Landreform Hindarkan Jebakan Pangan

Rangkuman Hasil Diskusi Panel
“Kebijakan Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan (Food Trap)”
Jakarta 1 Nopember 2001

Landreform Hindarkan Jebakan Pangan
Jakarta, Kompas (Jumat, 2 November 2001)
Indonesia bisa jatuh pada jebakan pangan, yang berarti
sangat tergantung pada impor pangan, sehingga tidak bebas
menentukan kebijakan pangan nasional. Untuk itu Indonesia
harus segera melakukan landreform dan pemberdayaan,
membuat kebijakan untuk melindungi produk dalam negeri,
serta mengembangkan teknologi pertanian dan pengolahan
pangan. Hal ini mengemuka dalam diskusi panel "Kebijakan
Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan" yang
diselenggarakan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
bersama Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor(IPB) berkaitan
dengan Hari Pangan Sedunia, Kamis (1/11).
Menurut Prof Dr Eriyatno dari Center for System
Sciences and Development, Indonesia dengan penduduk
lebih 200 juta merupakan pasar konsumen terbesar setelah

Cina, India dan AS. Sehingga Indonesia menjadi target utama
pemasaran negara maju dan perusahaan multinasional.
"Saat ini Indonesia sudah terjebak dalam jerat utang
dan tak jelas kapan bisa bebas. Perlu diwaspadai pula
kecenderungan untuk masuk dalam jebakan pangan. Data
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, tepung terigu
menempati urutan ke enam dari 10 komoditas impor terbesar.
Data Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), tahun lalu
impor enam komoditas pangan mencapai Rp 11,8trilyun,"
paparnya.
"Masyarakat luas makin terbiasa dengan mi dan bakso
yang berbahan baku gandum, tahu dan tempe dari kedelai
impor Belum lagi golongan menengah atas dengan produk
susu, daging, gula, beras, jagung, dan buah impor,"tambah
Eriyatno.

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi

37


Rangkuman Hasil Diskusi Panel
“Kebijakan Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan (Food Trap)”
Jakarta 1 Nopember 2001

Guru besar IPB, Prof Dr Sediono MP Tjondronegoro
menyatakan, penduduk Jawa sejak abad 19 sudah
mengalami kekurangan pangan. Pertambahan penduduk
tidak seimbang dengan pertambahan areal sawah. Revolusi
hijau hanya mampu membuat Indonesia swasembada beras
selama dua-tiga tahun, memperpuruk petani miskin dan
akhirnya impor beras lagi Hal mi diperburuk dengan besarnya
konversi areal sawan untuk perluasan prasarana, industri dan
permukiman.
Menurut Deputi Bidang Pengawasan Keamanan
Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Prof Dr Dedi Fardiaz masyarakat mengalami
demam global, menganggap produk pangan impor superior
dan lebih bergengsi. Remaja dan anak menjadi target utama
serangan produk impor dengan maraknya restoran siap saji
dan waralaba berbau asing.

Di SISI lain, penolakan sejumlah produk ekspor
Indonesia di luar negeri menimbulkan citra buruk produk
pertanian kita, sehingga makin sulit bersaing di aalam
maupun di luar negeri.
Ketergantungan pangan sering kafi dimulai lewat
bantuan kemanusiaan yang sekaligus berfungsi sebagai uji
coba pasar dan pembelajaran konsumen terhadap produk
bersangkutan misalnya susu untuk anak sekolah yang bahan
bakunya tidak dimiliki Indonesia. Maraknya bisnis ritel ikut
andil meningkatkan pemasaran produk pangan impor.
Kurang percayadiri
Menurut
Rektor
IPB
Prof.Dr.M.
Aman
Wirakartakusumah, masalah mendasar adalah kurangnya
kepercayaan diri sebagai bangsa. Selam juga kurangnya
pemberdayaan para pihak yang terlibat dalam produksi,
distribusi dan pemasaran pangan.


3B Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB

Rangkuman Hasil Diskusi Panel
“Kebijakan Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan (Food Trap)”
Jakarta 1 Nopember 2001

Aman berpendapat, perlu perubahan paradigma dalam
memandang pangan. Tidak sekadar untuk perut tapi juga
untuk kualitas hidup dan kesehatan, tidak memfokuskan
beras sebagai makanan pokok tapi melakukan diversifikasi,
tidak hanya memproduksi bahan baku tapi melakukan proses
pada bahan pangan sehingga mendapat nilai tambah.
Ditambahkan, Indonesia juga perlu memperhatikan,
produk pangannya tidak hanya untuk pasar domestik tapi juga
untuk pasar global. Selain perlu peningkatan mutu pangan
dan rasa percaya diri sebagai bangsa untuk mampu bersaing.
Ir Usman Hasan dari HKTI menyatakan, impor bukan
hal buruk Tapi jika dilakukan dengan bea masuk sangat
ringan, sehingga harganya sangat murah misalnya beras

akan menurunkan gairah petani untuk menanam padi.
Sehingga makin mendorong ketergantungan pangan.
Seharusnya pemerintah mengenakan bea masuk cukup
besar, sehingga beras petani bisa bersaing.
Menurut Dr Bustanul Arifin dari Indef, selama
kampanye cinta makanan Indonesia tidak dikaitkan dengan
pengembangan teknologi pertanian dan pengolahan pangan
serta diintegrasikan dalam kebijakan pangan nasional, tidak
akan ada hasilnya untuk ketahanan pangan.
Aman mengusulkan dilakukan upaya simultan
pengembangan teknologi, kampanye pangan tradisional serta
adanya kebijakan politik untuk melindungi produksi pangan
nasional.
Franky Welirang dari PT Bogasari Flour Mills juga
menyatakan perlunya dikembangkan teknologi agar benih tidak
perlu impor lagi. Perlu juga dikembangkan teknologi
pengolahan pangan tepat guna untuk pedesaan. Perlu ada
diversifikasi pangan, sehingga tidak tergantung pada satu
bahan pangan. Kini pihaknya berupaya membuat tepung dari
umbi-umbian agar lebih tahan lama dan penggunaan lebih

luas.

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB 39

Rangkuman Hasil Diskusi Panel
“Kebijakan Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan (Food Trap)”
Jakarta 1 Nopember 2001

Sediono
menekankan
perlunya
landreform
menyediakan tanah untuk digarap, memberdayakan orang
yang menggarap serta ada modal
untuk menggarap, baru bisa mandiri pangan
Eriyatno dan Dedi berpendapat, semua pihak, baik
pemerintah,
produsen
maupun
masyarakat,

perlu
mendayagunakan semua sumber daya untuk menyaingi
produk pangan impor, baik dari segi ketersediaan mutu dan
keamanan maupun prestisenya. Perlu ada kampanye untuk
meningkatkan kebanggaan akan pangan lokal. Selain itu
dilakukan riset dan teknologi untuk meningkatkan mutu,
prestise dan keamanan pangan, (atk)

-10 Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB

Rangkuman Hasil Diskusi Panel
“Kebijakan Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan (Food Trap)”
Jakarta 1 Nopember 2001

DARI DEBT-TRAP KE FOOD-TRAP
Suatu Skenario Kiamat di Nusantara?
Prof.Dr. Eriyatno
Center for System Sciences and Development (CSSD)
Dan
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB,

BOGOR
Kalau kita bicara dengan bahasa pemburu, maka
'jebakan' adalah piranti untuk menjerumuskan yang diburu
ke dalam perangkap secara tidak disadari Semakin canggih
piranti tersebut, yang dicirikar dengan sistem kamuflase
berlapis dan penciptaan citra-fatamorgana: maka semakin
tidak sadar bagi si-diburu bahwa dia selangkah demi
selangkah masuk kearah perangkap.
Indonesia dengan
kekayaan alamnya
yang
melimpah, di darat dan di laut, dari minyak sampai ikan
tuna, adalah bagaikan putri jelita yang diminati banyak para
rahwana dunia. Indonesia dengan penduduk lebih dan 200
juta juga disebut sebagai pasar konsumen terbesar di dunia
setelah Cina, India dan USA; sehingga menjadi target
prima pemasaran dari negara produsen dan multi-national
cooperation (MNC)
Kedua karakter tersebut, yaitu sumber daya alam dan
potensi pasar, yang menyebabkan Indonesia diburu oleh

pemburu kelas dunia; yang dengan segala macam
pirantinya terus merekayasa jebakan demi jebakan
sehingga si Dewi Shinta terperangkap dalam Istana
Dasamuka.

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB 41

_____ Peningkatan Relevansi Departemen TPG; Food System Management

PENINGKATAN RELEVANSI DEPARTEMEN
TPG : FOOD SY STEM M ANAGEM ENT
Er iy at n o
Gu ru Besar Dep art em en Tekn o lo g i In d u st ri Pert an ian
Faku lt as Tekn o lo g i Pert an ian -IPB

Su at u d ep ar t em en at au Pr o g r am St u d i d ar i Un iver sit as
akan m en d ap at kan p en g h ar g aan p u b lik t er t in g gi b ilam an a
m em p u n yai t in gkat r elevan si yan g m en d ekat i sem p u r n a.
Tin g kat r elevan si in i t er kait d en g an p asar t en ag a ker ja t er d id ik
m au p u n ket er kait an n ya d en g an kep en t in g an p u b lik sem asa

it u . Der ajat r elevan si akan b er ub ah -u b ah t er g an t u n g p ad a
kem am p u an ad ap t asi ser t a f leksib ilit as Dep ar t em en it u
sen d ir i.
Dep ar t em en Tekn o lo g i Pan g an d an Gizi-IPB, saat in i
m er u p akan Dep ar t em en yan g t er kem u ka b aik d i t at an an in t er
u n iver sit as m aup u n d i m asyakar at ilm iah in t er n asio n al.
Kesem u a it u b er kat ker ja ker as, d ed ikasi d an sikap ilm iah d ar i
p ar a p en g ajar d an p en elit in ya. Den g an p er u b ah an zam an ke
ar ah k n o w l e d g e -b a se so c i e t y , m aka Dep ar t em en TPG su d ah
p at u t kian m em p er b aiki r elevan sin ya ag ar b er d aya sain g .
Pad a t ah u n 1976, saya m en g ejar g elar M.Sc d i M i c h i g a n St a t e
Un i v e r si t y , d an d i saat m en yu su n m at a ajar an m in o r ap a yan g
h ar u s saya am b il p ad a sp r i n g -t e r m t er b acalah r an g kaian
c o u r se s d i MSU h an d b o o k. Ter n yat a saat
it u ad a
De p a r t m e n t o f Fo o d Sc i e n c e (FSC) d an Dep ar t m en t o t
Fo o d Sy st e m s, Ec o n o m i c s a n d M a n a g e m e n t (FSM). Kalau
FSC su d ah san g at t er ken al, w akt u it u ad a Pr o f . Ded i Far d iaz d an
Sr ikan d i Far d iaz seb ag ai m ah asisw a p asca.
Van g m en ar ik b ag i saya ad alah Dep ar t m en t FSM, kan t o r n ya d i

202 Ag r icu lt u r e Hall, b u kan d i Fo o d Sc i e n c e Bu i l d i n g . Di
g ed u n g t u a t er seb u t , saya b er ju m p a d en g an Pr o f . Dr . Vin cen t
d an m en d ap at p en jelasan . Seb ag ai ilu st r asi, sp r i n g -t e r m
1976 Dep ar t m en t FSM m em b er ikan p en g ajar an m an d ir i:

De p ar t e m e n Te kn olog i Pan g an d an GiziTPB

131

Peningkatan Relevansi Departemen TPG: Food^ystem Management

FSM 412 Fin an cin g f o o d syst em s
FSM 443 Gr o u p Act io n m ar ket in g
Selain d ar ip ad a it u ju g a b eker jasam a d en g an De p a r t m e n t o f
Pu b l i c Af f a i r M a n a g e m e n t m en y elen g g ar akan :
FSM 473 In t r o d u ct io n t o syst em an alysis
FSM 340 Man ajer ial eco n o m ic
Akh ir n ya saya m en g am b il FSM 473 d an d isit u lah saya m u lai
m en g en al sy st e m a p p r o a c h , kem u d ian sy st e m a n a l y si s
d an sekar an g m en jad i b ag ian d ar i kap ab ilit as p er so n al saya
seb ag ai Sysf em Sc i e n t i st .
Dar i Ku liah FSM 473. h am p ir 30 t ah un yan g lalu , saya m en d ap at
f alsaf ah syst em , syst em d iag n o sis-p r o g n o sis, MIS, o p t im asi
sam p ai t er kecil sim u lasi. Kesem u a it u , p ad a aw al ab ad 21,
m en jelm a m en jad i Ha r d d an so f t -so f t a n m e t h o d o l o g y .
Ter ajar kan keselur u h Per g u r u an t in g g i t er kem u ka d i d u n ia d an
d alam Wo d d Pr o f e ssi o n a l t h e i n t e r n a t i o n a l so c i e t y f o r
sy st e m sc i e n c e s.
Ken ap a saya h ar us cer it akan in i sem u a, p ad a in t in ya, kit a p er lu
sad ar akan p er ub ah an ilm iah yan g d w n c/u ce o leh r e levan si.
Kem b ali m en g in gat , p er t am a kaf i seb ag ai asist en d o sen t ah u n
1972, saya d it u g askan d i m esin -m esin p en g o lah an p an g an
(f o o d e n g i n e e r i n g ) d en g an su p er visi Pr o f . So ew ar n o .
Kem u d ian d alam p er jalan an keilm u w an , saya b er u b ah
m en d alam i sy st e m e n g i n e e r i n g u n t u k Ph .D, sed an g kan
d iser t asi t et ap set ia b er n u an sa Fo o d .
Seb ag ai d ekan Fat et a d i aw al t ah u n 1 9 8 0 , saya iku t
m em b id an i kelah ir an Dep ar t em en ITP/TPG (m esiku p u n secar a
ad m in ist r asi saja). Sekar an g , t en t u saja saya m er asa t er h ar u d an
b an g g a. Bayi kecil d u lu su d ah m en jad i d ew asa, m alah seb ag ian
d ian t ar an ya su d ah b er p r ed ikat seleb r it i ilim iah . Pr est asi d ar i
p r est asi d ir aih p ar a alu m n in ya, d i p er g u r u an t in g g i, d i in d u st r i,
d i m asyar akat lu as. Kesem u a it u t en t u b er p an g kal p ad a jer ih
p ayah p ad a d o sen yan g b er m u t u .

De p ar t e m e n Te kn olog i Pan g an d an GiziTPB

132

Peningkatan Relevansi Departemen TPG: Food^ystem Management

Nam u n zam an t er u s b er u b ah , t an t an g an m asa kin i b ed a
d en g an m asa lalu . Tekn o lo g i m asa d ep an su d ah d iam b an g
p in t u lab o r at o r iu m TPG. Per so alan p an g an t elah m en jad i
kep r ih at in an b an g sa. Im p o r p an g an b er kem b an g seir in g
keb u t u h an p an g an yan g t ak t er cu ku p i. Di d e sa-d esa t er p en cil
m asih t er d ap at b alit a keku an g an g izi. Sesekali h ar g a p ad i
h an cu r , p et an ip un m akin m elar at . In d o n esia sen g sar a.
Ap akah civit as akad em ika TPG p at u t u n t u k d iam saja? It i s
so m e b o d y e i se ' s p r o b l e m ? at au kah p er lu ad a p er u b ah an ?
Kalau b er u b ah , ap a yan g h ar u s d iu b ah ?
Sar an saya san g at m en en t u kan . TPG h ar u s b er u b ah , seb ag ai
u p aya m em p er b ar u h i r elevan si-n ya. Un t u k it u ken ap a t id ak
p ad a Fo o d Sy st e m M a n a g e m e n t ?

De p ar t e m e n Te kn olog i Pan g an d an GiziTPB

133