BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan bahan restorasi semen ionomer kaca modifikasi resin nano Ketac N100 light cured, 3M ESPE, st. Paul karena partikel bahan ini
berukuran nano dan merupakan bahan SIK baru dalam kedokteran gigi. Selain itu sifat mekanis dari bahan SIK jenis ini lebih baik apabila dibandingkan dengan jenis
SIK lainnya, tahan terhadap kebocoran, permukaan lebih halus dan pelepasan fluor lebih tinggi, lebih tahan terhadap abrasi, memberikan hasil polish yang lebih halus
dan mengkilap, dan lebih estetik. Sehingga dapat digunakan pada gigi posterior.
3,12
Bahan lain yang ditambahkan adalah kitosan nano yang terbuat dari Blangkas. Bahan ini banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi dalam pencegahan pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans, Fusobacterium nucleatum serta bahan pulp capping.
19,21,22
Bentuk kavitas ART dibuat dengan desain klas II atau site 2 size 2 dengan prinsip minimal intervensi.
Kekuatan pada restorasi dapat diuji dengan pemberian tekanan transversal flexural strength. Spesimen diberi tekanan pada bagian marginal ridge oleh alat uji
tekan Torsee’s Universal machine, Japan sampai fraktur dengan kecepatan 0,5 mmmenit dan beban 400 kilogramforce kgf yang kemudian dikonversikan kedalam
satuan megapascal MPa, meskipun tidak menggambarkan tekanan oklusal fisiologis di rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 3 hasil yang diperoleh rerata flexural strength kelompok I sebesar 77, 35 MPa, kelompok II sebesar 47,53 MPa dan kontrol sebesar 68,00 MPa. Dimana
selisih antara kelompok I dan kontrol sebesar 9,35 MPa dan selisih antara kelompok II dan kontrol sebesar 21,53 MPa. Dari data yang diperoleh diuji secara statistik
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok uji dengan kontrol. Kekuatan spesimen juga terlihat dari tabel 6, dimana data pada kelompok II,
spesimen yang mengalami adhesive failure lebih besar dibandingkan dengan dua kelompok lainnya yaitu sebesar 80 8 sampel. Sedangkan pada kelompok I
spesimen yang mengalami cohesive failure lebih besar dari dua kelompok lainnya yaitu sebesar 70 7 sampel.
Seperti yang diketahui dari penelitian sebelumnya oleh Petri et al pada tahun 2006, bahwa penambahan kitosan dalam jumlah kecil dapat meningkatkan efek yang
diharapkan. Namun pada penambahan kitosan dalam jumlah besar justru menurunkan keefektifannya.
13
Kitosan memiliki gugus amin NH yang reaktif dan gugus hidroksil yang banyak serta kemampuannya membentuk gel maka kitosan dapat berperan
sebagai komponen reaktif dan pengikat.
40
Ikatan kitosan gugus aminaNH
2
bereaksi dengan semen ionomer kaca modifikasi resin nano melalui ikatan fisika yaitu gugus
amina mengikat partikel semen ionomer kaca modifikasi resin nano dengan ikatan hidrogen, sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik. Proses terjadinya ikatan antara
SIK dengan kitosan dimulai dari partikel Al
2
O
3
dan SiO
2
dari SIK yang bersifat
isoelektrik. Saat pencampuran, pH berubah menjadi asam sehingga partikel anorganik pada permukaan menjadi tidak bermuatan, melainkan membawa gugus hidroksi ke
permukaannya. Pada pasta pelarutnya terkandung polyacrilic acidPAA, pada saat pH
Universitas Sumatera Utara
berubah menjadi asam, kelompok karboksil pada rantai PAA terprotonisasi. Sehingga perlekatan antara partikel FAS fluoraluminosilikat dan PAA tergeser oleh ikatan
hidrogen antara gugus hidroksi dan kelompok karboksil. Pada pH asam gugus kitosan yang terprotonisasi tidak dapat berinteraksi dengan gugus PAA secara elektrostatis,
namun gugus kitosan membawa gugus hidroksil dan gugus asetamida yang mampu mengikat partikel hidroksi dan gugus karboksilat dari PAA dengan ikatan hidrogen.
Ikatan yang dibentuk oleh kitosan dan PAA di sekitar partikel anorganik dapat mengurangi tegangan pada permukaan antar komponen semen ionomer kaca
modifikasi resin.
13
Pada penelitian ini bahan restorasi yang digunakan adalah semen ionomer kaca modifikasi resin nano Ketac N100 light cured, 3M ESPE, st. Paul. Adanya
kandungan HEMA Hydroxyethylmethacrylate mempunyai peran yang penting dalam perlekatan antara bahan dengan gigi.
42
Pada penambahan kitosan nano 0,015 berat diperoleh peningkatan nilai flexural strength lebih besar dibandingkan
penambahan kitosan nano 0,45 berat yang justru menunjukkan penurunan yang signifikan. Dapat dijelaskan dengan adanya kandungan HEMA dan filler anorganik
diperkuat ikatan kompleks antara kitosan dan SIK dapat meningkatkan sifat mekaniknya. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah cohesive failure pada kelompok I
dibandingkan dua kelompok lainnya yang berarti terdapat peningkatan perlekatan antara SIK dengan struktur gigi.
Sementara dengan penambahan 0,45 berat kitosan justru mengalami penurunan. Hal ini disebabkan kitosan nano yang memiliki gugus amina telah
berikatan satu sama lain, dengan penambahan lebih banyak kitosan nano
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ikatan kitosan gugus amina dari kitosan itu bertambah jumlahnya dalam SIK sehingga tidak dapat melakukan pertukaran ion dan berikatannya gugus
amina lainnya sehingga kemampuan untuk mengikat partikel dari SIK pun menurun. Dimana dengan penambahan lebih berat kitosan dapat mengganggu perlekatan antara
SIK dan struktur gigi. Hal ini mempengaruhi ketahanan bahan ketika diberi tekanan transversal. Terlihat dengan meningkatnya jumlah adhesive failure pada kelompok II
dibandingkan kelompok lainnya. Struktur kitosan nano dari blangkas dapat dilihat pada gambar 25.
Gambar 25 : a. Struktur kitosan nano dari blangkas b. Berat dan luas unsur yang terdapat dalam Partikel kitosan nano
Adanya hasil yang jauh lebih kecil dari data lainnya seperti yang terlihat pada tabel 4 yaitu sampel 5, sampel 10 dan sampel 8 pada kelompok I, kelompok II dan
kelompok III. Hal ini mungkin disebabkan oleh adhesi antara bahan SIK yang didapatkan dari mekanisme pertukaran ion antara bahan SIK dengan kelembaban
dentin berpengaruh terhadap ikatan antara SIK dengan dentin sedangkan penelitian
a
b
Universitas Sumatera Utara
ini menggunakan gigi yang sudah dicabut dimana kelembaban dentin dari masing masing gigi berbeda sehingga dapat mempengaruhi kekuatan restorasi. Metode
penelitian ini mengikuti metode penelitian sebelumnya dengan metode penanaman sampel dan pemberian tekanan yang sama. Sampel ditanam dengan kemiringan 13,5°
dan diberi tekanan dalam arah vertikal tepat pada bagian marginal ridge. Namun sulit untuk membuatnya benar benar 13.5° sehingga mungkin dapat mempengaruhi
adhesive dan cohesive failure pada saat restorasi diuji. Pada penelitian ini Tabel 4 dan 5 rerata untuk kelompok kontrol SIK
Nano adalah sebesar 68.007± 18.771 MPa dengan standar error-nya 5.935. Kelompok uji I SIK nano dengan kitosan nano dari blangkas 0.015 berat adalah
sebesar 77.3569 ± 21.939 MPa dengan standar error-nya 6.937, dan kelompok uji II SIK Nano dengan kitosan nano dari blangkas 0.45 berat adalah sebesar 47.527
± 7.128 MPa dengan standar error-nya 2.254. Hasil ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah sampel yang terlalu sedikit, semakin besar jumlah sampel yang digunakan
akan memberikan hasil yang representatif. Alat yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan data yang kasar sehingga data yang diperoleh kurang akurat. Sehingga
diharapkan dapat menjadi dasar pada penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini tidak dapat menggambarkan reaksi antara semen
ionomer kaca modifikasi resin nano dan kitosan nano karena kurangnya sarana dan prasarana penelitian. Maka dari itu diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk
melihat reaksi asam basa dan polimerisasi pada pengerasan semen ionomer kaca modifikasi resin nano dengan kitosan nano.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN