Inovasi Pembelajaran Melalui Penelitian

  1 Inovasi Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

  Tatag Yuli Eko Siswono FMIPA UNESA

  Pendahuluan Inovasi adalah suatu istilah yang sering digunakan tetapi jarang didefinisikan.

  Inovasi berasal dari kata innovatio yang berarti memperbarui atau renovasi yang bersifat

  

novus (baru). Smith (2003) mengartikan inovasi sebagai membawa kebaruan-kebaruan

  atau membuat perubahan. Perubahan tersebut memiliki guna bila dikaitkan dengan gagasan-gagasan pemikiran, keyakinan, atau melakukan sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya sedemikian hingga hasilnya lebih mendekati pencapaian tujuan maupun manfaat-manfaat. Pendapat ini memandang inovasi tidak berarti menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, berbeda dari yang sudah ada, tetapi membuat perubahan- perubahan dari yang sudah ada. Pemikiran atau gagasan pun bisa merupakan suatu inovasi.

  Arti lain “inovasi” pada kamus elektonik (http://en.wikipedia.org) diartikan sebagai suatu cara baru untuk mengerjakan sesuatu. Inovasi mengacu pada perubahan- perubahan dalam pemikiran, produk-produk, proses-proses, atau organisasi yang berhasil diterapkan. Dalam suatu bidang tertentu, sesuatu yang baru harus berbeda secara substansi dan signifikan untuk dapat dikatakan inovatif. Perubahan harus meningkatkan nilai, misalkan pada ekonomi adalah nilai bagi pelanggan atau pun bagi produsen. Tujuan dari inovasi adalah perubahan yang positif, untuk membuat seseorang atau sesuatu lebih baik. Seseorang yang langsung bertanggung jawab menerapkan suaatu inovasi dikatakan sebagai pioner (perintis). Kata inovasi banyak diterapkan pada bidang ekonomi, bisnis, teknologi, sosiologi, teknik, termasuk juga pendidikan. Pengertian ini lebih ketat memberi syarat suatu inovasi. Hal ini berbeda dengan pendapat Smith (2003), tetapi penekanannya sama yaitu pada perubahan-perubahan pemikiran, produk, maupun proses.

  Al-Khalili (2005) mengatakan inovasi adalah menciptakan sesuatu yang baru atau berkesinambungan dalam menghasilkan sesuatu yang tidak ada, muncul dari adanya kebutuhan manusia, dan bertujuan untuk menutupi kebutuhan ini, atau menciptakan suatu alat atau sarana yang dapat bermanfaat bagi manusia dalam sebagian-sebagian urusannya. Inovasi terealisasi ketika seseorang menciptakan sesuatu atau produk yang baru dan orisinil, serta eksistensinya dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Inovasi tidak berarti menciptakan sesuatu dari ketidakadaan. Inovasi menggunakan apa yang telah ada untuk 1 menghasilkan sesuatu yang baru. Apa yang telah ada merupakan bahan mentah suatu

Makalah disampaikan pada seminar sehari di Jurusan Matematika IKIP PGRI Madiun, 25 Januari 2009. inovasi. Orang yang inovatif adalah mencermati bahan yang telah ada dan eksis secara lebih baik daripada orang lain. Pengertian ini lebih lebih luas bahwa inovasi merupakan suatu penciptaan yang ”baru”, orisinil, eksistensinya dimanfaatkan oleh orang lain.

  Sanjaya (2008) mengartikan inovasi sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan masalah.

  ”Sesuatu yang baru” di sini dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan yang benar- benar baru yang belum tercipta sebelumnya ataupun juga tidak benar-benar baru yang sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain. Pendapat ini selaras dengan pengertian yang diungkapkan sebelumnya, hanya lebih difokuskan bahwa inovasi itu diterima dalam suatu situasi atau konteks sosial tertentu. Suatu situasi sosial tertentu mungkin saja menerima atau berpendapat bahwa sesuatu itu merupakan inovasi tetapi dipihak lain, mungkin merupakan hal yang biasa atau tidak baru sama sekali.

  Definisi lain adalah dari Williams (dalam Mitchell, et.al, 2003) mendefiniskan inovasi sebagai implementasi sesuatu yang baru dan meningkatkan pengetahuan- pengetahuan, ide-ide, metode-metode, proses-proses, alat-alat, pelengkapan, dan mesin- mesin yang menjadikan produk-produk, layanan, dan proses-proses tersebut mejadi baru dan lebih baik. Pendapat ini menekankan bahwa inovasi bukan hanya gagasan tetapi implementasi suatu gagasan atau pemikiran sehingga meningkatkan pengetahuan, produk, maupun proses.

  Berdasar pengertian yang berbeda-beda itu dalam pembahasan ini perlu disepakati bahwa inovasi adalah suatu ide, pemikiran, maupun proses-proses yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Inovasi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan dalam pemikiran, produk-produk, proses-proses, atau tindakan-tindakan yang orisinil dan bermanfaat bagi orang lain. Baru dalam pengertian di sini tidak harus merupakan penemuan yang tidak ada sebelumnya (invention), tetapi dapat berupa reformulasi atau kreasi dari yang sudah ada sebelumnya (discovery). Baru di sini ditekan pada suatu konteks sosial tertentu. Dengan demikian pengertian ini merangkum pendapat-pendapat yang ada dan saling melengkapi.

  Inovasi sering dikaitkan dengan kreativitas. Kalau dibedakan, kreativitas menekankan pada orisinalitas dari produk, proses, maupun pribadi yang mampu menciptakan sesuatu yang belum diciptakan orang lain. Inovasi suatu proses penyempurnaan suatu produk atau suatu proses yang sudah ada (Setiawan, 2001). Williams (dalam Mitchell, et.al, 2003) menggambarkan hubungan kreativitas, inovasi, dan implementasi seperti diagram berikut.

  Discovery

  Process of Implementation Creativity innovation

  Invention Model di atas menunjukkan bahwa discovery dan invention sebagai hasil dari kreativitas yang mengarahkan pada proses inovasi dan implementasinya. Urutannya diawali dari suatu kreativitas yang dapat menghasilkan penemuan kembali (discovery) dan penemuan baru (invention), sehingga bila diterapkan menjadi suatu inovasi. Dengan demikian untuk menghasilkan suatu inovasi diperlukan suatu kreativitas dalam pemikiran, proses-proses, maupun tindakan individu itu sendiri.

  Inovasi dilakukan pada semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Inovasi dapat terjadi pada kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, organisasi atau struktur pendidikan yang ada. Fokus pembicaraan ini terletak pada inovasi pembelajaran di kelas. Dengan demikian, inovasi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

  Inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan-keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan, seperti keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggap kurang berhasil, keresahaan pihak adminstrator pendidikan tentang kinerja guru atau keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil sistem pendidikan. Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk permasalahahan- permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk memecahkan masalah itu, pada akhirnya memunculkan gagasan dan ide-ide baru sebagai inovasi. Dengan demikian inovasi itu muncul karena dipicu suatu masalah yang terjadi pada lingkup sosial tertentu. Sekarang, bagaimana agar dapat melakukan inovasi?

  Langkah pertama untuk berinovasi adalah plagiasi, yaitu menirukan orang lain, mendatangkan apa yang mereka datangkan, melakukan apa yang mereka lakukan, dan berbuat dengan apa yang mereka buat. Plagiasi ini berarti mengerjakan apa yang dikerjakan orang-orang terkenal yang berasal dari penemu, produsen, maupun pengarang, dan meniru dengan pertimbangan-pertimbangan yang terbaik. Plagiasi merupakan suatu perwujudan dari fase mempersiapkan diri untuk menghasilkan pemikiran yang orisinal. Plagiasi tidak terus menerus dilakukan, apabila cukup maka harus memulai untuk mengembangkan, mengeluarkan pendapat pribadinya, serta mempraktekkan pemikiran khususnya atau menggunakan gaya tersendiri berbeda dengan orang lain.

  Dalam pembelajaran, langkah awal inovasi dapat menggunakan strategi pembelajaran yang telah dilakukan oleh para ahli, penemu-penemu, atau filosof-filosof teori belajar. Strategi atau model-model pembelajaran itu tentu harus dipertimbangkan untuk konteks sosial dari siswa, sekolah, maupun masyarakat. Misalnya dari hasil penelitian ahli ternyata pembelajaran koperatif tipe jigsaw berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, maka model itu dapat ditiru digunakan pada suatu kelas tertentu dan materi atau mata pelajaran tertentu.

  Langkah kedua adalah mengembangkan sesuatu, yaitu mendiskusikan, mengarahkan kepada yang lebih baik dan lebih utama dari sebelumnya. Dalam pembelajaran, sesuatu itu dapat berarti model pembelajaran berbeda yang dimodifikasi dari model sebelumnya, model yang digabungkan dengan model lain yang berbeda, atau model yang disisipi pemikiran atau fakta-fakta lapangan. Misalkan sebelumnya digunakan model kooperatif tipe jigsaw, sekarang dikembangkan model pembelajaran itu dengan menggunakan sarana komputer atau multimedia.

  Langkah ketiga adalah menciptakan yang baru (creative invention), atau kreativitas, yaitu menciptakan suatu hal yang baru dalam bidangnya. Dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu proses pembelajaran yang mungkin berbeda dari sebelumnya atau belum pernah ada. Misalkan karena sekarang terdapat teknologi SMS (short message

  service), maka diciptakan pembelajaran dengan SMS.

  Proses inovasi tersebut akan tercapai melalui pemikiran, pengkajian, maupun penelitian. Penelitian yang lebih tepat bagi guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelasnya dan mendukung inovasi dalam mengembangkan proses pembelajarannya adalah dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

  Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research merupakan salah satu wahana profesional guru untuk memperbaiki kinerjanya dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini menempatkan peran guru yang selama ini hanya memakai hasil-hasil penelitian para pakar menjadi seseorang yang mengembangkan sendiri inovasi-inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan hasil belajar siswa di kelas. Guru menjadi subjek dalam penelitian yang diterapkan secara langsung pada siswanya sendiri.

  Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh guru (pelaku tindakan) untuk meningkatkan dan memperdalam tugas serta untuk memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Karakteristik dari PTK adalah: 1.

  Masalah dalam PTK muncul dari kesadaran diri guru sendiri bukan dari orang lain.

  Guru berpikir bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran yang dilakukan selama ini.

  2. Mengumpulkan data dari praktek sendiri melalui refleksi diri (self-reflective inquiry).

  3. Dilakukan di kelas dan fokusnya pada kegiatan pembelajaran yang berupa interaksi perilaku guru dan siswa.

  4. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama kegiatan penelitian, sehingga terdapat siklus yang sistematis, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

  PTK ini bagi guru sangat bermanfaat untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, sehingga memunculkan inovasi-inovasi pembelajaran. Selain itu, dapat meningkatkan profesionalisme guru, karena mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang di kelolanya. Secara pribadi, manfaat PTK dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya meneliti bagi guru.

  Kaitannya dengan inovasi pembelajaran, mengapa inovasi pembelajaran dapat terjadi melalui PTK? Dasar pemikirannya adalah sebagai berikut.

  1. Masalah yang menjadi fokus PTK diawali dari masalah nyata di kelas atau keresahan guru akan hasil dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru tidak puas dengan hasil yang telah dicapai. Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini, sehingga memunculkan inovasi yang berupa ide-ide, gagasan-gagasan, atau pemikiran untuk mengubah atau memperbaiki pembelajarannya. Inovasi itu dapat berupa plagiasi dari strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli, atau yang dilakukan guru lain yang lebih berpengalaman. Inovasi berikutnya adalah mengembangkan strategi pembelajaran dengan memodifikasi atau membuat sisipan-sisipan dengan model atau pemikiran lain.

  2. Dalam mencari alternatif strategi atau model pembelajaran pada PTK dilakukan kajian pustaka atau dukungan teori terhadap proses tindakan yang akan dilakukan.

  Guru mempelajari teori, pemikiran, artikel-artikel, atau laporan penelitian-penelitian yang relevan. Ketika mempelajari tersebut, guru membandingkan teori-teori, atau mencari dukungan teori terhadap pemikiran proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pada saat itu muncul kreativitas guru berupa penemuan yang bersifat

  discovery atau invention sehingga memunculkan inovasi dalam pembelajaran.

  3. Hasil PTK didasarkan pada kajian yang sistematis dengan didukung data yang absah, serta dianalisis melalui prosedur yang dapat diandalkan. Kreativitas guru dalam mengembangkan suatu strategi pembelajaran dan dilanjutkan dengan implementasi berupa tindakan selama beberapa siklus akan menghasilkan suatu inovasi pembelajaran yang tidak hanya didukung teori tetapi juga bukti nyata di lapangan. Berdasar ketiga pertimbangan itu, maka PTK dapat mengarahkan maupun menghasilkan suatu inovasi dalam pembelajaran di kelas yang layak dan kredibel. Hal yang perlu diperhatikan dalam berinovasi sebenarnya adalah bahan yang tersedia. Inovasi pembelajaran tidak akan terjadi jika sebelumnya tidak mengetahui atau memahami strategi atau langkah pembelajaran-pembelajaran yang berkembang. Bahan-bahan itu akan menjadi sumber inovasi untuk ditiru, dikembangkan, maupun diciptakan yang baru. Untuk itu berikut akan dijelaskan beberapa strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai inspirasi maupun bahan menciptakan inovasi pembelajaran.

  Strategi Pembelajaran yang Inovatif

  Pada pembahasan ini digunakan istilah strategi pembelajaran karena agar lebih luas pemakaiannya, tidak dibatasi pengertian-pengertian yang khusus seperti metode, pendekatan, atau model pembelajaran. Strategi di sini dapat saja berupa metode, pendekatan,maupun model pembelajaran.

  Perbedaan strategi pembelajaran dapat didasarkan pada: (1) orientasi pusat pembelajarannya, yaitu pada guru atau siswa; (2) paradigma terhadap perolehan pengetahuan (teori belajar yang mendasari), seperti teori tingkah laku (behaviorisme), psikologi kognitif, atau konstruktivisme; (3) tujuan dari tingkat pengetahuan yang dicapai, seperti pengetahuan deklaratif/faktual, prosedural, atau berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis dan kreatif).

  Pembelajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu contoh pembelajaran yang berpusat pada guru, didasarkan pada teori belajar tingkah laku, dan tujuan utamanya mengajarkan pengetahuan deklaratif ataupun prosedural. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan didasarkan pada teori motivasi dan kognitif (Slavin, 2008), serta memiliki tujuan kognitif yang bervariasi sesuai tipe kooperatifnya, tetapi mempunyai tujuan afektif yang sama, yaitu untuk meningkatkan keterampilan kooperatif. Kooperatif tipe STAD, TGT, ataupun TAI untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif maupun prosedural, sedang kooperatif tipe kelompok investigasi (Group Investigation) untuk mengajarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran berdasar masalah (PBI = problem based instruction atau PBL = problem based learning) atau model-model pembelajaran yang berorientasi pada masalah (pemecahan masalah, pengajuan masalah) merupakan contoh-contoh pembelajaran yang berpusat pada siswa, umumnya berdasar konstruktivisme, dan menekankan pada tujuan pengetahuan tingkat tinggi maupun metakognitif.

  Karena banyaknya inovasi pembelajaran, maka akan dijelaskan beberapa strategi yang dianggap mendasar dan dapat diterapkan pada materi tertentu. Metode-metode pembelajaran ala pesantren, antara lain: metode sorogan, bandongan, musyawarah (

  Bahtsul Masa’il) [Teachers Guide, Volume 02, Edisi 06.08]

  Metode Sorogan menitikberatkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu). Dilakukan di ruangan, dengan posisi ustadz (guru) berhadapan santri (siswa). Santri mempelajari dan menguasai bab atau sub bab pada kitab yang akan di-sorog-kan sesuai target pembelajaran. Ustadz memberikan koreksi seperlunya. Evaluasi dengan cara meminta santri menjelaskan teks materi bab, bagian, topik yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Jika sudah betul, materi lanjutan baru diberikan. Jika sebaliknya santri mengulang kembali.

  Metode Bandongan (Wetonan) dilakukan dengan ustadz memberikan pelajaran kepada sekelompok santri yang akan mendengar dan menyimak kitab yang dibaca oleh ustadz, kemudian menterjemahkan dan menerangkan serta mengulas kitab berbahasa Arab. Santri memegang buku yang sama, sambil melakukan pencatatan simbol-simbol dan arti kata, langsung di bawah kata yang dimaksud. Kegiatan dilakukan sambil duduk melingkar. Proses Tanya jawab dapat dilangsungkan, karena sebelumnya santri sudah membaca bab yang akan dipelajari. Santri lain diberi kesempatan menjawab jika tahu. Metode ini menciptakan komunikasi yang baik antara ustadz dan santri, karena ustadz dituntut untuk memperhatikan situasi Tahap evaluasi pada saat khatam (akhir penyelesaian) sebuah kitab dievaluasi aspek kognitif, sikap atau perilaku dan ketrampilan.

  Metode musyawarah mirip dengan seminar. Beberapa santri membentuk halaqoh (musyawarah) yang dipimpin langsung oleh ustadz untuk membahas persoalan tertentu. Santri bebas bertanya atau berpendapat. Cara ini membuat santri meningkatkan daya analisis dan problem solving. Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan yang mencolok, agar kegagalan musyawarah dapat diminimalkan. Evaluasi dilakukan dengan menilai kualitas pertanyaan, yang meliputi logika, ketepatan, referensi, serta bahasa penyampaian.

  Pembelajaran langsung (Explicit Instruction, direct instruction) khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.

  Langkah-langkah :

  1. Menyampaikan tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa

  2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap

3. Guru memberikan latihan terbimbing 4.

  Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan, yaitu menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

  MATRIX Learning system (Saleh, Andri, 2008, Teacher Guide ,Volume 02, Edisi 06.08] menekankan bahwa motivasi adalah unsur utama dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi yang kuat anak, akan belajar tanpa menyerah dan mandiri. MATRIX adalah akronim dari “Motivation Applicated To the Real Mathematics”. Konsepnya adalah (1) Motivation. Konsep pertama memberi motivasi kepada anak, seperti dengan cerita inspirasi yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan matematika, seperti pengalaman pribadi, cerita kehidupan sehari-hari, biografi. (2) Activity. Melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Untuk materi matematika aplikatif dilakukan dengan bentuk permainan atau kegiatan di luar kelas, seeding untuk materi matematika non- aplikatif dapat dilakukan dengan pembeuktian rmus-rumus matematika secara berkelompok. (3). Theory. Setiap siswa pasti memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah. Dari sini siswa dirangsang mengungkapkan teorinya masing-masing. Meski tak sesuai dengan teori Matematika yang berlaku, siswa dilatih untuk berpikir terhadap suatu masalah. (4). Result. Guru memberikan sedikit petunjuk mengenai permasalahan yang dibahas. Guru menjelaskan teori matematika yang sebenarnya. Akan lebih baik guru tidak hanya menjelaskan teori yang sebenarnya, tetapi juga mendiskusikan teori-teori yang lahir dari pemikiran anak didiknya itu. (5).

  

I mplementation. Setelah semua mengetahui teori matematika yang sebenarnya, siswa

melaksanakan hasil diskusinya berupa latihan soal, kuis, atau mengisi lembar kerja. (6).

  Extraordinary. Memberi penghargaan kepada siswa yang berhasil dan memberi semangat pada siswa yang belum berhasil.

  Pembelajaran berbeda (differentiated learning) adalah pembelajaran yang didasarkan pada perbedaan individu siswa. Terdapat 4 tipe siswa dan kebutuhannya, yaitu memiliki, kuasa, bebas, senang (Siti Muchlisoh, Teacher Guide ,Volume 02, Edisi 06.08].

  

Memiliki cirinya ingin disenangi, dekat dengan orang tua, guru, teman sangat penting,

  senang belajar dengan cara kooperatif. Kuasa, cirinya tidak suka membuat kesalahan, ingin semua berada dalam kontrolnya, mengamati sebelum berbuat, sistematis, ingin menjadi yang terbaik. Bebas, cirinya ingin memilih, bebas bergerak, senang bereksperimen, tidak terpengaruh oleh lingkungan, senang mencoba. Senang, cirinya menikmati pekerjaan, senang berkelakar, tertarik ke banyak hal, senang permainan, disenangi banyak teman. Guru mengidentifikasi kecenderungan penggunaan otak kanan dan kiri siswa. Siswa yang cenderung menggunakan otak kiri disebut siswa analitis, sedang yang cenderung menggunakan otak kanan disebut siswa holistis. Siswa yang analitis perlu dipersiapkan belajar: berfokus pada tugas-tugas detail, menyiapkan informasi dalam format teratur, menyiapkan kerangka dan spesifikasi, diuji denga detail dan fakta-fakta, dibiarkan tidak terganggu dan disela saat berpikir. Siswa yang holistis perlu disiapkan belajar berfokus pada kebutuhan dan perasaan pribadi, menyiapkan ikhtisar dan gambaran besarnya, meyiapkan petunjuk dan instruksi pribadi, diuji dengan konsep dan upaya umum, dibolehkan bersosialisasi selama proses belajar.

  Experiential Learning (Sitawati Ken Utami, 2008, Teacher Guide ,Volume 02,

  Edisi 06.08] menekankan pada siswa sebagai subjek pembelajar yang aktif, siswa belajar sambil bertindak sehingga dapat menghayati suatu kejadian. Experiential learning berisi 3 aspek, yaitu pengetahuan (konsep, fakta, informasi), aktivitas (penerapan dalam kegiatan), dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu). Ada 4 tahap pelatihan experiential learning. (1) Experiencing (tantangan pribadi atau kelompok), (2) reviewing (menggali individu untuk mengkomunikasikan pembelajaran dari pengalaman yang didapat), (3) Concluding (menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa lalu dan sekaran), (4) Planning (menerapkan hasil pembelajaran yang dialami).

  Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memiliki ciri bahwa siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki latar belakang heterogen, dan penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, penerimaan terhadap berbagai macam perbedaan latar belakang, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa, antara lain adalah: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, atau bekerja dalam kelompok.

  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah: 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

  3. Guru mengorganisasikan kelompok dan menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

  4. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

  5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

  6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

  Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe maupun pendekatan, seperti dirangkum pada tabel berikut. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif.

  Pendekatan Unsur STAD JIGSAW Kelompok Penyelidikan Pendekatan Struktur Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana

  Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri

  Informasi akademik sederhana

  Tujuan Sosial Kerjasama dalam kelompok

  Kerjasama dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan social

  Struktur Kelompok Kelompok hetero- gen dengan 4-5 orang anggota Kelompok hetero-gen dengan 5-6 anggota dan meng-gunakan kelompok asal dan ahli

  Kelompok belajar homogen dengan 5-6 orang anggota Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 orang anggota

  Pemilihan Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

  Unsur STAD JIGSAW Kelompok Penyelidikan

  2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, atau sosial-ekonomi)

  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 4.

  2. Guru membentuk kelompok dan dari masing-masing kelompok, siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.

  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Model Tim Ahli) adalah: 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

  7. Membuat simpulan, rangkuman maupun refleksi.

  6. Memberi evaluasi dan penghargaan.

  5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

  4. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Karena nilai satu kelompok ditentukan dari nilai anggota-anggotanya.

  3. Guru menyajikan pelajaran atau informasi.

  Langkah-langkah STAD (Students Teams-Achievement Divisions) adalah: 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

  Pendekatan Struktur Tugas Utama

  Bervariasi

  Lembar pengakuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar

pengakuan dan publikasi lain

  Bervariasi Pengakuan

  Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay.

  Penilaian Tes mingguan Bervariasi, missal tes mingguan

  Siswa menyelesai-kan inkuiri komplek Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan baik sosial dan kognitif

  Siswa mempelajari materi dalam ke- lompok ahli kemu-dian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu

  Siswa dapat menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya

  Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

  5. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

  6. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 7. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 8. Guru memberi evaluasi 9. Membuat simpulan, rangkuman maupun refleksi.

  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif investigasi kelompok (Group

  Investigation) adalah: 1.

  Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

  4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.

  5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok

  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan 7.

  Evaluasi Tipe pembelajaran kooperatif yang termasuk pendekatan struktual adalah TPS

  (think-pair-share). Langkah-langkah dalam TPS adalah: 1.

  Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

  4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

  5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

  6. Guru memberi kesimpulan.

  7. Penutup.

  Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instructions, disingkat PBI) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pebelajar yang mandiri. Langkah-langkah :

  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

  3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

  4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

  5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Pengajaran terbalik (reciprocal teaching) adalah suatu metode mengajar yang menerapkan konsep scaffolding dari Vygotsky, yaitu tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (assisted learning). Pembelajaran ini menghendaki guru sebagai model dan pembantu daripada penyaji proses pembelajaran. Pengajaran ini mengajarkan empat strategi belajar, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan peramalan. Langkah pembelajarannya adalah:

  1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, serta menjelaskan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  2. Guru dan siswa membaca bacaan yang ditugaskan dalam kelompok kecil. Guru memodelkan 4 ketrampilan atau memberi contoh cara mendapatkan informasi, misalkan membaca dengan pemahaman kepada siswa. Siswa diminta mengajukan prediksi atau pertanyaan-pertanyaan yang sesuai.

  3. Pada saat pelajaran berjalan, situasi terbalik siswa melaksanakan peran guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi untuk kelompok tersebut. Guru memilih seorang siswa untuk berperan sebagai guru. Pilih seorang yang terampil bicara dan tidak mengalami kesulitan dengan kegiatan ini.

  4. Guru memberi bimbingan, dukungan, umpan balik, semangat atau dorongan pada siswa lain untuk lebih berperan serta. Kurangi peran serta guru, sehingga siswa terampil.

  5. Memberikan evaluasi dan rangkuman pembelajaran.

  Strategi lain adalah pembelajaran dengan pengajuan soal. Pengajuan masalah (problem posing) intinya meminta siswa untuk membuat soal atau masalah berdasar informasi yang diberikan, baik soal yang penyelesaiannya dikerjakan maupun tidak. Informasi dapat berupa bagian soal (yang diketahui), topik yang luas maupun benda nyata yang ada di lingkungan sekitar. Cara dalam menerapkan pengajuan masalah dalam pembelajaran.

  a.

  Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.

  b.

  Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya. Kemudian soal-soal tersebut dikerjakan oleh kelompok-kelompok lain. Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang kebaikan dan kesiapannya. Soal-soal tersebut nanti digunakan sebagai latihan. Nama pembuat soal tersebut ditunjukkan, tetapi solusinya tidak. Soal-soal tersebut didiskusikan di masing-masing kelompok dan kelas. Hal ini akan memberikan nilai komunikasi dan pengalaman belajar. Soal yang dibuat siswa tergantung interes siswa masing-masing. Sebagai perluasan, siswa dapat menanyakan soal cerita yang dibuat secara individu.

  c.

  Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi kata-katanya berbeda. Dengan mendaftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut akan membantu siswa "memahami masalah", sebagai salah satu aspek pemecahan masalah dari Polya. Langkah-langkah itu dapat dimodifikasi, misalkan siswa dibuat berpasangan. Satu pasang siswa membuat soal dengan penyelesaiannya. Soal tanpa penyelesaian saling dipertukarkan antar pasangan lain atau dalam satu pasang. Siswa diminta mengerjakan soal temannya dan saling koreksi berdasar penyelesaian yang dibuatnya.

  Pembelajaran lain adalah pembelajaran quantum. Asas utama pembelajaran quantum adalah bawalah dunia siswa ke dunia kita dan antarkan dunia kita pada dunia

  

mereka. Prinsip-prinsip yang digunakan adalah segalanya berbicara, segalanya bertujuan,

  pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha atau jawaban, dan jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Kerangka rancangan pembelajarannya menggunakan istilah TANDUR. Tumbuhkan minat dengan menjelaskan manfaat bagi siswa dan bagi kehidupan. Alami dengan menciptakan pengalama umum yang dapat dimengerti semua siswa. Namai suatu konsep, model, rumus, teorema maupun strategi.

  

Demonstrasi oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Ulangi materi dan

  tegaskan. Rayakan sebagai pengakuan terhadap penyelesaian, partisipasi dan perolehan keterampilan dan pengetahuan.

  Strategi-strategi pembelajaran tersebut akan lebih inovatif bila dikaitkan dengan penggunaan komputer, media-media belajar, atau teknologi. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembelajaran yang dikaitkan dengan komputer adalah CAI = Computer Assisted Instruction (USA), CAL = Computer Assisted Learning (UK), CBI = Computer Based Instruction (tdk hanya belajar tapi juga administrasi akademik), CBT = Computer Based Training (penerapan CAI pada pegawai), CML = Computer Mediated Learning (e-learning) dengan target audience mhs, CBE = Computer Based Education, CaI = Computer Aided Instruction, CaL = Computer Aided Learning, CMI = Computer Management Instruction, CSRL = Computer Supported Resource Learning.

  CML (Computer Mediated Learning) adalah salah satu metode pembelajaran yang berbasis teks (text based) namun menggunakan media komputer. Pelaksanaannya menggunakan pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh para siswa melalui komputer. Siswa dapat melakukan diskusi sekaligus sambil mencari bahan-bahan atau informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui internet.

  CAI; yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CAI juga bermacam- macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya, bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan. Tujuan pembelajaran dengan penggunaan komputer adalah: Untuk Tujuan Kognitif Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri.

  Untuk Tujuan Psikomotor Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya.

  Untuk Tujuan Afektif Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.

  Demikian contoh berbagai inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bahan atau tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas. Agar menjadi lebih inovatif perlu dipikirkan untuk mensintesiskan strategi-strategi yanga ada, memberi variasi-variasi, atau memodifikasinya. Selain itu, perlu dipertimbangkan faktor siswa (kemampuan awal siswa, input, budaya, sosial, maupun ekonomi), lingkungan, sarana dan prasarana, serta kemampuan guru sendiri dalam menerapkannya.

  Penutup

  Inovasi pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas merupakan suatu cara profesional seorang guru untuk mengembangkan pembelajaran di kelas yang berkualitas dan kredibel. Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru perlu memikirkan suatu cara yang inovatif agar siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagai guru yang profesional, maka harus disadari bahwa ”mengajar adalah suatu tindakan berpikir, teaching is thinking”, sehingga kemampuan itu perlu diasah terus-menerus. Caranya adalah dengan selalu melakukan refleksi dan belajar tiada henti.

  Inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan langkah awal adalah meniru pembelajaran yang telah dikembangkan ahli, atau orang yang berkompeten. Langkah kedua adalah mengembangkan metode, model, strategi tertentu yang merupakan variasi dari model yang sudah ada, mensintesis atau menggabungkan model-model, strategi, pendekatan yang ada, atau memodifikasinya. Langkah terakhir adalah menciptakan model, strategi, atau metode tersendiri yang baru. Langkah terakhir ini merupakan tingkat tertinggi yang berupa kreativitas guru dalam inovasi yang dilakukan di kelasnya.

  Strategi pembelajaran yang inovatif telah banyak dikemukakan oleh para pengembang pembelajaran, para guru, atau lembaga-lembaga yang berkecimpung dalam pendidikan. Karena banyak dan beragamnya inovasi yang sudah tersebar, maka perlu pertimbangan tersendiri bagi guru untuk menerapkan. Tidak semua strategi atau model pembelajaran cocok untuk semua materi pembelajaran. Strategi itu perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemampuan awal siswa, seperti kebiasaan-kebiasaannya dalam pembelajaran atau pengetahuan prasayaratnya, jenjjang pendidikan, juga sarana dan prasarana yang ada.

  Agar inovasi pembelajaran yang dikembangkan guru dapat berjalan dengan baik di kelas, maka perlu dilakukan urutan pelaksanaanya. Contoh, jika pada awalnya guru belum pernah menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa atau masih didominasi ceramah, maka pertama digunakan pembelajaran langsung dengan mengarahkan diskusi berpasangan, berikutnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dan setelah tercipta budaya dan iklim diskusi, maka diterapkan model lain, seperti pembelajaran berbasis masalah. Semoga bermanfaat.

  Daftar Pustaka Anonim. 2006. Panduan Lengkap KTSP: Model-model pembelajaran yang Efektif.

  Jakarta: Depdiknas Mitchell, John., Clayton, B; Hedberg, J; Paine, N. 2003. Emerging Futures: Innovation

  in Teaching and Learning in VET. Melbourne: Australian National Training

  Authority Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

  Group Setiawan, Boenjamin. 2001. Peran Kreativitas dan Inovasi untuk Meningkatkan

  Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Dalam ”Pengalaman Hidup 10 Tokoh

  Kreativitas Indonesia. Mengembangkan Kreativitas ” penyunting Prof. Dr. S.C.

  Utami Munandar, Dipl.Psych. Jakarta: Pustaka Populer Obor Smith, David. 2003. Learning, Teaching and Innovation: A Review of Literature on

  Facilitating Innovation in Students, Schools and Teacher Education with particular emphasis on Mathematics, Science and Technology. Sydney: Faculty

  of Education and Social Work, The University of Sydney. Tim Pengembang. 2008. Manual Computer Mediated Learning

  • – New Generation untuk Mahasiswa. Jakarta: Universitas Indonesia

  Lampiran: Strategi-strategi Pembelajaran

  Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6)

  Guru membagi siswa untuk berpasangan 2)

  Metode belajar yang menempatkan siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah : 1)

  4. Skrip kooperatif :

  Kesimpulan

  Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 6)

  Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 5)

  Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 4)

  Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 3)

  Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2)

  Langkah-langkah : 1)

  3. Numbered Heads Together (Kepala Bernomor)

  Kesimpulan/rangkuman

  Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7)

  Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis 5)

  1. Contoh Non Contoh (Example Non Example)

  Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 4)

  Menyajikan materi sebagai pengantar 3)

  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2)

  Langkah-langkah : 1)

  2. Picture and Picture

  Kesimpulan

  Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 7)

  Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6)

  Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 5)

  Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 4)

  Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP 3)

  Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2)

  Langkah-langkah : 1)

  Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

  • Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
  • Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya

  4) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain

  7) Kesimpulan/penutup

  6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa

  5) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya

  Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya

  Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang 4)

  Guru menyajikan materi sebagaimana biasa 3)

  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2)