Pengembangan Bahan Ajar Kesimpulan

E. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam bentuk bahan ajar yang memuat materi yang akan dipelajari, lebar kerja siswa dan latihan soal. Selain itum pembelajaran dilengkapi dengan buku paket yang disusun oleh Depdiknas dan dari buku paket yang dikeluarkan penerbit lainnya. Dengan bahan ajar ini, siswa berkelompok, berdiskusi, dan saling bekerjasama sesama angota kelompoknya. Materi pokok pada bahan ajar ini adalah bangun ruang kubus dan balok yang merujuk pada standar kompetensi mata pelajaran matematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP untuk SMPMTs dan dikembangkan dalam 6 bahan ajar. Sebelum bahan ajar digunakan pada kelas eksperimen, terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pembimbing agar bahan ajar benar-benar sesuai dengan tujuan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka prosedur penelitian menempuh langkah-langkah yang terdiri dari tiga tahapan utama. Ketiga tahapan tersebut yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Untuk lebih lengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Beberapa kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan persiapam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Persiapan penelitian dilakukan melalui tahap-tahap membuat persiapan yang mendukung proses penelitian, yaitu menyusun instrumen penelitian berupa kisi-kisi dan instrumen tes, membuat rencana pembelajaran serta merancang pengembangan bahan ajar. b. Mengurus perijinan penelitian c. Menemui kepala SMP BPI 1 Kota Bandung untuk menyampaikan surat ijin penelitian sekaligus meminta ijin untuk melaksanakan penelitian d. Berkonsultasi dengan guru matematika untuk menentukan waktu, teknis pelaksanaan penelitian, memilih sampel sebanyak dua kelas secara acak dari 6 kelas VIII yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. e. Melakukan uji coba soal kepada siswa kelas IX-C pada hari Kamis, 7 April 2010.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap kedua dari penelitian ini adalah tahap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching. Yang bertindak sebagai pengajar yaitu peneliti sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan urutan- urutan sebagai berikut: a. Memberikan pretes kemampuan penalaran dan berpikir kritis matematis di kelas terpilih dalam penelitian, yaitu kelas eksperimen VIII-C dan kelas kontrol VIII-F. b. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu membuat kelompok siswa di kelas eksperimen berdasarkan data dari guru matematika kelas eksperimen. Siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran model reciprocal teaching dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang tiap kelompoknya terdiri dari 4 – 5 orang, dengan kemampuan akademik dan jenis kelamin heterogen. c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Untuk kelas eksperimen, pembelajaran matematika menggunakan model reciprocal teaching sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran matematika secara konvensional. d. Setelah pembelajaran materi pokok bangun ruang kubus dan balok selesai dengan 6 kali pertemuan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan postes kemampuan penalaran matematis dan berpikir kritis matematis. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan kemampuan dari setiap kelas penelitian setelah diberi perlakuan berbeda. Soal-soal yang diberikan pada postes sama dengan soal yang diberikan pada pretes. e. Setelah pemberian tes akhir selesai, dilanjutkan dengan pengisian angket skala sikap siswa di kelas eksperimen.

3. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

a. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu tes dan angket skala sikap siswa. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap disajikan pada tabel 3.13. Tabel 3.13 Teknik Pengumpulan Data No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen 1 Siswa Kemampuan awal penalaran matematis dan berpikir kritis matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol Tes awal pretes Butir soal essai yang memuat kemampuan penalaran matematis dan berpikit kritis matematis 2 Siswa Kemampuan akhir penalaran matematis dan berpikir kritis matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol Tes akhir postes Butir soal essai yang memuat kemampuan penalaran matematis dan berpikit kritis matematis 3 Siswa Sikap siswa terhadap pembelajaran matematis dengan model reciprocal teaching Angket Angket skala sikap dan daftar isian

b. Teknik Analisis Data

Setelah penelitian di lapangan dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut: 1 Data skor pretes, postes, dan gain kemampuan penalaran dan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2 Data skala sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan pembelajaran model reciprocal teaching. Data skor di atas diolah dan dianalisis sebagai berikut: 1 Analisis Data Pretes dan Postes Data skor kelas yang terdiri dari skor pretes dan postes dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban. b Membuat tabel skor hasil tes siswa baik pretes, postes, maupun gain ternormalisasi. c Menghitung rerata skor tes setiap kelompok. d Menghitung standar deviasi untuk mengetahui penyebaran kelompok dan menunjukkan tingkat variansi kelompok data. e Membandingkan skor tes awal dan tes akhir untuk mencari peningkatan gain yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing kelompok yang dihitung dengan rumus g faktor gain skor ternormalisasi dengan rumus: awal maks awal akhir S S S S g − − = Meltzer, 2002: 1260 Keterangan: g : gain ternormalisasi rata-rata S akhir : skor tes akhir S awal : skor tes awal S maks : skor maksimum Kriteria tingkat gain adalah sebagai berikut: g 0,7 : tinggi 0,3 g 0,7 : sedang g 0,3 : rendah f Melakukan uji prasyarat analisis pretes, postes dan gain 1 Menguji normalitas data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila data gain berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, maka pengujian dilanjutkan ke uji non parametrik. Sedangkan apabila data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan ke uji parametrik. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan Program SPSS versi 13.0 dengan hipotesis statistik : H : Data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Data gain berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal Kriteria pengujian : Tolak H jika p-value Sig. ½ α = 0,025, sedangkan untuk kondisi lainnya H diterima. 2 Menguji homogenitas variansi Menguji hipotesis antara dua varians pada skor pretes kelompok eksperimen σ 1 2 dan skor pretes kelompok kontrol σ 2 2 , skor postes kelompok eksperimen σ 1 2 dan skor prostes kelompok kontrol σ 2 2 . Hipotesisnya sebagai berikut: H : σ 1 2 = σ 2 2 H 1 : σ 1 2 ≠ σ 2 2 Keterangan: σ 1 2 : varians data gain tes matematika pada kelompok eksperimen σ 2 2 : varians data gain tes matematika pada kelompok kontrol H : varians populasi kedua kelompok data adalah homogen H 1 : varians populasi kedua kelompok data tidak homogen Kriteria pengujian : Tolak H jika p-value Sig. ½ α = 0,025, sedangkan untuk kondisi lainnya H diterima. g Menguji dan menganalisis data penelitian hasil pretes dan postes dengan uji kesamaan dua rerata. Untuk menguji apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching bila dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, maka dilakukan pengujian kesamaan dua rerata. Adapun hipotesisnya adalah: 1 H : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. H 1 : Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching lebih baik daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2 H : Tidak terdapat perbedaan antara peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. H 1 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis-hipotesis diatas dilakukan sebagai berikut: 1. Jika data berasal dari populasi berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis dilakukan pengujian kesamaan dua rerata uji t dengan taraf signifikan = 0, 05 . 2. Jika data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji U Man-Whitney dengan taraf signifikan = 0, 05 . Untuk mempermudah dan ketepatan hasil yang diperoleh maka setelah penelitian peneliti akan mengolah data dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. 3 Menganalisis data hasil observasi dan angket respon siswa Untuk mengkaji bagaimana pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan berpikir kritis siswa dalam matematika, data dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan melihat perolehan rata-rata skor sikap dan persentase sikap positif dan sikap negatif. Selanjutnya rata-rata skor sikap siswa dibandingkan dengan skor netral. Skor netral pada penelitian ini sebesar 3,00. Adapun kategorisasi skala sikap adalah sebagai berikut: X 3,00 : Positif X = 3,00 : Netral X 3,00 : Negatif Keterangan: X = Rata-rata skor siswa peritem Selain menganalisis rata-rata skor sikap siswa, juga dianalisis persentase sikap positif dan sikap negatif setiap item pertanyaan. Untuk pertanyaan positif, sikap positif adalah sikap persetujuan banyaknya respon S dan SS dan sikap negative adalah sikap ketidaksetujuan banyaknya respon TS dan STS. Untuk pertanyaan negatif, sikap positif adalah sikap ketidaksetujuan banyaknyarespon TS dan STS dan sikap negatif adalah sikap persetujuan banyaknya respon TS dan SS. 90 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan berpikir kritis matematis, antara siswa yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan penalaran matematis baik dengan pembelajaran model reciprocal teaching maupun dengan pembelajaran biasa mengalami peningkatan. Kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. 2. Kemampuan penalaran matematis baik dengan pembelajaran model reciprocal teaching maupun pembelajaran biasa mengalami peningkatan. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model reciprocal teaching lebih baik dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. 91

B. Saran