1
5.5 Pembentukan Perjuangan Organisasi
5.5.1 Penyadaran kelas
Petani Penyadaran merupakan bagian dari suatu fase awal untuk mengajak petani
untuk bergerak, proses ini juga dapat dijadikan amunisi awal bagi petani untuk melakukan suatu perjuangan untuk perubahan. SPI dalam hal ini mencoba
membentuk kerangka berpikir petani kearah yang lebih progresif dengan situasi yang mereka hadapi didepan mata. Hal ini penting untuk membakar kobaran
semangat perjuangan para petani. Seperti kutipan wawancara dengan Henry Saragih berikut.
“SPI secara orientasi dari awal adalah untuk memerangi ketidakadilan untuk petani, kita bergerak memang dari nol. Kita beranjak dari hal-hal
yang real dihadapi oleh petani. Contoh, perampasan tanah maka harus bergraklah untuk mendapatkan akses tanah, serta masalah pupuk ataupun
benih. Artinya tdk ada ssuatu yg jauh dari real problem mereka. Tinggal bagaimana ini tantangan SPI untuk mengkampanyekannya kepada petani.”
DPW SPI Sumatera utara dalam skema perjuangannya untuk melindungi
basis produksi petani awalnya adalah melakukan perjuangan diluar lingkar struktur formal. Sehingga proses pengkritisan ini merupakan awal dari
membangun kekuatan gerakan tani yang radikal dan militan. Sebagaimana yang dijelaskan tadi diatas, merupakan suatu kewajiban bagi aktivis yanga ada di SPI
ini untuk dapat merekrut kelompok-kelompok tani untuk penguatan organisasi. Maka dari itulah, petani tidak akan tertarik berorganisasi kalau tidak dimulai dari
apa yang mereka rasakan dilapangan. Dari sisi history saja, gerakan SPI ini bermula dari dibuatnya sebuah
proyek Pembangkit listrik untuk dapat digunakan untuk warga disekitar asahan, karena pada saat itu, hampir tidak bisa pemerintah memenuhi kebutuhan listrik I
Universitas Sumatera Utara
1
daerah Air terjun si gura-gura. Setelah itu juga, dilihat betapa mirisnya kehidupan petani yang ada di desa, barulah gerakan ini muncul untuk dapat mengorganisir
para petani ini untuk bisa sama-sama merebut hak nya. Setiap upaya yang dilakukan DPW SPI Sumut adalah cikal bakal
mewujudkan proses keadilan sosial bagi semua rakyat yang dalam hal ini kondisi kaum tani secara umum. Selain itu juga, proses penyadaran ini merupakan bagian
dari konsekuensi tatas terpinggirkannya hak-hak normatif kaum tani dan dapat juga dalam aksi-aksinya membentuk semangat pembaharuan untuk
menghapuskan sistem yang mapan ini. Seperti kutipan wawancara dengan Ramadhan Sakti Siregar berikut.
“Dalam pertemuan-pertemuan rutin, Kita sering memfasilitasi pendidikan formal ataupun teknis untuk petani untuk menambah pemahaman mereka.
Nah, muatan-muatan seperti itulah yang dilakukan DPW SPI Sumut agar petani-petani itu bisa lebih care terhadap organisasi dan meningkatkan
jiwa kritis mereka. Ini sebenarnya sebagai modal bagi SPI untuk berjuang agar wacana perjuangan diorganisasi menyentuh keseluruh anggota.“
Pada dasarnya, anggota petani SPI yang telah mengenyam jenjang
pendidikan yang lebih dan memiliki tingkat pemahaman yang lebih pula, mereka pasti memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula. Karena menjadi tulang
punggung organisasi untuk membangun gerakan petani yang lebih besar lagi. Perlu dicermati, gerakan sosial petani akan semakin tertantang oleh keberadaan
zaman, kekuatan kapitalis neoliberal semakin meminggirkan rakyat dan kaum tani. Maka dari itulah, diperlukan garda-garda baru serta regenerasi yang progresif
untuk menstabilkan gerakan yang dilakukan petani ini.
Universitas Sumatera Utara
1
5.5.2 Tekanan Politik
Sebagai organisasi yang memiliki kuantitas massa yang besar, SPI haruslah diperhitungkan untuk mendobrak segala ketidakadilan yang dirasakan
oleh petani. Gerakan yang dilakukan ini haruslah sistematis dan rapi. Sebagai organisasi gerakan sosial, hal yang harus diutamakan adalah aksi massa. Aksi
massa merupakan bagian dari model perjuangan yang dilakukan oleh DPW SPI Sumatera Utara. Gerakan yang dibangun lewat aksi massa ini merupakan bagian
dari meningkatkan posisi tawar petani atas situasi bernegara. Rakyat petani harus diutamakan dalam mengambil kebijakan di sektor agraria, sehingga basis produksi
dan akses untuk tanah bisa secara adil mereka dapatkan. Selain itu, gerakan yang dibangun dengan kekuatan massa sangat dekat
kaitannya dengan pernyataan bahwasanya anggota petani DPW SPI Sumatera utara merupakan kelas masyarakat yang terpinggirkan dari basis produksinya
sehingga melakukan pengorganisasian diri dan membentuk suatu kekuatan kelas. Seperti yang disampaikan oleh Wagimin berikut.
“Setelah mereka dikader secara internal organisasi, harapan kita setelah itu adalah tidak hanya kritis dan hanya sadar saja, bagaimana mereka yang
besar ini juga diperhitungkan secara kuantitas dan yang terpenting membentuk petani yang berkualitas. Kita mendorong anggota SPI ini
selain memiliki posisi tawar juga menjadi pengambil kebijakan, karena gerakan sosial ini kan tidak haram untuk gerakan politik juga.”
Hal senada juga disampaikan oleh Jonsen Sialagan berikut,
“Ber-SPI sangat banyak mendapatkan kebaikan, karena SPI memiliki power yang kuat untuk menyelesaikan kasus. Selain itu, apa yang mau
dicita-citakan sama dengan tujuan gerakan SPI”.
Universitas Sumatera Utara
1
SPI sebagai organisasi massa tani di Indonesia menyadari alat perjuangan harus dibangun berdasarkan penggabungan kekuatan rakyat secara nasional.
Petani, baik petani kecil ataupun buruh tani menjadi faktor utama dalam perjuangan dengan dukungan dari pekerja, nelayan, kaum intelektual, dan
kelompok pro Pembaruan agraria lainnya. Agar mereka dapat menjadi manuver yang kuat dalam usaha kesejahteraan petani. Posisi tawar yang kuat menjadi
instrument keberhasilan gerakan SPI, karena supaya diperhitungkan secara kuantitas. Selain itu, kualitas para petani ini diharapkan juga mampu menjadi
perumus kebijakan baik ditingkat desa sampai ke nasional agar mereka tidak terus terhimpit dikerasnya zaman.
Berbicara tentang kondisi politik Sumatera Utara, wagimin menambahkan “ Kedepan, suatu hal yang urgent dibicarakan adalah tentang situasi politik
di Sumatera utara karena SPI mempertaruhkan indepedensi organisasinya, harapan yang sebetulnya adalah bagaimana pemimpin di Sumatera Utara
ini haruslah berani, tidak cukup hanya baik. Karena sampai sekarang tidak ada kebijakan-kebijakan yang populis yang dikeluarkan pemerintah. Maka
dari itu yang terpenting adalah dukungan dan kontribusi poltik pemerintah terhadap petani.”
Hal ini terus didorong dan dikawal oleh DPW SPI Sumatera Utara agar
tidak terus menerus kebijakan yang lahir tidak pro terhadap rakyat, khususnya rakyat di Sumatera Utara. Secara kasuistik, persoalan-persoalan tanah sebagai hal
yang sering mengharuskan petani berhadapan dengan pemerintah karena setiap kebijakan yang lahir hampir tidak ada yang pro terhadap petani.
Sebenarnya untuk hal-hal pengkondisian situasi yang ada ini sudah menjadi bagian kerja organisasi ditingkat wilayah atau DPW, bagaimana bisa
menjadi alat lobby untuk menyampaikan permintaan petani secara real dengan pemerintah yang terkait. Namun, kesemua rancangan starategi tadi haruslah dapat
Universitas Sumatera Utara
1
dimaksimalkan semua potensi organisasi, karena jika satu komponen saja tidak berfungsi akan menjadi penghambat laju gerak organisasi. Maka dari itu
diperlukan sebuah tekanan politik agar massa SPI ini diperhitungkan dan dapat menjadi bagian dari pengambilan kebijakan khususnya terkait tentang kebijakan-
kebijakan tentang kemaslahatan petani..
Universitas Sumatera Utara
1
BAB VI PENUTUP