115
Berdasarkan grafik dan tabel di atas tampak bahwa hasil observasi pada siklus I menunjukan ada 7 siswa yang malu atau malas
bertanya, ada 7 siswa yang enggan menyampaikan pendapat, ada 4 siswa yang tidak mendengarkan teman yang sedang berbicara, ada 4
siswa yang menyalahkan orang lain. Tetapi ada beberapa siswa yang menunjukan karakter ksatria yaitu ada 9 siswa yang menanggapi
pertanyaan peneliti. Ada 10 siswa yang menunjukan sikap menolong dan ada 7 siswa yang menunjukan sikap tanggung jawab.
Pada siklus II setelah diberikan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
tampak bahwa ada 5 siswa yang malu atau malas bertanya, ada 4 siswa yang enggan
menyampaikan pendapat, 2 siswa tidak memperhatikan fasilitator. Tetapi sikap karakter siswa meningkat bahwa ada 11 siswa yang
menanggapi pertanyaan peneliti, 12 siswa bersikap tolong menolong, 9 siswa menunjukan sikap tanggung jawab.
B. Pembahasan
Peningkatan karakter ksatria melalui pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
berjalan sesuai dengan rencana. Penelitian tindakan yang terdiri dari tiga siklus memperoleh data tentang siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur
Bayat Tahun Ajaran 20152016. Hasil penelitian tindakan mengungkap adanya peningkatan karaketr ksatria sebelum dan sesudah, serta
peningkatan setiap siklus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Berdasarkan s iklus I dengan topik bimbingan “Berani Mengakui
Kesalahan ” menunjukan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki
karakter ksatria dengan kategori sedang berjumlah 14 siswa dan 8 siswa yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa siswa
sudah menerapkan karakter ksatria dengan baik. Penerapan karakter ksatria yang telah dilakukan dengan baik dipengaruhi adanya pendidikan
karakter yang sudah diterima baik dalam keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sehingga secara tidak langsung siswa sudah menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat Kementrian Pendidikan Nasional 2010, pendidikan karakter terkait erat dengan
habit
atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikan atau dilakukan. Pada siklus II dengan
topik bimbingan “Berani Meminta dan Memberi Maaf
” menunjukan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki karakter ksatria dengan kategori tinggi berjumlah 14 siswa sedangkan
siswa yang memiliki karakter ksatria pada kategori sedang berjumlah 8 orang. Jika dibandingkan dengan siklus I terjadi peningkatan pada siswa
yang berada pada kategori sedang di siklus ke II meningkat menjadi kategori tinggi. Peningkatan jumlah siswa yang berada dalam kategori
sedang menjadi tinggi diduga karena telah mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning.
Hal tersebut didukung oleh data observasi yang menunjukan ada 9 siswa yang bersikap tanggung
jawab dapat diluhat pada grafik 4.7. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Pada siklus III dengan topik bimbingan “Berani Mengungkapkan
Pendapat Didepan Umum ” yang menekankan pada upaya perbaikan dari
siklus II menunjukan hasil bahwa meningkatnya siswa pada kategori tinggi menjadi sangat tinggi berjumlah 1 siswa, pada kategori tinggi
berjumlah 12 siswa sedangkan pada kategori sedang berjumlah 9 siswa. Jika ditinjau dari rata-rata siklus II 69,81 meningkat pada siklus III
menjadi 70,09. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat karakter ksatria siswa
kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat Tahun Ajaran 20152016 sebelum
pretest
dan sesudah
posttest
diberikan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
untuk meningkatkan karakter ksatria adalah sebagian besar memiliki karakter ksatria sanggat tinggi dan
tinggi. Hal ini diduga karena telah memperoleh pendidikan karakter yang cukup, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sehingga
mereka memiliki sikap ksatria dalam peranannya sebagai peserta didik. Selain itu karakter ksatria siswa meningkat dikarenakan siswa telah
memiliki sikap berani mau mengakui kesalahan, menghargai orang lain sehingga mau belajar dari pengalaman orang lain dan mau bertanggung
jawab dengan segala keputusan yang sudah diambil. Hal ini sesuai dengan pendapat Fathurrahman Fatriyani 2013, yang menjelaskan bahwa
karakter ksatria merupakan kemampuan menerima keunggulan orang lain dan menerima kekurangan diri sendiri.
118
Buchori Fathurrahman, dkk, 2013 menyebutkan bahwa upaya pengembangan karakter salah satunya karakter ksatria seharusnya mampu
membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengalaman nilai secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Terbentuknya karakter ksatria juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang terwujud dalam bentuk cara mendidik anak. Orang tua
yang melatih anak sejak dini untuk bersikap berani dalam mengakui kesalahan, bertanggung jawab atas segala keputusan yang diambil dan
belajar dari pengalaman orang lain. Peran guru dalam membentuk karakter ksatria juga sangat diperlukan ketika peserta didik di lingkungan sekolah
maka guru dapat mengontrol jika siswa bersikap tidak sesuai dengan nilai- nilai yang ada dan mendukung sikap siswa yang mencerminkan karakter
ksatria. Lingkungan masyarakat yang kondusif dan saling menghargai merupakan faktor pendorong perkembangan peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya karakter ksatria siswa kelas VIII
A SMP Pangudi Luhur Bayat. Dalam prespektif pedagogis, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten,
sehingga membutuhkaan
binaan dan
bimbingan untuk
mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia yang cakap Desmita 2009. Oleh karena itu, peranan orang tua dan guru sangat
diperlukan untuk membantu peserta didik mengenal, memahami dan melakukan nilai nilai karakter ksatria dalam kehidupan sehari-hari.
119
Proses implementasi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
mendapatkan penilaian secara langsung dari siswa. Siswa memberikan penilaian dan hasil penilaian ada 11 item
dari 30 item yang berada pada presentase 100. 11 item tersebut adalah semangat dalam mengikuti kegiatan, senang melakukan kegiatan, manfaat
bagi perbaikan perilaku, berani bertanggung jawab, menghargai teman, keinginan untuk menolong orang lain, terdorong untuk lebih aktif,
mempererat persaudaraan, mendorong untuk lebih disiplin. Siswa merasa senang dalam mengikuti bimbingan berarti model ini dapat diterima oleh
siswa sehingga lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan peneliti.
Sesuai dengan pendapat Prayitno dkk 1989, tentang pendekatan
experietial learning
adalah suatu pendekatan dalam penyelenggaraan dinamika kelompok, dikatakan efektif ketika dapat menghadirkan suasana
kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif, meningkatnya minat atau gairah untuk lebih
terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan sosial.
Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
, telah disusun menjadi tema besar yaitu, “Pendidikan Karakter Ksatria sebagai Peserta didik” dengan tiga topik
bimbingan yakni Berani Mengakui Kesalahan, Berani Meminta dan Memberi Maaf, Berani Berpendapat di Depan Umum. Bimbingan klasikal
120
dengan pendekatan
experiential learning
bertujuan untuk membantu mengoptimalkan proses belajar siswa dalam mengenal, memahami,
menginternalisasikan nilai karakter khususnya karakter ksatria sebagai peserta didik yang ditemukan selama mengikuti pendidikan karakter
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning.
Pendekatan
experiential learning
menekankan pada munculnya perasaan positif dalam diri siswa. Perasaan positif yang muncul akan
meningkatkan karakter ksatria sehingga siswa dapat berani mengakui kesalahan, dan belajar dari pengalaman orang lain.
Hasil perhitungan
uji T
Wilcoxon menunjukan
bahwa implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan
experiential learning
dalam meningkatkan karakter ksatria siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat Tahun Ajaran
20152016 sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terdapat peningkatan tetapi tidak signifikan. Namun, jika ditinjau berdasarkan selisih mean
posttest
dan
pretest
terjadi peningkatan karakter ksatria siswa setelah mengikuti bimbingan klasikal. Hal ini diduga karena keterbatasan pada
aspek-aspek yang ada pada instrumen sehingga tidak benar-benar mengungkap karakter ksatria pada siswa. Selain itu karena tidak
berdistribusi normal. Berdasarkan tiga data yaitu 1 Tes Ksarakter Ksatria, 2 Skala
Penilaian Diri Karakter Ksatria, 3 Kuesioner Validasi Model Hasil uji T Wilcoxon pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal
121
dengan pendekatan
experiential learning
untuk meningkatkan karakter ksatria siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan tidak signifikan meningkatkan karakter ksatria pada siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat. Berdasarkan
hasil data Skala Penilaian Diri Karakter Ksatria siklus I dan II sebagian besar siswa memiliki karakter ksatria dalam kategori sedang dan sangat
tinggi sedangkan pada siklus III ada siswa yang meningkat pada kategori sangat tinggi dan tinggi. Jika ditinjau berdasarkan dari hasil Validasi
Efektivitas Model yang diisi oleh siswa, program ini mampu meningkatkan karakter ksatria pada siswa. Oleh karena itu, model ini
sangat baik digunakan untuk meningkatkan karakter ksatria. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
BAB V PENUTUP
Bab ini dipaparkan kesimpulan, keterbatasan, dan saran terhadap hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kesimpulan penelitian adalah karakter ksatria siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat Tahun
Ajaran 20152016 dapat ditingkatkan melalui pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
. Kesimpulan utama tersebut disimpulkan berdasarkan kesimpulan-kesimpulan
khusus sebagai berikut: 1.
Upaya peningkatan karakter ksatria siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat Tahun Ajaran 20152016 melalui pendidikan karakter
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experintial learning
melalui tahapan kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pendekatan
experiential learning
tampak dalam tahap kegiatan inti, yang meliputi: mengalami, membagikan pengalaman, memproses
pengalaman, merumuskan kesimpulan, dan menerapkan. 2.
Karakter ksatria siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Bayat sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning
untuk meningkatkan karakter ksatria adalah sebagian siswa berada pada
kategori sangat tinggi dan tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI