negatif infusa daun M. tanarius dengan kelompok kontrol negatif olive oil dan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida.
Walaupun hasil dari aktivitas ALT-AST serum kelompok kontrol negatif infusa daun M. tanarius 10gkgBB yang ditunjukkan lebih tinggi daripada kelompok
kontrol negatif olive oil namun setelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil perbedaan yang tidak bermakna di antara keduanya maka dapat disimpulkan
bahwa pemberian infusa daun M. tanarius tidak berpengaruh dalam peningkatan aktivitas ALT-AST serum pada tikus. Perbedaan aktivitas ALT-AST serum yang
bermakna antara kelompok kontrol infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida menunjukkan bahwa
pemberian infusa dosis tertinggi pada penelitian ini tidak menyebabkan kerusakan hati.
4. Kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius dosis 2,5; 5 dan 10 gkgBB
pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB
Evaluasi terhadap pengaruh dari infusa daun M. tanarius adalah dengan melihat ada tidaknya penurunan aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan yang
diinduksi karbon tetraklorida. Kelompok IV merupakan kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius dosis 2,5 gkgBB mempunyai aktivitas ALT-serum 137,6
+ 2,2 UL mempunyai keberbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB tabel VIII. Aktivitas ALT-serum ini
menunjukkan keberbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol olive oil 2 mlkgBB. Hal serupa juga terlihat pada aktivitas AST-serum 348,4 + 19,5 dari
kelompok IV pada perbandingan terhadap kelompok kontrol olive oil 2 mlkgBB.
Aktivitas AST-serum kelompok IV mempunyai keberbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB. Hasil
analisa ini dapat menunjukkan bahwa pemberian infusa daun M. tanarius dosis 2,5 gkgBB mempunyai efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT
dan AST serum tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida, namun belum dapat mencapai kondisi normal. Efek hepatoprotektif dari kelompok praperlakuan
infusa daun M. tanarius sebesar 44,1 . Kelompok V merupakan kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius
dosis 5 gkgBB mempunyai aktivitas ALT-serum 148,8 + 3,1 UL mempunyai keberbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin
karbon tetraklorida 2 mlkgBB tabel VIII. Aktivitas ALT-serum ini menunjukkan keberbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol olive oil 2
mlkgBB. Hal serupa juga terlihat pada aktivitas AST-serum 416,6 + 19,9 dari kelompok V pada perbandingan terhadap kelompok kontrol olive oil 2 mlkgBB.
Aktivitas AST-serum kelompok V mempunyai keberbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB.
Keberbedaan antara aktivitas ALT dan AST serum terhadap kontrol hepatotoksin menunjukkan hasil yang berbeda dapat disebabkan karena enzim AST juga
terdapat di miokardium, otot rangka, dan ginjal sehingga dapat mempengaruhi hasil. Sehingga aktivitas ALT-serum lebih dijadikan patokan dalam menentukan
efek hepatoprotektif pada pemberian infusa daun M. tanarius dosis 5 gkgBB. Hasil analisa ini dapat menunjukkan bahwa pemberian infusa daun M. tanarius
belum mampu memberikan efek hepatoprotektif yang dapat mengatasi kerusakan
hati akibat induksi karbon tetraklorida. Efek hepatoprotektif dari kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius hanya sebesar 39,6 .
Kelompok VI merupakan kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB mempunyai aktivitas ALT-serum 103,2 + 3,5 UL
mempunyai keberbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB tabel VI. Aktivitas ALT-serum ini menunjukkan
keberbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol olive oil 2 mlkgBB. Hal serupa juga terlihat pada aktivitas AST-serum 250,6 + 15,8 dari kelompok VI
pada perbandingan terhadap kelompok kontrol olive oil 2 mlkgBB. Aktivitas AST-serum kelompok V mempunyai keberbedaan yang bermakna terhadap
kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB. Hasil analisa ini dapat menunjukkan bahwa pemberian infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB
mempunyai efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST serum tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida, namun belum dapat
mencapai kondisi normal. Efek hepatoprotektif dari kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius sebesar 58,1 . Hal ini mungkin disebabkan pada dosis
10 gkgBB telah lebih banyak senyawa antioksidan yang terlarut sehingga dapat lebih baik menurunkan aktivitas ALT dan AST serum tikus terinduksi karbon
tetraklorida. Hasil analisis keberbedaan secara statistik dari aktivitas ALT-AST serum
ketiga kelompok praperlakuan infusa di atas adalah sebagai yang diuraikan berikut ini. Kelompok IV dosis 2,5 gkgBB terhadap Kelompok V dosis 5
gkgBB menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Kelompok VI dosis 10
gkgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok IV maupun kelompok V. Urutan efek hepatoprotektif dari ketiga dosis infusa daun M.
tanarius dilihat dari aktivitas ALT-serum yang dari yang terkecil adalah kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius 5 gkgBB 39,6; kelompok
praperlakuan infusa daun M. tanarius 2,5 gkgBB 44,1; dan kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius 10 gkgBB 58,1. Perhitungan efek
hepatoprotektif menggunakan hasil AST-serum memiliki profil yang sama dengan perhitungan menggunakan ALT-serum. Hasil ini dapat terjadi mungkin
karena kandungan senyawa yang tersari pada setiap dosis berbeda. Hasil efek hepatoprotektif ini menunjukkan bahwa kelompok yang mempunyai efek
hepatoprotektif paling tinggi adalah kelompok praperlakuan infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB. Hasil ini juga didukung dengan hasil analisis statistik
yang menunjukkan keberbedaan antara kelompok ini dengan dua kelompok lainnya tersebut adalah bermakna.
Hasil efek hepatoprotektif yang didapatkan juga tidak dapat dihitung ED
50
dari infusa daun M. tanarius yaitu besarnya dosis infusa daun M. tanarius yang dapat menghambat naiknya aktivitas ALT-AST serum yang disebabkan
induksi karbon tetraklorida sebesar 50. Hal ini dikarenakan respon yang didapat tidak mencapai respon maksimal yaitu 20-80 dan tidak dapat ditarik garis linier
dari efek hepatoprotektif ketiga dosis, sehingga disarankan penelitian mengenai pengaruh pemberian infusa daun M. tanarius terhadap kadar ALT-AST serum
menggunakan dosis di bawah 2,5 gkgBB.
Dosis infusa daun M. tanarius yang mempunyai efek hepatoprotektif paling tinggi pada penelitian ini ternyata berbeda dengan hasil penelitian
Mahendra dan Hendra 2011. Pada penelitian yang lalu tersebut dosis infusa daun M. tanarius yang mempunyai efek hepatoprotektif yang paling tinggi adalah
infusa daun M. tanarius dengan dosis 5 gkgBB. Hasil yang berbeda ini mungkin dikarenakan cara pembuatan infusa yang berbeda antara penelitian ini dengan
penelitian yang lalu. Dari hasil yang berbeda ini sebaiknya dapat dilakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif infusa daun M. tanarius dengan senyawa
model hepatotoksin yang berbeda seperti galaktosamin dengan cara pembuatan infusa yang sama.
Karbon tetraklorida dapat menaikkan aktivitas ALT-AST serum dikarenakan dengan adanya enzim sitokrom P-450 di dalam hati maka karbon
tetraklorida akan diubah menjadi metabolit reaktif triklorometil. Radikal triklorometil mengalami suatu reaksi, atom hidrogen yang berasal dari metilen
dapat menjembatani reaksi dengan asam lemak tak jenuh atau protein dan menghasilkan ikatan kovalen dengan lemak mikrosomal dan protein, dan akan
beraksi secara langsung dengan fosfolipid dan kolesterol yang bersifat toksik. Hasil lain dari reaksi ini adalah radikal lipid yang tidak stabil selanjutnya akan
mengakibatkan peroksidasi lipid. Pembentukan peroksidasi lipid hasil dari pemecahan lemak tak jenuh dapat menghasilkan senyawa karbonil seperti 4-
hydroxyalkenal dan hydroxynonenal lainnya. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki efek biokimia seperti menghambat sintesis protein dan menghambat
enzim glukosa-6-fosfat Timbrell, 2008.
Setelah pemejanan karbon tetraklorida selama satu sampai tiga jam, trigliserida menumpuk di hepatosit dan terlihat sebagai droplet lipid. Lipid dalam
hati yang terbentuk ini dapat menghambat sintesis protein sehingga menurunkan produksi lipoprotein, yang merupakan senyawa yang bertanggung jawab dalam
transport lipid untuk keluar dari hepatosit. Akibat menurunnya produksi lipoprotein maka transport lipid akan terhambat sehingga menyebabkan steatosis
Timbrell, 2008. Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan kerusakan mitokondria. Kerusakan ini berupa gangguan integritas
membran yang menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma, antara lain enzim ALT. Enzim ALT yang ada di dalam sel akan keluar dan masuk ke dalam
peredaran darah sehingga jumlah enzim ALT di dalam darah meningkat Wahyuni, 2005.
Pemberian infusa daun M. tanarius dapat menurunkan aktivitas ALT- AST serum kemungkinan dapat melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama
yang mengakibatkan turunnya aktivitas ALT-AST serum adalah adanya beberapa senyawa glikosida di dalam daun M. tanarius seperti macarangiosida A,
macarangiosida B, macarangiosida C, macarangiosida D dan malofenol B sebagai antioksidan. Senyawa-senyawa glikosida ini diketahui larut dalam pelarut polar
maka dimungkinkan dengan membuatnya dalam sediaan infusa senyawa-senyawa tersebut dapat tersari. Senyawa glikosida yang berperan sebagai antioksidan ini
dapat mempunyai efek melindungi hati yang terinduksi karbon tetraklorida adalah dengan berikatan dengan radikal bebas yang terbentuk triklorometil sehingga
senyawa radikal tersebut tidak menimbulkan efek toksik. Mekanisme kedua yang
memungkinkan infusa daun M. tanarius dalam melindungi hati adalah dengan pemberian infusa daun M. tanarius selama enam hari dapat meningkatkan sintesis
enzim glutation S-transferase yang berfungsi melindungi hati dari senyawa radikal dengan menetralisirkannya.
D. Rangkuman Pembahasan