SumberBBahanB Metode KesimpulanB Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

93 Hal ini sejalan dengan yang disampaikan dalam Nota Pastoral KAS 2009 tentang kaum muda art. 16 yang mengatakan bahwa; “Masa muda adalah masa yang paling baik untuk mendapatkan dan menyerap aneka macam pendidikan. Dalam masa inilah orang muda belajar merasakan, melihat, mengalami dan melakukan sesuatu sehingga nalar, gerak hidup dan hati mereka bertumbuh dengan baik. Semakin baik dan benar pendampingan yang diperoleh, orang muda akan bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan bijaksana. Untuk itu, perlu tersedia fasilitas pendidikan formal dan non formal yang berkualitas dan didukung oleh orang-orang yang penuh dengan dedikasi. Pendidikan yang bermutu akan memberikan ruang yang kondusif bagi orang muda untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa dan mampu menyikapi dunianya dengan bijaksana.” Dengan demikian pendampingan kepada kaum muda mengenai pemahaman mereka mengenai peranan lagu rohani Ekaristi dirasa sangat perlu untuk pengembangan iman kaum muda sendiri.

C. TujuanBPertemuanB

Kaum muda semakin mengetahui khasanah lagu Ekaristi serta memahami peranan lagu rohani Ekaristi.

D. MateriB B

Lagu-lagu rohani dan lagu Ekaristi dan peranan lagu Ekaristi.

E. SumberBBahanB

1. Prier, Karl. E. SJ. 2009 Musik Gereja Zaman Sekarang. Yogyakarta: PML. 2. Ujan, Bernardus. Boli. SVD. 2006 Majalah Bulanan Kristiani INSPIRASI, 94 mentera Sang Membebaskan no 24. Semarang. 3. KWI. Komisi. Liturgi. 2002 Pedoman Umum Misale Romawi. Ende: Nusa Indah. 4. Kidung Ekaristi Kotabaru, Bernyanyilah Bagi Tuhan.

F. Metode

1. Ceramah 2. Sharing dan tanya-jawab 3. Dinamika Kelompok

G. Sarana

1. Handout 2. Alat Tulis 3. maptop 4. Sound System B H. ProsesBPendampinganB

1. PengantarB

Selamat Pagi teman-teman, masih semangat? Mari kita cek semangatnya terlebih dahulu. Jika saya mengucapkan “kaum muda Katolik”, teman-teman silahkan menjawab dengan semangat “100 persen Katolik, 100 Persen Indonesia”. Kemudian disertai gerakan menyilangkan kedua tangan di depan dada selanjutnya mengepalkan 95 tangan kanan ke atas. Setelah kita mendengarkan pemaparan tentang Ekaristi, berikutnya kita akan masuk pada sesi berikutnya tentang peranan lagu Ekaristi.

2. KegiatanBIntiB

Sebelum masuk ke dalam materi tentang pemahaman peranan lagu Ekaristi, peserta akan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 7-8 orang. Setelah terbagi dalam 5-6 kelompok, peserta akan dibagikan 2 buah buku, yakni buku Kidung Ekaristi Kotabaru dan buku Bernyanyilah Bagi Tuhan. Pendamping akan mengajak peserta untuk mencari lagu-lagu dalam kedua buku tersebut sesuai dengan kriteria yang telah diberikan pada masing kelompok, dengan dipandu beberapa pertanyaan berikut ini:  Carilah 1 buah lagu dari masing-masing buku yang disediakan sesuai dengan kriteria yang telah diberikan pada masing-masing kelompok  Jelaskan alasan anda memilih lagu tersebut Mengapa lagu ini sesuai dengan kriteria tersebut? Setelah masing-masing peserta mendiskusikan pertanyaan tersebut dalam kelompok, kemudian pendamping meminta wakil dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan untuk memaparkan hasil temuan mereka atas pertanyaan yang diberikan kepada kelompok. Setelah sesi pleno dari masing-masing kelompok selesai, pendamping kemudian melanjutkan dengan pemaparan mengenai apa yang dimaksud dengan lagu rohani Ekaristi sekaligus peranannya dalam Perayaan Ekaristi. 96

a. JenisBLaguBRohaniB B 1 LaguBGerejaniB

Menurut Bernardus B. Ujan yang tulisannya dimuat dalam Inspirasil; mentera Sang Membebaskan 2006: 26, menjelaskan bahwa lagu Gerejani atau musik Gereja, dalam bahasa latin musica eccelsiastica adalah istilah yang digunakan oleh para pengikut Kristus atau Gereja ketika persekutuan beriman ini menyadari kekhasannya dalam mengekspresikan iman lewat musiklagu terutama dalam ibadat atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi tertentu tanpa teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat beriman maupun ajaran dan iman Gereja. Musik ini dapat dihasilkan dengan bantuan alat atau instrument maupun dengan suara vokal penyanyi. Karena mengungkapkan iman yang diajarkan dan dihayati oleh umat beriman maka musik Gereja memiliki kekhasan dibandingkan dengan musik dari umat yang beragama lain meskipun dipengaruhi juga oleh musik agama lain misalnya dari musik orang Yahudi. Musiklagu Gereja pada umumnya adalah salah satu bentuk dari musik religus atau musik rohani. 2 LaguBRohaniB Lagu Rohani atau musik religius musica religiosa adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-tema rohani Ujan, 2006: 26-27. Musik atau lagu rohani ini dimiliki umat agama manapun. Bahkan ada tema musik-rohani yang 97 umum diterima oleh umat manapun karena bersifat universal. Baik melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang diterima oleh orang beriman dari berbagai agama. Ketika suatu musiklagu rohani mengungkapkan pengalaman khusus dari umat agama tertentu, maka ia menjadi musiklagu yang khas misalnya lagu rohani khas Yahudi atau khas Hindu dan Budha atau khas Kristen dan Islam. Lagu rohani itu jadi khas Kristiani bila mengungkapkan keyakinan iman akan Kristus Tuhan dan Penyelamat atau akan Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Di dalam lingkup Gereja sendiri, lagu rohani dalam arti sempit berarti segala macam musiklagu yang mengungkapkan pengalaman rohani khas Gereja tetapi tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam perayaan-perayaan liturgis. Ujan, 2006: 26 3 LaguBRohaniBLiturgis Lagu Liturgis atau musik suci musica sacra oleh Gereja Katolik merupakan segala macam musiklagu Gerejani atau musiklagu rohani yang digubah khusus untuk ibadat atau perayaan-perayaan liturgis. Ujan, 2006: 26 Kini istilah yang lebih populer adalah lagu rohani Ekaristi. Lagu rohani liturgis atau lagu rohani Ekaristi dalam arti tertentu mengacu pada semua macam musik yang inspirasinya atau maksud dan tujuan serta cara membawakannya mempunyai hubungan dengan iman Gereja. Tema-tema yang digunakan dalam lagu rohani Ekaristi menunjuk pada salah 98 satu bagian dalam Perayaan Ekaristi. Berikut merupakan hasil pemaparan oleh Bernardinus. B. Ujan 2006: 26-27 tentang ciri-ciri lagu rohani Ekaristi; Lagu rohani Ekaristi dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah karya agung Allah yang menyelamatkan dan tanggapan manusia beriman syukur-pujian, sembah-sujud, dan permohonan. Istilah lagu liturgi dipandang Gereja sebagai sebuah bagian utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi. Sebagai bagian utuh dari liturgi, lagu rohani Ekaristi itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. MusikLagu liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni musiknyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musiklagu liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll. Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musiknyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Hal ini sesuai 99 dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan umum kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri.

b. Ciri-ciriBLaguBLiturgisB

Musik Liturgis khususnya melodi yg dihasilkan oleh alat-alat musik dan nyanyian liturgis khususnya teks atau tindakan liturgis yang diberi melodi, dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah karya agung Allah yang menyelamatkan dan tanggapan manusia beriman syukur-pujian, sembah-sujud, dan permohonan. Kita menggunakan istilah “musik-liturgis” dan bukan “musik dalam liturgi” karena dengan “musik liturgis” mau digarisbawahi pandangan Gereja tentang musik sebagai bagian utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi. Sebagai bagian utuh dari liturgi, musik liturgi itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. Memang musik liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni musiknyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan 100 musik atau nyanyian-liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll. Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musiknyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Ini memang cocok dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan umum kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri. Oleh karena itu Gereja mewarisi pandangan bahwa orang yang menyanyi dengan baik sebenarnya berdoa dua kali si bene cantat bis orat. Sekali lagi, nilai yang tinggi itu tercapai kalau ada kurban dengan meninggalkan diri sendiri dan bersatu dengan yang lain dalam menyanyi atau bermusik demi kepentingan bersama.

c. SeniBMusikBLiturgisB

Musik-liturgis sebagai karya seni bukan tontonan atau pertunjukan sebenarnya membantu kita semua sebagai peraya untuk mengarahkan seluruh diri kepada inti misteri yang dirayakan dalam liturgi yaitu kepada Tuhan sendiri sebagai sumber segala karya seni. Oleh karena itu cara-cara yang mengalihkan perhatian kita kepada hal lain atau kepada tokoh tertentu perlu diwaspadai. Bisa saja kita memilih seorang artis sebagai pemazmur atau penyanyi solo tetapi ketika ia menjalankan 101 tugasnya tidak boleh ditonjolkan keartisannya, tetapi “fungsi liturgisnya”. Memberikan aplaus kepada si pemazmur atau solist karena suaranya yang bagus lebih merupakan bagian dari suatu acara panggung pertunjukan. Demikian juga pembawa homili yang memilih dan membawakan lagu yang sedang populer di tengah atau di akhir homili karena ada kaitan dengan tema homili yang langsung ditanggapi oleh umat dengan tepuk tangan meriah, perlu dipertimbangkan apakah hal seperti itu punya fungsi atau makna liturgis. Padahal ketika imam menyanyikan Prefasi atau Kisah Institusi dalam Doa Syukur Agung dengan suara yang bagus tidak diberi aplaus. Pertimbangan yang sama dapat kita pakai untuk menilai kebiasaan koor menyanyikan semua lagu selama perayaan liturgis. Sebetulnya koor dengan dirigen yang bagus sungguh berfungsi liturgis kalau dapat membantu semua peraya yang lain untuk menyanyi bersama dengan lebih baik seperti atau mendekati cara koor menyanyi. Kalau dari awal sampai akhir semua nyanyian dibawakan hanya oleh koor, meskipun semuanya sangat mempesona, sebetulnya telah mengurangkan maknanya sebagai musiknyanyian liturgis. Perlu ada suatu pembagian yang lebih seimbang dalam hal ini.

d. ProsesBMenjadiBMusikLaguBLiturgisB

Menerima musik liturgis sebagai doa liturgis menuntut pula kesediaan setiap peraya atau kelompok peraya untuk menerima musik atau nyanyian yang sudah 102 disepakati oleh Gereja untuk dipakai di dalam perayaan-perayaan liturgi. Musiknyanyian yang ada di dalam buku-buku nyanyian yang diterbitkan dengan nihil obstat dan imprimatur pimpinan Gereja, dipandang sebagai musik-liturgis. Tentu melewati proses seleksi yang dibuat oleh orang-orang yang punya kemampuan dalam bidangnya hingga mendapat persetujuan dari pimpinan Gereja. Kesempatan terbuka bagi para komponis untuk mencipta lagu-lagu bagu yang lebih sesuai dengan rasa seni musik orang setempat, namun untuk dipakai sebagai musiknyanyian liturgis perlu menempuh prosedur seleksi hingga mendapat pesetujuan resmi untuk dipakai dalam perayaan liturgi. Patut kita puji inisitip-inisitip untuk mencipta dan menemukan lagu-lagu baru yang lebih seusai dengan budaya setempat dan kebutuhan liturgis, misalanya dalam misa dengan “lagu-lagu alternatif”. Akan tetapi perlu kita waspadai kecenderungan menggunakan nyanyian-nyanyian baru itu tanpa peduli pada proses untuk “menjadi milik besama” dari Gereja, apalagi kalau yang jadi patokan utama adalah rasa suka, tertarik, tersentuh tanpa mengindahkan persyaratan liturgis. Kadang terjadi bahwa kita memilih musiknyanyian tertentu untuk perayaan liturgi karena sudah bosan dengan yang lama padahal yang baru itu belum tentu memenuhi persyaratan liturgis. Ini tantangan buat kita: merasa bosan dengan musiknyanyian liturgis karena terus menerus menyanyikan yang sama lama atau merasa tidak tertarik, tidak suka, tidak tersentuh, tidak tergerak. Kita cendrung tersentuh dengan yang baru. Maka serta merta kita mencari dan membawakan musiknyanyian baru dalam liturgi, tetapi tanpa pertimbangan atau seleksi. Dengan 103 demikian dapat terjadi bahwa kita menggunakan musiknyanyian yang sebenarnya tidak memenuhi persyaratan untuk perayaan liturgis. Jadi bukan soal utama suka atau tidak suka, menarik atau tidak menarik, menyentuh atau tidak menyentuh, baru atau lama tetapi apakah telah menjadi “milik bersama” dari Gereja karena disepakati sebagai musiknyanyian liturgis. Sebuah nyanyian atau musik diterima sebagai “milik bersama” bukan hanya karena telah dimasukkan ke dalam buku nyanyian resmi tetapi juga karena dilatih bersama, dinyanyikan bersama dan dipahami serta dihayati bersama maknanya dalam perayaan. Musik-liturgis diterima atau diakui oleh Gereja sebagai miliknya, milik persekutuan demi kepentingan bersama dikenal tradisi untuk tidak menulis si komponisnya dalam buku-buku resmi nyanyian-liturgis, tetapi nama mereka ditulis dalam catatan sejarah penyusunan buku. Perlu ada proses menjadikan musik-liturgis itu sebagai milik bersama. Dalam proses ini Gereja melihat betapa pelunya membuat latihan untuk menguasai dan menghayati musiknyanyian bersama sebagai nyanyian dari hati, nayanyian yang mempengaruhi seluruh pribadi peraya. Jadi ada proses meninggalkan diri sendiri rasa dan keinginan pribadi atu kelompok khusus lalu menerima yang umum dan menjadikannya bagian atau milik pribadi demi kepentingan umum. Ini sebuah proses yang tidak gampang, karena yang menjadi tantangan adalah kecenderungan untuk mengutamakan rasa atau keinginan pribadikelompok khusus. Aspek personalnya lebih nampak dari pada aspek liturgis 104 yang umum. Kepentingan pribadi lebih menonjol dari pada kepentingan umum. Untuk memenuhi persyaratan sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi juga mesti berfungsi liturgis dalam arti baik teks maupun lagunya sesuai dengan unsur atau tindak liturgis dalam keseluruhan tata perayaan liturgis. Maka kita dapati nyanyian yang cocok untuk liturgi pembaptisan tetapi tidak sesuai untuk liturgi pernikahan. Nyanyian-liturgis untuk Ekaristi juga mesti sesuai dengan teks liturgi Ekaristi dan tindakan liturgis dalam unsur-unsur atau bagian-bagian tertentu dari liturgi Ekaristi. Sebuah lagu pembuka tentu tidak cocok untuk kesempatan seruan “kudus-kudus”, meskipun dari sudut kebenaran teks dan keindahan lagu tak ada cacat. Dalam hal ini tempat liturgis lagu pembuka itu tidak cocok atau nyanyian itu tidak mempunyai fungsi liturgis karena dinyanyikan pada saat “kudus kudus”.

e. MemilihBMusikLaguBLiturgisB

Perlu diketahui juga teks-teks liturgis mana saja yang dapat dinyanyikan khususnya dalam liturgi Ekaristi. Ada teks-teks baku-tetap antara lain Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan, Aku Percaya, Kudus-Kudus, Bapa Kami, Anak Domba Allah. Nyanyian ini disebut ordinarium. Ada juga teks-teks yang dapat berubah atau bervarisi rumusannya sesuai dengan perayaan pada hari bersangkutan dan disebut proprium Antifon Pembuka atau Lagu Pembuka untuk mengiringi perarakan masuk, Mazmur Tanggapan untuk menanggapi Sabda Allah yang telah dimaklumkan, Alleluia-Bait Pengantar Injil untuk menyiapkan diri mendengarkan pemakluman Injil, Antifon Komuni atau Lagu Komuni selama atau sesudah komuni, 105 Nyanyian Persiapan Persembahan untuk mengiringi perarakan bahan-bahan persembahan dan Lagu Penutup untuk mengiringi perarakan kembali. Teks-teks ini sangat kaya dan berhubungan erat dengan tindakan liturgis, unsur-unsur liturgis, tema perayaan, masa liturgis serta bacaan-bacaan dalam perayaan liturgi. Suatu hal yang patut dipuji adalah kebiasaan menyanyikan Mazmur Tanggapan dan Alleluia-Bait Pengantar Injil dengan teks yang bervariasi sesuai dengan hari atau pestanya. Lagu yang sesuai dengan teks-teks antifon Pembuka dan Komuni sebenarnya sangat kaya dan bervariasi serta biblis. Dalam hubungan dengan teks-teks liturgi, terutama yang harus atau boleh dinyanyikan, diharapkan agar susunannya tepat serta mudah dan indah kalau dinyanyikan. Dalam hal ini lagu melayani teks dan bukan sebaliknya. Baiklah kita waspadai nyanyian yang mengorbankan ketepatan dan kebenaran iman demi mempertahankan suatu melodi. Misalnya lagu Bapa Kami Filipina, demi penyesuaian dengan melodinya diubahlah rumusan “jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga” menjadi “jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga”. Mengganti “seperti” dengan “dan” sebenarnya mengubah iman kita akan surga, bahwa di surga dan di bumi kehendak Tuhan tidak selalu terjadi. Padahal kita percaya bahwa kehendak Tuhan selalu terjadi di surga sedangkan di bumi tidak selalu terjadi karena ulah manusia yang suka melawan kehendak Tuhan, maka kita mohon agar kehendak Tuhan terjadi di bumi seperti di surga. Kalau prinsip “melodi melayani teks” diperhatikan, maka ketepatan dan kebenaran teks-teks liturgis juga dapat terjamin. 106

f. PerananBLaguBEkaristiB

Peranan atau fungsi musik-nyanyian dalam liturgi hanya dapat dipahami kalau musik atau nyanyian itu kita tempatkan dalam suatu perayaan liturgi. Perayaan liturgi itu sendiri dapat mencakup perayaan-perayaan sakramen, perayaan sabda atau ibadat harian. Menurut nilai pentingnya dan frekwensi seringknya kita pakai, kita memilih dan mengambil Perayaan Ekaristi sebagai contohnya. 1 Nyanyian pembukaan digunakan untuk membuka Perayaan Ekaristi, membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri iman yang dirayakan pada liturgi tersebut, sesuai dengan masa dan pesta liturginya. Selain itu nyanyiaan pembukaan Nyanyian pembukaan dinyanyikan sebagai pengiring ketika imam dan putra altar serta prodiakon menuju altar. Maka lamanya nyanyian pembukaan harus disesuaikan dengan kapan imam atau pemimpin liturgi sudah siap di altar. 2 Tuhan Kasianilah Kami merupakan suatu teks kuno yang sudah ada sejak lama, tujuannya adalah sebagai suatu seruan kepada Tuhan dan memohon belas kasihanNya. 3 Madah Kemuliaan merupakan madah yang sangat dihormati pada jaman Kristen kuno. Melalui madah ini, umat yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anak Domba Allah, serta memohon belaskasihNya. Madah ini tidak boleh diganti dengan terks yang lain. Madah 107 kemuliaan yang dinyanyikan pada hari minggu secara khusus bertujuan untuk mengenangkan kebangkitan Kristus. 4 Mazmur Tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda. Mazmur tanggapan dimaksudkan untuk memperdalam renungan atas sabda Allah dan sekaligus menanggapi sabda Allah yang baru saja didengarkan dalam bacaan sebelummya. Mazmur tanggapan biasanya diambil dari buku bacaan misa lectionarium, para petugas menggunakan buku resmi “Mazmur Tanggapan dan Alleluya Tahun ABC”. Dalam kasus darurat saja, mazmur tanggapan dapat diganti dengan lagu lain yang sesuai dengan tema. 5 Bait Pengantar Injil Alleluya. Dengan aklamasi ini, jemaat beriman menyambut dan menyapa Tuhan yang akan bersabda kepada Injil, dan sekaligus menyatakan imannya PUMR no 62. 6 Nyanyian Persiapan Persembahan, tujuannya untuk mengiringi perarakan persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian PUMR no 74. 7 Kudus merupakan nyanyian sebagai wujud partisipasi umat dalam doa Syukur Agung. Nyanyian Kudus tidak dapat digantikan dan diambil dari teks resmi TPE PUMR no 78b. 8 Nyanyian Bapa Kami, tujuannya adalah untuk memohon rejeki sehari-hari roti Ekaristi, mohon pengampunan dosa, supaya anugerah Roh Kudus itu 108 diberikan kepada umat yang kludus. Teks Bapa kami harus diambil daribuku teks misa resmi TPE PUMR no 85. 9 Nyanyian Anak Domba Allah, tujuannya adalah untuk mengiringi pemecahan roti PUMR no 83. Lagu Anak Domba Allah dapat dihilangkan apabila pemecahan roti terjadi dalam waktu yang singkat dan tidak perlu diiringi lagi. Namun lagu ini dapat menjadi lagu penghantar imam dalam persiapan menyambut komuni. 10 Nyanyian Komuni tujuannya adalah agar umat secara batin bersatu dalam komuni juga untuk menyatakan persatuannya saceara lahiriah dalam nyanyian bersama. Untuk menunjukkan kegembiraan hati, untuk menggaris bawahi corak ‘jemaat’ dari perarakan komuni. Maka lagu komuni harus bertemakan komuni atau Tubuh dan Darah Kristus, tidak boleh menyanyikan lagu untuk Orang Kudus, Maria, tanah air, panggilan-pengutusan atau yang lain PUMR no 86. 11 Nyanyian Madah Pujian sesudah komuni dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas santapan yang diterima yaitu Tubuh dan Darah Kristus sebagtai keselamatan kekal bagi manusia PUMR no 86. 12 Nyanyian penutup bertujuan untuk mengahantarkan imam dan para pembantu-pembantunya meninggalkan altar dan menuju ke sakristi fakultatif. 109 3. Penutup Teman-teman yang terkasih demikianlah pemaparan tentang lagu rohani serta peranan lagu Ekaristi. Dalam dinamika kelompok tadi kita telah sama-sama belajar dalam memilih lagu Ekaristi sesuai dengan hakikat dan makna serta perannya dalam Peryaan Ekaristi. Dari pemaparan singkat tentang lagu rohani Ekaristi juga telah dijelaskan tentang jenis-jenis lagu rohani, unsur-unsur yang terdapat dalam lagu rohani dan juga bagaimana lagu rohani tersebut dapat menjadi lagu rohani yang liturgis. Dari hasil dinamika kelompok yang teman-teman kerjakan tadi nantinya akan disatukan dan dikumpulkan menjadi sebuah refrensi yang dapat menjadi pegangan bagi umat Paroki St. Antonius Kotabaru, terutama bagi para petugas koor sedang yang menyiapkan lagu untuk bertugas saat Perayaan Ekaristi. Rekomendasi ini diharapkan dapat membantu kita dalam memilih lagu rohani Ekaristi yang sesuai dengan peranannya dalam Perayaan Ekaristi. Dengan demikian semoga dengan keseluruhan proses ini kita diharapkan untuk dapat semakin meneguhkan dan membuka wawasan kita terhadap lagu rohani Ekaristi serta dapat dengan bijak memilih lagu rohani yang sesuai dengan pemakanaan kita tentang Ekaristi, serta dengannya dapat meningkatkan pemaknaan kita akan Perayaan Ekaristi sebagi puncak kehidupan Kristiani kita. BABBVB PENUVUPB Pada Bagian penutup penulis mengemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan dari seluruh isi skripsi. penulis juga menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi Paroki St. Antonius Kotabaru, khususnya di bidang pembinaan kaum muda, juga saran bagi pemerhati kaum muda.

A. KesimpulanB

Pembahasan mengenai pemaknaan Perayaan Ekaristi oleh kaum muda pada bab sebelumnya, menunjukkan bahwa pentingnya merayakan Ekaristi sebagai bentuk ungkapan syukur atas berkat yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada umatnya. Perayaan Ekaristi merupakan sebuah kerinduan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan Allah. Karena dengan Ekaristi umat tidak hanya disatukan dalam sebuah relasi hangat dengan Allah, namun selain itu juga disatukan dengan sesama umat di dalam suatu perjamuaan yang kudus. Mengingat pentingnya Ekaristi dalam hidup orang beriman, penuslis menegaskan perlunya pendampingan bagi umat sejak usia muda, khususnya bagi kaum muda untuk dapat memaknai Ekaristi secara baik. Keprihatinan yang penulis temukan pada kaum muda saat ini adalah kurangnya pemaknaan akan Perayaan Ekaristi. Diketahui terdapat cukup banyak dari kaum muda yang hadir dalam perayaan Ekaristi harian bahkan mingguan, namun hanya sedikit dari mereka yang mampu memaknai Perayanan Ekaristi yang mereka rayakan. Selain 111 itu perkembangan lagu rohani yang kian pesat dalam Gereja juga semakin membelokkan pemaknaan mereka mengenai Ekaristi. Banyaknya lagu rohani yang masuk dalam liturgi membuat umat, khususnya kaum muda, tidak lagi menjadikan Ekaristi sebagai sebuah perayaan bersama umat dalam kesatuan Gereja, melainkan hanya untuk menemukan rasa senang pribadi dan tidak membantu umat dalam berliturgi, yakni berjumpa dengan Tuhan dan sesamanya. Penulis memilih Paroki St. Antonius Kotabaru karena paroki ini memiliki keistimewaan dalam dinamika hidup umatnya. Perayaan Ekaristi di paroki ini nampak semarak dan selalu dipadati oleh umat, khususnya kaum muda. Model Perayaan Ekaristi di Paroki Kotabaru memiliki kekhasan tersendiri karena dari pihak paroki sendiri memberikan kebebasan bagi kelompok kategorial seperti kelompok PIA, PIR, Kaum muda dsb, untuk membantu dalam menyelenggarakan Ekaristi. Praduga penulis, dengan kreatifitas yang dibawa dari masing-masing kelompok khususnya kaum muda, dalam peneyelenggaraan Ekaristi, membawa masuk budaya baru ke dalam Ekaristi, seperti halnya lagu rohani popular yang masuk ke dalam Perayaan Ekaristi. Dengan demikian kehadiran budaya pop, lagu rohani populer, ke dalam Perayaan Ekaristi mengakibatkan penggeseran pemaknaan akan Ekaristi karena kurangnya pemahaman tentang khasanah dan peranan dari lagu Ekaristi. Minimnya pengetahuan itu kemungkinan disebabkan karena faktor pembinaan serta pendampingan yang diperoleh kaum muda kurang memadai; materi tidak sesuai dengan konteks kaum muda saat ini, cara penyampaian kurang menarik, belum banyak pihak yang memberikan perhatian dalam bidang ini, namun bisa juga 112 karena peserta malas mengikuti pendampingan, sehingga kehadirannya menjadi tidak penuh, yang berakibat pada pengetahuan mereka tentang Ekaristi menjadi berkurang. Dari pengalaman mengamati dan mempelajari pemaknaan Ekaristi oleh kaum muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru, ditemukan bahwa Kaum muda Katolik Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta, perlu meningkatkan pemaknaan Perayaan Ekaristi secara tepat. Maka dari itu, kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru perlu menemukan makna dari Perayaan Ekaristi melalui pemahaman tentang lagu rohani Ekaristi serta peranannya. Dengan demikian harapan dari pendampingan tersebut dapat tercapai dengan maksimal.

B. SaranB