Spektrofotometri Ultraviolet .1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet

9 a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul: 1. Bentuk menarik dan praktis. 2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak. 3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi. 4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien. 5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet. b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul: 1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap, karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan. 2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis menyerap lembab. 3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul. 4. Tidak dapat diberikan untuk balita. 5. Tidak dapat dibagi-bagi. 2.4 Spektrofotometri Ultraviolet 2.4.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet Spektroskopi serapan elektron spektrofotometri mungkin merupakan metode analisis yang paling luas dalam laboratorium klinik dan tepat dibawah Universitas Sumatera Utara 10 pengukuran pH dari metode instrumental yang digunakan dalam analisis kimia Munson, 1984. Piroksikam mengandung inti benzen dan mengandung gugus kromofor.Selain itu juga memiliki gugus –OH yang merupakan gugus ausokrom sehingga dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri ultraviolet.Syarat suatu zat bisa dianalisis menggunakan spektrofotometer yaitu zat tersebut memiliki gugus kromofor dan ausokrom Fernanda, 2011. Gugus kromofor adalah gugus yang menghasilkan warna atau gugus yang mengabsorbsi energi dan perpindahan elektron n → π, π → π, σ → σ, dan n → σ.Gugus ausokrom adalah gugus fungsi yang tidak mengabsorbsi gelombang ultraviolet sebagaimana gugus kromofor, namun karena adanya ikatan gugus ausokrom pada gugus kromofor pada suatu senyawa dapat meningkatkan intensitas senyawa tersebut Gandjar dan Rohman, 2012. Spektrofotometri ultraviolet adalah penentuan panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel.Sinar ultraviolet memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi Rohman, 2007. Sinar UV berada pada panjang gelombang 200-400 nm.Spektroskopi UV biasanya digunakan untuk molekuldan ion anorganik atau kompleks didalam larutan.Spektrum UV mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang biasa didapatkan dari spektrum ini.Tetapi spektrum tersebut berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi analit didalam larutan biasa ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer Rohman, 2007. Universitas Sumatera Utara 11 Gugus fungsi yang menyerap radiasi didaerah ultraviolet dekat disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi elek tron terjadi dari π →π, yang menyerap radiasi pada panjang gelombang maksimum kurang dari 200nm, misalnya pada C=C dan −C≡C−, kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya.Untuk senyawa yang mempunyai sistem konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar Rohman, 2007. Gugus fungsi, seperti –OH, −O, −NH 2 , −Cl, dan −OCH 3 yang mempunyai elektron-elektron valensi bukan ikatan memberikan transisi n → π disebut gugus ausokrom yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih besar pergeseran batokromik dengan intensitasyang lebih kuat.Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif dimasukkan kedalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar kepelarut polar Rohman, 2007. Ada tiga macam proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak yaitu: 1. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan elek tron sigma σ, elektron phi π, dan elektron yang tidak berikatan atau non bonding electron n. Universitas Sumatera Utara 12 Transisi-transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat-tingkat energi didalam suatu molekul ada 4, yaitu transisi sigma-sigma star σ →σ, transisi non bonding electron n → σ, Transisi n → π dan Transisi π → π 2. Penyerapan oleh transisi yang melibatkan electron d dan f dari molekul kompleks 3. Penyerapan karena perpindahan muatan

2.4.2 Hukum Lambert-Beer

Menurut hukum lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi banyak molekul zat. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu Hukum Lambert Beer sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat dituliskan dalam persamaan Munson, 1984; Rohman, 2007: A = a.b.c gliter atau A = ε.b.c molliter Dimana: A = serapan a = absorptivitas b = ketebalan sel c = konsentrasi ε = absorptivitas molar Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas a merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.Absorptivitas Universitas Sumatera Utara 13 tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasiRohman, 2007; Munson, 1984. Menurut Sudjadi dan Rohman tahun 2012, absorptivitas spesifik juga sering digunaknan untuk mengganti absorptivitas. Absorptivitas spesifik adalah serapan yang dihasilkan oleh larutan 1 bv dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan: A = A 1 1 .b.c Dimana: A 1 1 = absorptivitas spesifik b = ketebalan sel c = konsentrasi senyawa terlarut g100 ml larutan

2.4.3 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrum UV dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. a. Aspek kualitatif Pengguna terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorptivitas molar atau nilai ekstingsi yang khas untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut pada pH tertentu Satiadarma, dkk., 2004. b. Aspek kuantitatif Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerapan lainnya.Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat Universitas Sumatera Utara 14 terjadi jika fotonradiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenagaRohman, 2007; Satiadarma, dkk., 2004. Penetapan kadar dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih dari satu puncak, lebih diutamakan panjang gelombang maksimum yang absorptivitasnya terbesar dan memberikan kurva kalibrasi linier dalam rentang konsentrasi yang relatif lebar dan meningkat, yang ditentukan dengan persamaan regresi dan merupakan hubungan antara konsentrasi dangan serapan, dan dapat dinyatakan sebagai berikut Sudjadi dan Rohman, 2012: Y = aX + bb Dimana : Y = absorbansi X = konsentrasi a = koefisien regresi juga menyatakan slope kemiringan b = tetapan regresi dan juga disebut dengan intersep koefisien regresi a dapat diperoleh dengan metode kuadrat terkecil last square method. a = } { ∑ ∑ − − − N i N i X Xi Y Yi X Xi 2 Selanjutnya b dihitung dari hubungan b = Y- aX Sebelum dilakukan perhitungan analisis lebih lanjut berdasarkan persamaan regresi linier yang didapat, terlebih dahulu harus ditentukan apakah ada koreksi yang bermakna antara kedua besaran yang diukur. Untuk itu perlu Universitas Sumatera Utara 15 dihitung besarnya koefisien korelasi r berdasarkan rumus berikut Sudjadi dan Rohman, 2012: r = } {       −       − − − ∑ ∑ ∑ N i N i N i Y Yi X Xi Y Yi X Xi 2 2

2.4.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi Day dan Underwood, 1998. Gambar 2.1.Diagram komponen perangkat dasar spektrofotometri ultraviolet. Menurut Day dan Underwood 1998 dan Watson 2005, unsur-unsur terpenting suatu spektrometer adalah sebagai berikut : a. Sumber cahaya :lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350nm. Universitas Sumatera Utara 16 b. Monokromator : digunakan untuk menghamburkan cahaya kedalam panjang gelombang unsur-unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan celah. Monokromator berotasi sehingga rentang panjang gelombang yang dilewati melalui sampel ketika instrument tersebut mendeteksi sepanjang spektrum. c. Kuvet sel : digunakan sebagai wadah sampel yang akan dianalisis. Untuk pengukuran pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet umumnya mempunyai ketebalan 1cm. d. Detektor : berperan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk angka digital. e. Recorder : digunakan sebagai perekam absorbansi yang dihasilkan dari pengukuran. 2.5Validasi Prosedur Analisis Validasi adalah suatu tindakan terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi dilakukan untuk manjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reproduksibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis Ermer dan McB. Miller, 2005; Satiadarma, dkk., 2004. Universitas Sumatera Utara 17

2.5.1 Prosedur Analisis

Menurut Watson 2005, prosedur analisis memberikan deskripsib yang tepat bagaimana suatu analisis dilakukan. Tahap-tahap penting untuk melakukan tiap uji analisis harus dijelaskan secara terperinci. Metode lengkap harus menjelaskan: 1. Mutu dan sumber baku pembanding untuk senyawa yang dianalisis 2. Prosedur yang digunakan untuk menyiapkan larutan baku pembanding 3. Mutu semua pereaksi atau pelarut yang digunakan dalam penetapan kadar dan metode pembuatannya 4. Prosedur dan keadaan yang digunakan untuk pengoperasian semua perlengkapan yang diperlukan dalam penetapan kadar tersebut, dan 5. Metodologi yang digunakan untuk kalibrasi penetapan kadar dan metodologi yang digunakan untuk pemrosesan sampel tersebut sebelum analisis. Metode analisis yang digunakan pada uji validasi yaitu: a. Kecermatan accuracy Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitumetode simulasi spiked placebo recovery dan metode panambahan bahan baku standard addition method Harmita, 2004. Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni senyawa pembanding ditambahkan kedalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit Universitas Sumatera Utara 18 yang ditambahkan kadar yang sebenarnya. Dalam metode penambahan baku sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan kedalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya Harmita, 2004. Dalam metode penambahan baku sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit diperiksa ditambahkan ke dalam sampeldicampur dan dianalisis lagi. selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya hasil yang diharapkan. Dalam kedua metode tersebut persen perolehan kembali ditentukan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil sebenarnya.Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel placebo eksepien obat, cairan biologis kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu biasanya 80 sampai 120 dari kadar analit yang diperkirakan, kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi Harmita, 2004. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah metode kuantitasi yang digunakan dalam penentuan akurasi harus sama dengan metode kuantitasi yang digunakan untuk menganalisis sampel dalam penelitian Harmita, 2004. Perolehan Kembali = 100 x C C C A A F − Keterangan : F C = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku A C = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku C A = konsentrasi baku yang ditambahkan b. Presisi Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara masing masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada Universitas Sumatera Utara 19 sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi juga diartikan sebagai ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai standar deviasi relatif RSD Satiadarma., dkk., 2004. Menurut Watson 2005, Sesuai dengan International Conference on Harmonization ICH, presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu: a. Keterulangan yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang sama berulang baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya. b. Presisi antara yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya maupun waktunya. c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain. Pengujian pada presisi biasanya dilakukan replikasi sebanyak 6-15 pada sampel tunggal untuk tiap-tiap konsentrasi. Nilai RSD antara 1-2 biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, RSD berkisar antara 5-15 Rohman, 2007. c. Kespesifikan Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah suatu ukuran seberapa mampu metode tersebut mengukur analit saja dengan adanya senyawa-senyawa lain yang terkandung didalam sampel Watson, 2005. d. Batas Deteksi Menurut Harmita 2004, batas deteksi limit of detection didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 20 Batas deteksi = slope X xSY 3 e. Batas kuanitasi Menurut Harmita 2004, batas kuanitasi limit of quantitation didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Batas kuantitasi = Slope X xSY 10 f. Linieritas Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon y dengan konsentrasi x.metode ini dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda- beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat kecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan slope, intersep, dan koefisien korelasinya Harmita, 2004. Penentuan linieritas suatu prosedur analisis dilakukan dengan perlakuan matematika dari hasil uji yang diperoleh pada analisis sampel yang mengandung analit dalam rentang konsentrasi yang dituntut oleh prosedur. Perlakuan tersebut pada umumnya adalah perhitungan garis regresi Satiadarma., dkk., 2004. g. Rentang Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan terendah analit yang terbukti dapat ditentukan menggunakan prosedur analisis, dengan presisi, akurasi kelinieran yang memadai. Rentang biasanya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil uji persen, bagian Universitas Sumatera Utara 21 persejuta. Untuk pengujian komponen utama, maka konsentarasi baku harus diukur didekat atau sama dengan konsentrasi kandungan analit yang diharapkan. Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25, 50, 75, 100, 125, dan 150dari konsentrasi analit yang diharapkan Satiadarma., dkk., 2004; Rohman, 2007. h. Ketahanan Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan melakukan variasi parameter-parameter metode seperti: persentase pelarut organik, pH, kekuatan ionik, suhu dan sebagainya Rohman, 2007. i. Kesalahan acak majemuk Kesalahan sistematik dalam analisis biasanya dapat dieliminasi, tetapi kesalahan acak nyata disebabkan oleh pelaksanaan dalam suatu pengujian yang belum sepenuhnya dikendalikan.Jenis kesalahan acak umumnya berasal dari penerimaan toleransi pabrik terhadap alat-alat gelas Watson, 2005. j. Pelaporan hasil Dalam menghitung jawaban dari data yang diperoleh dalam suatu analisis, penting untuk tidak menunjukkan presisi tingkat tinggi daripada yang sebenarnya mungkin dalam penetapan kadar tersebut. Akurasi alat gelas yang digunakan dengan anggapan bahwa hal tersebutsesuai dengan standar BS untuk kualitas A, jelas ada beberapa ketidakpstian dalam semua angka yang 1. Lima angka dapat tetap digunakan dan dibulatkan menjadi empat angka pada akhir perhitungan. SBR tidak boleh dilaporkan sampai dibawah 0,1 Watson, 2005. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN