaman clan

beras sebesar 46.9 %. Masih terdapat 53.1 % faktor luar dari model tersebut
yang mempengaruhi kadar

seng dalam tanaman. Faktor

agroekologi,

keseimbangan unsur hara clan faktor lainnya masih dominan mempengaruhi
kadar seng dalam tanaman dan beras.
Rata-rata konsentrasi seng dalam anak an& sekolah seluruh daerah yakni
95.47 f 55.48 pprn dengan kisaran 20 sampai 522.5 ppm. J d a h responden


329 anak (161 anak laki-laki dan 168 anak wanita), umur 9.68 f 2.08 tahun

dengan kisaran 5.5 sampai 15 tahun, tinggi badan anak 127.01

+ 12.78 cm

dengan kisaran 100.00 sampai 157.00 cm dan berat badan anak 25.42 f 6.96 kg
dengan kisaran 13.50 sampai 54.00 kg.
Status seng dalam tubuh anak ditentukan dua cara yakni dengan tes kecap
Smith dan analisis kadar seng rambut. Hasil tes kecap Smith terhadap an&-

anak sekolah menunjukkan terdapat

60 % golongan 1 atau prevalensi

defisiensi seng biuuk dan 40 % golongan 2 atau prevalensi defisiensi seng
sedang. Berdasarkan konsentrasi seng dalam rambut, rata-rata persentase an&
yang defisiensi seng (kadar seng rambut < 70 ppm) 32.52 % atau 107 anak,
prevalensi defisiensi seng (kadar seng rambut 70-100 ppm) 34.66 % atau 114
anak dan non defisiensi seng (kadar seng rambut > 100 ppm) 32.82 % atau 108

an&. Secara urnurn, persentase anak yang prevalensi defisiensi seng (kadar
seng rambut < 100 ppm) 67.18 % atau 221 anak. Paling banyak yang
prevalensi defisiensi seng adalah anak wanita dibanding anak laki-laki yakni
masing-masing 131 anak wanita (59 ?4) dan 90 anak laki-laki (4 1 %).
Berdasarkan jenis tanah, rata-rata konsentrasi seng dalam rambut an&anak pada daerah Aluvial 111.15 ppm, Latosol 76.53 pprn dan Podsolik 99.9 1
ppm, sedangkan persentase anak yang defisiensi seng (lcadar seng rambut < 70

viii

bahan pangan khususnya kadar seng dalam tanaman belum efektif melalui
pemupukan. Disamping itu, konstribusi kadar seng dalam tanaman terhadap
kadar seng pada manusia kecil, karena kadar seng dalam tanaman kecil dan
daya serapnya rendah dalam tubuh. Perlu konsumsi pangan nabati yang banyak
untuk memenuhi asupan seng dalam tubuh.

Judul penelitian

: KETERKAITAN KANDUNGAN SENG PADA

TANAH DENGAN KADAR SENG PADA
MANUSIA

Nama Mahasiswa

: SU NAR

Nomor Pokok

: 94 533

Program Studi

: PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN
Menyetujui:
1. Komisi Pembimbing

,
,
Prof. Dr.1r. M. Sri Saeni, MS

-

Prof. Dr.\ Ir. F. G. Suratmo
Anggota

Prof. Dr. dr. Darwin Karvadi
Anggota

A

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodivutro
Anggota
2. Ketua Program Studi

I

<

N

k
-

-

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS
Tanggal Lulus : 24 Agustus 1999

Dr. Ir. S u ~ i a n d Sabiham
i
Anggota

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1960 di Balige Sumatera
Utara, dari ayah Abdul Wahid (Almarhum) dan ibu Hj. Siti Salrnah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1972 di Silaen, Sekolah
Menengah Pertama pada tahun 1975 di Laguboti, dan Sekolah Menengah Atas
pada tahun 1979 di Pematang Siantar. Menyelesaikan pendidikan sarjana di
Fakultas Pertanian Institut P e k a n Bogor tahun 1983, dan pendidikan 5-2 di
Program Studi PengeloIaam Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor tahun 1993. Sejak tahun 1994 mengikuti pendidikan
program S-3 (Doktor) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dari tahun 1983 sampai 1986 penulis bekerja sebagai tenaga peneliti dari
berbagai konsultan dan LPPSK dan menjadi dosen tidak tetap pada Fakultas
Pertanian Universitas Borobudur Jakarta. Diangkat sebagai dosen tetap pada
Fakultas Pertanian Universitas Borobudur sejak tanggal 1 Oktober 1986. Pada
tahun yang sama diangkat sebagai Pembantu Dekan I11 Fakultas Pertanian
Universitas Borobudur sampai tahun 1989, selanjutnya sejak tahun 1989
sampai 1992 sebagai Pembantu Dekan I, tahun 1995 sampai saat ini sebagai
Kepala Biro Administrasi Akademik Universitas Borobudur. Pada bulan Maret
1999 diangkat sebagai wakil direktur Program Pasca Sarjana Universitas

Borobudur Jakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas lindungan dan
rahrnamya, penuLis dapat wewujudkan penelitian dan tulisan ini.
Kepada Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof Dr.Ir. Muhammad Sri
Saeni, MS penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang sedalamdalamnya atas bimbingan dan didikannya selama dalam penelitian dan
penulisan. Ucapan yang sama penulis juga sampaikan kepada anggota komisi
pembimbing, Bapak Prof. Dr.Ir. F.G. Suratmo, Bapak Prof. Dr. dr. Darwin
Karyadi, Bapak Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro dan Bapak Dr.Ir. Supiandi
Sabiham yang telah telah mencurahkan waktu dan pemikiran dalam
membimbing penulis selama ini.
Kepada Bapak Rektor Universitas Borobudur Jakarta penulis sampaikan
ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan Program Doktor cli Program Pascasarjana IPB Bogor.
Ucapan terima kasih khusus juga disampaikan kepada istri penulis, Hj.
Siti Kholifah yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan serta
dukungan moril yang tidak ternilai, serta kedua anak: Idham Rahmanarto dan
Ifan Rohimanto atas pengertian dan dukungannya.
Penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga disampaikan
kepada orangtua penulis yang sangat berjasa dalam mengasuh, membesarkan
dan mendidik penulis.

Juga kepada seluruh guru dan dosen yang telah

mendidik dan memberi bekd pengetahuan kepada penulis.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu penyelesaian tulisan ini disampaikan
terima kasih dan penghargaan

KATA PENGANTAR

Penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar doktor pada Program Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Judul penelitian " Keterkaitan
Kandungan Seng pada Tanah dengan Kadar Seng pada Manusia".
Laporan ini menjelaskan mulai proses penyampaian latar belakang
perumusan masalah, kerangka berpikir, tujuan dan kegunaan serta hipotesis.
Dilanjutkan dengan bagaimana menjawab permasalahan dan tujuan serta
hipotesis dengan metode penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ternyata jenis tanah dan kadar seng yang berbeda bukan faktor dominan yang
menentukan perbedaan kadar

seng dalam tanaman,

Konsentrasi seng dalam rambut an&,

air dan manusia.

dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang

saling berkaitan. Dalam penelitian ini, faktor yang lebih kuat mempengaruhi
konsentrasi seng pada rambut anak addah tingkat konsumsi protein, jenis
kelamin, status gizi, konsumsi seng dari tanaman dan nasi.
Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan maupun kehilafan, untuk itu
penulis sangat terbuka menerima saran d m kritik yang membangun. Harapan
penulis mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Juni

1999

DAFTAR IS1

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................
DAFTAR IS1......................................................................................

J

3

...

xlu

xiv

DAFTAR TABEL..............................................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR.........................................................................

xix

PENDAHULUAN...............................................................................

1

Latar belakang ............................................................................
Perurnusan masalah ...................................................................
. .
Kerangka penduran .................................................................
Tujuan dan kegmaan penelitian ...................................................
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

Peranan seng pada manusia.........................................................
Penentuan status seng pada manusia...........................................
Kadar seng pada tanarnan dan peranannya..................................
Kadar seng dalam tanah .............................................................
Pemupukan seng.........................................................................
Pengukuran status seng..............................................................
METODOLOGI PENELITIAN..........................................................
Waktu dan tempat penelitian .......................................................
Pengambilan contoh tanah ...........................................................
Pemilihan responden d m pengambilan data...............................
Percobaan rumah kaca ...............................................................
..
Anal~szsdata ............................................................................

1
5
6
9

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................

Sifat dan ciri tanah....................................................................
Korelasi beberapa sifat kimia tanah..........................................
Konsentrasi seng dalam air.......................................................
Keadaan umum daerah penelitian.............................................
Keadaan responden..................................................................
Rumah tangga responden.........................................................
Status seng mak .......................................................................
Korelasi konsentrasi seng rambut dengan peubah lainnya ........
Keterkaitan kandungan seng tanah dengan peubah lainnya......
Percobaan rumah kaca..............................................................
Pembahasan umurn.................................................................
KESIMPULAN ..............................................................................
Kesimpulan...............................................................................
Sarm.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

DAFTAR TABEL
Nornor

Halaman

1.

Sebab-sebab dan gejala defisiensi seng......................................

2.

Kriteria untuk pH, C-organik, Zn dan Mn.............. ............... ..... 28

3.

Tempat-tempat pengambilan contoh tanah di Jawa Barat........... 32

4

Kadar seng tanah berdasarkan metode DTPA 0.005 M ... ........... 33

5.

Jumlah an& sekolah yang dijadikan responden............. ........... . 34

6.

Jumlah dan persentase jenis tanah berdasarkan kemasamannya.. 44

7.

Jumlah dan persentase contoh tanah berdasarkan
kriteria PPT (1983) .......................................... ........... . . 45

8.

Raiaan, kisaran dan kriteria kadar seng pada jenis tanah
AluviaI, Latosol clan Podsolik.................. ............... .......... 46

9.

Korelasi antara seng tanah dengan berbagai sifat kimia tanah.. .. 48

18

10. Hubungan beberapa sifat kimia tanah dengan ketersediaan Zn ... 50
1 1.

Konsentrasi seng @ pH air pada berbagai sumber air
dilokasi penelltian........................................................ ..... 5 1

12.

Persentase an& sekolah berdasarkan tes kecap Smith................ 59

13.

Sebaran an& menurut konsentrasi seng dalam rambut .............. . 60

14.

Rata-rata dan ersentase konsentrasi seng berdasarkan asal
sekolah &TI status seng rambut.............................. ..........

62

15.

Korelasi konsentrasi seng dalam rambut dengan peubah lain.. ...

63

16.

Tingkat konsumsi energi, protein, sen kalsium, phospor,
besi dan phytat per hari berdasAan sekolah..................... 69

17.

Jumlah dan persentase anak sekolah berdasarkan
status gizi anak..................................,......................., ....... 7 1

18.

Hubungan antara konsentrasi seng d a m rambut dengan
peubah lainnya..................................................................

74

xvii

Nomor

Halaman

Rataan kadar seng tanaman pada berbagai jenis tanah...............
Rataan kadar seng beras pada berbagai jenis tanah...................
Rata-rata kadar seng pada beras berdasarkan perlakuan .............
Keterkaitan antara kadar seng pada tiga jenis tanah. tanaman
dan air dengan manusla.....................................................
lam~iran
Kadar unsur hara dari 24 contoh tanah......................................
Korelasai berbagai sifat kimia tanah ........................................
Analisis sidik ragam dari sifat kimia tanah...............................
Sebaran anak menurut jenis kelamin........................................
Sebaran an& menurut wnur anak............................................
Sebaran an& berdasarkan kelompok umur..............................
Sebaran anak berdasarkan tinggi badan....................................
Sebaran anak menurut bobot badan anak.................................
Sebaran anak menurut pendidikan orangtua..............................
Sebaran anak menurut umur orang tua ......................................
Sebaran jumlah anak dalam satu keluarga.................................
Sebaran anak menurut pekerjaan orang tua.............................
Sebaran keluarga berdasarkan asal bahan makanan..........
Sebaran anak menurut konsentrasi seng rambut dan desa..........
Sebaran anak menurut umur clan konsentrasi seng
dalam rambut...................................................................
Korelasi dari berbagai peubah terhadap konsentrasi seng..........
Rata-rata tingkat konsumsi an&-anak per orang per hari..........
Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan.......................

Nomor

Hdaman

Path analisis (analisis lintasanf antara berbagai peubah.............

133

20. Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah anakan dan
bobot gabah kenng giling...............................................

140

2 1.

Hasil analisis sidik ragam kadar seng dalam tanaman dan
beras. ................................................................................

143

22.

Hasil analisis chi-square antara status seng dengan konsumsi
protein, energi dan seng serta status gizi........................... 147

23.

Kadar seng dalam berbagai bahan pangan.. ...............................

24.

Jumlah anak yang melaksanakan operasi bibir sumbing ............ 154

19.

153

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selama w a h dua puluh tahun terakhir ini dampak kekurangan seng (Zn)
pada tubuh manusia terus meningkat. Kekurangan seng pada manusia dapat
mengganggu pertumbuhan dan h g s i seks dan reproduksi, pengecapan,
penciuman dan juga mengganggu selera makan (Fosmaire, 1990). Mineral seng
merupakan unsur penting bagi pembentukan insulin tubuh.

Unsur ini juga

berperan mengatur kesuburan rambut dan rnencegah kebotakan. Pada pria,
seng meningkatkan fungsi seks melalui peningkatan kadar plasma testoteron
dan "folicle stimulating hormon" (FSH) yang memperbaiki produksi dan
kualitas sperma.
Kekurangan seng dapat menekan pertumbuhan anak-anak, berat badan
turun,

menurunkan deposisi lemak

dalam jaringan,

hipogeusia, dan

menurunkan daya tahan tubuh (Hambridge, 1989: Prasad, 1991: Ferguson et.
al., 1993). Salah satu gejala defisiensi seng adalah gangguan pada sintesis

gustin, yaitu protein yang berperanan dalam pengecap rasa pada lidah,
sehingga defisiensi seng akan menyebabkan hipogeusia yang menimbulkan
terjadinya anoreksia (Wright et. al., 198I), sementara menurut penelitian
lainnya menemukan kasus kuku cekung serupa sendok (koilonikia) akibat
kekurangan seng.

Temuan lain adalah defisiensi seng berhubungan dengan

kasus marasmus dan kwarsikor akibat kekurangan kalori protein berat . Wanita
hamil yang menderita kekurangan darah (anemia) dan penunman kadar seng,
akan melahirkan bayi dengan daya kekebalan rendah, menderita kelainan
bawaan dan perkembangan mental yang rendah.

Seng juga dihubungkan

dengan kasus bibir sumbing, akibat kurangnya asupan seng pada saat

kehamilan. Padahal penderlta anaemia di Indonesia saat ini masih tinggi yakni
sekitar 60% terutama pada wanita hamil.
Kebutuhan seng yang normal untuk kecukupan rata-rata yang dianjurkan
berbeda menurut golongan umur. Untuk golongan umw 0 (baru lahir') sampai
12 bulan kecukupan gizi 3 sampai 5 mg per hari, umur I sampai 9 tahun
kecukupan gizi 10 mg per hari dm golongan umur 10 sampai 60 tahun
kecukupan gizi 15 mg per hari (WNPG, 1998). Pada anak-anak yang sehat,
kadar seng yang normal adalah 100-250 pg (1.53-3.82 w o l ) per gram pada
rambut.
Penelitian mengenai kekurangan seng pada fnanusia telah dilaporkan oleh
beberapa peneliti mancanegara termasuk di Indonesia.

Beberapa penelitian

mancanegara antara lain di Amerika Utara (Gibson et. a/., 1989; Hambridge et.
al., 1972 d m 1985; Walravens et. al., 1983), Yugoslavia (Buzina et. al. ,
1980), Cina (Xue Cun et. al., 1985), Papua New Guinea (Gibson et. al., 1991),
Thailand (Udamkesmalee et. al., 1990), Malawi (Fergusson et. a/., 1989), dan
Guatemala (Gavan et. al., 1993).
Di Indonesia, penelitian status seng dilakukan dengan tes kecap Smith

d m mengukur konsentrasi seng dalam darah. Dengan test kecap Smith telah
dilakukan pada masyarakat yang ada di RW 04 Manggarai Jakarta (Djaja et.
al., 1988), di Banyumas (Kurniadi et. al. 1988) dan kelurahan utan kayu utara

Jakarta (Savitri, 1991).

Dari hasil penelitian Djaja

et. al.

(1988) di

Manggarai ditemukan 87.99% penderita kekurangan seng . Penelitian Kurniadi
et. al.

(1988 ) di Banyumas ditemukan 79.37 % penderita defisiensi seng clan

penelitian Savitri (1991) di Kelurahan Utan Kayu ditemukan 90.2 % anak-anak
menderita defisiensi seng. Beberapa hasil penelitian dengan menggunakan

indikator konsentrasi seng dalam serum darah di Kabupaten Bogor yaitu
Kec-tan

Ciampea dan Cibungbulangjuga menunjukkan defisiensi seng pada

anak usia sekolah (63.10 90
' ) (Kenny el. al., 1996) dan pada orang dewasa 55%

(Rahmasari et. al., 1996). Selanjutnya Djiteng et. al.
Kabupaten Malang

(1996) yang meneliti di

dan Tuban menemukan bahwa semua golongan urnur

menunjukkan kadar serum seng dalam darah dibawah normal begitu pula hasil
tes kecap Smith.
Kekurangan seng pada manusia diduga berkaitan erat dengan konsumsi
makanan yang mengandung seng rendah, gangguan metabolisme dalam tub*
dan pola konsumsi. Kekurangan seng pada makanan yang dikonsumsi dapat
disebabkan oleh karena bahan pangan tersebut dihasillcan dari kondisi
agroekologi yang kekurangan seng. Menurut hasil penelitian Soepartini et. al.,
(1973) dan Al Jabn et. al., (1990) diberbagai tempat di Indonesia (Sulawesi
Sela-

Sumatera Utara, Lombok dan Jawa) ditemukan kandungan seng pada

kategori rendah (kurang

dari 1 ppm) sampai tinggi (lebih dari 1 ppm).

Selanjutnya Soepardi (1982) menemukan kawasan persawahan yang ada di
Pulau Jawa yaitu daerah pantai utara dan daerah yang intensif disawahkan

menunjukkan kemungkinan kekurangan ullsur seng.

Hal yang sama juga

dilaporkan oleh Subadiyasa (1988) dan Abubakar (1987) berturut-turut pada
tanah sawah di Bali dan Lombok.
Defisiensi seng pada tanah dan tanaman dapat disebabkan oleh beberapa
faktor : (1) jumlah kandungan seng dalam tanah rendah; (2) tanah dengan
rnintakat (zone) perakaran terbatas; (3) tanah berkapur; (4) pemberian fosfat
ymg tinggi; (5) kadar bahan organik tinggi; (6) varietas atau spesies tanaman

(Lindsay, 1972). Selain itu tanah kekurangan seng terjadi karena tekstur tanah
kasar dan tanah masam dengan curah hujan tinggi.

Ganguan metabolisme seperti adanya infeksi oleh parasit, diare, aktivitas
fisik, geophagia clan sikle sel anemia dapat meningkatkan kehilangan seng
dalam tubuh atau menurunkan penyerapan seng pada usus. Selain itu

komponen bahan pangan

seperti fitat, serat, kalsium dan protein juga

b e r p e n g d pada penyerapan seng.
absorbsi seng melalui penyerapan

Protein berperanan dalam membantu
dan pemindahn seng kedalam plasma.

Fitat yang tinggi pada bahan pangan dapat menurunkan penyerapan seng,
karena dapat membentuk ligan dengan seng.

Pada penderita diabetes

kandungan sengnya rendah karena absorbsi terganggu dan ekslaesi seng tinggi.
Begitu pula pecandu alkohol, serapan seng akan terharnbat. Dengan demikian,
faktor yang mempenganrhi status seng pada manusia merupakan interaksi yang
kompleks antara komponen pangan, kesehatan dan status seng pada bahan
pangan. Pola konsumsi hanya mengandallum nabati tanpa variasi makanan
hewani, menjadi penyebab ketidakseimbangan dan kekurangan seng dalam
tub& manusia. Oleh karena sumber seng utama berasal dari daging, kerangkerangan, biji-bijian, serealia dan leguminoseae.
Sehubungan dengan makin luasnya kasus kekurangan seng pada manusia,
maka peneliti mencoba mendekati permasdahan tersebut dari keterkaitan
kandungan seng pada tanah dan air dengan manusia. Mengingat masyarakat
Indonesia sebagian besar (kira-kira 60 %) tinggd di desa dan pada umumnya
hanya mengkonsumsi bahan pangan nabati yang diproduksi dari daerah
setempat.

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( 1998 )

ketersediaan kalori clan protein sudah melampaui kebutuhan nasional, tetapi

konsumsi pangan penduduk masih~sebagian besar tergantung dari bahan
pangan nabati.

Pola pangan penduduk Indonesia untuk kalori masih

mengkonsumsi padi-padian sekitar 63.6 % dan hanya sekitar 3.3 % dari
hewani.

Hal itu mungkin menjadi salah satu faktor penyebab masalah

kekurangan gizi khususnya seng pada masyarakat di pedesaan.

Untuk

mudah,

karena

mengetahui

keterkaitan tersebut

pada

manusia

tidak

pengaruhnya tidak berdiri sendiri, clan tidak spesifik pengaruh kliniknya.
Kandungan seng yang terdapat pada rambut m u s i a bukan gambaran
konsumsi pada saat tertentu, tetapi merupakan akumulasi dari kondisi beberapa
waktu sebelumnya. Analisis kandungan seng pada rambut hanya merupakan

indikator kandungan seng masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

Perumusan masalah
Berdasarkan faMa tersebut, maka dapat dimmuskan pennasalahan dalam
penelitian ini. 1). Bagaimana persebaran ketersediaan seng pada jenis tanah
yang berbeda ?. 2). Apakah terdapat hubungan antara kandungan seng di daiam
tanah,

tanaman dan air dengan kadar seng pada manusia yang tinggal di

pedesaan ?. 3). Apakah faktor yang menentukan status seng pada anak ?. 4).
Apakah kekurangan seng

pada bahan pangan manusia dapat ditingkatkan

dengan menambah pupuk kedalam tanah atau tanaman ?.

Keraneka vemikiran
Kesehatan masyarakat ditentukan oleh tingkat konsumsi sen& konsumsi
gizi lainnya, dan adanya penyakit atau infeksi yang dapat menunmkan

ketersediaan gizi dalam tubuh.

Tingkat konsumsi seng dan gizi lainnya

dipengaruhi oleh pola konsumsi pangan. Pola konsumsi pangan mencakup
ragam jenis pangan dan jumlah pangan yang dikomumsi serta fi-ekuensi dan
waktu makan yang secara kuantitaif kesemuanya menentukan ukuran tinggi

rendahnya pangan yang dikonsumsi.

Tinggi rendahnya pangan yang

dikonsumsi dapat dinyatakan dengan besaran satuan kalori untuk energi clan
gram untuk protein, lemak, mineral dan vitamin. Faktor sosialbudaya seperti
kebiasaan makan, j d a h anggota keluarga, dan tingkat pendidhn atau
pengetahuan serta faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan, harga pangan dan
non pangan, dan mekanisme pemasaran berperanan dalam menentukan pola
konsumsi pangan masyarakat.

Asal usul dan ketersediaan bahan pangan yang dikonsumsi menjadi
penting diketahui, sebagai salah satu faktor yang berperan menentukan kadar
seng dalam bahan pangan. Tanah yang berperan sebagai media dan penyedia
unsur hara bagi tanaman akan menentukan kualitas balsan pangan yang
dihasilkan. Ketersediaan seng dalam tanah ditentukan o1eh jenis tanah yang
memiliki sifat kimia dan fisik yang berbeda tergantung dari bahan induk dan
proses pembentukannya. Ketersediaan seng

dalam tanah dan unsur hara

lainnya secara seimbang akan menentukan kadar seng pada tanaman.
Domisili masyarakat Indonesia yang sebagian besar berada di desa dan
pada umumnya penyediaan konsumsi pangan berasal dari daerah setempat,
akan terkait dengan pengelolaan tanah dan tanaman. Untuk daerah -daerah

yang sulit dijangkau, peranan lahan sebagai sumber pangan pokok menjadi
sangat penting. Beras sebagai bahan makanan pokok diperoleh dari tanaman
padi yang ditanam pada daerah tersebut, begitu pula sayur-sayuran dan buah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilalmkan pada beberapa jenis tanah
sawah di Pulau Jawa, kasus kekurangan seng pada tanah banyak ditemukan.
Tetapi, kaitannya dengan tanaman maupun manusia yang di atasnya belum
banyak diungkapkan. Oleh karena itu, penelitian ini akan lebih terfokus pada
masalah, apakah ada hubungan ant-

kandungan seng pada tanah, tanaman

dan air dengan kadar seng pada manusia. Bagaimana mengatasi kekurangan

seng tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber
pangan nabati yang dikonsumsi oleh manusia, sehingga kua.litas sumberdaya
manusia lebih baik di masa yang akan datang.
Kejadian bibir sumbing pada beberapa tempat dijadikan dasar bagi
pemilihan tempat penelitian, selain dari jenis tanahnya, aksebilitas wilayah dan
prasarana dan sarana di desa. Ada dugaan, kasus bibir sumbing merupakan

&bat kekurangan seng pada saat ibu hamil. Kekurangan seng pada saat ibu

hamil akan memperbesar resiko anak yang dilahirkan mengalami bibir
sumbing. Pada masa anak-anak, kekurangan seng dapat menekan pertumbuhan
anak-anak, berat badan turun, menurunkan deposisi lemak, hipogeusia,
menunmkan daya tahan tubuh, kuku cekung, menurunkan daya konsentrasi dan
lain-lain. Pada pria dewasa dapat mempercepat kebotakan, menurunkan fimgsi
seks dan kualitas spenna.
Untuk mengetahui status seng atau kondisi kadar seng pada manusia,
sasaran penelitian ditujukan pada anak-anak sekolah. Pemilihan responden

anak didasarkam pada pertimbangan bahwa anak-anak sekolah adalah harapan
bangsa yang perlu ditingkatkan kualitasnya melalui perbaikan gizi khususnya
asupan seng. Ada beberapa cara untuk mengetahui status seng pada manusia

antara lain menganalisis plasma darah, serum, sel darah merah , rambut dan
urin serta tes kecap Smith.

Pada penelitian ini,

status seng pada anak

ditentukan dengan mengambil contoh rambut untuk dianalisis kadar sengnya
dan tes kecap Smith.
Disamping itu, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin dan urnur anak
serta rumah tangga dari setiap anak diteliti. Kondisi status s a g manusia yang
dihasilkan, diharapkan dapat menggambarkan kondisi masyarakat yang berada
pada daerah pedesaan. Selengkapnya kerangka berfikir pada Gambar 1.
Tuiuan dan kwunaan ~enelitian
Penelitian ini bertujuan;
1. Mengetahui persebaran kandungan dan ketersediaan seng di dalam berbagai

jenis tanah, tanaman, air dan manusia.
2. Mengetahui konstribusi hubungan atau keterkaitan antara tanah, tan-

air clan manusia.
3. Mengetahui status seng pada anak-anak sekolah dengan menggunakan test

kecap (rasa) Smith clan kadar seng dalam rambut.
4. Mengetahui seberapa penting kadar seng dalam tanah dibandingkan dengan

faktor-faktor lainnya mempengaruhi kadar seng &lam tubuh manusia.
5. Mengetahui cara mengatasi kekurangan seng pada tanah, tanaman dan

bahan pangan.
Kegunaan penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam upaya untuk mengatasi

kekurangan seng pada masyarakat.

2. Sebagai dasar penelitian lanjutan tentang hubungan antara manusia dan

lingkungannya.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan kadar seng pada tanaman dan air sesuai dengan

ketersediaan seng di dalam setiap jenis bnah.
2. Terdapat hubungan yang erat antara kadar seng pada tanah, air, tanaman

dan manusia.
3. Pemberian pupuk seng ke dalam tanah atau melalui tanaman dapat

meningkatkan kadar seng pada tanaman d m produknya.

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan sene ~ a d rnanusia
a

Kasus kekurangan seng telah dilaporkan terjadi di beberapa negara seperti

di Iran, Cina, Mesir, Timur Tengah, Turki, Portugal, Maroko, Yugoslavia,
Jamaika, Kanada dan Amerika Serikat (Michigan) dan sudah diketahui sejak
lama karena kandungan seng tanahnya sangat rendah, sehingga banyak manusia
menderita kekurangan seng. Seng merupakan bagian dari 200 metaloenzim,
seperti aikalin fosfatase, &oh01 dehidrogenase, insulin, karbonik anhidrase,
karboksipeptidase. Seng juga berfhgsi sebagai katalis dalam memulai kerja
enzim, seperti DNA polimerase, RNA polimerase dan timidin kinase. Seng
terlibat dalam sintesis protein dan asam nukleat. Seng juga sangat dibutuhkan
untnk mobilisasi vitamin A dari hati (Muchtadi el. a].,1993).
Pada tahun 1993 diperlihatkan kumpulan protein yang mengikat gene

aktif. Seng terlibat menghubungkan antara gugus amino dengan gene aktif.
Hal ini menyebabkan seng sangat penting pada pertumbuhan dan penyembuhan

luka. Asam diribo nukleat (DNA) dibutuhkan secara langsung untuk sintesis
protein dan jaringan. Beberapa an& yang kekurangan seng seperti di Mesir
dan

Irq

menunjukkan

penman

perhmbuhan

tubuh

(dwarfism),

perkembangan seksual buruk, dan luka pada kulit (Florence dan Setright,
1994). Seng juga berperan penting dalam mempertahankan integritas membran
sel.
Menurut Florence dan Setright (1994) seng diperlukan untuk beberapa
fungsi dalam tubuh, seperti:

1. Pembentukan tulang

Seng sangat penting, seperti halnya Ca dan vitamin D yang diperlukan
untuk pembentukan tulang dan mencegah oesteoporosis. Seng diperlukan
untuk sintesis asam amino yang digunakan untuk pembentukan collagen
protein sebagai bahan dasar pembentukan tulang dan diendapkan bersama
Ca.

Kekurangan seng mengakibatkan penurunan pembentukan d m

kekuatan tulang.
2.Penyembuhan luka
Laju penyembuhan luka akan terhambat pada orang yang mengalami
kekurangan seng.

Hal ini membuat perlu memberikan seng sebelum

operasi.
3. Sistem kekebalan tubuh dan penuaan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh menurun
pada penderita kekurangan seng. Pada orang tua, ditemukan fungsi "imun
thymic" dan sel-T menurun, karena harnpir 90 % mengkonsumsi seng
dibawah anjuran. Berbagai indikator menunjukkan "immunocompetence"
pada fimgsi kekebalan berhubungan dengan status seng plasma.
4. Fungsi seksual

Pada lelaki yang mengkonsumsi seng rendah menunjukkan volume semen
sperma rendah dan konsentrasi serum testosteron menurun.
5. "Anorexia nervosa"

Pada wanita muda yang mengalami "anorexia"

atau "bulimia"

yaitu

keinginan makan terus menerus biasanya tejadi karena kekurangan seng
yang serius. Hal ini ternyata bukan karena rendahnya konsumsi makanan,
tetapi oIeh rendahnya seng yang disebabkan gangguan metabolisme atau

mungkin penyakit. Pada orang tua, anoreksia disebabkan karena buruknya
nutrien dan intake (masukan) seng rendah.
6. Mengurangi keracunan kadmium

Seng dapat mengurangi atau mengeluarkan kadmium dari da1am tubuh.
Kadmium sangat beracun dan biasanya terakumulasi pada ginjal.
Total seng yang terdapat di dalam tubuh pria dewasa adalah 1.5-2.5 g,
tersebar pada tulang 20 YO,
otot 63% dan darah 2% serta sisanya pada rambut,
kuku, kulit, organ reproduksi pria, retina. Deposit seng pada tulang tidak dapat
digunakan untuk metabolisme. Konsentrasi seng tertinggi ada dalam jaringan
penutup (Mit, rambut dan kuku), dalam retina dan organ reproduksi pria.
Konsentrasi yang rendah ada dalam hampir semua sel lain seperti plasma
(Linder, 1992).
Tingkat penyerapan (dalam intestin) seng dari bahan pangan relatif
rendah. Hasil penelitian untuk rata-rata orang Arnerika yang mengkonsurnsi
sekitar 10 mg seng per hari yang dapat diserap tubuh hanya 20-30 % (2-3 mg)
(Prasad, 1985). Tingkat penyerapan seng dalam intestin dipengaruhi beberapa
faldor, ada faktor yang membantu dan menghambat penyerapan. Zat-zat yang
diproduksi dan dicerna secara endogen serta berbobot moleM rendah seperti
metionin, histidin, sistein, sitrat, pikolinat, prostaglandin E2,

glutation

tereduksi dan ligan-ligan kecil lainnya membantu penyerapan seng dalam usus
(Sanstead dan Evans, 1984). Penghambat anorganik dan organik penyerapan
seng dalam usus antara lain kadmium, tembaga, fosfat, kalsium, besi (non
heme), mioinositol heksafosfat (fitat), komponen serat makanan termasnk
hemiselulosa dan lignin, dan oksdat.

Sinergie

Gambar 2 ,

Antagonis

Interaksi Metabolik Mineral Esensial
(Georgievskii 1981 )

,

Secara m u m hubungan beberapa unsur anorganik dapat salhg antagonis
dan sinergis dalam proses penyerapan, proses metabolisme dan sampai pada
proses ekskresi (Georgievskii,

1981).

Hubungan antagonis menyebabkan

proses penyerapan dan metabolisme menjadi terhambat, sedangkan sinergistik
menyebabkan saling meningkatkan d m bekerjasama dalam aktivitas metabolik
di tingkat seI maupun jaringan.
Kandungan fitat dan serat dalam bahan pangan dapat menurunkan
ketersediaan seng,

khususnya jika terdapat kalsium (Ca).

Fitat dan serat

terdapat banyak dalam biji-bijian. Fosfat dalam susu dan garam fosfat dapat
menurunkan ketersediaan seng. Hasil penelitian Fitzgerald et. al.

(1993) di

Amerika Utara bahwa kekurangan seng yang terjadi pada wanita karena bahan
pangan yang dikonsumsi bersurnber dari produk pertanian yang kadar fitat
dan kalsiumnya cukup tinggi.
Seng yang dapat dimanfaatkan tubuh adalah yang berasal dari makanan

ditambah dengan seng yang dibebaskan dari enzim-enzim proteolitis pankreas
dan cairan empedu.

Penyerapan seng dalam saluran pencemaan juga

~ ' CU".
berkompetisi dengan ion logam transisi, terutama ~ e "atau ~ e dan
Faktor ini harus dipertimbangkan bila menggunakan suplemen. Penyerapan
seng memerlukan energi dan ditingkatkan oleh asam sitrat.
Setelah penyerapan dan pemindahan seng ke dalam plasma, seng terikat
dalam tiga komponen (Gambar 3) yang satu dengan lainnya di dalam
keseirnbangan, sebagian besar diikat pada albumin, antiprotease d m a
makroglobulin.

-

Dalarn plasma, sekitar 30 % seng berikatan dengan alfa-2

makrogIobdh, sekitar 60 % berikatan secara longgar dengan albumin dan
sekitar 2 % mengkompleks dengan histidin dan sistein. Disamping itu, seng

-

I5 2.5 g
RDA

r"

(~~

ruLry 50% (ti&
bcrguna)
a%.n repdukripria

8

DARAH LENGKAP (9 )rghnO
(KO% d a h n rnhidnrs

.

l ~cubolismslipid~
.
P"F+d-.
MW plOlun (kuht)
Mcllbolimnc NA :
Uuukahudasc asp..
kinax %din
(zpsmu.kulit)
Polimsprc RNAIDNA?
Lin-hbx
dehidmgaurs alkohol
dchidrue 6- unino Icvulinar ptia.
mhid8ase L u b a S .
dhuurc.u-id..
a.

/LAKTASI

k*z;==sOLJl

~ - ~ @ ~ I I ~ ~ S U S U

KLJIJT. RAMBUT

-

-GAT.

\y7

-

Zn-dhunin

I , ,

,

,/,/

614 m g

'-9
h2d.k

3.

URLN

-

03 0 5 ma
MUKOSA

I

Smt

Gambar

- 4 -&glob&

Ikbrbizi,

-F
/ h&intPain
/

Zn-1.1s fg Zn

1 5 rng

ZndiaQlain

kgm*

FESES

(umumny 8 ZN)

N u t r i s i dan r n e t a b o l i s m e s e n g dalam t u b u h
( L i n d e r , 1992)

juga berikatan dengan transferin, metallotionin, nukleoprotein, ceruloplasmin,
heptoglobin dan gammaglobulin. Dari darah, seng diambil oleh berbagai
jaringan Cjumlahnya tergantung pada kebutuhan). Sebaliknya Fe dan Zn tidak
dishpan dan mudah hilang dari dalam tubuh.
Kelebihan seng (konsumsi parenteralis) akan berakumulasi dengan jalan
terikat pada metalotionein dalam hampir semua sel. Ekskresi seng terjadi
melalui pankreas dan empedu, juga hilang melalui keringat, rambut, M i t dan

urin. Besarnya ekskresi seng urin rata-rata 0.5 mglhari, keringat lebih 1 mg/l
(rata-rata sehari 2.8 mg), pankreas 1.5 mgihari dan menstruasi 0.3-0.6 mg
perperiode menstruasi (Muchtadi et. a/., 1993). Pada wanita sedang hamil dan
menyusui, kehilangan seng sernakin meningkat (Linder, 1992). Selanjutnya,
defisiensi seng terjadi karena berbagai sebab seperti disajikan dalam Tabel 1.

Penentuan status s e w manusia

Penentuan status seng pada manusia &pat dilakukan melalui pengukuran
konsentrasi seng dalam serum, plasma, sel darah merah, rambut dan win.
Diagnosis defisiensi seng tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat
jumlahnya di dalam darah. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan seperti
penggunaan obat pencegah kehamilan melahi oral dan injeksi dapat
menurunkan konsentrasi seng senun. Menurut Grazioso et. al. (1993),
konsentrasi seng dalam rambut dapat digunakan untuk indikator status unsur
hara dalam tubuh. Selanjutnya Klevay et. al. (1987) mengemukakan d i s i s
rambut cukup baik digunakan untuk penelitian kesehatan, tetapi hal tersebut
tidak dapat digunakan untuk tujuan klinik kesehatan seperti untuk diagnosis,
prognosis dan terapi karena keterbatasan validasi standard kesehatan. Rambut

Tabel 1. Sebab-sebab dan gejala defisiensi seng

~

...

~

~

~

~

:

~

~

Meningkatnya pengeluaran Zn dari tubuh
Lapar
Terbakar
Diabetes melitus
Ketoasidosis
Pengobatan diuretik
Proteinuria
Penyakit-penyakit hati
Hemolisis intravaskuler (misalnya
anemia sel sickle)
Porfiria
Pengobatan dengan zat pengkelat
Kehilangan darah yang kronis
Infeksi parasit
Dialisis
Dermatitis eksfoliatif
Keringat berlebihan
Sumber : Linder (1992)

~

......... ..,........... ............................. *!?
.!a

Tidak cukup seng dalarn diet
Defisiensi protein-kalori
Pembatasan protein dalam diet
Diet sintetik
Pemberian makanan intravena
Malabsorpsi
Akrodermatitis enteropati
Penyakit celiac dan enteropati lain
Insufisiensi pankreas
Penyakit radang usus kronis
Sistem penyerapan yang tidak berkernbang baik

~

~

.

. .................................
~ ~

......................................

Anoreksia
Rasa dan penciuman rusak
Pertumbuhan terhambat
Hipogonadisme
Penyembuhan luka tertunda
Irnpotensi pada pasien dialisis ginjd
Depresi, pikiran labil, tidak a& konsentrasi
Tremor
Nistagmus
Disarthria
Jitteriness

C

Fotofobia, buta rnalarn, blefaritis
Lesi kulit (jari, parineum, parietal
nasalobial, lipatan-lipatan )
Paronychiae dengan superinfeksi monilial
Kuku perhenti tumbuh, hilang, dengan
Beausline)
Pertumbuhan rambut berhenti atau alopesia
Diare

~

~

digunakan juga sebagai indikator unsur ham esensial seperti krom, mangan,
tembaga dan seng yang dapat mengetahui status hara tersebut secara spesifik,
sensitif, cepat, mudah dan biaya relatif murah.

Selain itu, juga digunakan

untuk mengetahui status unsur non essensial seperti Cd dan Pb.
Konsentrasi seng dalam rambut rendah pertama kali dilaporkan pada
kasus defisiensi seng terjadi pada anak laki-laki yang pertumbuhannya
terhambat (dwarfism) di Timur Tengah (Strain et. al.,

1966).

Konsentrasi

seng dalam rambut rendah juga dihubungkan dengan buruknya pengecapan
rasa dan atau pertumbuhan an& rendah (Hambridge et. al., 1972; Buzina et.
al,

1980; Xue-Cun

et. al., 1985; Smith-Vanderkooy and Gibson,

1987;

Gibson et. al., 1989). Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa terdapat
korelasi positif antara konsentrasi seng dalam rambut dengan konsentrasi seng
dalam serwdplasma secara cross sectional (McBean et. al., 1971).
Konsentrasi seng dalam rambut menggambarkan konsentrasi seng dalam
plasma ddam jangka panjang, sehingga dapat menggambarkan status seng
dalam tubuh (Bobilya et. al., 1994). Perubahan kandungan seng rambut lebih
lambat daripada perubahan seng dalam plasma. Respon perubahan konsentrasi
seng dalam rambut terjadi pada periode 6 minggu atau h a n g , sejak terjadinya
perubahan kronis status seng pada manusia (Greger and Geissler, 1978; Lane
et. a/., 1982).

Konsentrasi seng plasma sangat cepat berubah seiring dengan

konsumsi yang mengikuti pola diurnal, serta dipengaruhi fisiologi, stress,
kehamilan, penyakit dan konsumsi obat kontrasepsi.

Oleh karena itu,

interpretasi konsentrasi seng dalam plasma hams dilakukan hati-hati.
Konsentrasi
pengurangan

seng

konsumsi

dalam

rambut,

juga

menunjukkan

makanan yang mengandung

seng.

pengd
Perubahan

konsentrasi seng dalam rambut terjadi 1 minggu setelah penghentian makanan
mengandung seng (Bobilya et. al., 1994). Selain itu konsentrasi seng rambut
berhubungan

erat dengan demografi seperti umur, jenis kelamin, tempat

tinggal dan kehamilan serta masa menyusui (Klevay et. al., 1993).

penelitian Ferguson et. al.

Hasil

(1993) di Afiika menunjukkan konsentrasi seng

rambut pada tiga lokasi Malawi, Gidantuba dan Slepor berturut-turut 1.21,1.99
dan 1.42 pmoVg. Perbedaan tersebut berhubungan dengan ketersediaan biologi
(bioavailability) seng dari bahan pangan.
Untuk menganalisis kandungan seng rambut, hams mencuci contoh
rambut dengan benar agar terhindar dari kontaminasi di laboratorium serta
menghilangkan bekas pemakaian cat rambut, penyubw rambut dan penggunaan
sampo rambut (Bogden et. al., 1987). Selain itu perlu diperhatikan rata-rata
pertumbuhan rambut.

Defisiensi seng pada an&-an&

dikaitkan dengan

buruknya pertumbuhan dan perkembangan anak dan pengecapan rasa atau
anoreksia dengan konsentrasi seng dalam rambut h a n g 70 ppm (1.07 moVg)
(Hambridge

el. al.,

1972; Smit-Vanderkooy and Gibson, 1987).

Nilai

tersebut merupakan batas kritis kecukupan seng pada anak-anak, dibawah nilai
tersebut akan menunjukkan kondisi defisiensi seng yang buruk.

Kadar seng pada tanaman dan Deranannva

Unsur seng pada urnumnya diambil tanaman sebagai kation divalen
(zn2+), pada pH tinggi diserap sebagai bentuk kation monovalen (ZnOH').
Pada konsentrasi ca2' tinggi pada tanah dapat menghambat penyerapan seng.
Angkutan jarak jauh seng terbanyak melalui xylem, seng bisa terikat asam
organ* atau kation bebas divalen. Di dalam tanaman, seng tidak teroksidasi

atau tereduksi, sehingga bentuknya tetap sebagai kompleks tetrahedral
(Marschner, 1986). Menurut Hamilton et. al. (1993) pengambilan (up take)
seng oleh tanaman dipengaruhi oleh beberapa &tara lain fase pertumbuhan,
kadar bahan organik, kadar P tanah dan xnikroorganisme. Pengambiian seng
oleh tanaman berbeda menurut umur, berkorelasi positif dengan kadar bahan
organik dan vesicular-arbuscular mycorrhiza (VAM) serta berkorelasi negatif
dengan kadar P tanah.
Aktivitas seng dalam tanaman yaitu terlibat sebagai komponen logam dari
enzim atau fungsional, struktural atau penggerak, kofaMor dari sebagian besar
enzim. Paling tidak ada 4 enzim yang mengandung ikatan seng yaitu: allcohd
dehidrogenase, Cu-Zn superoksida dismutase, karbonil anhidrase, dan RNA
polymerasi.

Seng sangat perlu untuk mempertahankan integritas membran

secara umum dan khususnya plasma membran (Welch et. al., 1982 dalam
Marchner dan Cakmak, 1989).
Seng dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan kerja auksin.
Kekurangan seng akan mengganggu pembentukan asam amino triptofan yang
merupakan bahan pemula dalam pembentukan asam indolasetat (auksin).
Akibat kekurangan seng perhunbuhan batang tanaman dikotil terhambat
(rosset) dan daun tanaman mengecil. Gejala ini sering berkombinasi dengan
klorosis, yang kontras atau baur.

Pada tanaman biji-bijian seperti jagung,

klorosis sepanjang midrib (tulang daun), bintik diskolorasi pada daun. Gejala
klorosis dan nekrosis daun tua pada tanaman kekurangan seng mungkin juga
sebagai &bat keracunan fosfor (Marschner, 1986). Hasil penelitian Thorne
(1957) dalam Bugbee dan Frink (1995) kekurangan sen

yang ditemukan di Amerika Serikat menunjukkan gejala klorosis pada daun
tua, pertumbuhan dan penyerbukan terhambat.
Pada tanaman tingkat tinggi gejala kekurangan seng terlihat pada daun
karena menghambat pembesaran daun, intervenial klorosis atau "clorotic band"
dengan bintik merah (Cakmak, 1988