DISKUSI KASUS Myasthenia Gravis

Sebelum meluasnya penggunaan imunomodulator, prognosis untuk pasien dengan MG cukup buruk dengan angka kematian sekitar 30 Seiring dengan kemajuan dalam ventilasi mekanik dan perawatan intensif, imunoterapi telah menjadi salah satu dari faktor utama yang berkontribusi terhadap hasil yang lebih baik di MG, dan mortalitasnya kurang dari 5.

IV. DISKUSI KASUS

2 Pada kasus ini seorang pria,46 tahun didiagnosa menderita myasthenia gravis MG berdasarkan anamnese, pemeriksaan neurologis, tes kuantitatif dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dijumpai keluhan utama sulit membuka kelopak mata kiri yang dialami OS sejak 2 bulan yang lalu,berlangsung hilang timbul dan terutama dirasakan OS setelah beraktifitas dan menjelang sore hari. Keluhan membaik jika OS beristirahat dan pada pagi hari. Sejak 1 bulan terakhir kelopak mata kiri selalu tertutup dan hanya sedikit terbuka setelah os beristirahat. Dari pemeriksaan neurologis dijumpai ptosis sebagai manifestasi paling sering pada MG, pemeriksaan klinis dengan tes kuantitatif dijumpai ptosis dan diplopia dan pada pemeriksaan EMG dengan repetitive nerve stimulation menunjukkan penurunan lebih dari 10. Pasien didiagnosis banding dengan botulismus karena gejala ptosis merupakan menifestasi awalnya disertai pelebaran pupil dan reflek cahaya yang negatif namun pada pemeriksaan neurologis hanya dijumpai ptosis dan reflek cahaya yang normal pada pasien. Diagnosis brain stem stoke disingkirkan karena gejala ptosis pada pasien ini berlangsung perlahan-lahan dan hilang timbul sementara pada stroke gejala berlangsung biasanya menetap dan onsetnya mendadak. Pasien ini diterapi dengan pyridostigmin bromide 3 x 60 mg dan prednison 3x5 mg selama 4 hari dan memberikan respon terapi yang baik. Dosis prednison direncanakan untuk dinaikkan secara bertahap hingga dicapai dosis optimal bagi pasien dan dipertahankan sampai dijumpai perbaikan yang nyata, kemudian dosis prednison diturunkan secara perlahan. Pasien dipulangkan dengan rencana lanjutan pengobatan dilakukan di poliklinik rawat jalan, namun pasien tidak pernah kontrol ke poliklinik oleh karena pasien berdomisili di luar kota. Prognosis pada kasus ini baik karena otot yang terlibat masih terbatas pada otot Universitas Sumatera Utara ekstraokular, walaupun perkembangan menjadi miastenia general dapat terjadi dalam tiga tahun pertama. V. PERMASALAHAN 1. Bagaimanakah penatalaksanaan terbaik pada pasien ini?