Penggunaan Bahan Kontras (Iodixanol) dengan Teknik Angiografi untuk Mengukur Densitas Traktus Urinarius pada Kucing

PENGGUNAAN BAHAN KONTRAS (IODIXANOL) DENGAN
TEKNIK ANGIOGRAFI UNTUK MENGUKUR DENSITAS
TRAKTUS URINARIUS PADA KUCING

REZKI RIDHAYANTI AHMAD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Bahan
Kontras (Iodixanol) dengan Teknik Angiografi untuk Mengukur Densitas Traktus
Urinarius pada Kucing adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam DaftarPustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Rezki Ridhayanti Ahmad
NIM B04090026

ABSTRAK
REZKI RIDHAYANTI AHMAD. Penggunaan Bahan Kontras (Iodixanol) dengan
Teknik Angiografi untuk Mengukur Densitas Traktus Urinarius pada Kucing.
Dibimbing oleh HARRY SOEHARTONO
Densitas merupakan derajat kehitaman suatu gambar radiografi.Tujuan
penelitian ini adalah mengukur densitas dan laju kecepatan iodixanol pada traktus
urinarius kucing.Penelitian ini menggunakan 4 ekor kucing betina dengan bobot
badan rata-rata 2.4-3.5 kg dan umur sekitar 1 tahun. Kucing dianastesi
menggunakan kombinasi xylazine-ketamin. Radiografi dilakukan pada menit 0,
0.5, 1, 3, 5, 9, dan 20 dengan posisi kucing ventrodorsal. Bahan kontras iodixanol
dengan dosis 800 mg/kg BB diinjeksikan dengan metode rapid injection, high
dose, dan tanpa penekanan abdomenkedalam vena antibrachii dorsalis. Data
dianalisis dengan menggunakan interpretasi visual dan menggunakan
densitometer. Berdasarkan analisis interpretasi visual dan menggunakan
densitometer rata-rata kucing memiliki opasitas maksimum pada menit ke 5 pada

ginjal kanan dan ginjal kiri. Laju pergerakan iodixanol dengan menggunakan
densitometer pada ginjal kiri 7x10-2/detik sedangkan pada ginjal kanan
4x10-2/detik.Pada vesika urinari menunjukkan opasitas maksimum pada menit ke
20baik dengan interpretasi visual maupun menggunakan densitometer dengan laju
pergerakan iodixanol 3x10-2/detik.
Kata kunci:densitas, iodixanol, radiografi

ABSTRACT
REZKI RIDHAYANTI AHMAD. The use ofContrastMedia(Iodixanol)
withAngiographyTechniqueforMeasuring theDensity ofthe UrinaryTractinCats.
Supervised by HARRY SOEHARTONO.
Density is degree of darkness of radiographic image. The aim of this study
were tomeasure thedensityandthe rate ofspeed ofiodixanolincaturinary tract. Four
female cats with 2.4-3.5 kg average weight and aged of 1 year. Cats were
anasthetized using xylazin-ketamine combination. Radiographs were taken at 0,
0.5, 1, 3, 5, 9, and 20 minutes with ventrodorsal position. Contrast media
(Iodixanol) with dose 800 mg/kg BB was injection with rapid injection, high dose,
and without abdominal pressure method into cephalica antibrachii dorsalis vein.
The data was analyzed by visual interpretation and used densitometer. Cats had
optimum opacity at 5 minute both right and left kidney by visual interpretation

and using densitometer. The speed of iodixanol with densitometer for right kidney
was 4x10-2/s and left kidney was 7x10-2/s. Vesica urinary had optimum opacity at
20 minute by visual interpretation and using densitometer, with the speed of
iodixanol was 3x10-2/s.
Keywords : density, Iodixanol, Radiography

PENGGUNAAN BAHAN KONTRAS (IODIXANOL) DENGAN
TEKNIK ANGIOGRAFI UNTUK MENGUKUR DENSITAS
TRAKTUS URINARIUS PADA KUCING

REZKI RIDHAYANTI AHMAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SarjanaKedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

JudulSkripsi :Penggunaan Bahan Kontras (Iodixanol) dengan Teknik Angiografi
untuk Mengukur Densitas Traktus Urinarius pada Kucing
:
Rezki
Ridhayanti Ahmad
Nama
: B04090026
NIM

Disetujuioleh

drh. R. Harry Soehartono, MA1)pSc., Ph.D
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

2 2 OCT lDU


JudulSkripsi :Penggunaan Bahan Kontras (Iodixanol) dengan Teknik Angiografi
untuk Mengukur Densitas Traktus Urinarius pada Kucing
Nama
: Rezki Ridhayanti Ahmad
NIM
: B04090026

Disetujuioleh

drh. R. Harry Soehartono, MappSc., Ph.D
Pembimbing I

Diketahuioleh

drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 sampai Agustus 2012adalah
Penggunaan Bahan Kontras (Iodixanol) dengan Teknik Angiografi untuk
Mengukur Densitas Traktus Urinarius pada Kucing.
Terima kasih penulis ucapkan kepada drh. R. Harry Soehartono, MappSc.,
Ph.Dselaku dosen pembimbing skripsi atas ilmu, nasehat, kritik dan saran dalam
membimbing penulis, drh. Surachmi Setyaningsih, Ph.D.MSc selaku pembimbing
akademik, drh Fakhrul Ulum, Msi, serta staf Bagian Bedah dan Radiologi yang
telah banyak membantu dalam terselesaikannya penelitian ini. Awit Diah A
Naomi sebagai teman satu penelitian atas kerjasama dan bantuannya selama
penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Serta teman-teman sepenelitian di
Bagian Bedah dan Radiologi (Nindya, Kevin, Fian, Fitri, Sari, dan drh Sita) atas
bantuan dan kerjasamanya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, serta semua
anggota keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. Terakhir kepada
semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu namun tak mengurangi rasa
terima kasih penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang

berkepentingan.

Bogor, Oktober 2013
Rezki Ridhayanti Ahmad

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

PENDAHULUAN



Latar Belakang




Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



METODE



Waktu dan tempat


4

Bahan



Alat



Prosedur Analisis Data



HASIL DAN PEMBAHASAN



Distribusi dan Ekskresi Iohexol




Densitas Organ

7

Marginasi Organ

9

SIMPULAN DAN SARAN

12 

Simpulan

12 

Saran


12

UCAPAN TERIMA KASIH

13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Onset distribusi dan ekskresi
Radiopasitas organ menggunakan densitometer
Radiopasitas organ dengan interpretasi visual
Marginasi ginjal menggunakan densitometer
Marginasi ginjal dan vesika urinaria dengan interpretasi visual

6
7
8
9
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Traktus urinarius pada kucing
Onset distribusi pada menit ke 3
Opasitas organ melalui interpretasi visual
Opasitas organ menggunakan densitometer
Opasitas korteks, medula, pyelum dan praureter pada ginjal kanan dan
ginjal kiri
6 Marginasi ginjal dan vesica urinari dengan interpretasi visual
7 Marginasi ginjal pada menit ke 5
8 Marginasi vesica urinaria pada menit ke 20

3
7
9
9
10
11
11
12

PENDAHULUAN
LatarBelakang
Pemeriksaan radiografi merupakan bentuk sederhana dari diagnosa
suatu penyakit. Pemeriksaan ini bertujuan mengevaluasi penyakit secara
spesifik. Penggunaan bahan kontras dalam radiografi akan memberikan
informasi secara khusus mengenai anatomiorgan seperti ginjal, kantung
kemih, lambung, dan usus (Thrall 1998).
Bahan kontras merupakan senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi organ pada proses radiografi dan menilai opasitas
abnormal organ (Thrall 1998).Penggunaan bahan kontras dalam
pemeriksaan radiografi banyak dilakukan pada berbagai organ. Penggunaan
bahan kontras seperti sodium iothalamate dan sodium diatrizone pada organ
ekskresi dapat memberikan informasi mengenai struktur anatomi dan
kualitas fungsi ginjal (Thrall 1998).
Berbagai jenis bahan kontras yang sering digunakan untuk evaluasi
organ adalah barium sulfat, iodixanol, dan iohexol. Barium sulfat digunakan
pada pemeriksaan pencitraansaluran pencernaan (Kandynesia 2012),
sedangkan iodixanol dan iohexol digunakan pada pemeriksaan saluran
kemih.
Penggunaan bahan kontras yang efektif dan efisien serta cepat
dieliminasi tubuh diperlukan untuk mengurangi resiko komplikasi. Thomsen
(2006) menyatakan iodixanol tidak menyebabkan kerusakan dan gangguan
ginjal pada manusia.
Pemberian bahan kontras dapat dilakukan melalui ruteintravena,
intraosseous (Saglam et al. 2004), intramuscular (Knotek et al. 2004),
intracardiac (Hubmann 1980) dan subcutaneus (Cerny et al. 1967). Rute
intravena merupakan metode praktis yang banyak digunakan.
Veshkini et al. (2011) telah melakukan penelitian pemberian bahan
kontras iodixanol melalui rute subcutaneus pada traktus urinarius tupai
untuk mengetahui penggunaan dosis yang sesuai. Selain itu Katayama et al.
(2012) membandingkan penggunaan iodixanol melalui rute intravena
dengan metode tunggal-sampel dan metode multisample untuk mengukur
laju filtrasi glomerulus pada kucing. Belum ada publikasi yang
menerangkan densitas dan laju pergerakan iodixanol dengan teknik
angiografi. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian mengenai penggunaan
iodixanol untuk mengukur densitas dan laju pergerakan iodixanol pada
kucing.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengukur densitas dan laju pergerakan
iodixanol pada traktus urinarius kucing.

2
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah menguji penggunaan iodixanol pada
hewan coba yang kemudian akan digunakan pada manusia.

TINJAUAN PUSTAKA
Radiografi
X-ray didefinisikan sebagai bentuk dari radiasi elektromagnetik yang
mirip dengan cahaya tampak tetapi memiliki panjang gelombang yang lebih
pendek (Lavin 2007). X-ray atausinar x pertama kali ditemukan oleh
Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895 merupakan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek(1 Ǻ = 10-8 cm).
Oleh karena itu sinar x mempunyai daya tembus yang tinggi (Busberg 2002).
Penggunaan X-ray untuk diagnosis medis dan bedah pertama kali dilakukan
pada tahun 1896. Radiografi merupakan pengunaan sinar x dan sinar gamma
untuk membentuk bayangan objek pada film (Reed 2011). Radiografi
biasanya digunakan dalam mendiagnosa gambaran medical dari penyakit
yang organnya tidak tembus pandang.

Bahan Kontras
Bahan kontras merupakan zat yang membantu visualisasi beberapa
struktur pada pencitraan diagnosis medik. Bahan kontras bekerja
berdasarkan prinsip dasar penyerapan sinar x. Penggunaan bahan kontras
pada pencitraan dengan sinar x untuk meningkatkan daya atenuasisinar x
(bahan kontras positif) (Pradip 2005).
Bahan kontras dapat digunakan pada semua teknik pencitraan untuk
meningkatkan perbedaan yang nampak pada pencitraan jaringan tubuh.
Bahan kontras mengubah respon jaringan pada penerapan elektromagnetik
atau ultrasonik dengan berbagai cara. Bahan kontras yang ideal akan
mencapai konsentrasi yang sangat tinggi di dalam jaringan pengeluaran
produksi yang merugikan (Thomsen 2006).
Iodixanol merupakan bahan kontras dimer iso-osmolar non-ionic yang
mempunyai 6 atom iodin per molekul, osmolaritasnya mendekati
osmolaritas darah yaitu 300mOsm/l sehingga menurunkan efek samping.
Iodixanol memiliki tingkat toksisitas yang rendah dibandingkan bahan
kontras osmolaritas rendah. Oleh karena itu iodixanol baik digunakan pada
pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya Contrast Induced Nepropathy
(CIN) (Thomsen 2006).

3
Densitas
Kualitas radiografi adalah kemampuan radiograf dalam menyajikan
informasi yang jelas mengenai suatu objek yang diperiksa terdapat beberapa
komponen yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas radiografi
yaitu, densitas, kontras, ketajaman, dan detail (Bushong 2001). Densitas
radiografi adalah derajat kehitaman suatu gambar radiografi. Densitas
ditentukan oleh factor eksposi yang digunakan, dalam hal ini yang
berpengaruh terhadap densitas adalah mAs dan jarak focus ke film.
Padadasarnya film sudah memiliki densitas dasar yaitu sebesar 0,05.
Film sinar x mempunyai tingkat densitas yang berbeda-beda. Film
yang telah terpapar sinar x dan diolah di kamar gelap secara kimiawi
menghasilkan densitas yang terang karena sebagian besar sinar x banyak
diserap oleh jaringan tersebut (radiolusen). Sedangkan film dengan densitas
yang gelap karena sinar x banyak dipantulkan dan sedikit yang diserap oleh
jaringan tersebut (radiopaque). Perbedaan densitas gelap terang dari film
yang menyebabkan timbulnya kontras (Meridith dan Meassey1997).

Traktus Urinarius pada Kucing

Gambar 1 Traktus urinarius pada kucing (Foster 2007)

Traktus urinarius terdiri dari dua bagian yaitu traktus urinarius bagian
atas yang hanya terdiri dari ginjal dan traktus urinarius bagian bawah yang
terdiri dari ureter, vesica urinari dan uretra. Traktus urinarius berperan
dalam berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari
dalam tubuh. Traktus urinarius juga berperan dalam mempertahankan
homeostatis dan asam basa tubuh dengan mengatur konsentrasi bikarbonat
dan ion hydrogen dalam darah (AspinalldanO’Reilly 2004). Organ utama
dalam traktus urinarius adalah ginjal yang dapat memfiltrasi darah dan
memproduksi urin sedangkan organ lainnya hanya struktur tambahan untuk
menyimpan dan menyalurkan urin.
Kucing memiliki dua ginjal yang terletak pada cranial rongga
abdomen masing-masing satu pada garis ventral otot lumbar hypaxial.

4
Masing-masing ginjal ini menempel pada otot lumbar yang tertutup oleh
suatu penutup diantara parietal peritonium. Ginjal kanan terlihat lebih ke
cranial dibandingkan yang kiri karena pada bagian kiri rongga abdomen
terdapat organ perut yang mendorong ginjal kiri dari posisi yang seharusnya
(AspinalldanO’Reilly 2004).

METODE
WaktudanTempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus
2012 di Laboratorium Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik,
Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor.
Bahan
Penelitian ini menggunakan 4 ekor kucing betina lokal dengan kisaran
umur 1 tahun dan berat badan 2.4-3.5 kg. Bahanuntuk mendapatkan
hasilradiografiyaitubahankontrasIodixanol 800mg/kg BB, larutanpencuci
(developer, fixer, rinsingdanwater), anastesi umum kombinasi xylazine 2%
(Illium®, Troy laboratories, Australia) 2mg/kg BB dan ketamin 10%
(Illium®, Troy laboratories, Australia) 10mg/kg BB, atropine sulfat 0.025
mg/kg BB dan cairan infus NaCl fisiologis 0.9 %.

Alat
Penelitian dilakukan dengan menggunakan mesin x-ray portable
(Diagnostic X-Rau Unit VR-120, MA Medical Corporation, Nakadoijapan), kaset film dilengkapi intensifying screen, film ukuran 24 x 30
(Fujifilm), marker, lampu illuminator, densitometer (GD-1A, Gammatec,
Malaysia), mesin pencuci manual, kamera digital, stopwatch, penggantung
film, alat pengering, syringeselang infuse, dan IV catheter24G.

Perlakuansebelumpenelitian
Hewan coba dikandangkan untuk diaklimasi. Hewan diberi
antilmintik praziquantel 0.2% dosis tunggal, Amoxicillin sirup 2% dosis 20
mg/kg BB.

5
Perlakuanpenelitian
Kucing diinjeksi dengan premedikasi berupa atropine 0.025 mg/kg
BB secara subkutan. Anastesi umum dilakukan dengan memberikan
kombinasi ketamin 10mg/kg BB dan xylazin 2mg/kg BB yang diberikan
secara intramuscular. Pemasangan IV catheter sebagai infus dilakukan pada
vena cephalica antibrachii dorsalis.
Iodixanol (dosis800 mg/kg BB) diinjeksikan dengan metode rapid
injection, high dose, dan tanpa penekanan abdomen. Iodixanol diinjeksikan
kedalam vena cephalica antibrachii dorsalis. Pengambilan gambar
radiografi dilakukan pada posisi ventrodorsal (VD) untuk view5 detik, 1
menit, 3 menit, 5 menit, 9 menit dan 20 menit. Pengambilan gambar
menggunakan kVp 54, FFD 100 dan mAS 1.2.

ProsedurAnalisis Data
Pembacaan Hasil
Pembacaan radiografi dilakukan dengan mengamati distribusi dan
ekskresi iodixanol, marginasi, dan densitas organ.
Analisis data
Interpretasi hasil rontgen secara visual dan pembacaan densitas
dinyatakan dalam rataan yang diolah menggunakan Microsoft Excel 2010.
Perhitungan densitas menggunakan densitometer yang diolah menggunakan
rumus absorbansi untuk mengetahui nilai absorbansi atau nilai hambat dari
suatu organ. Menurut Baba et al. (2005) rumus absorbansi dan turunannya
adalah sebagai berikut:
Nilai absorbansi
%
Keterangan : H = derajat hitam
X = densitas rata – rata
Rumus turunan absorbansi

%

Keterangan : H = derajat hitam / radiolucent
P = derajat putih / radiopaque
X = densitas rata-rata
Perhitunganlaju pergerakan iodixanol diolah dengan menggunakan rumus :

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembacaan radiografi meliputi ginjal dan vesika urinaria. Parameter
yang diamati yaitu distribusi dan ekskresi iodoxanol, marginasi organ dan
densitas organ.

Distribusi dan Ekskresi Iodixanol
Bahan kontras iodixanol diinjeksikan dengan teknik angiografi.
Teknik angiografi dilakukan karena iodixanol merupakan bahan kontras
iodin yang larut dalam air (water soluble) dan berdifusi sepanjang ruangan
ektraseluler (Thomsen 2006). Bahan kontras iodixanol akan mengikuti
aliran sirkulasi darah menuju ginjal dan vesika urinaria. Waktu yang
dibutuhkan bahan kontras iodixanol terdistribusi pada ginjal dan vesika
urinaria disebut onset distribusi. Rata-rata onset distribusi terjadi pada menit
ke-3, sedangkan waktu yang dibutuhkan bahan kontras iodixanol sampai
ginjal terwarnai sempurna terjadi pada menit ke-5. Secara farmakokinetik,
bahan kontras iodin yang larut dalam air didistribusikan hanya di cairan
ektraseluler dengan ikatan protein minimal. Bahan kontras iodin yang larut
dalam air tidak dimetabolisme, dan ekskresi dilakukan oleh filtrasi
glomerulus (Thomsen 2006).
Waktu yang dibutuhkan untuk mengekskresikan bahan kontras
iodixanol dari ginjal menuju vesika urinaria sehingga terwarnai sempurna
disebut onset ekskresi. Rata-rata onset ekskresi terjadi pada menit ke-20.
Menurut Morcos et al. 2002, ekskresi bahan kontras pada manusia dengan
filtrasi glomerulus yang normal maksimal 2 jam, sedangkan pada manusia
yang mengalami kerusakan ginjal eksresi bahan kontras maksimal 30 jam.
Hasil distribusi dan ekskresi dapat dilihat pada Tabel 1 .
Tabel 1 Onset distribusi dan ekskresi
Penilaian
Onset ditribusi
Ginjal terwarnai sempurna
Onset ekskresi

Waktu
Menit ke-3
Menit ke-5
Menit ke-20

Iodixanol mengisi ginjal kanan dengan laju pergerakan sekitar 4x10/s, ginjal kiri7x10-2/s, dan mengisi vesika urinaria melalui ureter dengan
laju pergerakan 3x10-2/s. Laju pergerakan iodixanol dapat dilihat pada
Gambar 2.

2

7

Gambar 2 Onset distribusi pada menit ke-3

Iodixanol mengisi ginjal pada menit ke-0.5 dan mulai keluar dari
ginjal pada menit ke-9. Bahan kontras tersebut kemudian mulai mengisi
vesica urinaria pada menit ke-3 dan semakin meningkat hingga menit ke-20.

Densitas Organ
Salah satu bentuk densitas organ yaitu radiografik densitas atau
dikenal dengan radiopasitas (radioopaque). Suatu organ akan bersifat
radioopaque apabila jumlah sinar x yang dihambat lebih banyak daripada
yang diserap sehingga menyebabkan gambar radiografi organ berwarna
putih (Thrall 2002). Pengukuran opasitas suatu organ dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan interpretasi visual dan menggunakan alat
densitometer.
Penilaian opasitas dengan alat densitometer dilakukan dengan bantuan
rumus turunan absorbansi. Rumus turunan absorbansi digunakan karena
derajat putih pada film tidak mencapai 0% dan derajat hitamnya tidak
mencapai 100%. Nilai absorbansi yang besar menunjukkan bahwa sinar x
yang dihambat oleh organ semakin besar sehingga organ bersifat
radioopaque. Hasil radiopasitas organ menggunakan densitometer dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Radiopasitas organ menggunakan densitometer (%)
Waktu
0
0.5
1
3
5
9
20
(menit ke-)
50.11
45.15
43.56
0
43.09
47.64
47.51
Ginjal Kiri
0
50.72
54.81
54.91
58.40
54.35
51.64
Ginjal
Kanan
66.62
0
34.91
33.41
44.26
53.58
60.65
VU
Keterangan : 0%: Radiopasitas tidak ada, 10-20%: Radiopasitas rendah, 30-40%:
Radiopasitas sedang, >50%: Radiopasitas tinggi

8
Penilaian opasitas organ dengan interpretasi visual dilakukan dengan
sistem skoring. Hasil penilaian radiopasitas organ dengan iterpretasi visual
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Radiopasitas organ dengan interpretasi visual
Waktu
0
0.5
1
3
5
9
(menit ke-)
2.5
2.45
0
1
1.35
2.5
Ginjal kiri
0
1.05
1.35
2.45
2.7
2.7
Ginjal kanan
0
0.15
0.15
0.8
1.45
2.05
VU
Keterangan : 0: Radiopasitas tidak ada, 1: Radiopasitas rendah, 2:Radiopasitas sedang, 3:
Radiopasitas tinggi

20
1.8
2.1
2.9

Penilaian opasitas dilakukan terhadap ginjal kiri, ginjal kanan dan
vesika urinaria. Berdasarkan Tabel 2 dan 3 opasitas ginjal kiri baik
menggunakan densitometer maupun interpretasi visual bersifat radioopaque
pada menit ke-5 dengan nilai rata-rata absorbansi yaitu 50.11% dan rata-rata
laju pergerakan iodixanol sebesar 7x10-2/s. Hal ini menunjukkan ginjal kiri
memiliki opasitas maksimum pada menit ke-5.
Penilaian opasitas ginjal kanan baik menggunakan densitometer
maupun interpretasi visual bersifat radioopaque pada menit ke-5 dengan
nilai rata-rata absorbansi 58.40% dan laju pergerakan iodixanol sebesar
4x10-2/s. Hal ini menunjukkan ginjal kanan memiliki opasitas maksimum
pada menit ke-5. Ginjal kanan dan ginjal kiri memiliki opasitas maksimum
pada menit ke-5 baik menggunakan densitometer maupun dengan
interpretasi visual. Hal ini menunjukkan bahwa bahan kontras iodixanol
terakumulasi dalam tubulus ginjal dan vaskularisasi pada menit ke-5 (Thrall
2002).
Menurut Thrall (1998) pewarnaan ginjal tampak radioopaque antara
10-30 detik. Visualisasi ginjal pada radiografi tergantung pada kehadiran
lemak retroperitoneal (perirenal) di sekitar ginjal.
Penilaian opasitas vesika urinaria baik menggunakan densitometer
maupun interpretasi visual bersifat radioopaque pada menit ke-20 dengan
nilai rata-rata absorbansi 66.62% dan laju percepatan iodixanol sebesar
3x10-2/s. Hal ini menunjukkan vesika urinaria memiliki opasitas maksimum
pada menit ke-20.
Gambar 3 dan 4 memperlihatkan laju pergerakan iodixanol mulai dari
menit ke-0 sampai menit ke-20. Iodixanol mulai memasuki ginjal pada
menit ke-0.5 dan akan mengisi penuh pada menit ke-5. Iodoxanol juga
mulai memasuki vesika urinaria pada menit ke-3 dan akan mengisi penuh
pada menit ke-20.

9
0.7

opasitas

0.6
0.5

G.kiri
G.kanan

0.4

VU

0.3
0 0.5 1

3

5

7

9 11 13 15 17 19 20

waktu (menit ke‐)

Gambar 3 Opasitas organ menggunakan densitometer
3.5
3

opasitas

2.5
2
G.kiri
1.5
G.kanan

1

VU

0.5
0
0

0.5

1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

20

waktu (menit ke‐)

Gambar4 Opasitas organ secara interpretasi visual

Marginasi Organ
Perubahan bentuk organ dalam teknik urografi dapat dilihat dari
kejelasan marginasi organ tersebut. Marginasi ginjal dilihat dari bentuk
ginjal, pyelum dan praureternya.Sedangkan marginasi vesika urinaria dilihat
dari bentuk vesika urinaria.
Pengukuran marginasi ginjal dengan menggunakan densitometer
dilakukan dengan mengukur densitas pada korteks, medula, pyellum,
praureter. Hasi marginasi dengan menggunakan densitometer dapat dilihat
pada Tabel 4.

10
Tabel 4 Marginasi ginjal menggunakan densitometer
Waktu
(menit
ke-)
0
0.5
1
3
5
9
20

Korteks (%)
GKanan

GKiri

Medulla (%)
GKanan

GKiri

Pyellum (%)
GKanan

GKiri

Praureter (%)
GKanan

0
0
0
0
0
0
0
42
26.5
45
33
37
32.5
36
40.5
26
42
32.5
36
30.5
32.5
38.5
25.5
40
32
45.5
37
41.5
39.5
32.5
42.5
32.5
45.5
41
41.5
33
30.5
36.5
27.5
44
34
37
33
20
37
27
42
34.5
38.5
Keterangan : 0%: Marginasi tidak jelas, 10-20%: Marginasi kurang jelas, 30-40%:
Marginasi jelas, >50%: Marginasi sangat jelas

GKiri
0
37
28.5
32
36
31.5
31

Bahan kontras iodixanol mulai memasuki korteks, medula, pyelum
dan prauretra pada menit ke-0.5. Korteks, medula, pyelum, dan prauretra
terlihat radioopaque pada menit ke-5 sehingga marginasi ginjal tampak jelas.
Terlihat pada Gambar 5
Pada menit ke-9 korteks, medula, pyelum dan praureter mengalami
penurunan opasitas. Hal ini menandakan iodixanol keluar dari korteks,
medula, pyelum, dan praureter. Pada menit ke-3, iodixanol mulai memasuki
vesika urinaria, hal ini ditandai dengan peningkatan opasitas vesika urinaria
pada menit ke-3 yang bisa dilihat pada Gambar 6. Pada menit ke-20, vesika
urinaria terlihat radioopaque sehingga marginasinya tampak jelas.

50

40

40

nilai opasitas (%)

50

30

30

20

20

10

10

0

0

A
B
C
D

0 0.5 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 20

0 0.5 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 20

waktu (menit ke‐)
A

waktu(menit ke‐)
B

Gambar5 Opasitas korteks, medula, pyelum dan praureter pada ginjal kanan (A)
dan ginjal kiri (B); A: Korteks, B: Medula, C: Pyelum, D: Praureter.

Pada Gambar 5, pyelum memiliki opasitas yang lebih tinggi
dibandingkan korteks dan medula. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Thrall (1998) bahwa pada ginjal yang memiliki fungsi

11
normal pyelum akan lebih radioopaque dibandingkan dengan korteks dan
medula.
Ginjal kanan memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ginjal kiri. Hal ini karena letak anatomi ginjal kanan lebih kranial
dibandingkan ginjal kiri. Selain itu ureter ginjal kanan lebih panjang
dibandingkan ginjal kiri (Thrall 1998).
Marginasi ginjal dan vesika urinaria dengan interpretasi visual dapat
dilihat pada Tabel 5. Pengukuran marginasi ginjal dengan interpretasi visual
juga memperlihatkan marginasi yang tampak jelas pada menit ke-5,
sedangkan marginasi vesica urinari juga tampak jelas pada menit ke-20. Hal
ini dapat terlihat dengan laju pergerakan iodixanol yang ditunjukkan pada
Gambar 6 dan .
Tabel 5 Marginasi ginjal dan vesica urinaria dengan interpretasi visual
Waktu
(menit ke-)

N

0.5

1

3

5

9

20

Ginjal

0

1.15

1.45

2.5

2.7

2.7

2.25

VU

0

0.2

0.3

0.55

1.4

1.95

2.7

Keterangan : 0: Marginasi tidak jelas, 1: Marginasi kurang jelas, 2: Marginasi jelas,
3: Marginasi sangat jelas
3
2.5

opasitas

2
1.5
ginjal
1

vesica

0.5
0
0 0.5 1

3

5

7

9

11 13 15 17 19 20

waktu (menit ke‐)

Gambar6 Marginasi ginjal dan vesica urinari dengan interpretasi visual

12

Gambar7 Marginasi ginjal pada menit ke-5, tampak jelas bentuk ginjal, pyelum
dan prauretra

Gambar 7, memperlihatkan gambar radiografi dari marginasi ginjal
yang yang terjadi pada menit ke-5. Ginjal tampak radioopaque sehingga
terbentuk marginasi yang jelas.

Gambar 8 Marginasi vesica urinari pada menit ke-20, tampak jelas bentuk vesika
urinari

Gambar 8, memperlihatkan gambar radiografi vesika urinaria yang
tampak radioopaque pada menit ke-20 sehingga membentuk marginasi
yang jelas. Secara struktural vesika urinaria pada kucing berbentuk balon
(Colville 2002).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ginjal kiri dan ginjal kanan memiliki opasitas maksimum pada menit
ke-5 baik menggunakan densitometer maupun dengan interpretasi visual.

13
Laju pergerakan iodixanol pada ginjal kiri 7x10-2/s danginjal kanan 4x10-2/s.
Vesika urinari memiliki opasitas maksimum pada menit ke-20 baik
menggunakan densitometer maupun interpretasi visual dengan laju
pergerakan 3x10-2/s.
Saran
Penelitian lanjutan mengenai bahan kontras iodixanol perlu dilakukan
dengan menggunakan selang waktu yang lebih lama untuk mengetahui
waktu ekskresi bahan kontras iodixanol.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih diucapkan kepada Industri Farmasi Fahrenheit PT
Pratapa Nirmala yang telah menyediakan bahan kontras Iodixanol.

DAFTAR PUSTAKA
Aspinal V, O’Reilly M. 2004.Introduction to Veterinary Anatomy and
Physiology. London: Butterworth-Heinemann.
Baba C, Yanagida K, KanzukiT , Baba M. 2005. Colimetric lactate
dehydrogenase (LDH) assay for evaluation of antiviral activity
against bovine viral diarrhoe virus (BVDV) in vitro.Antiviral
Chemistry and Chemotherapy. 16: 33-39
Bushberg Jerold. 2001. The Essential Physics of Medical Imaging ,2thed,
New YorkLippingcotti William & Wilkins, New York.
Bushong SC. 2001. Radiologic Science for Technologists, SeventhEdition,
Mosby Company, Toronto
Cerny JC, Kendall AR, Nesbit RM.1967.Subcutaneous pyelography in
infants: a reappraisal. J Urol
Colville J. 2002. The Urinary System. USA: Mosby
Hubmann FH. 1980. Intracardiac urography and retrograde pyelography of
the rat. Lab Anim Sci.
Kandynesia A. 2012. Studi radiografi kontras pengaruh anastesi tiletaminzolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Katayama R, Saito J, Katayama M, Yamagishi N, Yamashita T, Kato M,
Furuhama K. 2012. Simplified procedure for the estimation of
glomerular filtration rate following intravenous administration of
iodixanol in cats. Am J Vet Res. 73(9):1344-9
Knotek Z, Wildnerova L, Jekl V. 2004. Diagnostic urography of renal
disorders in rats. Acta Vet Brono.

14
Lavin LM. 2007. Radiography in Veterinary Technology. United States of
America: Saunder, an imprint of Elsevier Inc.
Morcos SK, Thomsen HS, Webb JAW, members of the Contrast Media
Safety Committee of the European Society of Urogenital Radiology
(ESUR). 2002. Dialysis and Contrast Media. Eur Radiol 12:30263030
Meridith WJ, Massey JB. 1977.Fundamental Physics of Radiology ,John
Wrigh& Son, Bristol.
Pradip RP. 2005. Lecture Notes :RadiologiEdisi 2. Jakarta: Erlangga.
Reed AB. 2011. The history of radiation use in medicine.J VascSurg.53(1):
3S-5S.
Foster S. 2007.Kidney Disease: Causes, Signs, and Diagnosis [internet].
[diacu
2013
Maret].
Tersediadari:
http://www.peteducation.com/article.cfm?c=1+2142&aid=3015
Saglam M, Kilciler M, Dakak M, Bumin A, Somuncu I. 2004. Intraosseous
urography compared with intravenous urography: An experimental
study in the rabbit model. Turk J Vet Anim Sci.
Thrall DE. 1998. Texsbook of Veterinary Diagnostic Radiology. 3thedition.
London (UK): WB Saunders Co.
Thrall DE. 2002. Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. 4thedition.
London (UK): WB Saunders Co.
Thomsen HS. 2006. Contras Media, Safety Issues and ESUR Guidelines.
German: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Veshkini, Tavana M, Sohrabi HI, Nasroulahzadeh MMand Habib SS. 2011.
Excretory urography by subcutaneousinjection of iodixanol in persian
squirrel (SciurusAnomalous). PakistanVeterinary Journal. 31(1): 17-22.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar-Sulawesi Selatan, pada tanggal 25
September 1992, dari pasangan Bapak Ahmad G dan Ibu Erniwati. Penulis
merupakan alumnus SMA Negeri 2 Bulukumba tahun lulusan 2009. Penulis
diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis masuk Himpunan Minat dan
Profesi (HIMPRO) Ruminansia pada tahun 2010. Penulis juga aktif di
ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) Bogor pada
tahun 2011. Penulis juga aktif di KS STERIL sebagai sekertaris pada tahun
2012. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan di dalam dan luar
kampus.