Analisa Penyebab Kerusakan Mesin Sizing Baba Sangyo Kikai dengan Metode FMEA dan LTA (Studi Kasus di Pt Primatexco Indonesia)

Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN MESIN SIZING BABA SANGYO KIKAI
DENGAN METODE FMEA DAN LTA
(STUDI KASUS DI PT PRIMATEXCO INDONESIA)
Hafidh Munawir, Dani Yunanto
Jurusan Teknik Industri UMS
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta
Telp. (0271) 717417 ext 237
hafidh2001@yahoo.com, munawir_hafidh@ums.ac.id

Abstrak
PT. Primatexco Indonesia merupakan suatu perusahaan tekstil yang memproduksi kain mori
untuk bahan baku batik dengan menggunakan beberapa mesin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab kerusakan mesin dan usulan perbaikan terhadap kerusakan pada mesin
Sizing 1 Baba Sangyo Kikai. Metode yang digunakan adalah FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) dan LTA (logic Tree analysis). Dari hasil penelitian diketahui penyebab kerusakan
mesin Sizing Baba Sangyo Kikai PT Primatexco Indonesia yaitu : Penjadwalan penggantian
bearing braket yang tidak berskala sehingga menyebabkan bearing brake pully ambrol,

Kurangnya pemberian pelumas dan kurangnya pembersihan rutin pada bearing sehingga
berakibat keausan bearing pada size box, Beban pada mesin sizing yang melakukan proses
produksi terus menerus demi mengejar target pesanan sehingga mengakibatkan bottom roll
ambrol, Kurangnya servis (perbaikan) maupun pengecekan pada main motor sehingga
menyebabkan shaft pully motor mengalami kerusakan. Dari hasil analisa menggunakan Logic
Tree Analysis (LTA) dapat diketahui bahwa Bearing braket pully ambrol, Bearing aus, Bottom
roll ambrol (bearing dan seal), Shaft pully motor, Bearing dan v-belt aus masuk dalam
kategori B yaitu mempunyai konsekuensi terhadap operasional plant ( mempengaruhi
kuantitas dan kualitas output) yang dapat menyababkan kerugian ekonomi secara signifikan.
Usulan perbaikan yang perlu dilakukan perusahaan yaitu : Sebaiknya dalam melakukan
pekerjaan, operatornya sudah melakukan SOP dengan baik dan benar, Melakukan
penjadwalan penggantian pada semua komponen terutama pada komponen yang sering
mengalami keausan, Sebaiknya melakukan perawatan rutin tiap minggu atau pun tiap 1 bulan
sekali, Penyediaan sparepart/ komponen yang sering menggalami penggantian, Sebaiknya
operator juga diberi pengarahan bagaimana menggunakan mesin agar tidak cepat mengalami
kerusakan, Memprioritaskan pekerjaan perbaikan/pengantian komponen apabila terjadi
kerusakan sesuai dengan rating tertinggi nilai Risk Priority Number (RPN).
Kata Kunci : FMEA, Sizing 1 Baba Sangyo Kikai, LTA.

1.


PENDAHULUAN
PT. Primatexco Indonesia merupakan suatu perusahaan tekstil yang memproduksi kain mori
untuk bahan baku batik. Perusahaan melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan permintaan
didalam atau diluar negeri dengan menggunakan beberapa mesin diantaranya mesin Sizing 1 Baba
Sangyo Kikai. Jika mesin ini rusak, maka aliran produksinya akan terganggu. Untuk mengetahui
penyebab mesin mengalami kerusakan serta mengetahui kegagalan yang paling berpengaruh pada
mesin, maka digunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), sedangkan untuk
mengetahui katogori failure mode terhadap langkah perbaikan yang harus segera dilakukan serta arah
tindakan yang harus dipilih untuk mengatasi failure mode digunakan LTA (Logic Tree analysis) .
FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain sistem dengan
mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari sistem yang terdiri dari komponen
komponen dan menganalisis pengaruh-pengaruhnya terhadap keandalan sistem tersebut. Dengan
penelusuran pengaruh-pengaruh kegagalan komponen sesuai dengan level sistem, item-item khusus
yang kritis dapat dinilai dan tindakan-tindakan perbaikan diperlukan untuk memperbaiki desain dan
mengeliminasi atau mereduksi probabilitas dari mode-mode kegagalan yang kritis.
Dalam menggunakan analisa ini pnggunaan FMEA sebagai tool untuk mencari sebab akibat dan
solusi untuk memecahkan masalah dalam maningkatkan performance dari suatu peralatan dalam
296


Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

rangka menjaga kelanjutan dari proses produksi mesin Maschtroj . Dan dalam proses FMEA dalam
garis besarnya ada tiga fase yang harus dilalui, diantaranya yaitu:
1. Identifikasi kegagalan sebab akibat
2. Analisa evaluasi prioritas resiko
3. Tindakan redesain sistem, proses, modifikasi SOP dan sebagainya.
Adapun keuntungan penggunaan Metode FMEA ini dalam suatu perusahaan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas, kehandalan dan keamanan produk
2. Membantu meningkatkan kepuasan customer (internal dan eksternal)
3. Mendokumentasi dan melacak tindakan yang diambil untuk mengurangi resiko
Dalam pelaksanaan FMEA pada dasarnya mempunyai beberapa langkah yang bisa diikuti
untuk mendapatkan hasil. Adapun langkah-langkah FMEA yatu mengidentifikasi potensial–
potensial yang ada yaitu: potensial kegagalan, potensial efek dari failure modes, potensial penyebab
dari failure modes dan evaluasi kontrol yang ada atau verifikasi desain. Langkah selanjutnya adalah
menentukan tingkat keparahan, tingkat keseringan terjadi dan tingkat bisa di deteksi atau tidaknya dan
selanjutnya akan diteruskan dengan menghitung Risk Priority Number untuk menentukan langkahlangkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan.(Risnanto, 2010). Dalam FMEA,
dapat dilakukan perhitungan RPN untuk menentukan tingkat kegagalan tertinggi. Risk Priority

Number (RPN) merupakan hubungan antara tiga buah variabel yaitu Severity (Keparahan),
Occurrence (Frekuensi Kejadian), Detection (Deteksi Kegagalan) yang menunjukkan tingkat resiko
yang mengarah pada tindakan perbaikan.
Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) memiliki tujuan untuk memberikan prioritas pada tiap
mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi, kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan
tidak sama. Prioritas suatu mode kerusakan dapat diketahui dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah disediakan dalam LTA ini. Analisis kekritisan menempatkan setiap mode kerusakan ke
dalam satu dari empat kategori. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai
berikut:
a. Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi ganguan dalam
sistem?
b. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?
c. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin terhenti?
d. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi dalam 4 kategori, yakni:
1. Kategori A (Safety problem) jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap
personel maupun lingkungan.
2. Kategori B (Outage problem) jika failure mode mempunyai konsekuensi terhadap
operasional plant (mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas output) yang dapat
menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan.

3. Kategori C (Economic problem) , jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun
operasional plant dan hanya menyebabkan kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk
perbaikan.
4. Kategori D (Hidden failure) jika failure mode tergolong sebagai hidden failure, yang
kemudian digolongkan lagi ke dalam kategori D/A, kategori D/B, dan kategori D/C.
(Tahril, 2008)
2.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian di lakukan di mesin Sizing 1 Baba Sangyo Kikai PT. Primatexco Indonesia. Data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data tentang penyebab kerusakan, frequency of occurance,
degree of severity, dan change of detection. Data-data tersebut diperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung, wawancara, dan data sekunder yang ada di perusahaan. Langkah-langkah
didalam penelitian ini yaitu :
a. Menghitung Nilai Risk Priority Number (RPN), dimana RPN merupakan perkalian antara
nilai occurance, severity dan detection masing-masing failure mode.
b. Menentukan urutan nilai RPN dari yang tertinggi hingga yang paling rendah. Nilai RPN
tertinggi dapat diartikan bahwa komponen tersebut membutuhkan penanganan yang segera
apabila failure mode terjadi.
297


Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

c. menentukan prioritas failure mode yang akan dilakukan perbaikan. Cara yang digunakan
untuk menentukan prioritas tersebut yaitu menggunakan diagram pareto.
d. Menentukan kategori dari LTA
e. Memberikan usulan perbaikan
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Risk Priority Number (RPN) merupakan perkalian antara nilai occurance, severity dan
detection masing-masing failure mode. Kemudian nilai dari RPN yang telah diketahui diurutkan
berdasarkan nilai tertinggi hingga yang paling rendah. Nilai RPN tertinggi dapat diartikan bahwa
komponen tersebut membutuhkan penanganan yang segera apabila failure mode terjadi. Nilai RPN
dapat dilihat ditabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengisian variabel FMEA dan Perhitungan RPN
No


Frequency
Of
Occurance
4.7

Degree
Of
Severity
1.3

Change
Of
Detection
6.3

Cavity box harus ganti filter

2.3

1.3


Pompa sirkulasi sebelah kiri bocor

3.7

1.7

bearing dan v-belt aus

5.3

bearing braket pully ambrol
Proses pengepresan tidak bisa cepat

Failure Mode

Failure Cause

RPN


RANK

39.4

15

5.3

16.6

27

6.0

36.7

16

3.7


4.0

78.2

5

5.7

4.0

4.0

90.7

1

3.0

3.7


4.0

44.0

14

squeezing roll mengelupas

5.7

3.7

3.7

76.2

6

ada bunyi pada bearing 298queezing roll

3.0

2.0

4.0

24.0

22

Bottom roll ambrol (bearing dan seal)

5.7

3.7

4.0

83.1

3

Bearing aus

5.3

4.0

4.0

85.3

2

down-up immersion roll macet

3.3

3.7

4.0

48.9

12

guide roll size box I macet

2.7

1.7

4.0

17.8

26

putaran spindle lompat

4.3

1.7

3.7

26.5

21

braket tension roller chain pecah

4.0

3.7

3.3

48.9

13

Pipa uap bocor

3.3

2.0

4.3

28.9

18

Cylinder tidak memutar

4.0

3.7

3.7

53.8

10

putaran beam tidak normal

4.3

3.3

4.0

57.8

8

PIV (Kato) agak tidak normal

4.0

3.3

4.0

53.3

11

brake beam sebalah kanan aus

4.0

1.7

4.3

28.9

19

Angin bocor

3.3

2.0

3.3

22.2

23

shaft pully motor

4.7

4.0

4.3

80.9

4

Press roll tidak berfungsi sempurna

4.7

3.3

4.0

62.2

7

press roll bearing ambrol

4.3

3.3

4.0

57.8

9

Rantai penghubung As ke belakang Aus
bearing shaft penghubung bottom roll
ambrol

2.7

2.0

4.0

21.3

24

2.3

2.0

4.0

18.7

25

putaran spindle lompat-lompat

2.0

2.0

4.0

16.0

28

Open close Spindle tidak bisa buka

2.0

2.0

3.3

13.3

30

2.3

4.0

15.6

29

1.7

4.0

31.1

17

26.7

20

Pompa radial mengalami kendala
1

2

3

4
5
6
7
8
9

Cavity box

Deviding rod

Size box

Take – up
Cylinder dryer
PIV
Beam Stand
Main Motor
Press roll

10

Side Shaft

11

Spindle

12

Rotary joint

Rotary bocor

1.7

13

Coupling

bush coupling aus

4.7

14

Sisir Expansion

sisir expansion tidak normal

Jumlah
Rata-Rata

4.0

1.7

4.0

114.7

80.0

123.7

3.8

2.7

4.1

Setelah mendapatkan nilai dari ranking variabel FMEA dan nilai dari perhitungan RPN.
Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas failure mode yang akan dilakukan perbaikan. Cara
yang digunakan untuk menentukan prioritas tersebut yaitu menggunakan diagram pareto. Berikut
diagram pareto dari nilai RPN dan failure cause FMEA.

298

Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

Pareto Chart of Failure cause
1400

80

800

60

RPN

1000

600

Percent

100

1200

40

400
20

200
0
Failure cause

0

o l u s l ) o r us a s n a o l a l a r a l a h e t a t l a o r u s u s o r a l a t o l l o r u s o l e t er
br g a sea o t lt a lu p ur b r r m u t r m e c a c ce p n d a b o c g a n a b o c r m mp g r b o c g A b r a c Ot h
a m in n y m b e g e m p a m n o e m n o n p ll m a ke ir i l in n a a p k n o e lo zin i n k an l a m I m
k up ka u a d l u e g l a o l o x
l y e ar da u l l v- e n s e i ng ak k m a k h ai ro b is mi
l
p u B ri ng f t p d a n l l m g si a r ti d i da k t id r c i o n d ak a la la h co la h ip a ti d p in sq An be m r e b
et
g b e sh b a P i on n s ing
a ha g ro u n b e a m r t a l le rs ti
ke tto l si z
ak
be S r in n g e r f o ll b e de ) a g r o me sa n e n i s e Bu se
ns ra a r
As b o r o l
(
br
m
n
r
s
n m e
a i
b
g g
n i
o
m
pa t a b e
ol
ng
Be e e z a k e ss ra Cyl Ka t sio p i p r ia l u l a
u n b u n id e
ea
e x Pu da
br
n -u g e a d irk
ri
d Pr t a
b
b
r
(
i
u
u
u
a
u
i
e
a
m
t
t n n
s
r
h G
p
h
e
s
V
a
Pu
Sq o ll
Be
Si
ak
P I ke t o w p e p a pa
ll
yi
ng ng
r
Br
ro
un
r a D se s o m o m
pe t pe
ss
b
i
B
m
e
f
P
o
P
r
a
a
P
t to
nt ha
Pr
Ad
Bo
Ra g s
in
ar
e
B

Count

90.785.383.180.978.276.262.257.857.853.853.348.948.944.039.436.731.128.928.926.726.524.022.221.318.717.861.5

Percent
Cum %

7 7 6 6 6 6 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 5
7 13 20 26 32 38 43 47 52 56 60 63 67 71 74 76 79 81 83 85 87 89 91 92 94 95 100

Gambar 1 Diagram analisis menggunakan diagram pareto
Berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram pareto dapat diketahui beberapa failure mode
yang diprioritaskan untuk dilakukan analisa menggunakan Logic Tree Analysis. Failure mode yang
dianalisa adalah mode kerusakan yang memiliki tingkat RPN hingga mencapai 75% komulatif.
Artinya 75% adalah mode kerusakan yang paling besar pengaruhnya terhadap dampak yang
ditimbulkan pada mesin Sizing 1 Baba Sangyo Kikai di PT Primatexco Indonesia pada bagian
Maintenance Weaving Preparation . Akan tetapi bukan berarti failure mode yang lain tidak perlu
dianalisa.
Dari hasil analisa dengan diagram pareto, dapat diketahui bahwa failure mode yang harus
diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan yaitu : Bearing braket pully ambrol, Bearing aus, Bottom roll
ambrol (bearing dan seal), Shaft pully motor, Bearing dan v-belt aus, Squeezing roll mengelupas,
Press roll tidak berfungsi sempurna, Press roll bearing ambrol, Putaran beam tidak normal, Cylinder
tidak memutar, PIV (Kato) agak tidak normal, Braket tension roller chain pecah, dan Down-up
immersion roll macet.
Untuk mengetahui katogori failure mode terhadap langkah perbaikan yang harus segera
dilakukan serta arah tindakan yang harus dipilih untuk mengatasi failure mode maka digunakan Logic
Tree Analysis (LTA).Berikut ini analisa LTA yang didapatkan dalam penelitian ini, dimana
keterangan tersebut di-breakdown kedalam masing-masing jenis kerusakan pada mesin Sizing Baba
Sangyo Kikai :
Tabel 2 Hasil Analisa Menggunakan LTA
No

Functional Failure

Hasil analisa menggunakan L T A
Failure Mode
Efident

Safety

Outage

Catagori

1

Deviding rod

Bearing braket pully ambrol

ya

Tidak

ya

B

2

Size box

Bearing aus

ya

Tidak

ya

B

3

Size box

Bottom roll ambrol (bearing dan seal)

ya

Tidak

ya

B

4

Main Motor

Shaft pully motor

ya

Tidak

ya

B

5

Deviding rod

Bearing dan v-belt aus

ya

Tidak

ya

B

6

Size box

Squeezing roll mengelupas

ya

Tidak

ya

B

7

Press roll

Press roll tidak berfungsi sempurna

ya

Tidak

tidak

C

8

Press roll

Press roll bearing ambrol

ya

tidak

ya

B

9

PIV

Putaran beam tidak normal

ya

tidak

tidak

C

10 Cylinder dryer

Cylinder tidak memutar

ya

tidak

ya

B

11 PIV

PIV (Kato) agak tidak normal

Ya

tidak

tidak

C

299

Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

12 Take-up

Braket tension roller chain pecah

Ya

tidak

ya

B

13 Size box

Down-up immersion roll macet

Ya

tidak

ya

B

Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa kerusakan yang ada pada bearing dikarenakan
masa pakai melampaui batas, kurang pemberian oli, kurang kebersihan setelah pemakaian dan terjadi
banyak karat. Dari hal tersebut sebaiknya dilakukan suatu perbaikan untuk penjadwalan penggantian
komponen bearing tersebut, pengecekan pada tiap subgroup mesin sizing baba sangyo kikai,
pembersihan yang dilakukan tiap hari dan pemberian oli yang berskala agar tidak terjadi karat. Hal-hal
tersebut sebaiknya dilakukan oleh karyawan bagian maintenance khususnya maintenance mesin sizing
agar tidak terjadi banyak kerusakan mesin yang mengganggu jalanya proses produksi.
Tidak hanya karyawan bagian maintenance saja yang melakukan perawatan tersebut namun
bagi operator produksi sebaiknya juga ikut menjaga mesin-mesin yang mereka jalankan dengan
berpedoman pada SOP yang telah dibuat. Kedisplinan juga berperan dalam perawatan mesin, dan
semua karyawan juga ikut memperhatikan kerusakan-kerusakan yang terjadi agar proses produksi
berjalan lancer dan menghasilkan output yang diharapkan.
Untuk penjadwalan penggantian komponen sebaiknya dilakukan setiap 3 bulan atau 4 bulan
sekali sedangkan untuk pengecekan pada tiap subgroupnya dilakukan setiap 4 hari sekali agar kondisi
mesin tetap terjaga. Kemudian dalam pemberian oli dilakukan setiap pergantian shift maupun sehari
sekali itu akan lebih memaksimalkan penggunaan mesin. Pembersihan dan perawatan sebaiknya
dilakukan per minggu maupun per bulan. Adapun dari beberapa perbaikan yang telah disebutkan dapat
digambar pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3 Usulan Perbaikan
Failure Mode and Effect Analysis
Data

: Juli 2012 - Juli 2013

Plant

: Weaving Preparation

Machine Name
: Sizing 1 Baba Sangyo Kikai
Functional
No Failure
Failure Mode
Failure Cause
Deviding
Bearing braket
Masa pakai yang sudah
pully ambrol
melampaui batas/sudah tua
1 rod
Kurangnya pemberian
pelumas
Kurangnya kebersihan
setelah dipakai.
2 Size box
Bearing aus

RPN

Category
of LTA

90.7

B

85.3

B

83.1

B

Lakukan pengecekan setiap hari
Lakukan pembersihan setiap hari
khususnya fokus pada bearing
Selalu dikasih oli khususnya daerah yang
sering terjadi karatan
Ganti Bottom roll jika teridentifikasi
akan ambrol dalam periode beberapa
waktu ke depan

B

Operator harus selalu menerapkan SOP
Harus mempunyai motor penggerak
cadangan sehingga memungkinkan
segera diganti dan tidak menunggu lama
sehingga down time akan semakin besar

B

Lakukan pengecekan setiap hari atau
berskala
Memberi oli sebelum pemakaian atau
beberapa hari sekali

Terjadi karat yang berlebihan

3

4

5

6

7

Size box

Main
Motor

Deviding
rod

Size box

Press roll

Bottom roll
ambrol (bearing
dan seal)

Penjadwalan pengantian yang
tidak tepat
Terjadi over load atau beban
yang berlebihan

Squeezing roll
mengelupas

Proteksi atau heater terjadi
over load serta tidak bekerja
dengan baik
Kurangnya perawatan dan
perhatian oleh bagian teknisi
maintenance
Kurangnya pemberian
pelumas
Kurangnya pembersihan oleh
operatornya sendiri terhadap
mesin
Saat pemakanan benda kerja
beban yang terjadi terlalu
berat

Press roll
bearing ambrol

Ketelitian dari operatornya
sendiri kurang
Penjadwalan pengantian yang
tidak tepat

Shaft pully
motor

Bearing dan vbelt aus

300

Usulan Perbaikan
Penjadwalan penggantian bearing braket
dengan benar

80.9

78.2

76.2

B

57.8

B

Lakukan pembersihan setiap hari sehabis
mesin beroperasi
Operator harus selalu menerapkan SOP
dan tidak memaksakan mesin dengan
beban yang terlalu berat
Operator sebaiknya mengecek apabila
terjaadi gejala kerusakan pada saat mesin
beroperasi
Membuat penjadwalan berdasarkan
perhitungan dan teori yang benar

Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

Kurangnya kebersihan
setelah dipakai.
8

9

Cylinder
dryer

Cylinder tidak
memutar

Take-up

Braket tension
roller chain
pecah

Terjadi karat yang berlebihan
Proteksi atau heater terjadi
over load serta tidak bekerja
dengan baik
Kurangnya perawatan dan
perhatian oleh bagian teknisi
maintenance

53.8

B

48.9

B

48.9

B

Masa pakai yang sudah
melampaui batas/sudah tua

10

4.
a.

b.

c.

d.

Size box

Down-up
immersion roll
macet

Kurangnya pemberian
pelumas
Kurangnya pembersihan oleh
operatornya sendiri terhadap
mesin

Membersihkan sisa-sisa sampah produk
sebelum dan sesudah mesin beroperasi
Selalu dikasih oli khususnya daerah yang
sering terjadi karatan
Memberi istirahat pada mesin atau
pemberhentian yang berskala agar mesin
tidak overhead
Lakukan pengecekan setiap hari atau
berskala oleh teknisi bagian maintenance
Ganti roller chain jika teridentifikasi
akan ambrol dalam periode beberapa
waktu ke depan
Memberi oli sebelum pemakaian atau
beberapa hari sekali
Lakukan pembersihan berskala per
minggu ataupun perbulan

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
Beberapa penyebab mesin Sizing Baba Sangyo Kikai PT Primatexco Indonesia sering
mengalami kerusakan antara lain: Penjadwalan penggantian bearing braket yang tidak berskala
sehingga menyebabkan bearing brake pully ambrol, Kurangnya pemberian pelumas dan
kurangnya pembersihan rutin pada bearing sehingga berakibat keausan bearing pada size box,
Beban pada mesin sizing yang melakukan proses produksi terus menerus demi mengejar target
pesanan sehingga mengakibatkan bottom roll ambrol, Kurangnya servis (perbaikan) maupun
pengecekan pada main motor sehingga menyebabkan shaft pully motor mengalami kerusakan.
failure mode yang dianalisa adalah mode kerusakan yang memiliki tingkat RPN hingga
mencapai 75% komulatif. Failure modes tersebut yaitu Bearing braket pully ambrol, Bearing
aus, Bottom roll ambrol (bearing dan seal), Shaft pully motor, Bearing dan v-belt aus, Squeezing
roll mengelupas, Press roll tidak berfungsi sempurna, Press roll bearing ambrol, Putaran beam
tidak normal, Cylinder tidak memutar, PIV (Kato) agak tidak normal, Braket tension roller
chain pecah, Down-up immersion roll macet.
Dari hasil analisa menggunakan Logic Tree Analysis (LTA) dapat diketahui bahwa Bearing
braket pully ambrol, Bearing aus, Bottom roll ambrol (bearing dan seal), Shaft pully motor,
Bearing dan v-belt aus masuk dalam kategori B yaitu mempunyai konsekuensi terhadap
operasional plant ( mempengaruhi kuantitas dan kualitas output) yang dapat menyababkan
kerugian ekonomi secara signifikan.
Usulan perbaikan yang seharusnya dilakukan yaitu Sebaiknya dalam melakukan pekerjaan,
operatornya sudah melakukan SOP dengan baik dan benar, Melakukan penjadwalan
penggantian pada semua komponen terutama pada komponen yang sering mengalami keausan,
Sebaiknya melakukan perawatan rutin tiap minggu atau pun tiap 1 bulan sekali, Penyediaan
sparepart/ komponen yang sering menggalami penggantian, Sebaiknya operator juga diberi
pengarahan bagaimana menggunakan mesin agar tidak cepat mengalami kerusakan,
Memprioritaskan pekerjaan perbaikan/pengantian komponen apabila terjadi kerusakan sesuai
dengan rating tertinggi nilai Risk Priority Number (RPN) pada setiap failure mode yang telah
dirumuskan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
As’ari, Ayub. 2012. Analysis Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan upaya peningkatan
performansi mesin di PT. Kubota Indonesia: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lindley R. Higgis dan R. Keith Mobley. 2002. Maintenance Enginering Handbook. McGraw-Hill.
Edition : 6, London
Hartanto Dody, Vanany Iwan, dan Yuskartika Dhina. 2012. Pengelolahan Risiko Menggunakan
Metode FMECA dan Simulasi Berbasis Proses Bisnis Pada Rantai Pasok Makanan. Journal
Of Maintenance.
Hesamestyna Molly. 2011. Identifikasi Titik Kritis Traceability Menggunakan Metode Pendekatan
FMECA Pada Industri Pengolahan Udang Breaded. Journal of Maintenance.
301

Seminar Nasional IENACO – 2014

ISSN 2337-4349

Nahar Nurkholiq dan Tejo Sukamadi, Ir.MT . 2012. Pemeliharaan Bushing Pada Transformator
Tenaga 150/20 kV. Jurnal Pemeliharaan.
Sisjono dan Iwan Koswara. 2004. Pemeliharaan dan Perbaikan Komponen-komponen Alat . Edisi
Revisi . Penerbit : Erlangga, Jakarta.

302

Dokumen yang terkait

Analisa Penyebab Kerusakan Mesin Packer Semen di Tuban IV dengan Pendekatan FMEA dan LTA

1 10 8

TUGAS AKHIR OPTIMASI INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN KOMPONEN KRITIS UNTUK MINIMASI DOWNTIME PADA MESIN SIZING HS20-II (Studi kasus: PT. PRIMATEXCO INDONESIA, BATANG).

0 0 15

PENDAHULUAN OPTIMASI INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN KOMPONEN KRITIS UNTUK MINIMASI DOWNTIME PADA MESIN SIZING HS20-II (Studi kasus: PT. PRIMATEXCO INDONESIA, BATANG).

0 0 6

ANALISA KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PCI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA Analisa Kerusakan Jalan Dengan Metode Pci Dan Alternatif Penyelesaiannya (Studi Kasus Ruas Jalan Purwodadi – Solo Km 12+000 – Km 24+000).

0 1 19

Analisa Kerusakan pada Bottle Crowner (Studi Kasus di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera).

0 5 7

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG.

17 52 209

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN ENGINE ARROWVRG TYPE 330 TA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA

0 2 6

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA

1 35 7

APLIKASI PERAMALAN PERMINTAAN BAHAN BAKU PADA PT. BABA RAFI INDONESIA DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER (STUDI KASUS DAERAH SURABAYA)

0 1 5

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG

0 0 22